Istri Salehah Sangat Istimewa

Subhanallah,  mari kita ambil kisah mengagumkan ini duhai para bidadariku dan para sahabatku tercinta karena Allah.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa putera Abu Tholhah sakit. Ketika itu Abu Tholhah keluar, lalu puteranya tersebut meninggal dunia. Ketika Abu Tholhah kembali, ia berkata, “Apa yang dilakukan oleh puteraku?” Istrinya (Ummu Sulaim) malah menjawab, “Ia sedang dalam keadaan tenang.” Ketika itu, Ummu Sulaim pun mengeluarkan makan malam untuk suaminya, ia pun menyantapnya. Kemudian setelah itu Abu Tholhah menyetubuhi istrinya. Ketika telah selesai memenuhi hajatnya, istrinya mengatakan kabar meninggalnya puteranya. Tatkala tiba pagi hari, Abu Tholhah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan tentang hal itu. Rasulullah pun bertanya, “Apakah malam kalian tersebut seperti berada di malam pertama?” Abu Tholhah menjawab, “Iya.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mendo’akan, “Allahumma baarik lahumaa, Ya Allah berkahilah mereka berdua.”

Dari hubungan mereka tersebut lahirlah seorang anak laki-laki. Anas berkata bahwa Abu Tholhah berkata padanya, “Jagalah dia sampai engkau mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengannya.” Anas pun membawa anak tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ummu Sulaim juga menitipkan membawa beberapa butir kurma bersama bayi tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mengambil anak tersebut lantas berkata, “Apakah ada sesuatu yang dibawa dengan bayi ini?” Mereka berkata, “Iya, ada beberapa butir kurma.” Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambilnya dan mengunyahnya. Kemudian beliau ambil hasil kunyahan tersebut dari mulutnya, lalu meletakkannya di mulut bayi tersebut. Beliau melakukan tahnik dg meletakkan kunyahan itu di langit-langit mulut bayi. Beliau pun menamakan anak tersebut dengan Abdullah. (HR Bukhari no. 5470 dan Muslim no. 2144).

Apa mutiara hikmah yang bisa kita petik dari hadits di atas? Banyak sekali, yang intinya adalah menunjukkan keistimewaan wanita salehah. Istri salehah sangat kuat aqidahnya sehingga tidak rapuh cengeng walau anak kesayangan wafat.

Istri salehah itu “muthiiah”, taatnya pada suaminya karena Allah sangat sangat mengagumkan.

Istri salehah itu tidak mudah berkeluh kesah dari hal yang kecil kecil sampai peristiwa wafat sekalipun.

Istri salehah  berbuat terbaik dan terindah untuk membahagiakan suaminya. Mungkin tidak terbayangkan, anak meninggal namun ia masih bisa berdandan tau  berhias untuk  melayani suaminya.

Istri salehah itu pantang menjadi beban suaminya, dari sekedar berkata, keluh kesah apalagi sampai sikap yang tidak menyenangkan.

Istri salehah itu “afiifah”,  perawat terbaik bentuk tubuhnya dan pesolek yang hebat.

Istri salehah “gholimah” pelayan dan penggoda hebat suaminya, bahkan aktif menawarkan diri terkebih dulu dengan rayuan dan pakaiannya.

Istri salehah itu koki, juru masak yang pintar untuk suami.

Istri salehah  itu berjihad dengan menyembunyikan lelah diri di hadapan suaminya.

Istri salehah sangat tahu persis hak kewajiban dirinya kepada suaminya tercinta fillah.

Istri salelah itu “muskinah”,  penenang jiwa, pelipur lara dan pembangkit semangat suami berjuang di jalan Allah.

Allhahumma ya Allah berkahi kami dengan suami ayah iman teladan dalam ketakwaan, para istri yang semua para bidadari salehah, dan anak cucu keturunan saleh salehah. Aamiin.

 

Oleh: Ustaz Muhammad Arifin Ilham

REPUBLIKA

Masjid Kisas, Masjid Sederhana di Tepi Laguna Penuh Sensasi

Lalu-lalang kendaraan di Jalan Madinah al-Munawwarah Kota Jeddah masih ramai, menjelang Maghrib sore itu. Di seputar kawasan Masjid Juffali beberapa kendaraan terparkir rapi. Di pinggir laguna, di samping masjid, sejumlah warga lokal nampak menikmati pemandangan.

