Menggugat Kesahihan Dalil Asmaul Husna?

ASMAUL HUSNA yang poluler di masyarakat berjumlah 99 didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi yang artinya berikut ini;

“Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Ya’qub Al Jurajani telah menceritakan kepada kami Shafwan bin Shalih telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim telah menceritakan kepada kami Syu’aib bin Abu Hamzah dari Abu Az Zinad dari Al A’raj dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu wa’alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah ta’ala memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Barang siapa yang hafal, mengamalkan dan membenarkannya akan masuk Surga. Yaitu; Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia Ar Rahman, Ar Rahim, Al Malik, Al Quddus, As Salamu, Al Mukmin, Al Muhaiminu, Al ‘Aziz, Al Jabbar, Al Mutakabbir, Al Khaliq, Al Bari-u, Al Mushawwiru, Al Ghaffaru, Al Qahhar, Al Wahhab, Ar Razzaq, Al Fattah, Al ‘Alim, Al Qabidh, Al Basith, Al Khafidh, Al Mu’iz, Al Mudzill, As Sami’, Al Bashir, Al Hakam, Al ‘Adlu, Al Lathif, Al Khabir, Al Halim, Al ‘Azhim, Al Qhafur, Asy Syakur, Al ‘Aliyyu, Al Kabir, Al Hafizh, Al Muqitu, Al Hasib, Al Jalil, Al Karim, Ar Raqib, Al Mujib, Al Wasi’, Al Hakim, Al Wadud, Al Majid, Al Ba’its, Asy Syahid, Al Haqqu, Al Wakil, Al Qawiyyu, Al Matin, Al Waliyyu, Al Hamid, Al Muhshi, Al Mubdi`, Al Mu’id, Al Muhyi, Al Mumit, Al Hayyu, Al Qayyum, Al Wajid, Al Majid, Al Wahid, Ash Shamad, Al Qadir, Al Muqtadir, Al Muqaddim, Al Muakhkhir, Al Awwalu, Al Akhir, Azh Zhahir, Al Bathin, Al Wali, Al Muta’ Ali, Al Barru, At Tawwab, Al Muntaqimu, Al Qafuwwu, Ar Rauf, Malikul Mulk, Dzul Jalal wal Ikram, Al Muqsith, Al Jami’, Al Ghani, Al Mani’, Adh Dharr,An Nafi’, Al Hadi, Al Badi’, Al Baqi, Al Warits, Ar Rasyid, Ash Shabur.

Abu Isa berkata; hadis ini adalah hadis gharib. Telah menceritakan kepada kami dengan hadis tersebut lebih dari satu orang dari Shafwan bin Shalih dan kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadis Shafwan bin Shalih, dan ia adalah orang yang tsiqah menurut ahli hadis. Dan hadis ini telah diriwayatkan lebih dari satu jalur dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan kami tidak mengetahui kebanyakan riwayat-riwayat tersebut memiliki sanad yang sahih yang menyebutkan nama-nama kecuali hadis ini. Dan Adam bin Abu Iyas telah meriwayatkan hadis ini dengan sanad selain ini dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan padanya ia menyebutkan nama-nama tersebut, dan tidakk memiliki sanad yang sahih. (H.R. At-Tirmidzi)”

Hadis lain yang semisal diriwayatkan oleh Ibnu Majah sebagai berikut;

Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin ‘Ammar telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin Muhammad As Shan’ani telah menceritakan kepada kami Abu Al Mundzir Zuhair bin Muhammad At Taimi telah menceritakan kepada kami Musa bin ‘Uqbah telah menceritakan kepadaku Abdurrahman Al A’raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Sesungguhnya Dia Maha ganjil serta mencintai sesuantu yang genjil. Barangsiapa menghafalnya, maka ia akan masuk surga. Yaitu; Allah, Al Ahad, As Shamad, Al Awwal. Al Akhir, Ad Dlahir, Al bathin, Al Khaliq, AL Bari`, Al Mushawir, Al Malik, Al Haq, As Salam, Al Mu`min, Al Muhaimin, Al Aziz, Al Jabbar, Al Mutakabbir, Ar Rahman, Ar Rahim, Al Lathif, Al Khabir, As Sami’, Al Bashir, Al ‘Alim, Al ‘Adzim, Al Baar, Al Muta’al, Al Jalil, Al Jamil, Al Hayyu, Al Qayyum, Al Qadir, Al Qahir, Al ‘Ali, Al Hakim, Al Qarib, Al Mujib, Al Ghaniy, Al Wahhab, Al Wadud, As Syakur, Al Majid, AL Wajid, Al Wali, Ar Rasyid, Al ‘Afwu, Al ghafur, Al Halim, Al Karim, At Tawwab, Ar Rabb, Al Majid, Al Wali, As Syahid, Al Mubin, Al Burhan, Ar Ra`uf Ar Rahim, Al mubdi`, Al Mu’id, Al Ba’its, Al Warits, Al Qawi, As Syadid, Adl Dlar, An Nafi’, Al Baqi, Al Waqi, Al Khafidl, Ar Rafi’, Al Qabidl, Al Basith, Al Mu’iz, Al Mudzil, Al Muqsith, Ar Razaq, Dzu Al Quwwatil Matin, Al Qa`im, Ad da`im, Al Hafidz, Al Wakil, Al Fathir, As Sami’, Al Mu’thi, Al Muhyi, Al Mumit, Al Mani’, Al Jami’, Al Haadi, Al Kaafi, Al Abad, Al ‘Alim, As Shadiq, An Nuur, Al Munir, At Taam, Al Qadim, Al Witru, Al Ahad, As Shamad alladzi lam yalid walam yuulad walam yakul lahu kufuwan ahad.” Zuhair berkata; “telah menyampaikan kepadaku tidak cuma satu orang dari ahli ilmu, bahwa pertama-tama di awali dengan kalimat; Tidak ada ilah selain Allah, dzat satu-satunya yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dzat yang memiliki kerajaan, dan bagi-Nya segala pujian, di tangan-Nya lah kebaikan dan Dia adalah dzat yang terhadap segala sesuatu berkuasa, tidak ada ilah (yang berhak di sembah) kecuali Allah, Dialah dzat yang memiliki nama-nama yang bagus.” (H.R. Ibnu Majah)

