Eksistensi Adzan Terancam, Hamas Kecam Menteri Israel Setujui RUU Pembatasan Adzan

Gerakan Hamas yang berbasis di Gaza dan anggota parlemen Palestina di Knesset telah mengecam Menteri Israel karena menyetujui RUU terkait pembatasan adzan bagi kaum Muslimin di Palestina.

Membatasi adzan dengan tidak boleh menggunakan pengeras suara dan mengancam hak Muslim dalam menjalankan keyakinannya adalah bentuk dari rasisi hukum, kata anggota parlemen Arab yang terdaftar di koalisi.

Seperti dilansir Worldbulletin, anggota koalisi menegaskan, bahwa adzan merupakan bagian dari budaya Palestina, dan kebijakan yang dibuat Perdana Menteri Israel, Banjamin Netanyahu terkait pembatasan adzan, menunjukkan bahwa ia berpemahaman rasis dan Islamfobia.

Hari Minggu, Hamas juga memberikan sebuah pernyataan, melarang adzan adalah bentuk sentimentil terhadap umat Islam, dimana pelarangan adzan atau praktik ibadah lain sejatinya tidak diperbolehkan.

Meskipun Menteri Israel telah menyetujui RUU, untuk memberlakukan rancangan undang-undang tersebut, Israel harus melewati tiga putaran pemungutan suara sebelum akhirnya RUU menjadi hukum. (Eka Aprila)

 

sumber: Bumi Syam

Dokumentasikan Penderitaan Warga Rohingya, Fotografer AS Dicekal

Fotografer dokumenter asal AS, Greg Constantine, mendapat pencekalan di Bandara Yangon karena dilaporkan masuk daftar hitam. Padahal, ia akan membuka pamerannya di Myanmar yang bertemakan “Nowhere People“.

Pameran ini memang menampilkan penderitaan orang-orang tanpa kewarganegaraan yang tinggal di 18 negara, membutuhkan 10 tahun untuk memamerkannya. Dari foto-foto yang akan ditampilkan, terdapat minoritas Muslim Rohingya yang ada di Myanmar, dan tinggal di kamp-kamp pengungsi di Rakhine.
“Saya telah mendapatkan gambar orang-orang tanpa kewarganegaraan di Rakhine, saya cuma bisa berspekulasi itu yang menjadi alasan atau salah satu alasan saya masuk daftar hitam,” kata Constantine seperti dilansir Art Forum, Selasa (22/11).
 video_syiar_islam
Ia menerangkan, Direktur Imigrasi Myanmar sekalipun menolak untuk menjelaskan alasan Constantine masuk daftar hitam, termasuk rincian data waktu dan penetapannya. Karenanya, saat ini ia hanya bisa melihat gambar-gambar Muslim Rohingya yang jadi alasan Constantine dicekal masuk ke Myanmar.
Warga Rohingya memang telah lama ditolak hak-hak kewarganegaraannya, termasuk untuk menikah dan beribadah. Mereka juga mendapat penganiayaan. Kekerasan terhadap minoritas telah meningkat sejak pemerintah Myanmar, menyatakan jika warga Rohingya bertanggung jawab atas penyerangan pos perbatasan.
Menurut Pyae Thet Phyo dari Myanmar Times, Menteri Tenaga Kerja, Imigrasi, dan Kependudukan mengumumkan pada Januari bahwa lebih dari 4.300 orang masuk daftar hitam. Sampai Agustus, baru ada sekitar 619 yang dihapus dari daftar hitam, terdiri dari 248 warga Myanmar dan 371 warga asing.

Menteri Agama Ajak Umat Islam Doakan Muslim Rohingya

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyeru umat Islam Indonesia untuk melakukan doa qunut nazilah demi keselamatan umat Islam yang jadi korban konflik di Rakhine State, Myanmar. Menag juga meminta umat Islam melaksanakan shalat ghaib untuk korban yang meninggal di sana.

Qunut nazilah adalah doa yang dibaca setelah i’tidal pada rakaat terakhir shalat. Amalan ini disunnahkan ketika umat Islam mengalami ancaman. Sedangkan shalat ghaib adalah shalat mendoakan jenazah sesama Muslim sebagai bentuk solidaritas.

