Mengenal Sosok Abdul Qadir Jaelani

SYEKH Abdur Qadir Jilany adalah adalah imam yang zuhud dari kalangan sufi. Nama lengkap beliau adalah Abdul Qadir bin Abi Sholih Abdulloh bin Janki Duwast bin Abi Abdillah bin Yahya bin Muhammad bin Daud bin Musa bin Abdillah bin Musa al-Hauzy bin Abdulloh al-mahdh bin Al-Hasan al-mutsanna bin al-Hasan bin Ali bin Abi Tholib Al-Jailani dinisbahkan ke sebuah tempat di dekat thobristan yaitu Jiil, atau Jilan atau Kilan.

Beliau lahir tahun 471 H di Jiilan dan kemudian di masa mudanya beliau pergi ke Baghdad dan belajar dari al-Qadhy Abi Sa’d al-Mukhorromy. Beliau pun banyak meriwayatkan hadits dari sejumlah ulama pada masa itu di antaranya; Abu Gholib al-Baqillany dan Abu Muhammad Ja’far as-Sirraj.

Syekh ‘Izuddin bin Abdissalam mengatakan: “Tidak ada seorangpun yang karamahnya diriwayatkan secara mutawatir kecuali Syekh Abdul Qadir Jiilany.” Syekh Nuruddin asy-Syathonufy al-Muqry mengarang sebuah buku yang menjelaskan tentang sirah dan karamah beliau dalam 3 jilid, dalam buku tersebut dikumpulkan semua berita yang berkaitan dengan syekh baik itu berita yang benar, palsu maupun hanya cerita rekaan.

Di antara cerita yang terdapat dalam buku tersebut adalah sebuah kisah yang diriwayatkan dari Musa bin Syekh Abdul Qadir al-Jilany ia berkata: Aku mendengar ayahku bercerita: Pada suatu waktu, ketika aku sedang berada dalam perjalanan di sebuah gurun. Berhari-hari lamanya aku tidak menemukan air, dan aku sangat kehausan. Tiba-tiba ada awan yang melindungiku dan turun darinya setetes air kemudian aku meminumnya dan hilang rasa dahagaku, kemudian aku melihat cahaya terang benderang, tiba-tiba ada suara memanggilku,

“Wahai Abdul Qodir, Aku Rabbmu dan Aku telah halalkan segala yang haram kepadamu.” Maka Abdul Qodir berkata: “Pergilah wahai engkau Setan terkutuk.” Tiba-tiba berubah menjadi gelap dan berasap, kemudian ada suara yang mengucapkan: “Wahai Abdul Qodir, engkau telah selamat dariku (setan) dengan amalmu dan fiqihmu.” Demikian sedikit kisah tentang Abdul Qodir.

Syekh Abdul Qadir memiliki 49 orang anak, 27 di antaranya adalah laki-laki. Beliaulah yang mendirikan tariqat al-Qadiriyah. Di antara tulisan beliau antara lain kitab Al-Fathu Ar-Rabbani, Al-Ghunyah li Thalibi Thariq Al-Haq dan Futuh Al-Ghaib. Beliau wafat pada tanggal 10 Rabiul Akhir tahun 561 H bertepatan dengan 1166 M pada saat usia beliau 90 tahun.

Adapun penyebab kenapa begitu banyak orang di zaman sekarang yang mengagungkan beliau, adalah karena beliau termasuk orang yang saleh dan banyak karomahnya. Hanya saja kebanyakan dari mereka bersikap berlebih-lebihan dalam hal tersebut (al-Ghulu) dan menempatkan beliau di atas derajat para Nabi. Tentunya hal tersebut adalah perbuatan yang dilarang.

[Tarikhul Islam Lidz-Dzahaby tahun 561-570 H, Siyar A’lam an-Nubala’ 20/439-451]

 

sumber:Mozaik Islam

Begini Cara Membela Alquran di Masjid Kampus UGM

Aksi membela Alquran 4 November rupanya tidak hanya digelar dengan kegiatan kampanye dan long march. Sebagian warga Yogyakarta yang tergabung dalam Majelis Qiradatil Quran justru memilih menyelenggarakan majelis ilmu di Masjid Kampus UGM.