Mereka duduk-duduk di tepi pantai, mencicipi makanan ringan sembari menatap kejernihan air laut yang kontras dengan gedung-gedung megah di seberang laguna. Sore atau malam hari memang selalu menawarkan sensasi berbeda di kawasan elite Jazirah Arabia. Apalagi, di musim panas seperti ini. Dan laguna atau pantai menjadi tempat favorit melepas penat.

Jika tepian pantai dilengkapi bangunan masjid, maka lengkap sudah ‘kesempurnaannya’ sebagai tempat wisata. Masjid itu pasti akan ramai dikunjungi orang. Sudah tradisi di berbagai kawasan Arab Saudi, panggilan azan akan selalu memutus sejenak segala bentuk aktivitas warga. Walau asyik dibuai indahnya tamasya, mereka bakal beranjak ke masjid begitu mendengar azan.

Masjid berdesain sederhana namun elegan ini berhadapan dengan kantor Departemen Luar Negeri Arab Saudi yang terletak di seberang jalan. Dipisahkan Jalan Madinah Al-Munawwarah. Masjid indah ini lebih dikenal dengan sebutan Masjid Kisas, karena kerap digunakan sebagai tempat eksekusi para pelanggar hukum yang menerima vonis hukuman kisas.

Tempat kisas ini hanya berupa bangunan terbuka tanpa tembok, berukuran sekitar 20 meter persegi. Satu area dengan tempat parkir kendaraan. Bangunan berlantai keramik yang terletak di halaman masjid bagian belakang itu hanya didominasi empat tiang penyangga dan atap. Tak ada pernik lain yang menempel. Tak tampak pula kesan seram sebagai tempat eksekusi.

Sebagaimana masjid-masjid bersejarah lain di seputar Kota Jeddah, masjid ini juga ramai dikunjungi peziarah atau jemaah haji. Sore itu misalnya, terlihat empat unit bus memasuki halaman parkir masjid, beberapa saat setelah kumandang azan Maghrib. Dari model pakaian dan kopiah yang bertengger di kepala penumpang pria, jelas bahwa mereka adalah jamaah haji Indonesia. Ternyata mereka adalah rombongan jamaah kloter 71 Embarkasi Surabaya (SUB 72).

Ruang wudu Masjid Kisas terbilang bersih dan mewah, seperti halnya masjid-masjid besar di Kota Suci. Di ruang utama, karpet tebal nan empuk terhampar menutupi seluruh lantai tempat shalat. Tiang-tiang besar nampak kokoh menyangga bangunan. Sekeliling dinding dihiasi kaligrafi-kaligrafi indah, cuplikan beberapa surat dalam Alquran.

Melongok ke atas, sejumlah lampu kristal menggantung di atap. Seolah membentuk harmoni simetris dengan tiang yang berwarna putih. Nuansa ibadah di masjid ini kian membuat ekstase karena didukung suhu ruangan yang begitu dingin.

Keanggunan interior dan kesejukan udara yang ditopang tata cahaya nan redup merupakan satu keunggulan masjid ini. Intensitas cahaya yang memancar dari lampu-lampu di seluruh ruangan sepertinya sengaja diatur agar tak menyilaukan mata jamaah. Dengan begitu, orang yang shalat (mushalli) diharapkan dapat menyerap aura masjid ini dengan ketundukan mendalam.

“Kami senang dapat mengunjungi dua masjid bersejarah di Kota Jeddah,” tutur Sutikno, jemaah haji Kloter SUB 72, saat ditemui usai shalat. Jamaah haji dari Surabaya, Jawa Timur ini sebelumnya telah mengunjungi Masjid Ar-Rahmah atau Masjid Terapung di tepi Laut Merah.

Lawatan Sutikno dan rombongannya dikoordinasi oleh sebuah Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH). Masing-masing jemaah membayar sebesar SAR 60 sebagai ongkos keliling Jeddah. Namun, kata dia, tak semua jamaah Kloter SUB 72 ikut rihlah. “Yang ikut hanya yang tergabung dalam KBIH saja,” tuturnya.

Dapat mendirikan shalat berjamaah di Masjid Kisas merupakan kebanggaan tersendiri bagi Sutikno dan kawan-kawan. Maklum tak semua jemaah haji mendapatkan kesempatan mengunjungi masjid ini, dengan beragam alasan yang melatarinya.Walau bernama kisas (qishash), yang secara harfiah berarti ‘pembalasan’, aura kesumat tak terasa di sini. Justru sebaliknya, masjid ini menebarkan energi positif yang memancar dari tiap sudut interior bangunan.

