Susunan Shaf dalam sholat

Assaamu’alaikum Wrwb, Ustadz saya ingin menanyakan sebenarnya bagaimana susunan shaf dalam sholat berjamaah menurut tuntunan Rasullullah SAW, terutama untuk laki-laki pada shaf kedua dan seterusnya, apakah shaf dimulai dari tengah atau dari sebelah kanan.

Juga benarkah jika seseorang yang sholat berjamaah pada shaf kedua sendirian, sholatnya tidak sah. Tolong dijelaskan beserta gambarnya kalo bisa. Terima kasih

Waalaikumussalam Wr Wb
Saudara Karno yang dimuliakan Allah swt

 

Dari Mana Memulai Shaf ?

Dianjurkan bagi para jamaah untuk meluruskan shafnya didalam shalat, tidak sebagiannya lebih maju dari sebagian lainnya (bengkok) dan tidak meninggalkan celah didalamnya. Dianjurkan pula bagi seorang imam untuk mengingatkan jamaahnya sebelum shalat ditegakkan dengan megatakan, diantaranya :

« سوّوا صفوفكم فإنّ تسوية الصّفّ من تمام الصّلاة »

Artinya : “Luruskanlah shaf-shaf kalian maka sesungguhnya lurusnya barisan adalah diantara kesempurnaan menegakkan shalat.”

Bagian dari kelurusan shaf jamaah shalat adalah mengisi penuh terlebih dahulu shaf pertama baru kemudian shaf kedua, mengisi penuh shaf kedua baru kemudian shaf ketiga begitu seterusnya dan tidak mengisi shaf kedua sementara shaf pertama masih kosong, berdasarkan apa yang driwayatkan oleh Abu Daud dari dari Anas bin Malik dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sempurnakanlah shaf yang pertama, kemudian yang berikutnya. Kalaupun ada shaf yang kurang, maka hendaklah dia di shaf belakang.”

Adapun shaf dalam shalat dimulai dari belakang imam (tengah) baru kemudian mengisi sebelah kanan dan kirinya hingga seimbang antara bagian kiri dan kanan hingga shaf tersebut penuh baru kemudian membuat shaf dibelakangnya dengan cara yang sama dengan diatas.

Abu Daud meriwayatkan dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Jadikanlah imam berada di tengah-tengah kalian dan tutuplah celah-celah shaf.”

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Mas’ud bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda Hendaklah yang tepat di belakangku orang yang dewasa yang memiliki kecerdasan dan orang yang sudah berakal di antara kalian, kemudian orang yang sesudah mereka kemudian orang yang sesudah mereka’.

Pemilik kitab “Aunul Ma’bud” mengatakan jadikanlah imam kalian berada ditengah-tengah dan berdirilah kalian pada shaf-shaf dibelakangnya lalu sebelah kanan dan kirinya.

Hukum Orang Yang Shalat Sendirian DIbelakang Shaf

Shalat sendirian dibelakang shaf tanpa adanya uzur tetaplah sah namun makruh dan kemakruhannya itu hilang jika terdapat uzur, demikianlah pendapat jumhur fuqaha : para ulama Hanafi dan Syafi’i menguatkan pendapat itu berdalil dengan apa yang diriwayatkan dari Abu Bakrah bahwa dia pernah mendapati Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sedang rukuk, maka dia pun ikut rukuk sebelum sampai ke dalam barisan shaf. Kemudian dia menceritakan kejadian tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bersabda: “Semoga Allah menambah semangat kepadamu, namun jangan diulang kembali.”

Sementara itu para ulama Maliki berpendapat boleh shalat sendirian dibelakang shaf, ini adalah nash Khalil : al Mawaq menukil dari Ibnu Rusyd bahwa barangsiapa yang shalat dan membiarkan tempat kosong yang ada di shaf maka sungguh dia telah melakukan keburukan. Dia berkata bahwa yang masyhur adalah dia melakukan keburukan namun tidak perlu mengulang shalatnya.