Sejak pukul 08.00 puluhan masa yang terdiri dari ibu-ibu, bapak-bapak, mahasiswa, hingga anak-anak, tampak berdatangan ke Masjid Kampus UGM. Di sana mereka mengawali aktivitas dengan shalat hajat dan zikir. Kemudian dilanjutkan dengan khataman Alquran 30 Juz.

Kegiatan tersebut dipimpin langsung Imam Besar Masjid UGM, Ustaz Andi Alief. “Hari ini kita punya hajaran besar di Ibu Kota Jakarta,” tutur sang ustaz, Jumat (4/10). Menurutnya Ibu Kota merupakan tempat yang tepat sebagai aksi unjuk rasa. Karena bagi suatu negara, Ibu kota diibaratkan seperti halaman luas dari sebuah rumah.

Maka itu, kata Ustaz Andi mengemukakan, Jakarta juga tidak lain adalah halaman terluas bagi umat islam. Bahkan menurutnya, sejak dulu kota yang mulanya bernama Jayakarta itu selalu jadi saksi perjuangan umat islam. Mulai dari masa penjajahan hingga kemerdekaan.

Ia mengatakan, bukan hal yang aneh jika hari ini umat Islam merasa terpanggil untuk membela Alquran. Sebab Alquran merupakan kitab suci yang kedudukannya harus ditinggikan. Menurutnya, membela Alquran sama artinya dengan membela umat Islam. Sementara membela umat Islam sama dengan membela bangsa ini.

“Negara Indonesia lahir dari perjuangan umat Islam. Para pendahulu kita telah bersungguh-sungguh berjuang demi negara ini,” kata Ustaz Andi. Ia meminta agar para jamaah tidak berkecil hati, karena tidak bisa datang langsung ke Ibu Kota Jakarta.

Menurutnya, memperjuangkan Alquran di mana pun sama nilainya. Baik yang berjihad secara lahiriah dengan mengikuti unjuk rasa di Jakarta atau di tempat-tempat strategis lainnya, maupun yang mendalami Alquran untuk memperkaya ilmu pengetahuan.

“Kita di sini sama tujuannya dengan yang berangkat ke Jakarta. Meski kita tidak ke Jakarta tetap dalam posisi mendalami pengetahuan Alquran. Mudah-mudahan nilai ibadah kita sama beratnya dengan mereka yang berjihad ke Ibu Kota. Karena tujuannya sama, yaitu untuk memperjuangkan islam,” papar Ustaz Andi, lalu memimpin tadarus Alquran bersama.

 

sumber:Republika Online

Umat Islam jangan Gunakan Kata “RIP”

UCAPAN “RIP” dinilai merupakan budaya non-Muslim, yang tidak seharusnya diikuti umat Islam.

Ketua Departemen Pembangunan Agama Islam Malaysia Datuk Othman Mustapha mengimbau agar masyarakat Muslim tidak menggunakan kata “Rest in Peace” (RIP) seperti yang dilakukan Non-Muslim ketika ada yang meninggal dunia.

Alasannya, ia menilai bahwa kalimat tersebut memiliki implikasi dari sudut akidah sekiranya tidak dipahami secara jelas. Sebab, ucapan itu, lanjut Othman, merupakan budaya keagamaan umat lain, yang tidak seharusnya diikuti umat Islam.

“Dalam konteks ucapan Rest in Peace, ini merupakan bentuk ucapan doa yang biasa diucapkan dalam agama Kristen, terutama dalam mazhab Katolik sejak abad ke-18,” katanya seperti dikutip dari Free Malaysia Today beberapa waktu lalu.

Kalimat itu juga biasanya diukir di batu nisan mereka yang telah meninggal dunia dalam kalangan masyarakat Kristen. “Versi ucapan tersebut berasal dari bahasa Latin, yakni May his soul and the souls of all the departed faithful by Gods mercy rest in peace. Kalimat ini juga mendoakan Non-Muslim tersebut agar mendapat rahmat dari Tuhan sebagaimana doa asal yang disebut dalam bahasa Latin,” lanjutnya.

Ucapan Othman ini menindaklanjuti sebuah fatwa Malaysia yang telah dilansir dalam laman Facebooknya, pada 17 April lalu berkenaan munculnya isu ucapan tersebut dan menimbulkan perdebatan berbagai pihak.

Hukum dan nasihat

Othman menjelaskan, Fatwa Malaysia dalam laman FB itu merupakan penjelasan hukum dan nasihat yang diberikan Felo Fatwa berdasarkan kemudharatan dan persoalan yang dikemukakan masyarakat umum, dan bukan fatwa yang dikeluarkan Komite Fatwa Nasional.