”Kedua amalan tersebut merupakan ajaran para ulama sebagai tindakan spiritual yang mendahulukan kedamaian,” kata Lukman melalui keterangan resmi kepada Republika.co.id, Senin (21/11).

Ia menyampaikan, semua sangat prihatin dengan konflik tersebut. Dia berharap jumlah korban pun tidak terus bertambah. Lukman menyatakan pihaknya siap memfasilitasi tokoh agama Islam maupun Buddha serta akademi sosial dari perguruan tinggi keagamaan negeri untuk membantu penyelesaian masalah. Apalagi, ada sejumlah tokoh dan akademisi yang berpengalaman dalam resolusi konflik.

Pihaknya masih terus memantau perkembangan situasi Rakhine dari dekat. Jika diperlukan, kata dia, Indonesia harus siap membantu. ”Saya terus berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri yang jadi garda terdepan dalam penyelesaian masalah ini,” ujarnya.

Menurutnya, Pemerintah Indonesia tidak tinggal diam terhadap nasib umat Islam di Myanmar. Selama ini pemerintah telah melakukan serangkaian upaya untuk membantu kelompok minoritas Muslim di Myanmar sebagai wujud menegakkan kemanusiaan dan mewujudkan perdamaian.

video_syiar_islam
Upaya itu dilakukan di dalam negeri, di Myanmar, bahkan di forum-forum internasional. Upaya itu juga meliputi berbagai aspek seperti membantu fasilitas pendidikan dan kesehatan. Banyak program yang telah dan terus dilaksanakan Pemerintah Indonesia terkait nasib minoritas Muslim di Myanmar. ”Mari bantu kerja konkret tersebut dengan sikap spiritual yang tepat. Kita semua saling dukung untuk bertindak secara strategis,” kata Lukman.

Konflik sosial di Rakhine kembali memanas dalam beberapa hari terakhir. Rumah suku Rohingya hancur dan terbakar, sejumlah korban jiwa juga berjatuhan.

 

 

sumber: Republika Online

Jimly: KH Ali Yafie Guru Semua Tokoh Intelektual Saat Ini

Figur KH Ali Yafie merupakan sosok guru bagi hampir semua tokoh intelektual saat ini, bukan cuma dari satu generasi. Bahkan, KH Ali Yafie adalah guru dari tokoh-tokoh mulai dari generasi Quraish Shihab, Nurcholish Madjid (Cak Nur), dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Jimly Asshidiqie merupakan satu dari sekian banyak tokoh yang pernah berguru kepada KH Ali Yafie. Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), Jimly Asshiddiqie, mengatakan “Ini guru kita semua, semua tokoh intelektual sekarang pernah merasa berguru kepada beliau,” katanya, kepada Republika, Selasa (22/11).

Jimly mengungkapkan, dulu pernah ada semacam pengajian atau majelis diskusi, yang diadakan setiap bulan Ramadhan di akhir pekan, dan dihadiri banyak tokoh seperti Cak Nur, Gus Dur, dan Quraish Shihab. Saat itu, ujar dia, KH Ali Yafia merupakan mentor dan biasa diam saat diskusi atau perdebatan berlangsung yang biasanya baru berakhir menjelang azan Subuh.

Kata Jimly, KH Ali Yafie baru berbicara menjelang Subuh untuk memberikan kesimpulan dan rangkuman semua yang diskusi, dan kerap membuat terkesima semua tokoh intelektual yang ada. Selain itu, dia mengingat, sosok KH Ali Yafie merupakan tokoh yang bukan cuma memiliki intelektual dan pengetahuan agama mendalam, tapi juga memiliki sikap yang teguh.

“Sempat, KH Ali Yafie yang menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) memutuskan untuk mengundurkan diri, dan benar-benar berprinsip tidak ingin lagi menjabat,” katanya. Bahkan, saat itu, Jimly bersama Amidhan Saberah yang berulang kali berusaha membujuknya untuk kembali menjabat, tidak pernah berhasil menemui KH Ali Yafie sekalipun mendatangi rumahnya.

“Ini orang hebat. Semua tokoh intlektual sangat menghormati beliau, bukan cuma generasi usia 60 yang out going generation seperti saya,” ujar Jimly.