Para ulama Hambali berpendapat bahwa tidak sah shalat orang yang sendirian satu rakaat penuh dibelakang shaf tanpa adanya uzur, berdasarkan hadit Wabishah bin Ma’bad bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melihat seorang laki-laki melaksanakan shalat sendirian dibelakang shaf maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkannya untuk mengulang (shalatnya).” (HR. Tirmidzi. Dia berkata,”Hadits hasan.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam shahihnya)

Jumhur ulama berkata bahwa dari hadits Abi Bakrah itu tidaklah ada keharusan baginya mengulang shalat. Sedangkan perintah mengulang didalam hadits Wabishah bin Ma’bad adalah sebuah anjuran, demikianlah penggabungan antara dua dalil diatas.

Adapun penjelasan tentang cara seorang makmum menghindari shalat sendirian dibelakang shaf adalah sebagai berikut :

Barangsiapa memasuki masjid sementara sudah ada jamaah dan jika dia mendapatkan celah (tempat kosong) pada shaf terakhir maka hendaklah dia berdiri di tempat yang kosong itu. dan jika dia medapatkan tempat kosong pada shaf yang ada di depan maka hendaklah dia menerobos shaf-shaf yang ada untuk sampai kepada tempat kosong itu
Dan barangsiapa yang tidak mendapatkan tempat kosong di shaf manapun maka telah terjadi perbedaan para fuqaha tentang apa yang seharusnya dilakukan olehnya pada saat itu :

Para ulama Hanafi megatakan,”Seyogyanya dia menunggu orang memasuki masjid untuk membentuk shaf bersamanya. Jika dia tidak mendapatkan seorang pun dan khawatir kehilangan rakaat maka hendaklah dia menarik seseorang yang telah diketahui ilmu adan akhlaknya dari shaf untuk berada bersamanya. Jika dia tidak mendapatkan orang yang seperti itu maka hendaklah dia berdiri di belakang shaf sejajar dengan imam tanpa ada kemakruhan dalam hal ini dikarenakan adanya uzur, demikianlah menurut al Kasani didalam Bada’i as Shana’i.

Para ulama Maliki berpendapat bahwa barangsiapa yang tidak memungkinkan baginya masuk ke dalam shaf maka shalatlah sendirian tanpa menarik seorang pun dari shaf. Jika dia menarik seseorang maka hendaklah orang yang ditariknya tidak perlu menaatinya.

Pendapat para ulama Syafi’i yang benar adalah barangsiapa yang tidak mendapatkan tempat kosong dan tidak juga kelapangan maka dianjurkan baginya untuk menarik seseorang dari shaf untuk membuat shaf dengannya akan tetapi hendaklah dia memperhatikan bahwa orang yang ditarik itu mau untuk menyepakatinya dan jika tidak maka janganlah dia menarik seseorang demi menghindari fitnah.

Jika dia menarik seseorang maka dianjurkan bagi orang yang ditarik itu untuk membantunya demi mendapatkan keutamaan memberikan bantuan dalam kebaikan dan ketakwaan.

Para ulama Hambali berpendapat bahwa barangsiapa yang tidak mendapatkan satu tempat didalam shaf maka berdirilah disebelah kanan imam jika mungkin. Jika berdiri di sebelah kanan imam tidak memungkinkan baginya maka hendaklah dia mengingatkan seseorang dari shaf untuk berdiri bersamanya.

Pemberian peringatan itu bisa dengan ucapan atau berdehem atau isyarat dan hendaklah orang yang diberi peringatan itu menurutinya. Secara lahiriyah hal itu adalah wajib karena merupakan bagian dari bab suatu kewajiban tidak akan sempurna kecuali dengannya. Akan tetapi dimakruhkan baginya memberikan peringatan dengan menariknya, hal ini tidak disukai Imam Ahmad, Ishaq dikarenakan ia bisa memalingkannya tanpa seizinnya.

Namun Ibnu Qudamah didalam al Mughni membolehkan penarikan itu dalam perkataannya,”Karena keadaanlah yang menuntut hal demikian, maka ia dibolehkan seperti halnya sujud diatas punggungnya atau kakinya tatkala keadaannya penuh sesak.