Hanya saja pakar-pakar hadis yang meneliti riwayat ini menyimpulkan bahwa daftar dan penderetan Asmaul Husna dalam riwayat ini bukanlah ucapan Nabi, namun bentuk Idroj (penyisipan) dari perawi yang berijtihad terhadap rician Asmaul Husna yang berjumlah 99. Dengan statemen ini, secara ringkas bisa dikatakan bahwa hadis yang menginformasikan bahwa Allah memiliki 99 nama adalah shahih, namun perincian 99 nama tersebut bukan ucapan nabi, sehingga tidak bisa menjadi dalil.

Ibnu Hajar menyimpulkan, bahwa Bukhari dan Muslim menolak hadis tentang 99 Asmaul Husna yang menyertakan perincian 99 nama tersebut dengan alasan bahwa riwayat tersebut berillat (berpenyakit), yaitu Tafarrud (bersendiriannya) perawi, perbedaan dan kekacauan lafadz, Tadlis (penyembunyian perawi/ aib riwayat), dan kemungkinan Idroj (penyisipan lafadz). Ibnu Hajar mengatakan;”Illatnya menurut Bukhari dan Muslim bukan hanya Tafarrudnya Al-Walid saja, tetapi juga perbedaan, kekacauan, Tadlis, dan kemungkinan Idroj ” (Fathu Al-Bari, vol 11, hlm 215)

Jika dibandingkan antara riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Majah di atas, memang ada perbedaan rincian Asmaul Husna. Sebagai contoh dalam Riwayat Ibnu Majah disebut nama Al-Jamil, Al-Mubin, Al-Burhan, Al-Qo-im, Ad-Da-im, Ash-Shodiq, Al-Munir, At-Tamm, dan Al-Witr sementara nama-nama ini tidak terdapat dalam riwayat At-Tirmidzi yang populer di masyarakat. Fakta riwayat ini menjadi persoalan ketika ada tuntutan untuk mengimani rincian 99 nama, namun riwayat yang ada berbeda.

Hal ini mudah difahami karena jika dua riwayat tersebut dikompromikan dengan cara menerima semuanya, maka hal ini berakibat jumlah Asmaul Husna menjadi lebih dari 99. Jika menolak salah satu riwayat dan menerima yang lainnya, maka juga sulit, karena dua riwayat tersebut nyaris setara kualitasnya meski yang satu levelnya dibawah yang lain.

Ibnu Qoyyim mengatakan, “..yang benar, ia (perincian Asmaul Husna tersebut) bukanlah ucapan Nabi (vol.3, hlm 415)

Ash-Shon’any mengatakan, ” Para Huffadh di kalangan Imam-Imam Hadis telah bersepakat bahwa pendaftaran/penderetan Asmaul Husna adalah hasil sisipan dari sebagian perawi” (Subul As-Salam, vol.4, hlm 108 )

Ibnu Katsir mengatakan, “Yang dijadikan tumpuan sekelompok Huffadh adalah bahwa pendaftaran/penderetan Asmaul Husna dalam hadis ini adalah hasil sisipan (Tafsir Ibnu Katsir, vol 3, hlm 515)

Ibnu Taimiyah mengatakan, “Pakar-pakar yang mengetahui hadis telah bersepakat bahwa dua riwayat ini bukanlah ucapan Nabi. Namun masing-masing adalah ucapan sebagian Salaf. Al-Walid menyebutkannya dari sebagian guru-gurunya yang berasal dari Syam, sebagaimana dijelaskan pada sebagian jalur-jalur hadis tersebut” (majmu’ Al-Fatawa, vol 6, hlm 379)

Di tempat lain Ibnu Taimiyah juga mengatakan, “99 nama, terkait perinciannya tidak ada hadis Shahih dari Nabi. Yang paling populer di khalayak adalah hadis At-Tirmidzi yang diriwayatkan Al-Walid bin Muslim dari Syu’aib dari Abu Hamzah. Namun, para Huffadh hadis mengatakan: Tambahan ini adalah hasil yang dikumpulkan oelh Al-Walid bin Muslim dari guru-gurunya dari kalangan Ahli hadis (Al-Fatawa Al-Kubro, vol 2/hlm 380)

Karena itulah Albany menilai dua riwayat tentang Asmaul Husna berjumlah 99 yang dirinci nama-namanya adalah hadis sahih, namun rinciannya dhoif. Wallahua’lam. []

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2372232/menggugat-kesahihan-dalil-asmaul-husna#sthash.Aao8Rhgu.dpuf

Bersyahadat di Hadapan Zakir Naik, Para Mualaf Khawatirkan Orang Tua

Para mualaf yang bersyahadat di hadapan Dr Zakir Naik mengkhawatirkan hubungan mereka dengan orang tua usai mereka menjadi Muslim. Kepada mereka, Dr Zakir Naik memberi nasihat singkat padat.

