Bulan Ramadan, Bulan Al-Quran

KARENA saat itu diturunkannya wahyu pertama. Allah Taala berfirman,

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran” (QS. Al-Baqarah: 185).

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan” (QS. Al-Qadar: 1).

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi.” (QS. Ad-Dukhon: 3).

Dalam shahihain, dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah orang yang paling gemar memberi. Semangat beliau dalam memberi lebih membara lagi ketika berada pada bulan Ramadhan tatkala itu Jibril menemui beliau. Jibril menemui beliau setiap malamnya di bulan Ramadhan. Jibril mengajarkan Al-Quran kala itu. Dan Rasul shallallahu alaihi wa sallam adalah yang paling semangat dalam melakukan kebaikan bagai angin yang bertiup.” (HR. Bukhari, no. 3554 dan Muslim, no. 2307)

Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata, “Hadits di atas menunjukkan bahwa kaum muslimin dianjurkan untuk banyak mempelajari Al-Quran pada bulan Ramadhan dan berkumpul untuk mempelajarinya. Hafalan Al-Quran pun bisa disetorkan pada orang yang lebih hafal darinya. Dalil tersebut juga menunjukkan dianjurkan banyak melakukan tilawah Al-Quran di bulan Ramadhan.” (Lathaif Al-Maarif, hlm. 302)

 

INILAHMOZAIK

Mengapa Orang Banyak yang Suka Dipuji?

PERTANYAAN di atas bisa jadi tak perlu dijawab menurut sebagian orang. Namun, itu perlu dijawab menurut sebagian yang lain. Saya termasuk bagian dari sebagian yang lain ini karena saya ingin diri ini terlepas dari keterikatan pujian manusia.

Keterikatan diri akan pujian orang lain itu menyiksa, sulit menikmati jalan hidup apa adanya. Lebih dari itu, mengharap pujian orang adalah salah satu bentuk “penyekutuan” Tuhan.

Pertanyaan di atas pernah ditanyakan kepada Abu Abdillah Jakfar Shadiq. Jawaban beliau bagus sekali: “Orang itu senang dipuji karena dia lupa bahwa semua nikmat yang menjadikannya dipuji itu adalah dari Allah. Barangsiapa yang lupa bahwa nikmat itu dari Allah, melanggar aturan Allah, maka nikmat itu akan berubah menjadi derita.”

Kalau kita sadar selalu bahwa semua nikmat itu milik Allah dan dari Allah, lantas alasan apa yang membenarkan kita sombong dan berharap harus ada pujian untuk kita? Ucapkan saya segala puji adalah milik Allah.

Apakah kita harus tolak pujian orang kepada kita? Bukan itu yang saya maksudkan. Kembalikan pujian itu kepada Allah sebagai Dzat yang paling berhak dipuji. Bersyukurlah karena kita masih dititipi nikmat yang layak dipuji. Dengan begini, nikmat akan dilanggengkan pada kita.

 

INILAH MOZAIK

Kenapa Rasulullah Tidak Belajar Menulis?

ADA dua alasan penting:

(1) Agar Al-Quran benar-benar jadi mukjizat, bukan buatan Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
(2) Supaya tidak dikira beliau mengambil Al-Quran dengan cara menyalin dari kitab-kitab sebelumnya.

Namun Nabi shallallahu alaihi wa sallam tetap memotivasi umatnya untuk belajar menulis. Lihat At-Tashil li Tawil At-Tanzil Tafsir Juz Amma, 2:431.

Ibnu Taimiyah rahimahullah mengingatkan bahwa keummian Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bukanlah berarti beliau tidak berilmu atau tidak bisa menghafal, bahkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah imamnya para Nabi dalam hal itu. Disebut ummi hanyalah karena beliau tidak bisa menulis dan tidak bisa membaca sesuatu yang tertulis. (Majmuah Al-Fatawa, 25:172)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Al-Quran yang pertama kali turun adalah ayat-ayat ini. Inilah rahmat dan nikmat pertama yang Allah berikan kepada para hamba. Dalam awal surat tersebut terdapat pelajaran bahwa manusia pertama tercipta dari alaqah (segumpal darah). Di antara bentuk kasih sayang Allah adalah ia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak mereka ketahui.”