Dan ini bukanlah memalingkannya akan tetapi hanyalah sebuah pemberian peringatan untuk keluar (dari shafnya, pen) dan shalat bersamanya. Terdapat hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,”Dan lemah lembutlah terhadap kedua tangan saudara kalian.” Akan tetapi jika orang itu tidak mau keluar bersamanya maka janganlah dirinya memaksanya dan shalatlah sendirian dibelakang shaf).

Dan hadits : ,”Dan lemah lembutlah terhadap kedua tangan saudara kalian.” Diriwayatkan oleh Abu Daud dengan sanad shahih, nash itu digunakan Imam Nawawi didalam kitabnya “al Majmu’” –(Markaz al Fatwa No. 14806)
Wallahu A’lam

 

ERA MUSLIM

Bagaimana Agar Istiqomah

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Semoga Allah Yang Maha Kuasa, menggolongkan kita sebagai orang-orang yang istiqomah di jalan-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Saudaraku, sungguh keberuntungan besar bagi orang-orang yang yakin dan istiqomah di jalan Allah Swt. Orang yang istiqomah adalah orang yang benar-benar menghayati makna dari kalimat syahadat “Asyhadu anlaa ilaaha illallooh wa asyhadu annaa Muhammadan rasulullah”.

Kalau syahadatnya sudah bagus, maka insyaa Allah hati dan amalnya akan istiqomah. Apa syahadat yang bagus itu? Yaitu, hatinya benar-benar yakin kepada Allah Swt, tiada apapun yang bisa mencuri hatinya dari selain Allah. Dunia dan segala isinya hanyalah urusan kecil dan hanya sebagai sarana untuk mengabdi kepada Allah. Tujuan hidupnya bukanlah gemerlap dunia, melainkan perjumpaan dengan Allah Swt. Maasyaa Allah!

Orang yang istiqomah pasti di hatinya sudah bulat bahwa tiada yang bisa mendatangkan kenikmatan, keberuntungan, rezeki kecuali Allah Swt. Ia pun yakin bahwa tiada satupun peristiwa sekecil apapun kecuali terjadi pasti atas izin Allah Swt. Bukan makhluk yang jadi sandaran, bukan penilaian makhluk yang dicari, melainkan penilaian Allah dan hanya Allah yang menjadi tempat baginya memohon dan meminta.

Demikianlah fondasi dari pribadi yang istiqomah. Kekuatan dan kebersihan tauhiidnya membuat ia kokoh dan mantap meski menghadapi ujian dan godaan seperti apapun. Menghadapi godaan korupsi, ia mantap menolak karena hanya Allah yang menjamin rezeki. Menghadapi acaman pemecatan hanya karena menjaga diri dari harta syubhat dan haram, maka ia mantap untuk tidak gentar atas ancaman itu karena tiada yang lebih berbahaya selain dari pelanggaran terhadap perintah dan larangan Allah Swt.

Boleh jadi orang istiqomah ini dijauhi oleh orang lain, tapi itu tidak seberapa baginya. Karena baginya biarlah makhluk membencinya asal Allah ridho kepadanya. Karena hanya Allah Yang Maha Membolak-balik hati manusia. Sangat mudah bagi Allah mengubah cinta menjadi benci dan membalikkan benci menjadi cinta.

Tiada yang luput dari sikap istiqomah di jalan Allah selain dari kebaikan, ketenangan dan keberuntungan. Semoga Allah senantiasa melimpahi kita dengan hidayah sehingga kita bisa menjadi orang-orang yang istiqomah dan meraih husnul khotimah. Aamiin yaa Robbal aalamiin. [smstauhiid]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar 

INILAH MOZAIK

Sedikit Namun Istiqomah

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Semoga Allah Yang Maha Menatap, menjadikan kita haba-hamba-Nya yang lurus, mantap, kokoh dalam keyakinan kepada-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Rasulullah Saw bersabda, “Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang dawam/kontinu walaupun sedikit.” (HR. Muslim)

Jadi, amal sholeh yang sedikit tapi dilakukan secara terus-menerus ini lebih disukai oleh Allah. Kenapa? Karena kalau terus-menerus berarti dzikirnya juga terus-menerus, ingat pada Allah-nya juga terus-menerus, taqorubnya juga terus-menerus.