Dalam ceramah umum di Stadion Patriot Candrabhaga Kota Bekasi, akhir pekan lalu, mualaf-mualaf yang bersyahadat dibimbing Dr Zakir Naik mengkhawatirkan hubungan mereka dengan orangtua. “Saya mantap bersyahadat, tapi saya khawatir mengecewakan orang tua saya. Apa yang harus saya lakukan?,” kata Amelia (bukan nama sebenarnya) sambil berlinang air mata.

Di hadapan sekitar 50 ribu orang yang hadir di Stadion Patriot, Amelia bercerita kalau ia makin yakin menjadi Muslimah setelah menonton ceramah Dr Zakir Naik. Keraguannya selama ini terjawab satu per satu.

Wanita berkacamata itu mengatakan ia sangat ingin dibimbing bersyahadat oleh Dr Zakir Naik. “Saat saya tahu Anda ke Indonesia, saya berdoa semoga saya bisa bertemu. Takdir Allah, saya dibantu orang yang tidak saya kenal untuk bisa sampai ke sini,” ungkap Amelia.

Amelia tidak sendiri. Beberapa mualaf lain juga mengaku takut jadi anak durhaka jika mereka meninggalkan agama yang diajarkan orang tua mereka. Mereka takut mengecewakan orang tua mereka karena berpindah agama.

Kepada mereka, Dr Zakir Naik menasihati, dengan masuk Islam, mereka harus lebih mencintai orang tua. Apalagi Rasulullah mengatakan surga di bawah kaki ibu. Dr Zakir meminta mereka tidak kasar dan tetap bersikap baik, bahkan lebih baik, terutama kepada ibu mereka.

“Turuti ibumu kecuali untuk urusan aqidah. Kalau ibumu minta kamu pakai baju biru, pakailah. Allah meminta kita taat pada orang tua kecuali jika kita diminta durhaka kepada Allah,” ungkap Dr Zakir.

 

REPUBLIKA ONLINE

Ali Viacheslav Masuk Islam Setelah Mengetahui Kisah Yesus di Alquran

Meski dibesarkan dari keluarga ateis, sosok yang telah berganti nama Islam menjadi Ali Viacheslav Polosin ini sejak remaja percaya ada kuasa Tuhan di balik aktivitas semesta alam. Ia kerap membayangkan Tuhan, tetapi tidak memiliki cara memahaminya.

Untuk mencari tahu tentang kebenaran Tuhan, Ali memutuskan belajar di Fakultas Filsafat Universitas Negeri Moskow. Di perkuliahan ini, ia membuka Alkitab untuk pertama kalinya.

Peristiwa ini begitu berkesan bagi pengalaman spiritual dirinya. Ia datang ke sebuah gereja ortodoks Rusia saat berusia 19 tahun. Di sana ia menyaksikan sebuah tradisi, mendengarkan keindahan nyanyian memuji Tuhan. Peristiwa ini membuatnya ingin mempelajari ilmu teologi dan mulai aktif di seminar yang diadakan gereja.

Setelah mempelajari dalil-dalil ajaran Kristen di seminar, Ali menjadi seorang pastur pada 1983. Bagi saya, imamat adalah simbol peperangan ruhani dan intelektual dengan kefasikan. Saya merasa diri saya menjadi prajurit Tuhan, katanya.

Selain sebagai pelayan gereja, Ali juga diminta mengabdikan diri dalam berbagai ritual publik. Ritual ini bertentangan dengan prinsip dirinya. Seperti memercayai tahayul. Baginya, ia hanya ingin fokus pada ranah keimanan dan intelektual.

Peristiwa ini membuat Ali mengalami pergolakan batin antara iman pribadi dan tugas publik. Perlahan-lahan ia tidak lagi merasa sebagai pejuang Tuhan, tetapi sebagai seseorang yang diharapkan dapat melakukan ritual dan mantra. Akhirnya, Ali meninggalkan pelayanan imamat pada 1991.

Peristiwa itulah yang membuat pria kelahiran 26 Juni 1956 mempelajari kembali tentang sejarah agama, termasuk Islam. Ia mulai mencari tahu tentang prinsip monoteisme.

Walaupun banyak pihak yang mencegahnya untuk memahami hal tersebut. Ali memutuskan memeluk Islam saat mengetahui kisah Yesus dalam Alquran. Akhirnya, pada Mei 1999, ia mengumumkan kepada publik bahwa dirinya dan istri telah memeluk Islam.

 

sumber: RepublikaOnline

Doa untuk Anak Tertolak karena Makanan

DOA orangtua adalah salah satu doa yang diijabah Allah. Namun mengapa ada doa orangtua yang tertolak, hingga seakan tak berpengaruh sama sekali untuk anak? Berikut ini kisah dan penjelasan tertolaknya doa orang tua akibat makanan.

“Saya sudah mendoakan anak saya untuk sekian lama, ustaz. Selesai salat fardhu, selesai salat malam. Tapi anak saya tetap nakal. Tidak ada perubahan sama sekali. Doa saya seperti tidak mempan,” kata seorang ibu menceritakan kondisi anaknya yang duduk di bangku sekolah menengah.