 

INILAH MOZAIK

Hamba Penuh Dosa, Hadirilah Mejelis Ini…

ADA yang penuh dosa, apakah ada manfaat ia berada dalam majelis orang shalih, majelis ilmu, dan majelis dzikir?

Dalam riwayat Muslim disebutkan, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai para malaikat yang memiliki keutamaan, mereka selalu berjalan mencari majelis-majelis dzikir. Maka apabila mereka menemukan suatu majelis yang berisi dzikir di dalamnya, mereka lalu duduk bersama mereka, dan mereka saling membentangkan sayap-sayap mereka sehingga memenuhi langit dunia. Apabila majelis itu bubar, mereka naik ke langit, lalu Allah bertanya kepada merekasedangkan Allah Maha Mengetahui, Dari mana kalian? Mereka menjawab, Kami datang dari hamba-hamba-Mu di bumi. Mereka bertasbih, bertakbir, bertahlil, bertahmid, dan meminta kepada-Mu. Allah berkata, Apa yang mereka minta dari-Ku? Mereka menjawab, Mereka meminta surga-Mu. Allah berkata, Apakah mereka melihat surga-Ku? Mereka menjawab, Tidak, wahai Rabbku. Allah berkata, Maka bagaimana seandainya mereka melihat surga-Ku?

Mereka berkata, Mereka juga meminta perlindungan kepada-Mu. Allah berkata, Dari apa mereka meminta perlindungan kepada-Ku? Mereka menjawab, Dari neraka-Mu, wahai Rabbku. Allah berkata, Apakah mereka melihat neraka-Ku? Mereka menjawab, Tidak, wahai Rabbku. Allah berkata, Maka bagaimana seandainya mereka melihat neraka-Ku?

Mereka berkata, Mereka juga meminta ampunan kepada-Mu. Allah berkata, Aku telah mengampuni mereka. Aku beri kepada mereka apa yang mereka minta dan Aku beri mereka perlindungan dari apa yang mereka mintai perlindungan kepada-Ku.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Kemudian para malaikat itu berkata, Wahai Rabbku, di kalangan mereka ada seorang hamba yang banyak sekali kesalahannya. Ia hanya melewati saja lalu ikut duduk bersama mereka. Lalu Allah pun berkata, Aku pun mengampuninya, mereka adalah satu kaum yang tidak akan sengsara orang yang duduk bersama mereka.

Faedah Hadits:

  • Hadits ini menunjukkan keutamaan majelis dzikir, keutamaan orang yang berdzikir, dan keutamaan orang yang berkumpul dalam majelis dzikir.
  • Teman-teman duduk dengan orang shalih yang rajin berdzikir akan termasuk dalam seluruh keutamaan yang Allah berikan karena duduk dengan orang shalih tadi sebagai bentuk pemuliaan kepadanya walaupun tidak sama dalam kualitas mengingat Allahnya.
  • Pertanyaan bisa saja disodorkan dari si penanya padahal ia sudah mengetahui tentang soal tadi dari yang ditanya untuk menunjukkan pentingnya dan mulianya soal tersebut.
  • Hadits ini menunjukkan dustanya kaum zindiq (kaum munafik) yang menyatakan bahwa mereka dapat melihat Allah secara nyata di dunia.
  • Boleh bersumpah dalam perkara yang pasti untuk menunjukkan penguatan makna dan pemuliaan.
  • Surga diliputi dengan hal-hal baik dan neraka diliputi dengan hal-hal yang jelek (tidak disukai).
  • Memberikan harapan dan terus meminta kepada Allah adalah jadi sebab kita mudah mendapatkan yang diharap.