Untuk itu, dia berharap, di usia yang ke 93 tahun KH Ali Yafie dapat terus diberikan kesehatan, sehingga dapat terus menjadi guru dan membimbing bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Menurut Jimly, kaum muda pun harus bisa memberi perhatian kepada tokoh-tokoh senior, yang tujuannya regenerasi tokoh di Indonesia dapat berjalan dengan baik.

 

sumber: Republika Online

Jajaki 93 Tahun, KH Ali Yafie Masih Pikirkan Keselamatan Indonesia

KH Ali Yafie menghadiri tasyakuran ke 93 tahun yang dibuat murid-muridnya. Bahkan, senyum dan kaca mata hitam khas KH Ali Yafie, tampak tidak hilang dari Guru Besar begitu banyak kampus terkemuka di Indonesia tersebut.

Mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ali Yafie, tampaknya belum mau berhenti memikirkan masa depan bangsa Indonesia. Hal itu terbukti dari doa dan harapannya, yang ingin bangsa Indonesia benar-benar menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Saya mendoakan keselamatan bagi kita semua di Indonesia, baik umat Islam maupun umat-umat lain,” kata KH Ali Yafie kepada Republika, Selasa (22/11).

Walau tidak kuasa lagi berjalan jauh dan harus duduk di kursi roda, dengan suara lirihnya KH Ali Yafie masih menghaturkan doa bagi Indonesia. Ia mengaku, tidak bisa lagi berbuat banyak selain berdoa kepada Allah SWT, sehingga itu yang akan terus dilakukan bagi Indonesia.

KH Ali Yafie menekankan, siapapun orang-orang yang ada di Indonesia dengan berbagai latar belakangnya, merupakan satu-kesatuan bangsa Indonesia. Karenanya, dia berharap, Indonesia senantiasa diberikan keselamatan, mulai dari kemerdekaan yang diraih dengan perjuangan.

“Semoga Allah SWT tetap memlihara rahmat-NYA kepada kita semua,” ujar mantan Ketua Dewan Penasehat Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) tersebut.

Terakhir, dia mengungkapkan pentingnya semua elemen manusia di Indonesia menjaga betul-betul kesatuan dan persatuan. Menurut KH Ali Yafie, kesadaran itu harus benar-benar dimiliki setiap orang agar bangsa Indonesia mampu berkembang, terutama di era globalisasi seperti sekarang.

 

 

sumber:Repblika Online

Hari Anak Universal: Di Palestina Sebanyak 350 Anak Masih Mendekam di Dalam Penjara Zionis Israel

Memperingati Hari Anak sedunia yang jatuh pada tanggal 20 November, Organisasi Tahanan Palestina melaporkan sebanyak 350 anak-anak di bawah umur kini masih mendekam di dalam penjara Zionis Israel.

“Kami menuntut organisasi hak asasi manusia internasional dan Badan PBB untuk anak-anak (UNICEF) melakukan upaya lebih dalam melindungi anak-anak Palestina,” tulis Organisasi Tahanan Palestina dalam laporan yang diterbitkan organisasi non-pemerintah pada hari Sabtu (19/11) seperti dilansir kantor berita WAFA.

Tercatat lebih dari 2 ribu anak-anak telah ditangkap aparat keamanan penjajah Zionis Israel semenjak akhir tahun 2015, dimana 350 orang diantaranya masih mendekam di dalam, termasuk 12 orang anak perempuan.

Organisasi Tahanan Palestina menyebut anak-anak di kota Al Quds menjadi target terbanyak penangkapan oleh aparat keamanan Zionis Israel.

Setiap tanggal 20 November dunia memperingati Hari Universal Anak. Ditanggal ini Majelis Umum PBB pada tahun 1959 mengadopsi “Deklarasi Hak Anak”, serta “kesepakatan hak-hak anak” di tanggal yang sama pada tahun 1989. (Almasryalyoum/Ram)

 

sumber: Era Muslim

Pisahkan Al Quds Dari Palestina, Penjajah Zionis Israel Bangun 1.440 Pemukiman Yahudi Baru Di Perbatasan Kota

Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Palestina mengutuk pembangunan seribu lebih pemukiman baru Yahudi di perbatasan kota Al Quds, diatas 70 dunum tanah warga yang dirampok penjajah Zionis Israel.

Pembangunan 1.440 pemukiman baru rencananya akan dilakukan di pemukiman Rahmat Sholomo, seperti dilansir Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Palestina dalam keterangan persnya.

Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Palestina menyebut pembangunan ilegal ribuan pemukiman Yahudi ini adalah mutlak pelanggaran hukum internasional yang bertujuan untuk memisahkan dan mengucilkan kota Al Quds Timur dari Betlehem dan Beit Sahour serta wilayah Tepi Barat Palestina.

video_syiar_islam

Kementerian meminta masyarakat internasional untuk campur tangan dan menyatakan sikap tegas terhadap upaya Yahudisasi kota Al Quds untuk menghilangkan jejak Islam dan Arab dari kota.

Rabu 16 November 2016, Knesset Zionis Israel sepakat menyetujui RUU “Pemutihan Pemukiman” Zionis Israel, yang akan memberikan wewenang kepada pemerintah untuk menguasai tanah milik warga Palestina dan merubahnya menjadi pemukiman Yahudi. (Rtarabic/Ram)

 

sumber: Era Muslim

Kesengsaraan Anak Palestina di Al-Quds

Penangkapan, kemiskinan, dan kurangnya ruang kelas, deprivasi sosial, serta hukum yang tidak adil adalah 5 permasalah serius yang dihadapi anak-anak Palestina di kota Al Quds, seperti dilansir Anatolia dari laporan terbaru yang dikeluarkan Organisasi Hak-Hak Sipil Yahudi dalam peringatan Hari Anak Universal pada 20 November kemarin.

Al Quds Center for Study Israel dalam sensus terbarunya menyatakan jumlah warga Palestina di Yerusalem Timur mencapai angka 316.000 jiwa, dengan 119 ribu diantaranya adalah anak-anak di bawah umur 14 tahun.

Organisasi Hak-Hak Sipil Yahudi melaporkan bahwa setiap harinya ada ribuan anak-anak Palestina di kota ini menderita akibat kebijakan rasial yang dikeluarkan pemerintah Zionis Israel baik dari segi ekonomi, pendidikan ataupun bidang lainnya.

Berikut 4 dilema anak-anak Palestina di kota Al Quds dalam sebuah study yang dilakukan organisasi HAM Yahudi:

Di Bidang Ekonomi

Ada lebih dari 8.500 anak-anak di kota Al Quds Timur hidup di bawah garis kemiskinan akibat memburuknya ekonomi Palestina yang disebabkan penjajahan Zionis Israel, pendapatan rendah, tingginya pajak dan isolasi dari kota-kota Palestina lainnya.

Di Bidang Pendidikan

Akibat kebijakan pendidikan rasis penjajah Zionis Israel, anak-anak Palestina di kota Al Quds Timur kekurangan sekitar 2 ribu ruang kelas untuk belajar. Jumlah ini ditambah dengan 33% anak-anak di wilayah ini yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar hingga lulus Sekolah Menengah Atas.

Di Bidang Hukum

Tingginya angka penangkapan anak-anak Palestina oleh pihak berwenang penjajah Zionis Israel, dan ditambah dengan penyiksaan yang diterima serta perlakukan yang tidak adil.

Selain itu undang-undang terbaru yang disahkan Knesset Zionis Israel juga membolehkan memungkinkan penahanan anak-anak di bawah usia 14 tahun. Ini jelas melanggar hukum internasional dan bahkan hukum Israel.

Di Bidang Politik

Kebijakan apartheid Zionis Israel yang menyebabkan sebagian besar anak-anak Palestina di kota Al Quds tidak mendapatkan perawatan kesehatan atau akademik. (Anatolia/Ram)

 

sumber: Era Muslim

Wayan Fitriyani, Baca Buku-Buku Islam Lalu Bersyahadat

Ada beragam cara Allah SWT menganugerahkan hidayah kepada seseorang. Perjalanan yang tidak begitu berat dalam mengenal Islam dirasakan Wayan Fitriyani.

Proses perkenalan Wayan, begitu akrab disapa dengan Islam, terjadi begitu sederhana, yaitu melalui kegiatan membaca.  Ketika berhadapan dengan doktrin yang selama ini melekat dalam Islam, yakni sebagai agama paling benar, Wayan tertarik menelaah lebih jauh.

Seberapa jauh kebenaran doktrin tersebut?