Sang ustaz diam sejenak. Ia mencoba mencerna keseluruhan cerita ibu tadi. Dengan nada berhati-hati ia mencoba menggali pertanyaan. “Mohon maaf apakah Ibu pernah memberikan makanan dari hasil syubhat atau haram kepada anak Ibu?”

Mendengar pertanyaan itu, sang ibu terdiam. Air mukanya menyiratkan kegundahan dan perlahan matanya berkaca-kaca.

“Iya, ustaz. Kalau dari uang syubhat sering. Suami saya sering mendapatkan uang yang tidak jelas. Kadang sebagai bentuk terima kasih customer yang telah dilayaninya. Kadang pemberian pimpinan yang nggak jelas dari mana. Kadang juga ada rekayasa laporan di tempat kerjanya.”

“Nah, itu Bu. Ketika anak-anak mendapatkan asupan makanan yang haram atau syubhat, salah satu efeknya ia bisa terhijab dari doa. Apalagi orang tuanya juga memakan makanan haram. Semakin tidak nyambung itu doanya. Allah tidak berkenan mengabulkan doa orang tua tersebut”

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Wahai manusia, sesungguhnya Allah Maha Baik dan hanya menerima yang baik. Sesungguhnya Allah telah memerintahkan orang-orang mukmin untuk sama seperti yang diperintahkan kepada para nabi. Kemudian beliau membaca firman Allah yang artinya, Wahai para rasul, makanlah makanan yang baik dan kerjakanlah amal shalih. Dia juga berfirman yang artinya, Hai orang-orang mukmin, makanlah makanan yang baik yang telah Kami anugerahkan kepadamu. Kemudian beliau menceritakan seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh hingga rambutnya kusut dan kotor, ia menengadahkan tangannya ke langit seraya berdoa, Ya Rabb, ya Rabb. Akan tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan ia kenyang dengan yang haram. Maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan.” (HR. Muslim)

Ketika menjelaskan hadits ini, para ulama menerangkan bahwa laki-laki tersebut telah memenuhi empat hal yang semestinya membuat doanya terkabul yakni ia seorang musafir, ia lelah, ia menengadahkan dua tangan dan sangat berharap kepada Allah. Namun karena ia menggunakan barang haram, doanya tertolak. Sebab makanan haram, minuman haram dan pakaian haram adalah penghalang terkabulnya doa.

Para orang tua muslim, mari kita menjaga diri dari makanan dan hal-hal yang haram. Kita jaga pula anak-anak kita dari makanan dan hal-hal yang haram. Dengan demikian, semoga tak ada penghalang antara doa kita dan ijabah Allah. Semoga tak ada penghalang terkabulnya doa kita untuk kebaikan anak-anak kita. [bersamadakwah]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2372527/doa-untuk-anak-tertolak-karena-makanan#sthash.itmeooR9.dpuf

Ketangkasan Zaid bin Tsabit saat Rasul Wafat

KETIKA Nabi shallallahu alaihi wa sallam wafat, masyarakat bergejolak, dan sudah sepantasnya mereka begitu. Pada situasi seperti ini, golongan Anshar berpendapat bahwa merekalah yang berhak memegang tampuk kepemimpinan setelah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Para orator mereka berdiri menyerukan hal tersebut. Hanya ada satu dari sekian banyak generasi muda sahabat yang bangkit menunjukkan sikap yang menakjubkan.

Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, ia berkata, “Tatkala Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam wafat, berdirilah orator golongan Anshar berorasi. Di antara mereka ada yang menyerukan, Wahai segenap kaum Muhajirin, sesungguhnya setiap kali Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengangkat seorang laki-laki di antara kalian untuk menjadi pemimpin, beliau menyandingkannya dengan seorang laki-laki dari kalangan kami, sehingga kami memandang untuk urusan kepemimpinan ini ada dua orang; satu orang dari kalian dan satu orang dari kami.

Kemudian para orator berturut-turut menyampaikan hal yang sama. Lalu, Zaid bin Tsabit bangkit seraya berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah dari kaum Muhajirin. Pemimpin itu berasal dari Muhajirin. Kamilah yang akan menjadi penolong-penolongnya, sebagaimana kita dahulu menjadi penolong-penolong Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Selanjutnya, Abu Bakar berdiri seraya berkata, Semoga Allah membalas kebaikan untuk kalian, wahai kaum Anshar. Benarlah perkataan salah seorang di antara kalian itu. Ia melanjutkan, Demi Allah, sekiranya kalian tidak melakukan yang demikian, tentu kami tidak akan berdamai dengan kalian.”

Kondisi kacau dan penuh fitnah semacam ini menuntut penghimpunan dua hal sekaligus, pemahaman (fiqh) dan pengetahuan (ilm), tekad, dan ketangkasan. Ketika pengetahuan lenyap, hawa nafsu akan merebak di tengah masyarakat. Ketika sikap tangkas tidak mengemuka, kesempatan akan berlalu begitu saja sebab yang akan berkuasa adalah mereka yang ambisius dan dikuasai hawa nafsu.

Demikianlah, salah seorang pemuda cerdas dari kalangan sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam menggabungkan antara keduanya. Ia bersikap tangkas mendahului orang-orang dalam momentum genting seperti tersebut. Tidak aneh, sebab ia adalah orang kepercayaan Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk menulis wahyu.