 

INILAH MOZIK

Makna Laa Hawla wa Laa Quwwata illa Billah

DARI Abu Musa radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menunjukkan kepadaku, “Maukah aku tunjukkan kepadamu salah satu dari simpanan surga?” Aku menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Laa hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah).” (Muttafaqun alaih) [HR. Bukhari, no. 6409 dan Muslim, no. 2704]

Faedah Hadits:
– Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjadi pengajar untuk umatnya. Tidak ada kebaikan melainkan beliau ajarkan pada umatnya.
– Laa hawla wa laa quwwata illa billah merupakan simpanan surga.
– Dorongan untuk berdzikir sehingga mendapatkan pahala yang besar sebagai simpanan di surga kelak.

Ada ulama yang menafsirkan kalimat tersebut, “Tidak ada kuasa bagi hamba untuk menolak kejelekan dan tidak ada kekuatan untuk meraih kebaikan selain dengan kuasa Allah.” Ulama lain menafsirkan, “Tidak ada usaha, kekuatan dan upaya selain dengan kehendak Allah.”

Ibnu Masud radhiyallahu anhu berkata, “Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.” Imam Nawawi menyebutkan berbagai tafsiran di atas dalam Syarh Shahih Muslim (17:26-27) dan beliau katakan, “Semua tafsiran tersebut hampir sama maknanya.”

Dalam penjelasan Safinah An-Najah, Imam Nawawi Al-Bantani rahimahullah menyebutkan arti kalimat tersebut, “Tidak ada yang menghalangi dari maksiat pada Allah melainkan dengan pertolongan Allah. Tidak ada pula kekuatan untuk melakukan ketaatan pada Allah selain dengan pertolongan Allah.” (Lihat Kasyifah As-Saja Syarh Safinah An-Najah, hlm. 33)

Abu Ayyub Al-Anshari menceritakan, “Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam diangkat ke langit pada Malam Isra Miraj, beliau melewati Nabi Ibrahim alaihis salam. Ibrahim lantas bertanya, “Siapa yang bersamamu wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Ia Muhammad.” Ibrahim lantas mengatakan padanya, “Perintahkanlah pada umatmu untuk memperbanyak bacaan yang akan menjadi tanaman di surga, debunya itu bersih dan tanamannya pun luas.” Ibrahim ditanya, “Lalu apa bacaan yang disebut girasul jannah tadi?” Ibrahim menjawab, “Kalimat laa hawla wa quwwata illa billah.” (HR. Ahmad, 5:418. Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini dhaif).

[Referensi: (1) Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al-Hajjaj. (2) Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. (3) Kasyifah As-Saja Syarh Safinah An-Najah/ Muhammad Abduh Tuasikal]

 

INILAH MOZAIK

Nabi Muhammad Khawatirkan Umatnya Kini

APA yang sebenarnya dikhawatirkan Rasulullah 14 abad yang lalu terhadap umatnya sekarang?

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Ibnu Syihab, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Hai para sahabat, aku khawatir terjadi tiga perkara yang menimpa komunitas bangsa dan masyarakat.” Lantas para sahabat bertanya, “Apa ya Rasulullah yang engkau khawatirkan?”

Pertama, kata Rasulullah, zaalatul ‘aalimin, yaitu penyimpangan yang dilakukan oleh para ulama atau tokoh agama. Ulama tidak berfungsi sebagai warosatul anbiya. Ulama tidak lagi menjadi penerang dan panutan umatnya.

Rasulullah khawatir jika hal itu terjadi pada bangsa manapun. Bahkan, yang paling dikhawatirkan adalah manakala ulama telah menyimpang dari keulamaannya. Bukan membimbing umat kepada hal yang benar, justru mengarahkan umat kepada yang menyelamatkan dirinya atau justru mengantarkan umat kepada kebinasaan.

Kedua, wahukmun zairin, yakni supremasi hukum yang tidak benar. Penegakan hukum tidak mencerminkan keadilan. Kalau ini terjadi, kata Rasulullah, hancurlah masyarakat dan bangsa di manapun. Hukum yang mandul, hanya akan menjatuhkan wibawa penguasa, dan orang semakin mudah mempermainkan hukum.