Sebagai contoh, ada orang yang setiap selesai sholat fardhu membaca Al Quran satu halaman. Memang sedikit. Tapi, dia melakukannya secara kontinu setiap selesai sholat. Artinya, semakin sering lisannya melafalkan firman Allah, semakin banyak matanya melihat untaian kalimat-kalimat dari firman Allah, semakin sering telinganya mendengar pembacaan ayat-ayat Allah dan semakin sering pula hatinya tersentuh dengan ingatan-ingatan kepada Allah. Semakin sering dia bersentuhan dengan ayat-ayat Al Quran, maka semakin terjaga hatinya, semakin terkontrol perilakunya, semakin baik akhlaknya. Maasyaa Allah.

Seperti sebongkah batu yang besar dan keras namun bisa memiliki cekungan halus nan indah hanya karena tetesan air yang jatuh di atasnya sedikit demi sedikit namun kontinu. Bongkahan batu itu tidak akan memiliki cekungan tersebut jikalau ditimpa air satu drum sekaligus. Inilah gambaran dari kekuatan istiqomah.

Sedekah yang sedikit nominalnya namun dilakukan secara istiqomah, maka akan bernilai sangat besar di hadapan Allah. Doa singkat yang kita baca setiap kali masuk kamar kecil, nampak seperti amal yang tak berarti, namun akan menjadi sangat berarti pada timbangan pahala di hadapan Allah karena dilakukan secara istiqomah.

Semoga Allah Swt memberikan kita kekuatan sehingga bisa menjadi hamba-hamba-Nya yang mampu beramal sholeh secara istiqomah. Aamiin yaa Robbal aalamiiin. [smstauhiid]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar 

INILAH MOZAIK

Kisah Umar bin Khattab Taklukkan Sungai Nil, Hapus Tradisi Tumbal

Kisah Umar bin Khattab ini diriwayatkan oleh Abdul Hakim dalam Futuha Mishra (Sejarah Penaklukan Mesir). Juga dicantumkan Muhammad Abdul Aziz al Halawi dalam Fatawa wa Aqdhiyah Amiril Mu’minin Umar ibn al Khattab (Fatwa dan Ijtihad Umar bin Khattab).

Kisah Menaklukkan Sungai Nil

Kisah ini terjadi ketika Amr bin Ash berhasil menaklukkan Mesir. Saat memasuki bulan Bu’unah (salah satu bulan dalam kalender yang berlaku di Mesir waktu itu), penduduk datang menghadapnya.

“Wahai Gubernur, sesungguhnya Sungai Nil kami ini memiliki tradisi yang airnya tidak akan mengalir kecuali dengan tradisi tersebut.”

“Tradisi apakah itu?”

“Jika telah melewati tanggal 12 bulan Bu’unah, kami akan mengambil seorang anak gadis dari orangtuanya. Kami akan membujuk orangtua itu agar mau merelakan anak gadisnya sebagai tumbal. Lalu kami rias gadis itu dengan pakaian dan perhiasan yang menawan, lalu kami lemparkan ia ke Sungai Nil.”

Amr bin Ash terkejut mendengar tradisi tumbal itu. Tradisi syirik sekaligus pembunuhan keji. Masalah aqidah sekaligus masalah nyawa manusia.

“Sesungguhnya tradisi ini tidak ada dalam Islam. Islam menghapus segala tradisi leluhur sebelumnya yang bertentangan dengan ajaranNya,” demikian jawaban tegas Amr bin Ash.

Sesuai arahan Amr bin Ash, mereka menahan diri melakukan tradisi tumbal itu. Mereka bersabar selama tiga bulan; Bu’unah, Abib dan Masra. Namun air Sungai Nil tidak juga mengalir seperti biasanya.

Tidak mendapatkan air adalah masalah besar bagi penduduk. Karenanya mereka berniat pindah dari situ.

Mengetahui kesulitan penduduk dan keinginan mereka untuk pindah, Amr bin Ash mengirim surat kepada khalifah Umar bin Khattab. Ia menceritakan peristiwa yang terjadi dan meminta arahan Umar.