Wayan penasaran. Ia mendalami Islam lewat buku dan menjelajahi internet. Rasa itu kian kuat ketika di lingkungan tempat ia bekerja seusai menamatkan pendidikan SMA, terdapat banyak Muslim.  

Meski kerap mendengar Islam agama yang paling benar, risalah Muhammad SAW ini tak terlalu dikenal di lingkungan keluarga perempuan kelahiran 29 Desember 1992. Ia terlahir di Bali dengan mayoritas pemeluk Hindu.

Keluarga saya sama sekali tidak mengenal Islam. Jadi, baik atau buruk ajarannya keluarga saya tidak peduli, katanya kepada Republika pada akhir pekan lalu.

Setelah membaca buku-buku tentang Islam, Wayan fokus belajar tata cara ibadah dengan baik dan benar meski belum berikrar syahadat. Ia membeli sebuah buku tentang tuntunan shalat wajib dan sunah serta kumpulan doa-doa ijabah.

Buku itu dibelinya lantaran ia kerap menyaksikan teman kerjanya melaksanakan ritual-ritual itu. Jadi, buku itu sengaja saya beli, ujarnya.

 

Meski buku koleksi Wayan Fitriyanitermasuk bacaan ringan, buku tersebut memiliki nilai karena mampu memberikan banyak informasi dan pengetahuan tentang ajaran Islam, yang sama sekali tidak pernah ada di pikirannya.

Dari buku yang tebalnya tidak kurang dari 200 halaman itu, Wayan banyak mendapat informasi dan pengetahuan dari bacaan-bacaan shalat. “Saya pikir ini agama yang masuk akal, ujarnya.

Wayan mengaku tertarik membaca semua buku tentang Islam. Setelah membaca buku tentang tuntunan shalat wajib dan sunah, rasa ingin tahu Wayan tentang Islam  terus tumbuh.

Setiap ada waktu senggang di tempatnya bekerja, perempuan kelahiran  Banjar Klungah, Desa Wisman, Kecamatan Sideman, Kabupaten Karang Asem, Bali, ini menyempatkan membaca ajaran Islam lewat ponsel pintarnya.

Pokoknya saya baca semua sumber informasi tentang Islam, termasuk dakwah-dakwah di televisi, katanya.
Akhirnya pada 4 Juli 2016, Wayan mengucapkan dua kalimat syahadat. Ketika itu ia diantar seorang Muslimah, rekan kerjanya.

Jadi hampir lima bulan yang lalu saya masuk Islam, katanya.

 

Memeluk Islam atas keputusannya sendiri, tanpa paksaan dari pihak manapun, Wayan tidak menyembunyikan keyakinan barunya tersebut dari kedua orang tua dan keluarga besarnya.

Dengan penuh rasa percaya diri, Wayan menyampaikan kepada orang tuanya. Saya sudah masuk Islam, katanya.

Setelah mendengar pengakuannya masuk Islam, Wayan mengatakan, jika kedua orang tuanya kaget dan tidak terima sama sekali dengan keputusan putri pertama mereka itu.

Jejak keluarga tak pernah ada yang keluar dari keyakinan leluhur, Hindu. Jadi, semua menentang saya masuk Islam, katanya

Walaupun mendapat penolakan, Wayan tidak mendapatkan perlakuan kasar dari kedua orang tuanya. Mereka hanya menyesalkan. Mengapa kamu mesti pindah keyakinan, katanya menirukan pernyataan ibunya.

Wayan masih diterima keluarga dan berbaur, meski Wayan sudah berbeda keyakinan. Ini juga menjadi kesempatan baginya untuk mengenalkan Islam. Walau demikian, ia mengaku, keluarga besarnya berkeinginan besar agar ia kembali memeluk agama leluhur.

Namun, Wayan tetap dalam pendiriannya dengan penuh toleran. Ia tetap tak ingin membuat orang tua yang membesarkan dan membiayai hidupnya itu kecewa.

Saya tunjukkan lewat perbuatan baik kepada kedua orang tua, kata dia.

Akhlak dan pekerti luhur yang tetap Wayan junjung, membuat luluh hati orang tuanya. Mereka menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada putrinya tanpa mesti dimusuhi. Alhamdulilah sekarang semuanya menerima, katanya.

