Ini Adab Demonstrasi Muslim, Menurut Ustaz Arifin Ilham

Berbagai Ormas Islam di Jakarta rencananya akan menggelar demonstrasi di sekitar Masjid Istiqlal hingga Gedung Balai Kota DKI Jakarta, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (14/10) hari ini.

Demonstrasi digelar sebagai bentuk penolakan atas sikap Gubernur DKI Jakarta pejawat Basuki Tjahaja Purnama yang dianggap melecehkan agama Islam.

Dalam status di laman Facebook-nya Ustaz Arifin Ilham mengeluarkan petunjuk adab aksi damai bagi seorang Muslim. Berikut adab yang dimaksud.

1. Niat benar benar karena Allah
2. Terjaga wudhu
3. Selalu berzikir
4. Berkata santun, tidak menghina keyakinan umat lain
5. Tebarkan salam terutama pada polisi dan tentara yang berjaga di lapangan
6. Pastikan sudah lapor dan izin aparat
7. Pakaian atribut yang jelas
8. Jangan sungkan mohon pengawalan polisi agar terhindar dari penyusup
9. Muka yang senyum manis
10. Kompak saling sayang dan dukung sesama saudara mu’min
11. Tertib lalu lintas, berhelem, ikuti rambu rambu jalan
12. Pastikan sholat ditegakkan
13. Waspadai penghasut, jangan sekali kali terpancing, taati pimpinan regu, ingat banyak provokator selalu mencari kesempatan sehingga membuat pencitraan negatif dan memecahbelah umat, dan membahayakan negara kita tercinta
14. Berdoa jangan putus
15. Sabar walau harapan tujuan belum tercapai, jangan anarkis, melempari gedung, merusak jalan dan taman
16. Jika melihat pelaku anarkis, segera laporkan pada petugas terdekat.
17. Serahkan semuanya kepada Allah setelah ikhtiar maksimal.

“Allahumma ya Allah berkahi harakah da’wah kami, dan negeri kami tercinta…aamiin,” tulis Arifin Ilham,” ujarnya.

 

sumber: Republika Online

Semakin Alim Semakin Tahu Ada yang Lebih Alim

ADA orang yang hanya mendengarkan setengah dari suatu pembicaraan, paham seperempatnya, namun berani berbicara tentangnya berkali lipat panjangnya dibandingkan dengan sang pembicara asli. Janganlah kita menjadi orang seperti ini dan berhati-hatilah dengan orang yang seperti ini.

Ada orang yang baru saja mulai belajar agama, tak sampai sepersepuluhnya yang dipelajarinya, seperduapuluh yang dipahaminya, tapi bicaranya panjang lebar sambil ngotot meyakinkan bahwa hanya dirinya yang benar dan yang lain salah.

Yang paling unik adalah bahwa ulama-ulama besar yang ilmu dan amalnya diakui hebat oleh dunia Islam disesatkannya pula oleh orang yang baru belajar ini. Janganlah kita menjadi orang seperti ini dan hati-hatilah dengan orang seperti ini.

Semakin alim seseorang, semakin dia tahu bahwa ada yang lebih alim dari dirinya. Tak pernah diciptakan manusia yang dalam dirinya terkumpul semua ilmu, karenanya manusia harus hidup saling mengisi, saling berhubungan dan saling membantu.

Kita perlu membaca orang-orang alim pada masa lalu, begitu baiknya akhlak mereka, ketawadlu’an mereka, tak malu untuk mengatakan tak tahu pada masalah yang memang beliau tidak tahu.

Menurut suatu riwayat, Imam Malik tidak berkenan memberikan fatwa hukum tentang suatu hal sebelum ada tujuh puluh orang yang memberikan kesaksian bahwa beliau memang memiliki keahlian dan hak fatwa pada hal yang dimintakan fatwa itu. Tak gampang mengatakan halal dan haram, iman dan kafir, sesat dan tidak sesat. Berhati-hatilah dalam berfatwa.

Berfatwa itu bagaikan menjahit; mufti itu penjahit, fatwanya adalah jarum jahitnya. Kalau benar dan baik penuh ketelitian dan kehati-hatian, maka hasil jahitannya akan bagus. Kalau tidak hati-hati, tidak teliti, dan tidak ahli, maka bukan hanya hasilnya rusak melainkan jarumnya bisa menyakiti dirinya sendiri. Salam, AIM. [*]

 

 

sumber: Mozaik Inilah.com

Hidup Sederhana Teladani Rasulullah

SEMOGA Allah Swt Yang Maha Menatap, memberikan kekuatan kepada kita untuk senantiasa meneladani akhlak mulia Rasulullah Saw. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad Saw, kekasih Allah, sang suri teladan.