[baca lanjutan: Teladan Ketangkasan Sahabat & Sifat Agresif Mereka]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2372230/ketangkasan-zaid-bin-tsabit-saat-rasul-wafat#sthash.dNkwJdhE.dpuf

Adab Berkendara

Kehidupan di era modern menuntut kecepatan. Tak heran, jika setiap orang membutuhkan sarana transportasi untuk mengantarnya ke berbagai tempat yang akan dituju. Akibatnya, kebutuhan masyarakat terhadap kendaraan pun terus melonjak dari tahun ke tahun.

Berdasarkan data pada Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2008 jumlah mobil penumpang di Tanah Air mencapai  9.859.926 unit. Selain itu, jumlah bis mencapai 2.583.170 unit, truk mencapai 5.146.674 unit, dan sepeda motor mencapai 47.683.681 unit. Sehingga, total jumlah kendaraan bermotor mencapai 65.273.451 unit.

Di setiap negara, para pengendara kendaraan bermotor diwajibkan mematuhi aturan lalu lintas yang telah ditetapkan dalam undang-undang yang berlaku. Khusus bagi umat Muslim, ajaran Islam juga ternyata mengatur tata cara atau adab berkendaraan yang tentunya berlaku secara universal.

Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam Mausuu’atul Aadaab al-Islamiyah, memaparkan adab-adab berkendaraan yang perlu dipatuhi oleh seorang Muslim.  Pertama, niat yang baik. Seorang Muslim ketika naik kendaraan atau menggunakan alat transportasi harus meniatkan diri untuk mencapai tujuan yang benar.

‘’Di antaranya untuk menyambung tali silaturahim, mencari nafkah, ziarah karena Allah. Selain itu, juga berniat akan berlaku baik terhadap kendaraan yang dinaiaki sesuai dengan syariat Allah SWT,’’ tutur Syek as-Sayyid Nada.

Kedua, mengakui nikmat Allah Ta’ala. Menurut ulama terkemuka itu, ketika sedang mengendarai kendaraan ataupun setelahnya hendaknya seorang hamba mengakui limpahan nikmat yang diberikan kepadanya. Sebab, berkat kendaraan yang dianugerahkan Allah SWT itu, seseorang bisa menghemat waktu dan tenaga untuk sampai ditujuan.

Ketiga, memilih kendaraan yang cocok untuk perjalanan. Ajaran Islam sangat memperhatikan keselamatan dan kenyamanan. Karena itu, menurut Syekh as-Sayyid Nada,  seorang Muslim hendaknya memilih kendaraan yang paling bermanfaat dan cocok untuk mencapai tujuan.

Keempat, mempersiapkan alat transportasi. Setiap Muslim yang hendak bepergian hendaknya mempersiapkan alat transportasi yang akan digunakannya, jika kendaraan tersebut milik pribadi. Syekh as-Sayyid Nada menganjurkan agar sebelum digunakan, kendaraan diperiksa mesinnya, bahan bakarnya, onderdil-onderdilnya. ‘’Jika kendaraan itu berupa hewan tunggangan, hendaknya diperiksa kesehatan dan kekuatannya,’’ tuturnya.

Kelima, doa berkendaraan.  Saat akan menaiki kendaraan, seorang Muslim tak boleh lupa berdoa. ‘’Hendaknya seseorang berdoa dengan zikir yang sahih dari Nabi SAW ketika menaiki kendaraan,’’ ungkap Syekh Sayyid Nada.

Berikut doa ketika akan naik kendaraan: ‘’Segala puji bagi Allah, Maha Suci Zat yang telah menundukkan bagi kami kendaraan inipadahal sebelumnya kami tak dapat menguasainya. Sesungguhnya kepada Rabb-lah kami akan kembali….’’

Keenam, tak membebani kendaraan dengan beban yang melampaui kapasitas. Seringkali kita melihat, saat mudik lebaran begitu banyak orang yang mudik dengan sepeda motor membawa beban yang melampaui batas. Syekh as-Sayyid Nada menyarankan agar seseorang tak membebani kendaraannya melebihi kapasitas, karena bisa mengakibatkan kendaraan mogok atau bahkan kecelakaan.

Ketujuh,  zikir safar. Saat berkendaraan hendaknya seorang Muslim tetap ingat kepada Allah dengan cara berzikir. Saat kendaraan melaju, tutur Syekh as-Sayyid Nada menyarankan agar seorang Muslim membacakan doa yang diriwayatkan dari Nabi SAW.

‘’Ya Allah sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan dan takwa dalam perjalanan ini. Kami memohon kepada-Mu perbuatan yang membuat-Mu ridha. Ya, Allah, mudahkanlah perjalanan kami ini dan jadikanlah perjalan yang jauh ini seolah-olah dekat. Ya Allah, Engkaulah teman dalam perjalanan dan yang menjaga keluargaku. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perjalanan yang berat, pemandangan yang buruk, serta musibah yang menimpa harta dan keluarga.’’ (HR Muslim (1342) dari Ibnu Umar).

Kedelapan, memperhatikan rambu-rambu keselamatan.  Keselamatan merupakan hal yang perlu diperhatikan. Saat berkendaraan penting untuk mengikuti aturan dan rambu-rambu keselamatan. Misalnya mengenakan sabuk pengaman, menggunakan helm bagi pengendara sepeda motor.