Bentuk penerimaan keluarga terhadap keyakinan baru Wayan, upacara Banten, ritual pelepasan keluar dari Hindu, digelar khusus untuknya. Untuk menjaga hati dan pandangannya agar tidak bermaksiat kepada Allah SWT setelah kurang lebih tiga bulan masuk Islam, Wayan memutuskan menikah.

 

Setelah masuk Islam, Wayan ingin tetap istiqamah menjalankan ajaran Islam lewat berbakti kepada suami dan ritual lainnya, seperti shalat, puasa sunah, dan tetap istiqamah menggunakan hijabnya dalam kehidupan sehari-hari. Wayan mengatakan, setelah resmi masuk Islam langsung menggunakan hijab.

Sekarang yang sedang saya perjuangkan bagaimana bisa tetap istiqamah dalam Islam,” katanya.

Agar keislamannya lebih sempurna, Wayan sedang berusaha memperbaiki bacaan-bacaan shalat dan belajar mengaji. Terutama bagaimana saya bisa menerapkannya, ujar dia.

Untuk menambah pengetahuan tentang Islam yang baru lima bulan ia yakini, Wayan masih tetap membaca buku tentang Islam dan ikut-ikut pengajian.

Kadang kalau mendapati kebingungan dan kerancuan dalam amalan sehari-hari, ia tidak segan bertanya kepada orang-orang yang lebih paham tentang Islam, baik dari suami maupun mertuanya.

 

 

sumber:Republika Online

Ahmad Victor Ary Subekti, dari Benci Lalu Bersyahadat

Sebelum bersyahadat, Ahmad Victor Ary Subekti mengaku, ia menganggap Islam rendah, terutama pemeluknya. Alasannya apa?

Pria kelahiran Jakarta, 26 September 1975, ini menceritakan kisahnya kepada Republika di sela kesibukannya sebagai karyawan perusahan swasta di Jakarta. Pemilik nama asli Victor Ary Subekti ini menceritakan bagaimana dulu ia memandang rendah orang Islam yang hanya berbekal ucapan salam demi memungut sumbangan dari pemilik rumah mewah di Sumurbatu, Kemayoran, Jakarta Pusat.

“Islam, menurut saya, dulu adalah agama yang penganutnya seperti pengemis,” katanya mengenang sikapnya yang apriori terhadap agama samawi ini.

Tidak hanya itu, Victor, begitu akrab disapa, juga menilai pemeluk Islam berperangai kasar dan (maaf) biadab. Anggapannya itu berangkat dari pengalamannya semasa di bangku SD. Bersama sang kakek yang seorang polisi dan ayahnya, seorang wartawan, berusaha menyelamatkan tetangganya yang etnis Tionghoa pada kerusuhan Tanjung Priok. “Di situ, saya liat Islam juga galak dan anarskistis,” ceritanya.

Victor yang terlahir dari keluarga Katolik ini bahkan mengaku, begitu bencinya terhadap Islam, ia selalu berupaya mencari pasangan kekasih yang beragama Islam. Tujuannya satu, agar sang pacar bisa diajak pindah ke agamanya.

Akan tetapi, tidak pernah ia menyangka, justru keadaan berubah ketika Victor berkuliah di Universitas Trisakti. Ia mulai kritis terhadap Alkitab. Baginya, doktrin teologi yang ia yakini selama ini tidak sinkron.

Victor mengonsultasikan kegamangannya itu kepada pastur. Ia berharap menemukan jawaban yang logis dan rasional terkait konsep teologi yang ia yakini, terutama soal doktrin trinitas. “Saya tanya begitu malah dimarahin sama pastur,” ujarnya.

Victor didesak melakukan pengakuan dosa. “Tapi, pertanyaan saya tidak bisa dijawab,” katanya mengisahkan cerita yang terjadi antara 1993-1996-an itu.

Victor ingat betul bagaimana ia pernah memutuskan belajar ke Seminari Xaverian, semacam ‘pesantren’ khusus generasi muda Katolik hanya untuk menghilangkan keraguannya itu. Namun, insiden yang terjadi antara dirinya dan sang pastur membuatnya kecewa.

Bukannya mendapat jawaban, ia malah mendapat cemoohan. Victor hilang selera. “Setelah dimarahi pastor, ya saya nggak pernah ke gereja lagi dan malas lagi berdoa, akhirnya hilang kepercayaan,” katanya.

 

 

sumber:Republika Online