Boros terhadap harta adalah kecenderungan manusia. Perilaku boros adalah salah satu tipu daya setan yang tiada henti menjebak kita. Sehingga membuat harta yang kita miliki justru berpotensi mencelakai diri kita sendiri jika tidak cermat mempergunakannya.

Hal inidapat kita perhatikan dalam keseharian kita. Orang yang punya harta berlimpah, memiliki lebih besar peluang menjadi pecinta harta. Makin bagus, makin mahal, maka makin senang, dan makin cintalah ia kepada harta yang dimilikinya. Bahkan muncul keinginan untuk pamer. Ia ingin tampil lebih wah, lebih bermerek, atau lebih keren dari orang lain. Padahal, semua itu justru akan menyiksa dirinya.

Satu pengalaman ketika seseorang diberi sebuah ballpoint. Dari penampilannya ballpoint ini sangat bagus, mengkilat, dan ketika dipakai menulis pun enak. Tapi, ballpoint ini menjadi barang yang menyengsarakan ketika ada yang memberitahu bahwa ballpoint ini merek terkenal. Gara-gara tahu itu ballpoint mahal, sikap pun jadi berubah. Tiba-tiba jadi takut hilang, ketika dibawa takut jatuh, ketika dipinjam takut cepat habis tintanya, mau disimpan takut mubazir, ditambah lagi saat dipakai pun malu mungkin nanti ada yang komentar,“Wah, ballpoint-nya mahal!”Begitulah, sungguh tersiksa!

Karenanya, berhati-hatilah saudaraku. Kita harus benar-benar mengendalikan keinginan kita. Ingat, yang terpenting adalah kemanfaatannya. Buat skala prioritas, misalnya, haruskah membeli sepatu seharga 1 jutarupiah padahal keperluan kita hanya sepatu olahraga. Apalagi dihadapan kita ada aneka pilihan harga, mulai dari yang 700 ribu, 400 ribu, 200 ribu, sampai yang 100 ribu rupiah.

Dalam posisi seperti ini, carilah sepatu yang paling tidak membuat kita sombong ketika memakainya, yang paling tidak menyiksa diri dalam merawatnya, dan yang paling bisa bermanfaat sesuai tujuan utama dari pembelian sepatu tersebut.

Allah Swt berfirman,“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu saudaranya setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhan-Nya” (QS. Al Israa [17] : 26-27).

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman,“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula mereka kikir. Dan adalah pembelanjaan itu di tengah-tengah yang demikian itu”. (QS. Al Furqan [25] : 67).

Jelaslah bahwa sikap boros lebih dekat kepada perilaku setan. Karenanya, hidup sederhana adalah nilai yang perlu kita tanamkan kuat-kuat dalam diri. Hidup sederhana bukan berarti tidak boleh membeli barang-barang yang bagus, mahal, dan bermerek. Silahkan saja, sepanjang proporsional dengan keperluan kita. Tapi ternyata kalau yang terjadi adalah pemborosan, apalagi diiringi riya, maka itu sama sekali tidak akan menjadi keberkahan bagi kita.

Tidak setiap keinginan harus dipenuhi. Karena jikalau kita ingin membeli sesuatu hanya karena alasan ingin, sesungguhnya keinginan itu cepat berubah. Kalau kita membeli sesuatu karena suka, maka ketika melihat yang lebih bagus, akan hilanglah selera kita pada barang yang awalnya lebih bagus tadi. Belilah sesuatu hanya karena perlu dan mampu saja.

Misalnya, ketika tersirat ingin membeli motorbaru, tanyakan, perlukah kita membeli motor baru?Sudah wajibkah kita membelinya? Nah, ketika jawaban pertanyaan tadi sudah dapat diterima akal sehat, maka kalaupun jadi membeli pilihlah yang skalanya sesuai dengan keperluan.