“Engkau benar,” jawab Umar bin Khattab melalui surat. “Sesungguhnya Islam menghapus seluruh tradisi yang buruk. Bersama surat ini, kukirimkan pula kepadamu lembar kertas. Jika telah sampai kepadamu, lemparkan lembaran itu ke Sungai Nil.”

Sebelum melempar kertas itu ke Sungai Nil, Amr bin Ash membuka dan membaca isinya. “Dari hamba Allah Umar Amirul Mukminin kepada Sungai Nil penduduk Mesir, amma ba’du. Jika engkau mengalir semata-mata karena dirimu sendiri, maka janganlah mengalir! Akan tetapi, jika yang mengalirkanmu adalah Allah Yang Mahaesa lagi Mahaperkasa, maka kami memohon kepadaNya untuk mengalirkanmu.”

Amr bin Ash melemparkan kertas itu ke Sungai Nil tepat sehari sebelum rencana keberangkatan penduduk pindah ke wilayah lain. Keesokan harinya, pagi-pagi sebelum mereka berangkat, Sungai Nil telah mengalir hingga sedalam enam belas hasta. Penduduk Mesir pun bergembira, tidak jadi pindah ke wilayah lainnya.

Demikianlah kisah Umar bin Khattab ini. Tidak hanya Sungai Nil kembali mengalir, yang lebih utama adalah terhapusnya tradisi tumbal dari kehidupan mereka.

Ibrah Kisah Umar bin Khattab

Ada banyak ibrah yang bisa kita petik dari kisah ini, antara lain:

1. Tumbal adalah salah satu bentuk kemusyrikan

Memberikan tumbal, atau berqurban kepada selain Allah, merupakan salah satu perbuatan syirik yang dosanya sangat besar hingga tidak diampuni Allah. Baik tumbal untuk sungai, tumbal untuk gunung, tumbal untuk pembangunan jembatan dan lain-lain. Tidak peduli apakah tumbal itu besar seperti sapi, atau kecil seperti ayam. Apalagi jika tumbalnya adalah manusia.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah mensabdakan bahwa ada laki-laki yang masuk surga karena lalat, ada pula yang masuk neraka karena lalat. Ketika sahabat bertanya, beliau menjelaskan bahwa mereka melewati sebuah perkampungan penyembah berhala. Orang yang melewati perkampungan itu harus berkorban atau memberi sesaji. Karena tak memiliki apa-apa, seorang laki-laki akhirnya berkorban dengan lalat. Dengan sebab itu ia masuk neraka. Sedangkan laki-laki kedua, ia tidak mau berkorban meskipun dengan lalat. Laki-laki ini dibunuh oleh para penyembah berhala, lalu ia masuk surga.

2. Mencegah kesyirikan adalah kewajiban setiap muslim

Amr bin Ash telah memberikan contoh yang tepat. Begitu mengetahui bahwa tradisi yang dimaksudkan oleh penduduk Mesir adalah tradisi syirik, ia langsung mencegahnya. Mencegah kesyirikan adalah kewajiban setiap muslim, terutama pemimpin umat yang memiliki otoritas.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah dia mengubah dengan tangannya (otoritas/kekuasaan). Apabila tidak mampu, hendaklah dia mengubah hal itu dengan lisannya. Apabila tidak mampu, hendaknya dia mengubah dengan hatinya dan inilah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)

3. Pemimpin itu memberi solusi yang manhaji

Kisah Umar bin Khattab ini menegaskan kepada kita, bahwa pemimpin negara memiliki kewajiban menyelesaikan permasalahan rakyatnya. Dan itulah yang dicontohkan oleh Umar bin Khattab. Ia memberikan solusi yang manhaji, sesuai dengan manhaj Islam, tidak bertentangan dengan aqidah Islam, tidak bertentangan dengan Al Quran dan Sunnah.

Maka yang dilakukan Umar dalam kisah ini, ia menggantungkan harapan hanya kepada Allah. Ia berdoa hanya kepada Allah. Ia berupaya menyelesaikan dua hal sekaligus; menghentikan kemusyrikan dengan menghapus tradisi tumbal dan memajukan kesejahteraan dengan kembali mengalirnya Sungai Nil.