“Masjid ini tak seangker sebutannya,” ujar Muhammad Jum’an, warga Jeddah yang rutin shalat berjamaah di Masjid Kisas.

“Apalagi dalam setahun ini, tak ada Kisas di sini.”

Sebagai warga setempat, Jum’an mengaku, bangga dengan keberadaan Masjid Juffali, yang kerap dikunjungi jemaah haji dan umrah. Secara khusus ia melempar pujian pada jamaah haji Indonesia, yang menurutnya, santun dan ramah. “Selalu senang berjumpa dengan jamaah haji Indonesia,” sanjungnya.

Pria paruh baya ini bersyukur ada warga kaya Saudi yang membangun masjid sedemikian megah. Memang, kata Jum’an, banyak orang kaya di Saudi, namun tak semua mau membangun masjid.

“Padahal, orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Salah satu bentuk ketakwaan adalah membangun masjid, oleh mereka yang diberi kelimpahan harta benda,” paparnya seraya menyitir satu ayat Alquran.

Masjid Juffali atau Masjid Kisas resmi berdiri pada 1986. Sang arsitek, Abdul Wahid al-Wakil, sengaja mendesain masjid ini dengan ‘sentuhan’ lokal. Menyesuaikan keberadaannya yang tak jauh dari Kota Tua Jeddah.

Desain nan sederhana namun elegan sengaja ditonjolkan untuk menegaskan karakteristiknya yang melebur dengan area sekitar. Justru berkat kesederhanaan itulah masjid ini masuk dalam nominasi penerima Aga Khan Award; penghargaan bergengsi di bidang arsitektur.

Masjid yang dapat menampung 1.000-an jemaah ini didirikan oleh keluarga Ibrahim al-Juffali, satu keluarga kaya di Arab Saudi. Nama keluarga yang dijadikan nama grup perusahaan ini termasuk jajaran elite taipan Timur Tengah.

Usaha keluarga Juffali terentang dari bisnis energi, minyak, kelistrikan, konstruksi, telekomunikasi, manufaktur, hingga televisi. Selain itu, Juffali juga bekerjasama dengan sejumlah perusahaan internasional macam Daimler AG, Bosch, Dow Chemical, Fluor Corp, Carrier, DuPont, Ericsson, IBM, dan lain-lain.

Satu warisan keluarga Juffali—yang hingga kini terasa manfaatnya—adalah Masjid Kisas. Masjid sederhana nan elegan di tepi laguna.

 

IHRAM

Paulus Terang-Terangan Akui Injil Adalah Tulisan Tangannya

Dari buah pikir pemikiran Paulus yang dituangkan dalam Injilnya, ternyata bangunan teologi yang dibangun oleh Paulus sangat berbeda dengan ajaran Yesus. Sekarang kita paham bahwa ajaran Kristen lebih bertumpu pada bangunan teologi Paulus daripada ajaran Yesus. Maka tak heran jika agama Kristen sebenarnya adalah paham Paulinisme, paham yang disebarkan oleh Paulus.

Secara terang-terangan, Paulus sendiri mengakui bahwa Injil yang ditulisnya adalah benar-benar ditulis oleh tangannya sendiri.

Bisa dilihat dari ayat ini:

“Lihatlah, bagaimana besarnya huruf-huruf yang kutulis kepadamu dengan tanganku sendiri” (Galatia 6:11)

Paulus biasa mengakhiri surat-suratnya dengan penutup salam. Surat-surat Paulus kemudian dijadikan “Kitab Suci” Injil dan dinamakan Injil Paulus.

“Salam dari padaku, Paulus. Salam ini kutulis dengan tanganku sendiri. Ingatlah akan belengguku. Kasih karunia menyertai kamu” (Kolese 4:18)

“Salam ini kutulis dengan tanganku sendiri. Inilah tanda-tanda dalam setiap surat: beginilah tulisanku” (Tesalonika 3:17)

“Dengan percaya kepada ketaatanmu, kutuliskan ini kepadamu. Aku lebih tahu dari pada permintaanku ini akan kulakukan” (Filemon:21)

Di sisi lain, Alquran memperingatkan kebiasaan kaum Yahudi yang suka mengubah-ubah firman Allah sesuai dengan seleranya sendiri. Mereka tidak ragu menuliskan pemikirannya dan kemudian diberi label Firman Allah. Sudah jelas bukan bahwa keseluruhan Injil (baca:Bible) adalah karangan manusia? Yahudi dan Nasrani telah mengubah-ubah kitab yang diturunkan oleh Allah SWT. Menyembunyikan kebenaran dan menulis kitab menurut keinginan dan hawa nafsu mereka sendiri. Seperti yang dilakukan Paulus.