Pada sisi lain, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga hukum semakin menurun. Orang berkantong tebal dan berpangkat tinggi semakin berani berbuat kejahatan, sebab akan sangat sulit dijerat hukum.

Sementara masyarakat kecil tidak ada yang terlewatkan dari jeratan hukum, sekecil apa pun pelanggaran yang dilakukan. Praktik seperti ini hanya akan menyuburkan berbagai ketidakadilan sosial, suburnya kemaksiatan, dan kejahatan berskala besar.

Kekhawatiran Rasulullah yang ketiga adalah wahwan muttaba’un, manusia sudah mengikuti nafsunya masing-masing. Bila setiap orang sudah memikirkan dan mementingkan dirinya sendiri sesuai hawa nafsunya dan tidak lagi mementingkan orang banyak, maka hancurlah tatanan masyarakat tersebut.

Inilah egoisme, sifat yang sangat dibenci Islam. Paradigma kaum egois, orang lain tidak dipandang sebagai saudara, tetapi sebagai objek. Objek untuk memuaskan nafsu dan syahwat duniawinya.

Inilah yang dikhawatirkan Rasulullah. Kekhawatiran yang sudah beliau ungkapkan sejak 14 abad lalu. Dan realitas yang terjadi saat ini hendaknya perlu menjadi renungan dan upaya bersama, sehingga dapat mencapai kondisi lebih baik. []

—————————————————————-
Artikel keislaman di atas bisa Anda nikmati setiap hari melalui smartphone Android Anda. Download aplikasinya, di sini! Dengan aplikasi ini, Anda juga bisa ngecek Porsi Haji dan Visa Umrah Anda.

 

Umat Islam Seperti Buih di Lautan

HASIL sensus pendududuk tahun 2010, 87,18% dari 237.641.326 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 6,96% Protestan, 2,9% Katolik, 1,69% Hindu, 0,72% Buddha, 0,05% Kong Hu Cu, 0,13% agama lainnya, dan 0,38% tidak terjawab atau tidak ditanyakan.

Subhanallah, kekuatan kaum muslimin di Indonesia sangat besar, dibandingkan umat agama lainnya. Dengan angka sekian, kita layak terheran, ketika ada kaum muslimin yang merasa terintimidasi oleh penganut agama lain. Dengan angka sekian pula, kita layak terheran, ketika ada sebagian penganut agama lain yang begitu leluasa menghina simbol islam dan kaum muslimin. Umat islam telah menajdi mayoritas yang terdiam.

Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Kita meyakini ini musibah. Mungkin ini bagian dari kebenaran yang disabdakan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam,

“Hampir saja, banyak umat dari berbagai penjuru dunia akan memperebutkan kalian, sebagaimana makanan di atas piring diperebutkan.” Kami bertanya, Apakah karena jumlah umat islam ketika itu sedikit?

Jawab Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, “Tidak, ketika itu jumlah kalian (kaum muslimin) banyak. Namun kalian seperti buih di lautan. Allah hilangkan rasa takut di mata musuh kalian (orang kafir), dan Allah sematkan penyakit wahan di hati kalian.” Sahabat bertanya, Apa itu penyakit wahan? Beliau bersabda, “Penyakit cinta dunia dan takut mati.” (HR. Ahmad 8713, Abu Daud 4299, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).

Kenyataan ini bisa kita pahami. Karena dari sekitar 200 juta penduduk Indonesia yang muslim, tidak semuanya memahami hakikat agamanya. Bahkan banyak diantara mereka yang layak untuk disebut pengkhianat agama. Anda bisa lihat tingkah laku orang liberal. Kepada siapa mereka berpihak? Kita tidak pernah melihat ada orang liberal yang berpihak pada islam, selain status agama yang tertuang di KTP mereka.