Pemimpin-pemimpin seperti inilah yang dipuji Allah:

الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ

“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan” (QS. Al Hajj: 41)

Sering kali yang diperhatikan pemimpin di zaman sekarang hanya masalah perekonomian dan kesejahteraan materi. Sedangkan dalam menjaga aqidah kadang abai. Terkadang ada yang lebih parah, kesejahteraan rakyat pun tidak diperhatikan, hanya mementingkan kekuasaannya sendiri dan kepentingan golongannya sendiri.

4. Karamah Umar bin Khattab

Kisah Umar bin Khattab ini juga menunjukkan karamahnya. Sekaligus menujukkan kedekatannya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya dengan selembar kertas berisi komunikasi kepada Sungai Nil dan doa kepada Allah, Allah menjadikan Sungai Nil kembali mengalir.

Banyak karamah Umar bin Khattab yang lain. Misalnya beberapa kali ayat Al Quran turun bersesuaian dengan pendapat Umar bin Khattab, ia pernah memberikan instruksi kepada pasukan yang sedang berperang di dekat gunung padahal Umar waktu itu sedang khutbah di Madinah, dan lain-lain.

5. Sungai dan alam semesta adalah makhlukNya

Kisah Umar bin Khattab ini juga menguatkan kesadaran kita bahwa Sungai Nil dan sungai-sungai lainnya, gunung, hutan dan seluruh alam semesta ini adalah makhlukNya. Maka janganlah takut kepada sesama makhluk. Jangan berdoa dan berlindung kepada sesama makhluk. Namun, berdoalah kepada Allah sang Pencipta segala makhluk. Berlindunglah hanya kepadaNya.

Karenanya meskipun surat yang ditulis Umar berisi komunikasi kepada Sungai Nil, doanya hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jika ada yang tidak beres dengan sawahnya, hendaklah petani berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika ada masalah dengan kebunnya, hendaklah pekebun berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika ada masalah dengan bumi kita yang makin sering gempa, hendaklah berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

 

BERSAMA DAKWAH

Taat kepada Allah dan Rasul-Nya Lebih Baik Untukmu

USAMAH bin Zaid, sebagaimana tertuang dalam kisah Fathimah binti Qais. Dikisahkan, bahwa suaminya menalaknya tiga kali, sedangkan Rasulullah tidak menetapkan keberhakannya untuk mendapat tempat tinggal dan nafkah. Ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepadaku, Jika kamu telah halal (selesai masa iddah), maka beritahukan kepadaku.'” Lalu, ia memberitahu beliau (ketika masa iddahnya telah selesai).

Kemudian, Muawiyah maju melamarnya, juga Abu Jahm, dan Usamah bin Zaid. Rasululah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Adapun Muawiyah, ia seorang fakir dan Abu Jahm mudah memukul wanita. (Menikahlah) dengan Usamah bin Zaid.” Fathimah berkata dengan tangannya yang bergerak-gerak demikian, “Taat kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya adalah lebih baik bagimu.” Fathimah berkata, “Maka aku pun menikah dengannya dan aku menjadi gembira.”

Pemuda yang lain adalah Umar bin Abi Salamah yang lahir dua tahun sebelum hijrah. Ia menikah selagi Nabi shallallahu alaihi wa sallam masih hidup dan ia telah bermimpi basah, lalu ia bertanya tentang hukum ciuman bagi orang yang sedang berpuasa.

Selanjutnya adalah Abdullah bin Abi Hadrad. Ia bercerita tentang diri pribadinya, bahwa ia menikah dengan seorang perempuan. Ia datang menemui Rasulullah untuk meminta bantuan terkait mahar si perempuan. Beliau bertanya, “Berapa banyak kamu memberinya mahar?” Ia menjawab, “Dua ratus dirham.” Lalu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengirimnya dalam sebuah ekspedisi perang dan ia berhasil mendapat rampasan perang sejumlah mahar yang ia inginkan.”