Allah SWT berfirman.

Sungguh celakalah orang-orang yang menulis Alkitab dengan tangan mereka lalu mereka katakan: “Ini adalah dari Allah.” (Mereka lakukan itu) untuk itu mencari keuntungan sedikit. Sungguh celakalah mereka karena aktivitas mereka menulis kitab-kitab (yang mereka katakan dari Allah itu) dan sungguh celakalah mereka akibat tindakan mereka. (QS. Albaqarah: 27)

Wallahu a’lam.

 

[Paramuda/BersamaDakwah]

Hikmah Hidup Makin Berkah dengan Berkurangnya Gaji

SESEORANG datang kepada Imam Syafii mengadukan tentang kesempitan hidup yang ia alami. Dia memberi tahukan bahwa ia bekerja sebagai orang upahan dengan gaji 5 dirham. Dan gaji itu tidak mencukupinya.

Namun anehnya, Imam Syafii justru menyuruh dia untuk menemui orang yang mengupahnya supaya mengurangi gajinya menjadi 4 dirham. Orang itu pergi melaksanakan perintah Imam Syafii sekalipun ia tidak paham apa maksud dari perintah itu.

Setelah berlalu beberapa lama orang itu datang lagi kepada Imam Syafii mengadukan tentang kehidupannya yang tidak ada kemajuan. Lalu Imam Syafii memerintahkannya untuk kembali menemui orang yang mengupahnya dan minta untuk mengurangi lagi gajinya menjadi 3 dirham. Orang itupun pergi melaksanakan anjuran Imam Syafii dengan perasaan sangat heran.

Setelah berlalu sekian hari orang itu kembali lagi menemui Imam Syafii dan berterima kasih atas nasihatnya. Ia menceritakan bahwa uang 3 dirham justru bisa menutupi seluruh kebutuhan hidupnya, bahkan hidupnya menjadi lapang. Ia menanyakan apa rahasia di balik itu semua?

Imam Syafii menjelaskan bahwa pekerjaan yang ia jalani itu tidak berhak mendapatkan upah lebih dari 3 dirham. Dan kelebihan 2 dirham itu telah mencabut keberkahan harta yang ia miliki ketika tercampur dengannya. Lalu Imam Syafii membacakan sebuah syair:

Dia kumpulkan yang haram dengan yang halal supaya ia menjadi banyak.
Yang haram pun masuk ke dalam yang halal lalu ia merusaknya.

Barangkali kisah ini bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita dalam bekerja. Jangan terlalu berharap gaji besar bila pekerjaan kita hanya sederhana. Dan jangan berbangga dulu mendapatkan gaji besar, padahal etos kerja sangat lemah atau tidak seimbang dengan gaji yang diterima.

Bila gaji yang kita terima tidak seimbang dengan kerja, artinya kita sudah menerima harta yang bukan hak kita. Itu semua akan menjadi penghalang keberkahan harta yang ada, dan mengakibatkan hisab yang berat di akhirat kelak.

Harta yang tidak berkah akan mendatangkan permasalahan hidup yang membuat kita susah, sekalipun bertaburkan benda-benda mewah dan serba lux. Uang banyak di bank tapi setiap hari cek-cok dengan istri. Anak-anak tidak mendatangkan kebahagiaan sekalipun jumlahnya banyak. Dengan teman dan jiran sekitar tidak ada yang baikan.

Kendaraan selalu bermasalah. Ketaatan kepada Allah semakin hari semakin melemah. Pikiran hanya dunia dan dunia. Harta dan harta. Penglihatan selalu kepada orang yang lebih dalam masalah dunia. Tidak pernah puas, sekalipun mulutnya melantunkan alhamdulillah tiap menit.

Kening selalu berkerut. Satu persatu penyakitpun datang menghampir. Akhirnya gaji yang besar habis untuk cek up ke dokter sana, periksa ke klinik sini. Tidak ada yang bisa di sisihkan untuk sedekah, infak dan amal-amal sosial demi tabungan masa depan di akhirat. Menjalin silaturrahim dengan sanak keluarga pun tidak.