Kehadiran mereka inilah yang menjadi salah satu penghalang umat islam berkembang. Mereka memanfaatkan status kebodohan masyarakat untuk menawarkan doktrin pluralisme dan kebebasan beragama. Di saat yang sama, banyak tokoh liberal menuding berbagai ormas islam telah bersikap intoleran. Menjadi corong barat untuk mengkambing hitamkan islam dalam setiap masalah sosial. Mereka memanfaatkan mayoritas yang terdiam.

Sayangnya, pemikiran semacam ini yang menguasai hampir semua media massa besar di tempat kita. Baik online, cetak, radio maupun televisi. Maka jangan heran, ketika anda kesulitan untuk mencari berita tentang penderitaan kaum muslimin karena kejahatan panganut agama lain. Mereka tutup mata, ketika kaum muslimin berada pada pihak minoritas yang tertindas. Sebaliknya, ketika aliran sesat, atau kelompok non muslim berada di pihak lemah, mereka angkat bicara atas nama HAM dan kemanusiaan.

Saatnya anda mulai waspada dengan komentar media. Karena dusta dan kejujuran sedang menabuh genderang pertempuran. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh penipuan. Pendusta dianggap benar, sementara orang yang jujur dianggap dusta. Pengkhianat diberi amanat, sedangkan orang amanah dianggap pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah angkat bicara.” Ada yang bertanya, “Apa itu Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh (masalah agama) yang turut campur dalam urusan masyarakat.” (HR. Ahmad 7912, Ibnu Majah 4036, Abu Yala al-Mushili dalam musnadnya 3715, dan dinilai hasan oleh Syuaib al-Arnauth).

INILAH MOZAIK

Cook, Orang Inggris Bantu Muslim Cape Berhaji di Abad Ke-20

Thomas Cook (1808-1892) adalah seorang warga negara Inggris. Ia bukan pencandu alkohol. Cook adalah pencipta paket liburan bagi masyarakat pada 1840-an.

Dilansir dari Iol.co.za pada Kamis (4/5) perusahaan Cook (yang saat ini dimiliki orang Jerman) tumbuh menjadi agen perjalanan raksasa yang beroperasi di seluruh dunia. Tak hanya berkutat pada perjalanan biasa, perusahaan Cook juga membantu Muslim Cape berhaji selama abad ke-20.

Cook adalah putra seorang buruh. Ia meninggalkan bangku sekolah pada usia 10 tahun. Ia memilih bekerja sebagai asisten tukang kebun, dan magang sebagai pembuat kabinet.

Cook adalah pemuda religius yang taat. Bahkan, pada 1828, ia menjadi pengkhotbah keliling desa menentang alkohol. Banyak orang percaya, minuman beralkohol adalah momok kelas pekerja.

Pesan kesederhanaan Cook diterima dengan hangat oleh orang-orang Kristen yang berpikiran sama, khususnya di Midlands Inggris. Cook dan teman-temannya, selalu berjalan jauh untuk menghadiri pertemuan-pertemuan.

Hingga pada 1841, ia membujuk perusahaan kereta api setempat untuk mengatur kereta khusus yang mengangkut 500 //teetotallers// (orang yang tidak meminum minuman keras) berjarak 19 Km. Itu menjadi perjalanan kereta pertama yang diiklankan di Inggris. Tarif untuk perjalanan di gerbong terbuka adalah pengembalian shilling.

Gagasan mengatur tur berkembang perlahan-lahan. Pada 1845, Cook mengadakan perjalanan rombongan ke Liverpool dan Wales, diikuti oleh tur yang kurang sukses ke Skotlandia.

Pada 1851, ia mengatur pengaturan perjalanan untuk 1,5 juta orang yang mengunjungi Pameran Besar di London. Perjalanan pertamanya ke luar negeri melibatkan tur keliling besar Belgia, Jerman, dan Perancis. Tur itu berpuncak pada persinggahan di Paris untuk Pameran Internasional 1855.

Sekitar satu dekade kemudian, dia pergi ke Swiss, Italia, Mesir, dan Amerika Serikat. Dan pariwisata antar benua massal pun lahir.