Ia menambahkan, Islam melarang umatnya mendoakan ampunan bagi non-Muslim seperti yang dijelaskan dalam Alquran, Surah Taubah, ayat 113 dan dinyatakan juga oleh Imam an-Nawawi dalam Kitab al-Majmu.

Bagaimana pun, dalam masyarakat yang memegang teguh agama seperti Malaysia, Islam tidak melarang umatnya mengucapkan rasa simpati terhadap keluarga non-Muslim yang meninggal dunia dengan ucapan yang tidak memberi implikasi keagamaan seperti saya bersimpati terhadap apa yang menimpa Anda, katanya.

“Panduan hukum yang diberikan mengenai Rest in Peace ini bukan merupakan fatwa, tetapi perlu dijadikan panduan oleh umat Islam. Karena panduan ini berdasarkan nas-nas yang jelas selaras dengan hukum syariat,” katanya.

Othman juga menasihatkan semua pihak agar tidak mempolemikkan isu itu karena pandangan hukum yang dikeluarkan adalah sebagai panduan dan nasihat khusus kepada umat Islam dan sama sekali tidak berkaitan dengan unsur-unsur penghinaan atau meniadakan hak asasi manusia, siapa pun atau pihak mana pun.[]

Sumber: bernama.com/ Free Malaysia Today.

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2335956/umat-islam-jangan-gunakan-kata-rip#sthash.OXlHNKNT.dpuf

Amphuri Go Permudah Masyarakat Lakukan Ibadah Haji dan Umrah

Amphuri Go Permudah Masyarakat Lakukan Ibadah Haji dan Umrah

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Guna memudahkan masyarakat dalam mencari penyelenggara haji dan umrah, Asosiasi Muslim Penyelanggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) menghadirkan Amphuri Go.

Ketua Umum Amphuri Joko Asmoro menjelaskan Amphuri Go merupakan sebuah aplikasi berbasis e-commerce. Dalam portal tersebut penyelenggara bisa menaruh paket penawaran perjalanan ibadah haji dan umrah.

Menurut Joko, portal tersebut dihadirkan guna mengikuti perkembangan teknologi. Selain itu masyarakat juga terbantu untuk mendapatkan informasi yang cepat dan akurat terkait perjalanan ibadah haji dan umrah.

 

sumber:Republika Online

Hasil Munas Amphuri: Hapus Biaya Visa Tambahan

Hasil Musyawarah Nasional (Munas) IV Asosiasi Muslim Penyelenggara Umrah dan Haji Republik Indonesia (AMPHURI) adalah meminta Kemenag dan pemerintah untuk menolak pengenaan biaya tambahan oleh pemerintah Arab Saudi sebesar 2.000 riyal. Biaya ini dikenakan kepada pemerintah jamaah yang pernah melaksanakan ibadah umrah dan haji.

“Kenaikan visa umrah 2.000 riyal memang berdampak pada berkurangnya peminat, tetapi secara signifikan kami berharap dampak penurunannya tidak terjadi,” jelas Ketua Umum Amphuri Joko Asmoro dia di Hotel Rancamaya, Bogor, (2/11).

Joko berharap masyarakat memahami bahwa kenaikan visa bukan merupakan kebijakan dari penyelenggara tetapi dari pemerintah Arab Saudi. Apalagi penyelenggara haji dan umrah merasa lebih berat dengan kenaikan biaya visa untuk pengguna multiple.

“Pengguna visa multiple adalah petugas dan pembimbing dan dikenakan biaya visa lebih mahal,” jelas dia.

Jika aturan ini tidak dihapus memang mau tidak mau mereka tetap harus mematuhinya. Lagipula ini bukan hanya ditetapkan untuk Indonesia saja tetapi juga seluruh dunia diberlakukan sama.

Meski terjadi kenaikan harga visa, Joko optimis keinginan masyarakat untuk melaksanakan umrah masih begitu besar. Dalam penerapannya pun nantinya harga paket umrah akan terpisah dengan biaya visa.

Ini karena penetapan biaya visa berlaku untuk mereka yang telah menjalankan ibadah haji dan umrah. “Harga paket umrah akan tetap seperti biasa, hanya saja ada tambahan biaya visa untuk mereka yang pernah berhaji dan umrah,”jelas dia.