[Sumber: Biografi Generasi Muda Sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Muhammad bin Abdullah ad-Duwaisy, Zam-Zam]

 

INILAH MOZAIK

Waktu Tunggu Haji Malaysia Hingga 106 Tahun

Total pendaftar haji Malaysia hingga saat ini telah mencapai 2,9 juta orang. Sementara kuota setiap tahunnya hanya sekitar 30 ribu jamaah. Ini membuat waktu tunggu untuk berhaji menjadi 106 tahun.

Wakil Menteri Kantor Perdana Menteri Malaysia, Asyraf Wajdi Dusuki menyampaikan pendaftar haji mencapai 2,9 juta orang hingga 28 Februari lalu. Sebanyak 78.951 orang baru mendaftar dalam dua bulan pertama 2018.

“Pada bulan Februari saja, ada 39.042 orang yang mendaftar,” kata dia dilansir New Strait Times, Jumat (30/3).

Hal ini menjadi bukti bahwa biaya haji bukan masalah signifikan untuk penduduk Malaysia. Tabung Haji menanggung biaya 12.470 ringgit per jamaah sehingga jamaah hanya harus membayar 9.980 ringgit. Masalah pelaksanaan haji Malaysia salah satunya adalah kuota yang terbatas.

Kuota haji yang diberikan oleh pemerintah Arab Saudi berdasarkan populasi Muslim di negara masing-masing. Satu kuota diberikan per 1.000 orang dari populasi Muslim.

Arab Saudi telah menyebut tidak akan menambah kuota total haji dari seluruh dunia hingga beberapa tahun mendatang. Pemerintah menimbang keterbatasan fasilitas yang disediakan di tanah suci, khususnya di Mina.

Ini membuat Malaysia dan negara-negara lainnya akan menerima kuota haji yang kurang lebih sama seperti tahun ini dan tahun lalu. Kuota haji Malaysia sebanyak 30.200 untuk 2018, sama seperti tahun 2017.

Menurut Asyraf, sistem Smart Haj akan mulai diterapkan tahun ini untuk mempercepat proses imigrasi. Jamaah akan dibekali gelang identifikasi sehingga prosedur kedatangan di bandara hanya akan memakan waktu 10 menit dari sebelumnya dua jam.

 

IHRAM

Bangunkan Sikap Positif Diri untuk Hilangkan Keresahan

ZIYAD adalah direktur utama sebuah perusahaan besar. Akhir-akhir ini beban tugas dan masalah keluarganya semakin bertambah. Dia tampak seperti mulai kehilangan keseimbangan dan berkembang ke arah negatif.

Ia tenggelam dalam reaksi-reaksi negatif yang mengganggu perasaan dan merusak kerjanya. Tetapi setelah mengikuti pelatihan tentang bagaimana unsur positif dalam kehidupan, akhirnya dia mendapatkan keseimbangan. Ia kemudian menambah waktu khusus untuk keluarganya, bisa duduk dan bermain-main dengan putrinya yang masih kecil. Ia juga bisa bebas membaca, berekreasi akhir pekan, dan sebagainya.

Seakan-akan keadaannya mengatakan, “Fokuslah terhadap unsur-unsur positif dalam hidup Anda. Jika Anda berpikir tentang diri Anda dan melihat keadaan hidup dan kondisi yang mengelilingi Anda, pasti Anda akan mendapatkan banyak sekali unsur positif.”

Tidak diragukan bahwa unsur-unsur positif bukanlah satu-satunya dalam hidup Anda, karena dalam hidup Anda juga ada unsur-unsur negatif. Unsur-unsur negatif tersebut akan menghilangkan sikap positif Anda, merampas kebahagiaan dan ketenangan batin Anda.

Bagi Anda yang bekerja dalam sebuah pekerjaan yang Anda senangi dan posisi Anda bagus di antara pekerja yang lain, tapi ada seorang teman yang tidak senang dengan posisi yang Anda raih dan selalu mengganggu Anda serta memburuk-burukkan Anda, apakah Anda akan membiarkan orang ini merampas sikap positif Anda terhadap pekerjaan Anda?