Pernah secara inovatif dan teliti, Cook memperkenalkan brosur perjalanan, tiket keliling, dan kupon hotel. Ini membuka jalan bagi tur keliling dunia pertama pada 1872/1873.

Cook dan kelompok kecilnya menjangkau lebih dari 46.670 km dengan kapal dan kereta api selama 222 hari. Perjalanan ini jauh di luar jangkauan kelas pekerja dengan biaya 200 guinea.

Para pelancong menyeberangi Atlantik ke AS, terus ke barat, ke Jepang, Cina, Malaya, Ceylon, India, Mesir, Turki, Yunani, Italia, dan Prancis. Usaha perintis lainnya adalah tur pertama yang dikawal dari Kairo ke Cape pada 1922. Tur tersebut berlangsung selama lima bulan, termasuk safari satu bulan.

Pada 1886, kapal jamaah haji asal India hampir tenggelam. Kemudian, pemerintah India meminta perusahaan Cook memperluas cakupannya untuk membantu umat Muslim melakukan perjalanan ke Makkah untuk melaksanakan ibadah haji tahunan. Sebuah tugas yang dilakukan selama tujuh tahun.

Dalam bukunya ‘Tradisi Haji Cape, Dulu dan Sekarang’, penulis Mogamat Hoosain Ebrahim menulis jamaah lokal sering memesan jalur laut atau penerbangan melalui kantor Cape Town di Thomas Cook. Para calon jamaah haji menunjuk seorang sub-agen Muslim, Muhammad Ebrahim Peerbhai, pada 1930-an.

 

IHRAM

Asrama Haji Setara Hotel Bintang Tiga

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menjanjikan asrama haji di seluruh Indonesia akan ditata setara hotel bintang tiga, sebagaimana yang disediakan untuk jamaah Indonesia saat di Tanah Suci. Adanya fasilitas ini diharapkan dapat dipakai sebagari sarana untuk meningkatkan berbagai layanan kepada jamaah haji.

“Provinsi Kalteng telah membuktikan mampu menyediakan gedung asrama haji setara hotel bintang tiga. Ini sangat membantu untuk beradaptasi saat berada di Tanah Suci nantinya,” ucap Menag saat meresmikan Asrama Haji Al Mabrur di Islami Center di Palangka Raya, Kamis lalu, (3/5).

Mengenai rencana dan usulan Pemerintah Provinsi Kalteng agar Bandara Tjilik Riwut menjadi embarkasi haji, sampai saat ini masih diproses dan dicermat oleh Kemenag RI. Sebab, untuk mewujudkannya harus melalui beberapa tahapan dan sejumlah persyaratan harus dipenuhi.

Lukman mengatakan pihaknya menyadari bahwa usulan pemprov tersebut merupakan aspirasi dari masyarakat Kalteng. Hanya, menjadikan bandara sebagai embarkasi haji tetap harus dilihat panjang dan lebar landasan pacu, daya tampung bandara, termasuk perizinan menerbangkan jemaah haji langsung ke tanah suci.

“Untuk menerbangkan langsung ke tanah suci itu tidak hanya berkaitan dengan instansi ataupun lembaga di Indonesia, tapi Pemerintah Negara Saudi Arabia serta perusahaan penerbangannya. Ini yang terus kita jajaki,” beber dia.

Kemenag RI pada prinsipnya semakin banyak embarkasi yang bisa langsung menerbangkan jamaah haji ke tanah suci, justru semakin baik dan memberikan banyak keuntungan, termasuk menghemat stamina ataupun tenaga jemaah asal Indonesia.”Walau menyadari dan memahami berbagai keuntungan tersebut, tapi kan Kemenag RI tidak bisa menentukan sendiri terkait penyediaan embarkasi haji. Harus berkoordinasi dengan banyak pihak,” kata Lukman.

 

IHRAM

Tiga Amalan yang Perlu Diperbanyak pada Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan yang dirindukan sebentar lagi datang. Sudah selayaknya kaum Muslimin memanfaatkan Ramadhan untuk memaksimalkan amal ibadahnya. Baik kesalehan ritual kepada Allah maupun kesalehan sosial kepada sesama umat manusia, khususnya sesama Muslim.