Tahanlah keinginan untuk berlaku boros dengan sekuat tenaga. Yakinlah, makin kita bisa mengendalikan keinginan kita, InsyaaAllah kita akan makin terpelihara dari sikap boros. Sebaliknya, jika tidak dapat kita kendalikan, maka pastilah kita akan disiksa oleh barang-barang kita sendiri. Kita akan disiksa oleh kendaraan kita dan disiksa oleh harta kita yang kita miliki. Rugi, sangat rugi orang yang memperturutkan hidupnya hanya karena sesuatu yang dianggap keren atau bermerek. Apalagi, keren menurut kita belum tentu keren menurut orang lain.

Hiduplah sederhana. Sesungguhnya Rasulullah Saw memilih hidup dengan kesederhanaan. Padahal bukan tidak bisa beliau hidup bergelimang kemewahan, bukan tidak bisa beliau tinggal di istana megah, apalagi kebesaran beliau jauh melampaui raja-raja Romawi dan Persia. Namun, sang kekasih Allah ini memilih kesederhanaan untuk menjadi nilai yang diteladani umatnya hingga akhir zaman.

Karenanya, hiduplah sederhana. Pastikan kita membeli barang karena keperluan dan kemampuan. Sungguh, barang yang kita miliki tidak menjadi penentu derajat kemuliaan kita. Kemuliaan akan terpancar dengan sendirinya dari pribadi yang senantiasa penuh syukur dalam setiap keadaan. [*]

 

sumber: Mozaik Inilah.com

Keteladanan Rasulullah Harus Ditiru Para Birokrat

Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menilai bahwa Isra Mikraj harus digunakan sebagai momentum untuk meneladani kehidupan Rasulullah sebagai pedoman hidup bagi semua umat Islam saat ini.

“Sabar dan istiqomah akan selalu menghadirkan sesuatu yang baik dari Allah, itulah yang diyakini Rasulullah. Dengan keteladanan Rasulullah maka menjadi terang benderanglah dunia ini dengan cahaya Islam,” kata Hidayat di acara peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW 1436 H, di Balai Agung, Kompleks Balai Kota, Jakarta, Rabu ( 10/6 ).

Hidayat mengatakan, Nabi Muhammad SAW memiliki sifat dan karakter yang sangat mulia dan harus diteladani. Sebelum Rasulullah dan Isra Mikraj ada, keadaan dan kondisi waktu itu sangat gelap.

“Akhlak masyarakat waktu itu sangat gelap.  Rasulullah mengalami berbagai fitnahan dan keadaan yang sangat luar biasa sulit.  Tapi, beliau Rasulullah menghadapinya dengan sabar tetap istiqomah,” ujarnya.

Politikus PKS itu mengatakan, keteladanan karakter dan sifat Rasulullah juga harus ditiru oleh semua umat, termasuk para birokrat aparatur negara. Hal tersebut, lanjutnya, agar para birokrat mampu menjalankan tugasnya dengan jujur, amanah dan istiqomah.

 

 

sumber: Republika Online

Papan Pengumuman Nabi Muhammad SAW Tersebar di Amerika Serikat

Kampanye melalui papan pengumuman Nabi Muhammad SAW guna meningkatkan kesadaran tentang Islam telah sampai di area pantai. Kampanye bersifat nasional ini dilakukan demi menghalau mitos buruk tentang Islam.

Kampanye tersebut dipelopori organisasi Muslim Amerika yang bermarkas di New York, Islamic Circle of North America (ICNA).

Dalam kampanye di area pantai kali ini, delapan papan iklan dipasang dengan pesan seperti Muhammad SAW percaya pada kedamaian, keadilan sosial, hak wanita dan Muhammad selalu mengajarkan cinta bukan kebencian, kedamaian bukan kekerasan.

Para pengendara mobil atau pejalan kaki yang melewati papan iklan itu bisa melihat pesan sekaligus mengakses situs ICNA jika ingin mencari lebih jauh. Papan pengumumuman itu mayoritas berbahasa Inggris dan beberapa saja yang berbahasa Spanyol.

Lokasi yang menjadi kampanye yang disebut #WhoisMuhammad itu meliputi Oakland, San Francisco, San Jose, Stockton, Castro Valley dan Santa Clar. Selain itu masih ada juga papan pengumuman yang direncanakan akan hadir di Los Angeles dan kota besar lainna di Amerika Serikat.

Berdasarkan Reuters, kampanye  #WhoisMuhammad dilakukan guna menghalau sentiment negatif pada Islam setelah insiden penembakan majalah Charlie Hebdo di Paris Januari lalu.