Sebelumnya keempat asosiasi yang tergabung dalam Perhimpunan Asosiasi Travel Umrah dan Haji (PATUH) telah melayangkan surat kepada pemerintah untuk mempertimbangkan aturan ini.

Tahun 2016 ini jumlah jamaah umrah yang telah diberangkatkan oleh seluruh travel resmi sebanyak 699.800. Untuk tahun depan Amphuri tidak ada target khusus untuk jumlah jamaah umrah, hanya saja Amphuri berharap dapat melayani jamaah dengan sebaik-baiknya dan tidak ada lagi travel nakal yang menelantarkan jamaah.

 

 

sumber: Republika Online

Tundalah Kesenanganmu untuk Akhirat

DALAM kitab Hayatush Shahabah, disebutkan bahwa Hafsh adalah salah seorang kawan dekat Khalifah Umar ibnul Khaththab radhiyallahu anhu yang selalu menolak makan bersama dengan beliau.

Ia mengkritik makanan khalifah yang menurutnya begitu sederhana. Bahkan ia mengatakan bahwa makanan keluarganya jauh lebih baik daripada makanan Khalifah Umar.

Menanggapi sikap kawannya, Khalifah Umar berkata, “Jika aku mau, aku bisa saja menikmati makanan terbaik dan mengenakan pakaian terindah, aku tidak melakukan itu semua karena aku ingin menyisakan kesenanganku untuk hari akhirat kelak.”

Khalifah yang mulia ini melakukan hal yang demikian karena mencontoh guru dan pemimpinnya yang agung yaitu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Khalifah Umar bertutur, “Aku pernah meminta izin untuk bertemu dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Aku dapatkan beliau sedang berbaring di atas tikar yang sangat kasar, sebagian tubuh beliau yang mulia ada di atas tanah. Beliau hanya berbantalkan pelepah kurma yang keras. Aku ucapkan salam kepadanya dan duduk di dekatnya, hingga aku tak sanggup menahan tangisku”

“Mengapa engkau menangis, wahai putra Al-Khaththab?” tanya Rasul yang mulia.

“Bagaimana aku tidak menangis, tikar ini telah menimbulkan bekas di tubuhmu, engkau adalah Nabi Allah, kekasihNya, sementara kekayaanmu hanya ini yang aku lihat, nun jauh di sana Kisra dan Kaisar duduk di atas alas emas dan berbantalkan sutra”

Nabi berkata, “Mereka telah menyegerakan kesenangannya saat ini juga, kesenangan yang cepat berakhir, kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir kita. Perumpamaanku dengan dunia ini seperti orang yang bepergian atau safar di musim panas, ia berlindung sejenak dibawah pohon kemudian setelah itu berangkat dan meninggalkannya”Masya Allah[Ustaz Ibnu Hasan Ath Thabari]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2336017/tundalah-kesenanganmu-untuk-akhirat#sthash.2vj0f8UA.dpuf

Dapatkah Kita Zuhud seperti Rabi bin Khutsaim?

ENGKAU telah menggapai kemuliaan dunia yang hakiki. Tak ada orang lain. Tak ada orang yang dapat mencapai derajat tertinggi itu. Engkau telah mencapai derajat yang paling puncak yang tidak dapat didaki, kecuali hanya oleh orang-orang yang ikhlas. Orang-orang banyak beribadah, bercita-cita luhur, dan meninggalkan dunia beserta kesenangannya.

Ia adalah orang yang paling dekat dengan sahabat Abdullah bin Masud radhiyallahu. Ia adalah orang yang paling wara. Ia adalah seorang pria yang hatinya sangat lembut.Suka menumpahkan air mata. Apabila salat ia lupa akan segala hal. Tak ingat lagi kehidupan dunia. Ia sangat mencintai Rabbnya. Ibadahnya tak pernah henti. Ada seorang pria Aslam, yang memberikan kesaksian, ketika melihat orang itu sedang shalat, yang ia tak pernah melihat dilakukan oleh orang lain. “Apabila ia sujud, ia laksana kain yang dilempar dan dihinggapi oleh burung-burung”, ujar Aslam.