Kesembilan, memberi hak kendaraan untuk berisitirahat.  Kendaraan baik dari hewan maupun kendaraan biasa membutuhkan waktu untuk beristirahat ketika menempuh perjalanan yang jauh.  Hewan tunggangan perlu istirahat untuk minum serta makan dan menambatkannya di tempat yang teduh.

‘’Bahkan mobil sekalipun, membutuhkan istirahat setiap beberapa jam untuk memeriksa bahan bakar, air, mendinginkan mesin dan lainnya. Sehingga, kendaraan bisa mengantarkan kita ke tempat tujuan,’’ papar Syekh as-Sayyid Nada.

Kesepuluh, berzikir ketika melewati jalan mendaki dan menurun.  Diriwayatkan dari Jabir RA, ia berkata: ‘’Apabila melewati jalan mendaki, kami bertakbir dan apabila melewati jalan menurun, kami bertasbih.’’ (HR Bukhari). Begitulah ajaran Islam mengatur tata cara berkendaraan.

 

REPUBLIKA ONLINE

Adab Bertelepon

Teknologi komunikasi berkembang dengan begitu cepat. Setiap hari, jumlah pengguna telepon seluler (ponsel) baru bertambah sekitar 2 juta. Berdasarkan survei yang dilakukan Ericson  sebuah vendor telekomunikasi  jumlah pengguna ponsel telah mencapai 5 miliar orang di seluruh dunia.

Research On Asia Group memperkirakan pada 2010, jumlah pengguna ponsel di Indonesia mencapai 133 juta. Itu artinya, separuh peduduk Indonesia telah memanfaatkan teknologi komunikasi. Berkembangnya teknologi komunikasi telah mempermudah umat manusia untuk berkomunikasi satu dengan yang lain tan pa tersekat ruang dan waktu.

‘’Manfaat telepon banyak sekali. Oleh karena itu, telepon adalah salah satu nikmat Allah yang harus disyukuri,’’ ujar Syekh Absul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam  Mausuu’atul Aadaab al-Islamiyah.  Menurutnya, tidaklah sempurna bersyukur melainkan dengan menggunakan nikmat itu dan bermuamalah dengannya menurut adab-adab Islam.

Syekh Sayyid Nada  pun menguraikan adab-abad yang perlu diperhatikan oleh seorang Muslim ketika berkomunikasi lewat telepon. ‘’Saya menyebut adab yang berkaitan dengan telepon ini seraya memohon pertolongan Allah SWT,’’ tutur ulama terkemuka itu.

 

Ia membagi tiga adab berkaitan dengan telepon. Pertama, adab yang berkaitan dengan orang yang menghubungi. Kedua, adab orang yang menerima telepon dan ketiga, adab yang berkaitan dengan keduanya. Pada tulisan ini, akan diuraikan adab yang perlu diperhatikan oleh seorang Muslim ketika menghubungi orang lain lewat telepon:

Pertama, niat yang benar. Menurut Syekh Sayyid Nada, hendaknya orang yang menghubungi melelaui telepon menghadirkan niat yang benar ketikaakan menghubungi orang lain. Sudah seharusnya, kata dia, seorang Muslim meniatkannya untuk mencari pahala. Jika yang dihubungi kedua orangtua, niatnya untuk berbakti. Saat akan menghubungi karib kerabat, niatkan untuk menyambung silaturahim.

Kedua, jangan menghubungi pada waktu-waktu yang tak pantas.  Syekh Sayyid nada mengungkapkan, menghubungi melalui telepon hampir sama dengan berkunjung, walaupun agak berbeda sedikit. ‘’Hendaklah tak menghubungi seseorang melalui telepon pada larut malam, pagi-pagi buta atau pada saat tidur siang, kecuali dalam keadaan darurat,’’ paparnya.

Ketiga, hendaknya tak melakukan panggilan lebih dari tiga kali. Menurut Syekh Sayyid Nada, bunyi dering telepon sama seperti bunyi ketukan pintu. Menurut sunah, kata dia, tak boleh mengetuk pintu lebih dari tiga kali. ‘’Maka orang yang menghubungi lewat telepon juga tidak boleh melakukannya lebih dari tiga kali.’’

Keempat, orang yang menghubungi hendaknya mengucapkan salam. Syekh Sayyid Nada mengungkapkan, orang yang menghubungi sama kedudukannya dengan orang yang mengetuk pintu. Maka, ucapkanlah salam ketika memulai pembicaraan.

Kelima, orang yang menghubungi hendaknya memperkenalkan diri. Sesungguhnya orang yang menghubungi, kata Syekh Sayyid Nada, sama seperti orang yang mengetuk pintu. Setelah itu, hendaknya orang yang menghubungi lewat telepon mengucap salam dan memperkenalkan diri. Sehingga, orang yang menerima panggilan bisa mengenalinya.

Keenam, tak memperpanjang pembicaraan tanpa kepentingan. Ngobrol lewat telepon berlama-lama tanpa kepentingan yang jelas merupakan bentuk pemborosan dan menyia-nyiakan harta. Menurut Syekh Sayyid Nada, perbuatan seperti itu tidak diridhai Allah SWT.

Allah SWT berfirman, ‘’Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan.’’ (QS. Al-Israa:26-27).

Ketujuh, tak menggunakan telepon terlalu lama tanpa kepentingan. saat menggunakan telepon umum atau warung telekomunikasi hendaknya memperhatikan orang lain yang juga akan menggunakan fasilitas umum itu. Syekh Sayyid Nada mengungkapkan, sesungguhnya akhlak seorang Muslim itu tidak egois serta tak merugikan orang lain.