Wakil Presiden ICNA Imam Khalid Griggs mengatakan aksi serangan di Paris tersebut tidak akan menodai gerakan kampanye. “Sejak papan pengumuman itu diluncurkan, situs dan jaringan telepon kita penuh dengan orang yang bertanya-tanya tentang Islam,” ujar Imam Khalid menerangkan.

 

sumber: Republika Online

Ketika Rasulullah Menangis

Sebuah tangisan adalah rahmat dan setiap manusia pasti pernah menangis, begitu juga dengan Rasulullah Muhammad SAW. Di saat-saat tertentu, beliau juga pernah menumpahkan kesedihannya dengan menangis.

Dikisahkan bahwa saat Perang Uhud berakhir, pasukan Quraisy pulang ke Makkah, lalu beliau menyuruh para sahabatnya untuk mengumpulkan syuhada yang gugur di medan perang tersebut. Salah satu dari para syuhada adalah paman Nabi sendiri, Hamzah.

Para sahabat menemukan jasad Hamzah dengan kondisi mengenaskan. Rasulullah SAW melihatnya, dan beliau menangis sedih dengan kondisi pamannya tersebut.

Ibnu Mas’ud menuturkan, “Kami belum pernah melihat Rasulullah SAW menangis sesedih itu. Beliau meletakkan jasad Hamzah ke arah kiblat. Kemudian, beliau berdiri di sampingnya dan menangis tersedu-sedu.”

Hamzah meninggal dalam kondisi perut berlubang ditembus lembing milik Wahsyi dan dadanya terkoyak lebar disobek pisau milik Hindun yang kemudian memakan jantungnya dan memuntahkannya lagi.

Rasulullah juga pernah menangis saat kehilangan anaknya Ibrahim. Abdurrahman ibnu Auf bertanya, “Wahai Rasulullah, engkau menangis?”

Rasulullah SAW menjawab,”Sesungguhnya tangisan adalah rahmah. Kedua mata ini menangis ketika hati berduka. Dan tidak tidaklah kami mengatakan apa-apa kecuali apa-apa yang diridhai Tuhan kami. Wahai Ibrahim, kami sungguh berduka dengan kepergiaanmu.”

Selain itu, Ibnu Mas’ud juga menuturkan dalam sebuah hadis, yaitu saat Rasulullah SAW duduk bersama Abdullah Ibnu Mas’ud dan menyuruhnya untuk membacakan surah Al-Nisa’ dari awal surah hingga ayat 41.

Saat mendengar ayat itu dibacakan, Rasulullah SAW berujar, “cukup!”. Lalu, Ibn Mas’ud pun menghentikan bacaannya dan melihat kedua mata beliau meneteskan air mata.

 

 

sumber: Republika Online

Mencontoh Kehidupan Manusia Agung, Nabi Muhammad SAW

Kalau kita menelaah sejarah hidup Nabi Muhammad SAW, kita akan banyak mendapati contoh teladan tentang keagungan seorang manusia. Yang selama hidupnya mempraktikkan hidup penuh kasih sayang, ramah tamah, toleransi, dan jauh dari sifat-sifat serakah serta mau menang sendiri.

Sejak masanya yang paling awal, Nabi SAW menerapkan konsepsi semua manusia itu bersaudara, harus dihormati sebagaimana adanya, dan dinilai menurut diri mereka sendiri.

Sifat-sifat, perilaku, dan kepribadian Nabi SAW itu kini banyak diungkapkan kembali kaum Muslimin di berbagai pelosok Tanah Air untuk memperingati maulid Nabi. Yang justru banyak dipertanyakan mengapa umat Islam sekarang ini tidak terlihat adanya kasih sayang dan kecintaan sesama umat seperti yang dipraktikkan Nabi Muhammad SAW. Seolah-olah kaum Muslimin sudah kehilangan vitalitas untuk mencontoh kehidupan pemimpin besarnya itu.

Karena itu, sangatlah disayangkan kasih sayang dan persaudaraan yang dengan gemilang telah dipraktikkan Nabi SAW dan para sahabatnya kurang tercermin dalam kehidupan sehari-hari kaum Muslimin sekarang ini. Bahkan, yang terlihat berbagai praktek kekerasan, seperti pembunuhan dan main hakim sendiri yang sudah sangat membahayakan dan memprihatinkan semua pihak.