Saat menjelang malam Ia jarang tidur. Ia tak memejamkan matanya. Saat orang lain sedang asyik dibuai mimpi-mimpi. Keluarganya pun kasihan kepadanya. Sampai seorang putrinya menegurnya. “Wahai ayah!. Mengapa selalu terjaga? Padahal orang-orang sedang asyik tidur?”. Orang itu menjawab pertanyaan putrinya. “Sesungguhnya neraka janaham terbayang di mataku!, ucap ayahnya. Suatu ketika. Orang itu berkata kepada putrinya yan ia cintai itu, dan berkata : “Aku sangat takut. Takut aku tergelincir ke dalam neraka”, kata ayahnya.

Para sahabat lainnya, ingin mengetahui, bagaimana lamanya shalat tahajud di malam hari. Salah seorang sahabat, lalu menuturkan: “Mereka menaruh tanda di rambutnya, karena rambut orang itu tebal, untuk mengetahui orang itu tidak atau tidak? Ternyata tanda yang mereka taruh itu tidak berubah. Dari peristiwa itu, diketahui ia tidak membaringkan tubuhnya di malam hari”.

Bila pagi tiba. Ia berkata: “Selamat datang, wahai para malaikat Allah. Tulislah, Bismillaahir-Rahmanaanir-Rahim, subhanallah, wal-hamdulillah, laa Ilahaa illallaah wallaahu Akbar!”. Ia sangat meresapi makna Alquran, bila membacanya. Mengetahui apa yang diperintah dan larangannya. Mengenal betul janji dan ancamanNya. Suatu kali, ia melakukan salat tahajud, dan membaca ayat: “Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu”. (Alquran : 45:21) Ayat itu merasuk ke dalam pikirannya. Sampai tidak dapat melanjutkannya. Ayat itu diulang-ulang sampai pagi hari. Ia merasakan lezatnya, ketika membaca Alquranul Karim.

Siapa orang itu? Ia tak lain adalah Rabi bin Khutsaim bin Aidz rahimahullah. Ia adalah murid Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu, yang menjadi pewaris ilmunya, peneladan akhlaknya, imam dalam ibadah, zuhud, dan wara.

Rabi tak suka memperlihatkan amal ibadahnya. Ia bahkan berupaya menyembunyikan ibadahnya. Ketika ada orang menemuinya sedang ia sedang memegang mushaf Alquran, ia menutupinya dengan kain agar tak terlihat. Rabi tidak melakukan salat sunah di masjid jami. Ia hanya satu kali orang-orang melihatnya mengerjakan salat sunah. Rabi bin Khutsaim rahimahullah telah mencapai tingkat rasa takut kepada Allah Azza Wa Jalla yang sangat tinggi. Hatinya selalu dipenuhi oleh khasyatillah (takut kepada Allah). Orang yang keadaan seperti itu, pasti akan ringan dari segala musibah dan ujian dunia.

Suatu kali. Rabi pergi bersama dengan Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu. Mereka berdua melihat tukang besi. Mereka berdua melihat besi yang sedang menyala dan ditempa. Lalu, Ibnu Masud melanjutkan ke tempat lain. Sampai di tepian sungai Eufrat. Di tepian sungai yang membelah kota Bagdad itu, mereka bertemu dengan seorang pandai besi yang mengerjakan pembuatan perkakas. Saat melihat api yang menyala-nyala itu, Abdullah bin Masud membacakan ayat Alquran: “Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya. Dan, apabila mereka dilemparkan ketempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan”. (al-Furqan :25:12-13).

Saat itu, tiba-tiba Rabi pingsan, dan digotong ke rumahnya. Abdullah bin Masud menunggui sampai dhuhur. Belum juga siuman. Sampai ashar belum juga siuman. Dilanjutkan sampai magrib. Belum juga siuman. Baru sesudah itu, Rabi siuman, kemudian Abdullah bin Masud meninggalkannya. Itulah kondisi orang-orang yang bertakwa.

Seorang dari Bani Taymillah bercerita, dan pernah mendampingi Rabi selama dua tahun. Selama dua tahun itu, orang menceritakan, bahwa Rabi, hanya berbicara satu kali, yang berkaitan dengan dunia, dan dalam bentuk pertanyaan. “Apakah ibumu masih hidup? Berapa masjid di lingkunganmu?”. Orang yang hatinya sibuk dengan zikrullah, tak memiliki kesempatan menyebut-nyebut dunia.