Menurut guru besar IPB, Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MS, selain ibadah puasa, paling tidak ada tiga ibadah lain yang penting untuk dilaksanakan dan ditingkatkan dengan sebaik mungkin.

“Ramadhan merupakan momentum bagi kaum Muslimin untuk meningkatkan amal ibadahnya. Perbanyaklah tartil Quran, shalat sunah, dan sedekah atau infak,” kata Kiai Didin saat mengisi pengajian guru dan karyawan Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) sekaligus Tarhib Ramadhan di Masjid Al-Ikhlas Bosowa Bina Insani, Bogor, Jawa Barat, Jumat (4/5).

Ia menjelaskan, pertama adalah memperbanyak tartil Quran. Tartil Quran bukan sekadar membaca Alquran, melainkan membaca Alquran dan mempelajari makna dan kandungannya. “Menjelang Ramadhan, buatlah target tartil Quran selama Ramadhan. Misalnya, membaca dan mempelajari kandungan surat al-Baqarah. Baca dan pelajarilah kandungannya dengan sebaik mungkin. Surat al-Baqarah merupakan surat yang sangat penting kita baca dan pelajari sebab memuat berbagai pesan penting dalam Alquran. Sekitar 70 persen kata-kata dalam Alquran ada di surat al-Baqarah,” kata Direktur Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor.

Apa yang selama ini dilakukan masyarakat pada bulan Ramadhan, yakni tadarus, itu baik. Namun, yang harus dipahami, tadarus itu bukan sekadar membaca Alquran, melainkan juga mempelajari makna dan pesannya. “Jadi, bukan sekadar target jumlah surat yang kita baca selama Ramadhan, misalnya satu kali khatam, melainkan juga kita coba pahami makna dan pesan yang terkandung dalam surat-surat dan ayat-ayat yang kita baca tersebut,” tutur mantan ketua umum Baznas tersebut.

Kedua, kata Kiai Didin, Ramadhan merupakan momentum untuk memperbanyak shalat sunah, terutama shalat Tarawih dan shalat Tahajud atau qiamulail. “Laksanakanlah shalat Tarawih dengan sebaik mungkin. Jangan terburu-buru. Baik yang memilih delapan rakaat maupun 20 rakaat, silakan. Intinya adalah laksanakan shalat Tarawih tersebut dengan bacaan khusyu dan bacaan  yang tartil sehingga dapat diresapi dan dipetik maknanya,” ujarnya.

Kiai Didin menegaskan, shalat Tarawih tidak menghilangkan shalat Tahajud atau qiamulail. “Shalat Tarawih khusus hanya ada pada bulan Ramadhan, sedangkan shalat Tahajud ada setiap malam, sepanjang tahun. Hanya yang perlu diperhatikan, kalau selesai Tarawih langsung shalat witir maka selesai qiamulail tidak perlu lagi witir. Kalau shalat Tarawih tidak ditutup dengan witir maka selesai shalat Tahajud, tutuplah dengan witir. Nabi menegaskan, tidak ada dua witir dalam satu malam,” paparnya.

Anjuran ketiga, kata Kiai Didin, manfaatkanlah Ramadhan untuk memperbanyak infak dan sedekah, bukan zakat. Sebab, zakat yang terkait dengan Ramadhan hanyalah zakat fitrah. Zakat itu harus diberikan pada bulan Ramadhan, khususnya menjelang akhir Ramadhan sampai menjelang shalat Idul Fitri.

“Jutru yang terpenting adalah kita memperbanyak infak dan sedekah selama bulan Ramadhan. Inilah momentum yang luar biasa bagi kita untuk melatih diri kita agar selalu gemar berinfak dan bersedekah dan menjadikannya sebagai gaya hidup kita sehari-hari selepas Ramadhan,” papar Kiai Didin.

 

REPUBLIKA