 

Rasulullah Diutus Membawa Pesan Universal

Tentu saja, segala perbuatan tersebut sangat bertentangan dengan perilaku Nabi sehari-hari. Apalagi bila diingat Nabi SAW diutus Allah ke dunia ini sebagai rahmatan lil alamin dan membawa pesan-pesan universal.

Haruslah diingat prinsip-prinsip keadilan, keamanan, kejujuran, kedermawanan, dan kerja keras seperti dicontohkan Nabi SAW, merupakan gagasan di setiap zaman. Segala prinsip dan cita-cita tersebut dapat diterima, bahkan tengah diperjuangkan seluruh umat manusia di jagad ini. Prinsip-prinsip yang didambakan manusia baik masa kini, masa lalu, dan juga di masa mendatang.

Apa yang diuraikan di atas menunjukkan risalah Nabi, sejarah, dan sunnahnya, tetap relevan hingga sekarang dan tidak pernah kedaluwarsa. Apalagi untuk memerjuangkannya, Nabi SAW telah memberikan seperangkat konsep, cita-cita, dan sistem untuk memecahkan problem-problem yang dihadapi manusia modern.

Sekali lagi, dalam situasi negara yang terpuruk seperti sekarang, mencontoh kehidupan Nabi bisa membantu kita dalam menghadapi berbagai krisis.

 

Bershalawatlah untuk Nabi Muhammad SAW

Kalau Nabi Musa AS diberikan mukjizat seperti tongkatnya dapat membelah lautan, dan Nabi Isa AS dapat menghidupkan orang mati, tapi mukjizat Nabi Muhammad SAW terletak pada pribadinya sendiri. Karena, perilaku Nabi menghimpun segala kesempurnaan yang optimal.

Dalam kaitan ini, Dr Mustafa Mahmud mengatakan, “Muhammad SAW sendirilah yang dalam kelakuan, perangai, dan tingkah laku hidupnya merupakan mukjizat yang berjalan di atas permukaan bumi.”

Bukankah sifat-sifat Nabi yang pemurah, penyabar, pengasih, selalu bermanis durja, merupakan pribadi yang menjelmakan mukjizat, kata sejarawan Mesir kontemporer itu.

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya melimpahkan shalawat kepada Nabi. Wahai sekalian manusia, bershalawatlah kalian kepadanya.” (QS Al-Ahzab: 56).

 

Oleh: Alwi Shahab

sumber: Republika Online

Menjadi Pemimpin Pengubah Sepanjang Masa

Siapa yang tak kenal sosok Nabi Muhammad SAW. Namanya sering disebut dan disanjung, baik dalam shalat, berdoa maupun ketika bershalawat. Dialah panutan agung yang menjadi teladan utama dalam kehidupan. Dia telah berhasil membebaskan manusia dari kungkungan peradaban kegelapan jahiliyah menuju peradaban yang tercerahkan dengan cahaya Islam. Inilah misi besar yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW ketika diangkat menjadi Nabi dan Rasul terakhir yang diutus di muka bumi. Maka, misi ini, dapat dijalankan dengan baik dan sukses oleh Nabi Muhammad SAW dalam rentang waktu relatif singkat, yakni 23 tahun. Karenanya, Beliau dinobatkan sebagai manusia yang paling suskes dan tokoh perubahan yang paling berpengaruh di dunia sepanjang masa.

Dalam Alquran diungkapkan: Artinya: “Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji” (QS. Ibrahim [14]:1).

Kehadiran Baginda Nabi Muhammad SAW di dunia ini adalah anugerah terbesar bagi kehidupan manusia. Karena tidak dapat dibayangkan, bagaimana gelap dan kelamnya kehidupan apabila tidak ada cahaya petunjuk dari risalah yang dibawa oleh Beliau. Maka, kehadiran Beliau bagaikan cahaya rembulan yang menerangi kegelapan malam, ataupun ibarat sinar mentari yang menyinari bumi yang memberi energi dan spirit bagi denyut nadi kehidupan.

Ini ditegaskan dalam Alquran: Artinya: “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (QS. Ali-‘Imran [3]:164).

Nabi Muhammad SAW adalah manusia biasa seperti pada umumnya dalam hal naluri, fungsi fisik, dan kebutuhannya. Namun, bukan dalam sifat-sifat dan keagungannya, karena Beliau mendapat bimbingan Allah dan kedudukan istimewai di sisi-Nya. Quraish Shihab (2007:70) melukiskan, “Seperti halnya permata adalah jenis batu yang sama jenisnya dengan batu yang di jalan, tetapi ia memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh batu-batu lain. Dalam bahasa Alquran, yang sama dengan manusia lain adalah basyariyah (unsur jasadiyahnya), bukan pada insaniyah (unsur rohaniyahnya)”.