Kedelapan, hendaklah orang yang menghubungi adalah orang yang mengakhiri panggilan. Ketika maksud dan tujuan pembicaraan telah tercapai, Syekh Sayyid Nada menyarankan agar orang yang menghubungi mengakhiri perbincangan. Yakni dengan cara yang baik seperti mengucapkan salam.  ‘’Sebab, kedudukan orang yang menghubungi sama seperti orang yang bertamu.’’

Kesembilan, meletakkan gagang telepon dengan lembut ketika menyudahi pembicaraan. Ketika pembicaraan telah selesai, maka setelah mengucap salam, si penelepon hendaknya meletakan gagang telepon dengan lembut. Meletakan gagang dengan keras bisa mengesankan kepada pihak lain bahwa si penelepon sedang marah.

 

REPUBLIKA ONLINE

Delapan Golongan Ini Doanya Mustajab

DOA merupakan senjatanya orang mukmin. Itulah yang disampaikan Nabi kita Muhammad SAW. Oleh karena itu, kita sangat dianjurkan untuk banyak berdoa kepada Allah SWT.

Dalam segala situasi dan kondisi banyak doa yang diajarkan oleh Rasulullah. Mulai dari mau tidur sampai kita bangun, beraktivitas dan kembali tidur ada doanya. Dan tentu saja doa yang kita minta adalah doa kebaikan untuk diri kita, keluarga dan orang-orang yang kita kasihi. Bayangkan bagaimana hebatnya hidup kita jika semua doa kita dikabulkan oleh Allah.

Namun pada kenyataannya sering kita mendengar orang berkata, saya sudah berdoa dari dulu sampai sekarang kok tidak ada perubahan? Ada banyak kemungkinan suatu doa tidak terkabul. Bisa karena adabnya, syaratnya atau mungkin anda bukan termasuk golongan orang yang doanya mustajab alias diterima oleh Allah.

Lalu siapa golongan orang yang doanya mustajab? Paling tidak ada delapan golongan, yaitu:

1. Orang berada dalam kesulitan.

2. Orang yang dalam kondisi penuh keluh-kesah.

3. Orang tua mendoakan untuk anaknya.

4. Doa Imam yang adil.

5. Doa orang-orang saleh.

6. Doa orang dalam bepergian karena Allah.

7. Doa seorang anak yang selalu berbakti kepada kedua orangtuanya.

8. Doa orang berpuasa ketika berbuka puasa.

Itulah delapan golongan orang yang doanya sangat mustajab. Jika anda tidak masuk golongan ini, anda bisa minta untuk didoakan mereka. Bukankah Nabi juga memerintahkan kita untuk banyak meminta doa kepada siapapun? Sebab kita tidak tahu dari mulut mana/siapa suatu doa akan dikabulkan.

Bagi yang masih punya orang tua, mintalah doa pada mereka jika anda ingin memulai suatu usaha. Insya Allah dengan begitu usaha anda akan lancar, tentu dibarengi dengan usaha dan juga doa dari diri sendiri juga. []

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2371669/delapan-golongan-ini-doanya-mustajab#sthash.xLo1RZ1N.dpuf

Empat Syarat Wanita Bisa Masuk Surga

SESUNGGUHNYA tidak sulit bagi seorang wanita untuk meraih surga Allah. Paling tidak ada empat hal yang bisa dilakukan seorang wanita untuk masuk surga.

Rasulullah saw bersabda yang artinya: “Apabila seorang wanita (istri) itu telah melakukan salat lima waktu, puasa Ramadan, menjaga harga dirinya dan mentaati perintah suaminya, maka ia diundang di akhirat supaya masuk surga berdasarkan pintunya mana yang ia suka ( sesuai pilihannya). “( HR. Ahmad , Ibnu Hibban dan Thabrani)

Berdasarkan hadis di atas jelaslah bagi kita bahwa Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang telah memberi kesempatan emas bagi setiap wanita yang beriman bahwa untuk memasuki surga-Nya yang penuh kenikmatan adalah melalui empat syarat saja.

Sedangkan seorang pria yang beriman itu kena melalui banyak rintangan dan dugaan dan melaksanakan beberapa tanggung jawab kepada Allah swt terlebih dahulu barulah ia layak memasuki surga Allah melainkan para syuhada yang syahid di jalan Allah swt

Empat syarat tersebut adalah seperti berikut :

Pertama: Melakukan salat lima waktu.

Salat merupakan pemisahan antara keimanan dan kekufuran yang hak dan yang batil. Allah berfirman: “Maka dirikankanlah salat itu (sebagaimana biasa) sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman” (Surah An-Nissa ‘ ayat 103)

Diriwayatkan dari Jabir r.a katanya, Rasulullah saw bersabda: “Perumpamaan salat lima waktu adalah seperti seseorang yang mandi di sebuah sungai yang dalam yang mengalir di depan rumahnya sebanyak lima kali sehari.” (HR. Muslim)

Kedua: Puasa di bulan Ramadan.

Dari Abu Hurairah r.a bersabda Rasulullah saw maksudnya: “Setiap amanalan anak Adam (manusia) itu digandakan satu kebaikan dengan sepuluh yang jenisnya hingga 700 kali lipat. Firman Allah swt (maksudnya): “Kecuali puasa yang dikerjakan untuk-Ku, maka Aku -lah yang membalasnya. Dia menahan syahwatnya dan meninggalkan makan karena Aku “Bagi orang yang puasa itu ada dua kegembiraan, yaitu gembira ketika berbuka (atau berhari raya) dan senang ketika menemui Tuhannya kelak. Dan, demi bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum dari bau kasturi.” ( HR. Muslim )

Ketiga: Menjaga menghormatinya.