Jika Anda mengeluhkan penyakit yang sudah lama tidak mau hilang dari diri Anda, apakah Anda akan menyerah kepada penyakit ini, ataukah Anda akan berjuang melawannya dengan doa dan pengobatan, beradaptasi dengan penyakit tersebut, dan berusaha menjalani hidup Anda secara normal?

Bila Anda memiliki seorang anak yang tidak lancar dalam pelajaranya, kemudian Anda membimbing dan mendorongnya untuk meningkatkan prestasinya, tapi Anda melihat tidak ada perubahan yang lebih baik, apa yang akan Anda lakukan ? Apakah Anda akan membiarkan kekhawatiran Anda dan mengganggu kondisi psikologi Anda? Ataukah Anda akan menjaga sikap positif Anda dan berusaha dengan segenap kemampuan untuk meningkatkan prestasi anak Anda?

Carilah unsur-unsur positif dalam hidup Anda dan berusahalah untuk fokus. Di antara unsur-unsur tersebut adalah menyenangi kebaikan dan membantu orang lain, menjalankan ibadah pada waktunya, menjalankan kerja sebaik-baiknya dan fokus terhadap pekerjaan tersebut, meluangkan waktu lebih banyak bersama keluarga, melakukan hobi yang disenangi, berdiskusi dengan orang yang disenangi, dan sebagainya.*/Sudirman STAIL

 

 

Sumber buku: 10 Kebiasaan Manusia Sukses Tanpa Batas. Penulis: Dr. Ibrahim Hamd Al-Qu’ayyid.

HIDAYATULLAH

Ini Kata Ustaz Somad untuk Pegiat Fotografi

Ustaz Abdul Somad menyampaikan pesan kepada kalangan pecinta fotografi agar menghasilkan karya-karya yang bisa memberikan inspirasi dan kebaikan bagi orang banyak. Foto, menurut ustaz asal Riau itu, adalah sarana penyampai pesan yang sangat kuat.

“Foto itu bisa bercerita seribu kata. Sahabat-sahabat (fotografer), ambil lah gambar yang baik. Yang memberikan inspirsi,” kata Ustaz Somad di Situ Patenggang, Kabupaten Bandung, Sabtu (31/3).

Pesan Ustaz Somad kepada para pagiat dan pecinta fotografi ini disiarkan melalui video oleh salah satu fotografer asal Bandung Dudi Sugandi melalui instagramnya.

Saat dikonfirmasi oleh Republika.co.id, Dudi bersyukur mendapat nasehat dari UAS yang di matanya adalah ustaz yang paling hits di Indonesia saat ini.”Alhamdulillah dapat nasehat dari Ustaz Abdul Somad. Buat teman-teman komunitas fotografi mangga disimak baek-baek,” tulis Dedi.

Masih di dalam video tersebut, UAS menceritakannya, tentang kekuatan sebuah foto saat dirinya menerangkan pelajaran di kampus. Dia menjelaskan, bagaimana suasana di Kota Kairo, Mesir yang ramai dengan pelajar dari berbagai negara dan juga para syekh dan ulama-ulama ternama.

Tapi hanya dari cerita, menurut Ustaz Somad, akan terjadi multitafsir dari mahasiswanya. Murid-murid, kata dia, akan punya persepsi berbeda dari cerita yang dia sampaikan. Barulah setelah Ustaz Somad memperlihatkan foto dirinya di Kairo, murid-muridnya punya pandangan dan persepsi yang sama.

Kemudian Ustaz Somad juga menyebutkan, faedah fotografi dalam mensiarkan dakhwah-dakwah para ulama. Kata dosen UIN Sultan Syarif Kasim Pekanbaru itu, sering sekali dirinya mendapatkan kiriman foto ceramahnya. Di mana foto-foto yang bagus dari berbagai angle. Ada yang diambil dari atas sehingga UAS dapat menyadari ternyata tabligh akbar yang ia hadiri begitu ramai didatangi jamaah.

“Saya selesai ceramah ada yang kirim gambar dari atas. Pandai dia (fotografer) ini cari yang bagus. Foto memperlihatkan beginilah umat Islam untuk mengaji,” ujar Ustaz Somad.

 

REPUBLIKA