Semakin kelihatan mewah pelitnya juga semakin menjadi. Masa bodoh dengan segala kewajiban kepada Allah. Ada kesempatan untuk salat ya syukur, tidak ada ya tidak masalah. Semoga Allah mengaruniakan kepada kita kemampuan untuk serius dalam bekerja dan itqan, hingga rezeki kita menjadi berkah dunia dan akhirat

Semoga menjadi nasihat terutama buat diri saya dan kita semua. [*]

MOZAIK

Takjub! Semakin Lama Kita Rukuk dan Sujud, Maka…

MUNGKIN orang Indonesia yang pernah pergi ke dua tanah suci heran dengan lamanya rukuk dan sujud dalam salat di sana.

Tentunya, melamakan rukuk dan sujud itu bukan tanpa alasan, tapi berdasarkan sandaran dari tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, simaklah hadis berikut ini:

Suatu hari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma melihat seorang pemuda sedang salat, dia memanjangkan salatnya dan melamakannya, maka beliau bertanya: siapa yang tahu orang itu? Maka ada yang menjawab: saya.

Beliaupun mengatakan: seandainya aku mengenalnya, tentu aku akan menyuruhnya untuk memanjangkan rukuk dan sujudnya, karena aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Sungguh, jika seorang hamba berdiri untuk salat; semua dosanya didatangkan, dan diletakkan di atas pundaknya. Maka setiap kali dia rukuk dan sujud, dosa-dosa tersebut menjadi berjatuhan.” (Lihat Silsilah sahihah: 1398, sanadnya sahih)

Ternyata semakin lama kita rukuk dan sujud, semakin banyak dosa kita yang diampuni, tidakkah Anda ingin dosanya banyak diampuni? Maka lamakanlah rukuk dan sujud Anda. Silahkan disebarkan, semoga bermanfaat.

[Ustadz Musyaffa Ad Dariny, MA]

 

INILAH MOZAIK

Yang Kita Alami Kala Sakratul Maut

DI dalam Alquran Al-Karim, Allah Ta’ala telah menceritakan bagaimana malaikat didatangkan kepada orang yang akan dicabut nyawanya. Dan khusus orang yang zalim, perlakuan malaikat memang cukup kasar dan menciutkan nyali.

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya,: “Keluarkanlah nyawamu” Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah yang tidak benar dan kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.” (QS. Al-Anam: 93).

Sedangkan kepada orang yang beriman kepada Allah Ta’ala dan menjadi calon penghuni surga, perlakukan malaikat 180 derajat terbalik. Mereka demikian ramah dan baik hati. Kepada mereka Allah Ta’ala mengatakan: “Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 27 -30).

Sedangkan secara umum dan dari penampilan fisik, ada hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang menceritakan bagaimana keadaan orang yang sedang dicabut nyawanya: “Sesungguhnya pandangan seorang mayit mengikuti ruhnya ketika dicabut.” (HR. Muslim 920).

 

 

INILAH MOZAIK

3 Warisan Ilmuwan Muslim untuk Dunia

Sebagian awam mengira banyak penemuan modern berasal dari ilmuwan Eropa. Faktanya, hasil penemuan saat ini juga sumbangsih dari ilmuwan Muslim.

Saat itu belum dikenal hak cipta. Namun, bersandar pada keihklasan, ilmuwan Muslim mengawali niat dalam berkarya untuk kemajuan peradaban manusia.

Perlahan ilmuwan Barat mulai mengakui kehebatan dari para Ilmuan Islam tersebut. Salah satunya ada pendiri Facebook Mark Zuckerberg yang kagum dengan karya Ibnu Khaldun.

Berikut sumbangsih ilmuwan Muslim yang diakui dunia:

1. AL-Khawarizmi/ Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarizmi (Iran, 780 – 850)

Bidang: matematika (Algebra / Algoritma / Aritmatika / Aljabar), astronomi dan geografi.
Penemuan: angka nol, al-jabar

Al-Khawarismi merupakan seorang pakar dalam bidang matematik, astronomi dan geografi dari Persia. Al-Khawarizmi juga dikenali sebagai bapak Algebra. Orang Eropa menyebutnya dengan Al-Gorisma. Nama itu kemudian dipakai orang-orang barat dalam arti kata Aritmatika atau ilmu hitung.