Dalam Alquran diungkapkan: Artinya: “Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: ‘Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa’. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya” (QS. Al-Kahfi [18]:110).

Pada pribadi Nabi Muhammad SAW terhimpun keagungan sifat-sifat manusia. Beliau memiliki segala sifat terpuji yang dapat dimiliki oleh manusia. Karena itu, sosok Rasulullah SAW menjadi suri teladan ideal bagi siapapun manusia dalam tingkatan dan lapisan masyarakat. Apakah dia sebagai individu maupun anggota masyarakat misalnya sebagai kepala keluarga, kepala lembaga, pemimpin bangsa, komandan perang di medan laga, maupun rakyat jelata. Maka, setiap Muslim akan kagum dan bangga melihat sosok Rasulullah SAW, baik menurut kaca mata ilmu dan kemanusiaan maupun kaca mata iman dan agama.

Dalam Alquran diungkapkan: Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al-Ahzab [33]:21).

Al-uswah secara bahasa maknanya al-qudwah, yakni teladan yang harus diikuti. Kata Muhammad Ali Ash-Shabuni (1980:520), bahwa “Dalam pribadi Rasul yang agung ini terdapat teladan terbaik yang harus diikuti dalam keikhlasannya, perjuangannya, kesabarannya, dialah contoh utama yang harus ditiru dalam segala ucapannya, perbuatannya dan sifat-sifatnya, karena dia tidak berkata dan berbuat menurut hawa nafsunya, tetapi berdasarkan wahyu yang diturunkan, karena itu wajib bagi kamu mengikuti jalannya.”

Keteladanan Rasulullah SAW yang sangat fenomenal adalah keberhasilannya membangun komunitas masyarakat yang maju dan mandiri. Seperti dituturkan dengan tinta emas dalam tarikh (sejarah) Islam, bahwa setelah Rasulullah SAW dan para sahabatnya hijrah ke Yatsrib, maka mereka menemukan momentum dan lahan yang kondusif untuk menyemai benih-benih peradaban Islam.

Karena itu dalam manifesto perjuangannya, Beliau mengubah nama Yatsrib dengan Madinah. Perubahan nama ini mengindikasikan cita-cita Nabi Muhammad SAW yang hendak mewujudkan masyarakat ideal (madani) yang berperadaban tinggi. Maka, selama tinggal di Madinah, Rasulullah SAW berhasil membangun model masyarakat baru yang egaliter dan demokratis, yang lebih populer disebut masyarakat madani (civil society).

Nurcholish Madjid (1999:164) memberikan apresiasi yang mendalam mengenai perubahan nama Yatsrib menjadi Madinah, karena membawa implikasi sosiologis dan politis terhadap perubahan masyarakat ke depan. Dia menjelaskan, “Secara konvensional perkataan ‘madinah’ memang diartikan sebagai kota. Tetapi secara ilmu kebahasaan perkataan itu mengandung makna peradaban. Dalam bahasa Arab memang ‘peradaban’ dinyatakan dalam kata-kata madaniyah atau tamaddun, selain juga dalam kata hadharah. Karena itu tindakan Nabi SAW mengubah nama Yatsrib menjadi Madinah pada hakikatnya adalah sebuah pernyataan niat, atau proklamasi, bahwa Beliau bersama para pendukungnya yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar hendak mendirikan dan membangun masyarakat beradab”.

Dalam rentang waktu yang sangat singkat, sekitar 10 tahun tinggal di Madinah, Rasulullah SAW berhasil membangun tipe masyarakat ideal untuk ukuran zamannya. Sehingga, Madinah kemudian dikenal sebagai Madinatun Nabi (Kota Nabi). Al-Farabi filsuf Muslim Abab Pertengahan seperti diungkapkan Dawam Rahardjo (1993:495), menamakan masyarakat dengan ciri-ciri kosmopolitan itu sebagai Al-Madinah Al-Fadlilah (Masyarakat Utama). Maka tak berlebihan, bila sejarawan barat yang beragama Kristen, Michael Hart, dalam bukunya The Hundred, menempatkan Nabi Muhammad SAW pada urutan pertama dari 100 tokoh dunia yang paling berpengaruh sepanjang masa. Penilaian objektif ini berdasarkan pada asumsi, bahwa Nabi Muhammad SAW telah sukses membangun peradaban umat manusia secara gemilang dengan ajaran Islam yang diembannya.