Wanita saleh yang menjaga harga dirinya adalah wanita yang selalu menghiasi diri dengan akhlak Islam dan sifat-sifat terpuji yang dapat melindungi dirinya dari murka Allah swt. Bila ia keluar rumah selalu menutup aurat dan menjaga perhiasan diri tidak bersolek pemborosan dan berwangi-wangian hingga menimbulkan fitnah, menjaga pergaulannya, menjaga lidah dan tidak mengumpat dan mengadu domba. Dia adalah wanita yang berilmu, cerdik dan pintar. Setiap hari mendalami ilmu Islam, mempelajari tafsir Alquran, hadis Nabi, memahami ilmu realitas saat dan tahu cara-cara mengobati penyakit masyarakat. Di malam hari menjadi seorang abid, membaca Alquran, berzikir kepada Allah, salat tahajjud dan berdoa kepada Allah sampai meneteskan air mata.

Sabda Rasulullah saw yang berarti: “Sesungguhnya dunia dan seluruh isinya adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang saleh.” ( HR. Muslim )

Keempat: Mentaati perintah suami.

Rasulullah saw bersabda yang artinya: “Sebaik-baik istri adalah yang dapat memberikan hati suaminya ketika engkau (suami) melihatnya dan ketika disuruh dia menurut perintahmu, dan dia bisa menjaga kehormatan dirinya dan hartamu ketika engkau tidak di rumah.” (Riwayat Thabrani )

Seorang pria harus pergi berjihad fisabilillah tetapi wanita jika taat akan suaminya serta menunaikan kewajibannya kepada Allah akan turut menerima pahala seperti pahala orang pergi berperang fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.

Wanita yang layak untuk memiliki kesempatan dan jalan yang mudah ini adalah khusus untuk wanita yang menikah karena dengan pernikahan ini barulah teruji kesetiaannya menjadi istri dan ibu yang saleh. Barulah segala kelebihan dan pahala yang berlipat ganda akan diperoleh selama menjabat sebagai istri dan ibu yang penuh tanggung jawab. []

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2371944/empat-syarat-wanita-bisa-masuk-surga#sthash.6ajgC2Ie.dpuf

Nikah Siri Tanpa Izin Istri Tua Sah Tapi…

JIKA kita berbicara tentang poligami. Poligami ada di dalam Islam, akan tetapi ketahuilah bahwa tidak semua yang bisa dilakukan oleh orang lain bisa dilakukan oleh anda. Bahkan hukum menikah satu istri saja ada yang harom, ada yang wajib.

Begitu juga menikah dengan dua istri. Yang harus anda pikirkan adalah tingkat kebutuhan anda kepada istri yang kedua. Kemudian tanggung jawab anda, pendidikan anda kepada keluarga dan seterusnya. Jadi permasalahannya lebih luas dari sekedar akad nikah yang sah saja. Maka di satu sisi jangan sampai ada di antara kita yang mengingkari poligami. Sebab poligami ada dalam Alquran dan Nabi Muhammad SAW berpoligami.

Akan tetapi di sisi lain ketahuilah bahwa di dalam poligami bukanlah sesuatu yang gampang. Ada tanggung jawab besar di hadapan Allah SWT. Kalau seseorang mempunyai istri satu, tanggung jawabnya adalah satu istri. Kalau mempunyai dua istri maka ia bertanggung jawab atas dua istri. Dan dituntut untuk bisa berbuat adil dan harus bisa mengayomi mereka, memberikan pendidikan kepada mereka dan anak-anak.

Adapun masalah tidak izin kepada istri yang pertama. Dalam berpoligami untuk menjadi pernikahan yang sah menurut syariah tidak diwajibkan izin dari istri pertama. Adapun masalah nikah siri, ini masalah perlindungan hak. Secara syariah nikah sirri adalah sah asal memenuhi syarat dan rukunnya. Akan tetapi dalam nikah siri dikhawatirkan tersembunyi di balik hati suami adanya niat berbuat dzolim kepada istri yang ke-dua. Mungkin seorang suami tidak berniat dholim, akan tetapi karena tidak ada hitam diatas putih bersama berjalannya waktu yang kadang juga ada permasalahan dalam keluarga ada setan yang menggodanya hingga sangat mudah untuk berbuat dholim.

Dan kami selalu menghimbau bahwasannya : Kepada para wanita biarpun menjadi istri yang ke dua hendaknya menikah dengan cara yang resmi dicatat di KUA agar hak-hak istri dan anak terjaga dan terlindungi. Biarpun hal ini tidaklah menjadi rukun dan syarat sahnya pernikahan, akan tetapi yang harus dipahami bahwa segala sesuatu jika itu mengukuhkan makna sebuah jalinan pernikahan maka itu adalah bentuk kemuliaan yang dikukuhkan oleh Islam. Wallahu alam bisshowab. [Al Ustadz Buya Yahya]

 

 

Sumber SuaraIslam

*Pengasuh LPD Al Bahjah Cirebon

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2372525/nikah-siri-tanpa-izin-istri-tua-sah-tapi#sthash.aYJ2D2KE.dpuf