2.  Ibnu Sina / Avicenna (986-1037)

Bidang: kedokteran, pengobatan (medicine), fisika, geologi, mineralogi, matematika, astronomi, filsafat, ilmuwan ensiklopedi, psikologi, penulis kaidah kedokteran modern (dipakai sebagai referensi ilmu kedokteran barat), menulis buku tentang fungsi organ tubuh, meneliti penyakit TBC, diabetes dan penyakit yang ditimbulkan oleh efek fikiran.

Atau dikenal dengan nama Avicenna, hidup antara tahun 986-1037 M.  Ia adalah seorang ilmuwan muslim dan Filosof besar pada waktu itu, hingga kepadanya diberikan julukan Syeh Al-Rais.

Keistimewaannya antara lain pada masa umur 10 tahun sudah hafal Alquran. Pada usia 18 tahun sudah mampu menguasai semua ilmu yang ada pada waktu itu. Bidang keahliannya adalah ilmu Kedokteran, ilmu Fisika, Geologi, Mineralogi. Juga dibidang Medicine, Philosophy, Mathematics, Astronomy.

3.   Ibnu Haitham / Alhazen (Basra, 965 – Kairo 1039
Bidang: optik
Penemuan: Konsep kamera

Dikenal dalam kalangan cerdik pandai di Barat, dengan nama Alhazen, adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat.

Ia banyak pula melakukan penyelidikan mengenai cahaya dan yang berkaitan dengannya. Ia telah memberikan ilham kepada ahli sains dari dunia barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop. Bidang lain: Physics, Optics, Mathematics.

 

REPUBLIKA

Ini Penyebab Pindahnya Manuskrip Islam ke Tangan Barat

Ada berbagai aktor dan faktor yang menyebabkan perpindahan manuskrip-manuskrip Islam ke tangan Barat. Sebagian manuskrip diperoleh lewat perampokan dan penjarahan pada masa kolonialisme. Yang lain, melalui proses transaksi jual-beli. Tapi, ada pula yang sengaja dihadiahkan oleh penguasa Muslim.

Stefanie Brinkmann dari Institute of Oriental Studies, University of Leipzig, mengatakan, banyak koleksi naskah Islam berasal dari kontak dengan Kekaisaran Ottoman pada abad ke-17 hingga abad ke-19. Manuskrip-manuskrip itu dibawa oleh tentara, pedagang, misionaris, administrator, penulis, dan pelancong.

Interaksi pertama Barat dengan manuskrip Islam terjadi pada masa kekhalifahan Abbasiyah. Pada masa itu, banyak sarjana Barat belajar di pusat-pusat intelektual Islam, seperti Kordoba, Sevilla, Granada, Salamanca, dan Toledo.

Sebagian aktif menerjemahkan kitab-kitab tersebut ke dalam bahasa Inggris atau Latin. Adelard of Bath, Gerrad van Cremona, dan Petrus Alfonsi adalah beberapa tokoh besar Eropa yang menerjemahkan karya Muslim. Inggris, misalnya, catat Roman, hubungan negara ini dengan Islam berkaitan dengan Muslim Spanyol dan Perang Salib. Michael Scot (1175-1235), astrolog Inggris dan ahli kimia terkemuka, serta Adelard of Bath, guru Raja Henry II. Keduanya menghabiskan sebagian waktu di universitas Islam untuk mempelajari sains dan filsafat.

Sepulang ke negara asal, para sarjana ini membawa harta karun berupa manuskrip atau terjemahan manuskrip Islam. Termasuk, Canon of Medicine karya Ibnu Sina. Pekerjaan penerjemahan ini terus berlangsung hingga abad ke-13 dan 14. Karena itu, tidak mengherankan bila banyak karya Muslim yang kini hanya ditemukan terjemahannya di perpustakaan Eropa.

Proses ini juga terkait dengan perpindahan ilmu pengetahuan dari dunia Islam ke Barat. Mehdi Nakosteen dalam History of Islamic Origins of Western Education A.D. 800-1350 : With an Introduction to Medieval Muslim Education mengungkapkan, transformasi ilmu pengetahuan Islam ke Barat dibangun melalui dua cara.

Pertama, melalui para mahasiswa dan cendekiawan Eropa yang menimba ilmu di sekolah-sekolah tinggi atau universitas Islam di Spanyol. Kedua, melalui hasil karya cendekiawan Muslim yang diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa mereka.

 

REPUBLIKA

Warisan Intelektual Islam Berada di Barat, Kok Bisa?