Maka, umat Islam digelari Khaeru Ummah, artinya umat terbaik dan pilihan. Karena mampu menjadi lokomotif perubahan dengan membawa 3 misi kemanusiaan: (1) humanisasi, yaitu memanusiakan manusia dengan memerintahkan kebajikan; (2) liberasi, yaitu membebaskan manusia dari belenggu kedurhakaan dengan mencegah perbuatan munkar; dan (3) transendensi, yakni memelihara keimanan dan ketauhidan dalam kehidupan.

Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT: Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS. Ali-‘Imran [3]:110). Wallahu A’lam Bish-Shawaab.

Oleh: Dudung Abdul Rohman *)
*) Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Bandung

 

 

sumber: Republika Online

Benarkah Surat Yusuf dan Maryam Manfaat Bagi Janin?

TERDAPAT sebuah berita bahwasanya seorang wanita yanghamil hendaknya membaca surat Maryam setiap harinya agar proses persalinannya mudah. Dan membaca surat Yusuf setiap hari agar anak yang lahir nanti tampan. Apakah ada hadis sahih yang menjelaskan permasalahan ini?

Pada dasarnya, tidak ada dalam syariat yang menjelaskan bahwa seorang wanita yang hamil dianjurkan membaca surat tertentu agar janinnya jadi anak yang cerdas atau tampan. Jika ada yang berkeyakinan demikian tanpa ada dalil, maka dia telah berkata mengenai agama Allah apa yang tidak ia ketahui.

Tidak diragukan lagi bahwasanya Alquran secara keseluruhan baik, berkah, dan berpahala, namun bukan berarti kita bisa menyandarkan perkara kepada Alquran yang dikehendaki oleh keinginan kita atau yang diinginkan oleh anak-anak kita. Allah Subhanahu wa Taala berfirman,

“Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran: 6)

Imam Al Qurthubi rahimahullah mengatakan, “Maksudnya Allah yang menciptakan; jelek atau tampan, hitam atau putih, tinggi atau pendek, sempurna atau cacat, dan lain sebagainya.” (Al Jami li Ahkamil Quran, 1:927)

Namun demikian tidak mengapa seorang wanita yang hamilmenyibukkan diri dengan membaca Alquran dan mendengarkannya karena ada penelitian di bidang kedokteran yang menyatakan suara-suara dari luar bisa mempengaruhi janin.

Apabila suara yang didengar adalah suara orang yang membacaAlquran, diharapkan keberkahan dan kebaikannya akan berpengaruh terhadap janin tersebut tanpa merinci dan membatasi jenis keberkahan dan kebaikan tersebut.

 

[islamqa/Nurfitri Hadi]

Sulitnya Mencari Orang yang Jujur

Yang kami rasakan, mencari orang yang jujur saat ini begitu susah. Sampai orang yang rajin shalat dan jidadnya ireng-pun (berjidad hitam), hanya lahiriyah saja terlihat baik, namun tidak sedikit yang berperilaku jelek dan tidak jujur. Bahkan kami saksikan sendiri beberapa yang mengaku sebagai pengusaha muslim tidak jujur dalam mengemban amanat seperti dalam akad mudhorobah. Ada yang diberi modal untuk menjalankan usaha, malah modalnya digunakan untuk membangun rumah. Ini tanda tidak amanat dan bentuk khianat.

Ada satu cerita yang kami saksikan di desa kami.

Seorang takmir masjid yang kalau secara lahiriyah nampak alim, juga rajin menghidupkan masjid. Namun belangnya suatu saat ketahuan. Ketika warga miskin mendapat jatah zakat dan disalurkan lewat dirinya, memang betul amplop zakat sampai ke tangan si miskin. Tetapi di balik itu setelah penyerahan, ia berkata pada warga, “Amplopnya silakan buka di rumah (isinya 100.000 per amplop). Namun kembalikan untuk saya 20.000.” Artinya, setiap amplop yang diserahkan asalnya 100.000, namun dipotong sehingga tiap orang hanya mendapatkan zakat 80.000. Padahal dari segi penampilan tidak ada yang menyangka dia adalah orang yang suka korupsi seperti itu. Tetapi syukurlah, Allah menampakkan belangnya sehingga kita jadi tahu tidak selamanya orang yang mengurus masjid itu termasuk orang-orang yang jujur.