Pernah Rabi terkena penyakit lumpuh dalam waktu yang lama. Suatu ketika ia ingin makan daging ayam. Namun, ia menahan keinginannya itu selama empat puluh hari. Baru, ia berkata kepada istrinya : “Aku ingin makan daging ayam sejak empat puluh hari yang lalu, agar keinginanku dapat diredam”, ucapnya. “Subhanallah. Mengapa itu tidak engkau lakukan?”, sahut istrinya. Maka, istrinya menyuruh seseorang pergi ke pasar membeli ayam. Lalu, disembelihnya ayam itu. Usai menyembelih ayamnya, lalu memasak ayam itu, dan dicampur dengan roti, kemudian istrinya menghidangkan masakan itu kepada suaminya.

Betapa. Saat Rabi akan makan hidangan ayam beserta roti, di depan pintu datanglah seorang pengemis dan meminta- “Berikanlah ini kepadanya. Semoga Allah Azza Wa Jalla memberkahi”, kata Rabi kepada istrinya. “Subhanallah”, sahut istrinya. “Sudahlah. Berikan kepada dia”, kata Rabi. Isterinya lalu berkata: “Kalau begitu aku akan melakukan hal-hal yang lebih baik”, tukas istrinya. “Apa?”, tanya Rabi kepada istrinya. “Aku akan memberikan uang seharga makanan ini”, jawab isterinya. Setelah isterinya menyerahkan uang itu kepada pengemis itu, lalu Rabi berkata: “Berikanlah uang berikut makanan itu seluruhnya”.

Suatu hari datang seorang laki-laki ke rumahnya meminta nasihat. Rabi rahimahullah mengambil kertas lalu menuliskan kata-kata: “Katakanlah, marilah kebacakan apa yang diharamkan Tuhanmu, yaitu: Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Berbuat baiklah terhadap kedua orangtuamu (ibu-bapak), dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin. Kami akan memberi rezeki kepada kamu dan mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan keji, janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah, melainkan dengan sebab yang benar”.

Rabi bin Khutsaim telah memberikan teladan. Memberikan pelajaran. Memberikan arahan. Semua menjadi jalan menuju kehidupan yang diridhai Allah Azza Wa Jalla. Tak ingin mendapatkan murka-Nya, kelak di akhirat nanti. Wallahu alam. [Eramuslim ]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2334957/dapatkah-kita-zuhud-seperti-rabi-bin-khutsaim#sthash.1nWtjQZG.dpuf

Urgensi dan Kiat Mendidik Anak Cinta Quran

URGENSI mendidik anak cinta Alquran:

1. Mendidik anak selalu dekat dengan Allah dan dekat dengan wahyu-Nya.
2. Melatih kecerdasan dan kekuatan hafalannya.
3. Mendidik anak berjiwa kuat agar mampu mengendalikan nafsunya. “Apabila dibacakan alquran kepada mereka maka bertambahlah imannya.” (QS. 8:2)
4. Mendidik anak berakhlak mulia.
5. Menjaga anak dari penyakit hati dan penyimpangan moral.
6. Mempersiapkan anak lebih dini untuk memiliki potensi menjadi tokoh besar.
7. Menyibukkan anak pada kegiatan yang bermanfaat.
8. Menyiapkan anak bahagia di dunia dan di akhirat.
9. Bernilai sedekah jariah bagi orang tua.
10. Menjadi syafaat bagi anak dan orang tuanya.

Kiat mendidik anak cinta Alquran:

1. Keteladanan dari kedua orang tua.
2. Banyak berdoa kepada Allah.
3. Memberikan motivasi kepada anak.
4. Disiplin dalam mengajarkan alquran; membaca, menghafal dan mengamalkan.
5. Banyak memperdengarkan tilawah quran dari qari terbaik.
6. Melekatkan anak kepada guru alquran (ahli alquran yang fasih, hafidz dan berakhlak alquran).
7. Menciptakan lingkungan yang kondusif.
8. Memberikan apresiasi dan tidak memberikan sanksi.
9. Bertahap sesuai kemampuan anak.
10. Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan.

Semoga Allah memberikan kemudahan dan keberkahan dalam upaya kita mewujudkan anak cinta alquran, amin. [Ustazah. DR. Hj. Aan Rohanah, Lc , M.Ag]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2335505/urgensi-dan-kiat-mendidik-anak-cinta-quran#sthash.UG2xyeg7.dpuf