Ratusan ribu, bahkan sejumlah statistik kasar, manuskrip Islam tersimpan di pusat-pusat studi Barat. Pada saat yang sama, sarjana Muslim kesulitan mendapatkan manuskrip ulama-ulama terdahulu.

Bagaimana dan mengapa manuskrip-manuskrip itu bisa sampai ke Inggris, Berlin, Milan, Paris, bahkan Vatikan? Siapa yang membawanya? Untuk keperluan apa? Pertanyaan itu menggerakkan Stephan Roman, direktur British Council regional Asia Selatan.

Lewat the Development of Islamic Library Collections in Western Europe and North America, Roman, ia mendata manuskrip-manuskrip Islam yang tersebar di Eropa Barat dan Amerika Utara. Pria kebangsaan Inggris itu pun mendapati penyebaran sejumlah besar manuskrip Islam di 10 negara Barat. Yakni, Inggris, Prancis, Jerman, Denmark, Italia, Belanda, Spanyol, dan Amerika Serikat. Dengan berbagai alasan, negara-negara tersebut menyimpan ratusan hingga ribuan manuskrip Islam.

Dunia Islam mencakup kawasan geografi yang luas, membentang dari Afrika Barat, jazirah Arab, hingga semenanjung Melayu-Indonesia. Menurut Roman, semua manuskrip yang berasal dari wilayah dunia Islam ini tergolong manuskrip Islam apabila ditulis oleh Muslim dan lahir dari struktur komunitas Muslim. Artinya, naskah itu diproduksi dalam tradisi intelektual Islam yang dominan, seperti kesultanan Islam, pondok pesantren, atau komunitas Muslim.

Keragaman manuskrip Islam merentang seluas dunia Islam. Manuskrip tersebut ditulis dalam berbagai bahasa dan sistem aksara. Arab, Persia, dan Turki adalah bahasa-bahasa dominan digunakan di dunia Islam, tetapi ada juga manuskrip yang ditulis dalam bahasa Urdu, Pashtu, Jawa, Melayu, Makassar, dan Swahili.

Yang dapat dikategorikan sebagai manuskrip Islam bukan hanya Alquran, hadis, dan fikih, melainkan juga manuskrip yang memuat ilmu-ilmu umum. Sastra, tata bahasa, sains, matematika, sejarah, geografi, kedokteran, astronomi, dan filsafat dapat digolongkan ke dalam manuskrip Islam.

Koleksi manuskrip Islam di Eropa Barat dan Amerika Utara berkembang pada abad 15-20 M. Untuk manuskrip-manuskrip Arab, dua aksara yang paling dominan digunakan adalah Kufi dan Naskhi. Kufi, satu tradisi khat asal Kufah, sangat populer digunakan dalam manuskrip-manuskrip Islam asal Andalus dan Maroko.

Sementara, khat naskhi tersebar luas dalam naskah-naskah produksi Persia, Turki, dan Mughal. Banyak manuskrip Islam dari periode awal ditulis di atas perkamen atau kertas kulit. Sebagian manuskrip penting atau mewah diwarnai dengan lapis lazuli. Teknologi pembuatan kertas baru ada di Baghdad pada abad ke-8 M.

 

REPUBLIKA

Sisa Kontak Sejarah Islam-Aborigin yang Membekas

Seiring perubahan iklim politik dan kebijakan kulit putih, identitas suku asli Australia kian tergerus zaman. Islam pun terdengar asing bagi masyarakat Australia modern. Namun, sisa-sisa kontak sejarah tetap membekas.

Peta Stephenson, sosiolog dari Universitas Victoria, mengatakan, kompabilitas keyakinan antara Aborigin dan Islam tidak jarang ditemukan. Misalnya, praktik sunat laki-laki, sikap budaya menghormati yang lebih tua, dan ajaran bersikap selaras dengan alam.

“Banyak orang Aborigin yang saya ajak bicara perihal kesamaan budaya ini mengutip ajaran Alquran yang mengatakan 124 ribu nabi telah dikirim ke bumi. Mereka berpendapat, beberapa nabi telah mengunjungi Aborigin dan menyampaikan risalahnya,” kata Stephenson.

Justin Agale, Muslim keturunan campuran Aborigin-Torres Strait Islander, misalnya, juga melihat Islam sebagai ‘kelanjutan’ dari budaya Aborigin-nya.

 

REPUBLIKA