Perintah untuk Berlaku Jujur

Dalam beberapa ayat, Allah Ta’ala telah memerintahkan untuk berlaku jujur. Di antaranya pada firman Allah Ta’ala,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (QS. At Taubah: 119).

Dalam ayat lainnya, Allah Ta’ala berfirman,

فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ

Tetapi jikalau mereka berlaku jujur pada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad: 21)

Dalam hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta.  Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)

Begitu pula dalam hadits dari Al Hasan bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ

Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.” (HR. Tirmidzi no. 2518 dan Ahmad 1/200, hasan shahih).

Jujur adalah suatu kebaikan sedangkan dusta (menipu) adalah suatu kejelekan. Yang namanya kebaikan pasti selalu mendatangkan ketenangan, sebaliknya kejelekan selalu membawa kegelisahan dalam jiwa.

Basyr Al Haafi berkata,

من عامل الله بالصدق، استوحش من الناس

Barangsiapa yang berinteraksi dengan Allah dengan penuh kejujuran, maka manusia akan menjauhinya.” (Mukhtashor Minhajil Qoshidin, 351). Karena memang jujur itu begitu asing saat ini, sehingga orang yang jujur dianggap aneh.

Perintah untuk Menjaga Amanat

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya” (QS. An Nisa’: 58)

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَدِّ الأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ

Tunaikanlah amanat kepada orang yang menitipkan amanat padamu.” (HR. Abu Daud no. 3535 dan At Tirmidzi no. 1624, hasan shahih)

Khianat ketika diberi amanat adalah di antara tanda munafik. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

“Ada tiga tanda munafik: jika berkata, ia dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan jika diberi amanat, ia khianat.” (HR. Bukhari no. 33)

Jadi, jika dititipi amanat, jagalah amanat tersebut itu dengan baik. Jangan sampai dikorupsi, jangan sampai dikurangi dan masuk kantong sendiri. Ingatlah ancaman dalam dalil di atas sebagaimana dikata munafik.

Kunci Utama

Kunci utama agar kita menjaga amanat ketika dititipi uang misalnya, sehingga tidak dikorupsi atau dikurangi adalah dengan memahami takdir ilahi. Ingatlah bahwa setiap orang telah ditetapkan rizkinya. Allah tetapkan rizki tersebut dengan adil, ada yang kaya dan ada yang miskin. Allah tetapkan ada yang berkelebihan harta dari lainnya, itu semua dengan kehendak Allah karena Dia tahu manakah yang terbaik untuk hamba-Nya. Sehingga kita hendaklah mensyukuri apa yang Allah beri walaupun itu sedikit.

اللهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ القَوِيُّ العَزِيزُ

Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezki kepada yang di kehendaki-Nya dan Dialah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Asy Syura: 19)

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27) Ibnu Katsir rahimahullah lantas menjelaskan,“Seandainya Allah memberi hamba tersebut rizki lebih dari yang mereka butuh , tentu mereka akan melampaui batas, berlaku kurang ajar satu dan lainnya, serta akan bertingkah sombong.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 12/278)

Jika setiap orang memahami hal di atas, maka sungguh ia tidak akan korupsi, tidak akan menipu dan lari dari amanat. Realita yang kami saksikan sendiri menunjukkan bahwa mencari orang yang jujur itu amat sulit di zaman ini. Kita butuh menyeleksi dengan baik jika memberi amanat pada orang lain. Hanya dengan modal iman dan takwa-lah serta merasa takut pada Allah, kita bisa memiliki sifat jujur dan amanat.

Moga Allah Memberi Akhlak Mulia

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ وَالأَعْمَالِ وَالأَهْوَاءِ
Allahumma inni a’udzu bika min munkarotil akhlaaqi wal a’maali wal ahwaa’ [Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari akhlaq, amal dan hawa nafsu yang mungkar].” (HR. Tirmidzi no. 3591, shahih)
Wallahu waliyyut taufiq.

Diselesaikan di Warak, Desa Girisekar, Panggang-Gunung Kidul setelah shalat Shubuh

22 Sya’ban 1432 H, 24/07/2011

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Muslim.Or.Id