Hukum Kandungan Alkohol Pada Skincare

Bagaimana hukum kandungan alkohol pada skincare? Trend penggunaan skincare saat pandemi ternyata meningkat. Dilansir dari dari laman bisnis.com, berdasarkan survei dari Inventure dan Alvara Research Center pada tahun 2021 menyatakan bahwa, pembelian skincare meningkat sejumlah 78,2 persen saat pandemi dibanding pembelian kosmetik pada tahun-tahun sebelumnya.

Tren yang ditawarkan dari setiap merek pun berbeda, termasuk pada keunggulan kandungannya. Termasuk kandungan alkohol pada skincare yang di beberapa merek dihilangkan karena sebagian orang iritasi terhadap kandungan ini.

Kandungan alkohol pada skincare memiliki beberapa varian dan manfaat. Biasanya, kandungan alkohol pada skincare dinamai dengan ethanol,  isopropyl, cetyl, stearyl, cetearyl, dan lain-lain.

Dua jenis alkohol ini berkonsentrasi rendah dan berfungsi sebagai pelarut bahan-bahan skincare. Di sebagian orang, jika komposisi kandungan alkohol ini terlalu tinggi, kulit akan memberi reaksi negatif.

Namun, bagaimana hukumnya dalam fikih terkait kandungan alkohol pada skincare?

Perlu diketahui, bahwa hukum kenajisan alkohol berbeda di beberapa ulama fikih. Misal,beberapa ulama di kalangan empat mazhab mengatakan bahwa alkohol hukumnya najis. Bahkan sebagian dari mereka mengatakan bahwa alkohol dikategorikan sebagai najis mugholadzoh. Begitu juga Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ menyebutkan bahwa alkohol hukumnya najis.

Sedangkan Imam asy-Syaukani menyatakan bahwa alkohol tidak najis, teks agama hanya menyebutkan keharamannya untuk dikonsumsi. Beliau menyatakan dalam kitab As-sailul Jarar bahwa makna rijsun pada ayat 90 dari surat al-Maidah adalah haram bukan najis:

ليس في نجاسة المسكر دليل يصلح للتمسك به اما الآية و هو قوله: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (90) فليس المراد بالرجس نجس بل الحرام

Artinya: tidak ada dalil yang kuat untuk menyokong pendapat yang menyatakan kenajisan sesuatu yang memabukkan. Adapun ayat “Sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji yang Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”(Al-Maidah : 90). Kata rijsun disini bukan bermakna najis melainkan bermakna haram.

Adapun terkait kandungan alkohol pada skincare, ada keterangan dari salah satu ulama fikih perbandingan, Abdurrahman al-Jaziri menyatakan dalam kitabnya, al-Fiqh ‘alaa Madzahib al-‘Arba’ah :

من المعفوّات المائعات النجسة التي تضاف إلى الأدوية و الروائح العطرة لإصلاحها فانه يعفى عن القدر الذي به الإصلاح

Termasuk najis yang ditoleransi adalah cairan-cairan najis yang dicampurkan untuk komposisi obat dan parfum. Cairan tersebut bisa ditoleransi dengan kadar yang memang diperlukan untuk komposisi yang seharusnya.

Jika melihat fatwa ini, kandungan alkohol pada skincare dengan konsentrasi rendah diperbolehkan dan demi kepentingan tertentu. Selain itu, penghukuman najis terhadap alkohol pun beragam, maka kandungan alkohol pada skincare hukumnya boleh.

Demikian penjelasan terkait hukum kandungan alkohol pada skincare. Semoga bermanfaat.

Tulisan ini telah terbit di Bincangmuslimah.com

Bagaimana Hukum Mencari Jodoh Pakai Tinder?

Aplikasi kencan belakangan tengah marak di Indonesia. Salah satunya adalah Tinder. Aplikasi ini pula sering digunakan anak muda untuk mencari jodoh. Lantas bagaimana hukum mencari jodoh pakai tinder dalam Islam?

Fitrah Manusia

Suatu fitrah bagi manusia untuk tertarik kepada lawan jenisnya. Agar fitrah ini dapat tersalurkan dengan baik, maka Islam mensyariatkan suatu akad yang disebut dengan nikah.

Allah berfirman dalam surah Ar-Rum ayat 21;

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ} [الروم: 21]

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS. Ar Rum ayat 21)

Selain sebagai penentram jiwa, pasangan juga menjadi sarana untuk menolak terjerumusnya manusia kepada jurang perzinahan, Rasulullah Saw bersabda

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ

Artinya: “Hai sekalian pemuda, siapa diantara kamu yang telah sanggup melaksanakan akad nikah, hendaklah melaksanakannya. Maka sesungguhnya melakukan akad nikah itu (dapat) menjaga pandangan dan memelihara faraj (kemaluan)” (HR. Bukhari no. 5066).

Namun sebelum melangsungkan akad pernikahan, ada proses memilih pasangan yang disebut dengan ta’aruf. Berkenaan dengan proses perkenalan ini, seorang sahabat pernah memberitahu Nabi Saw bahwa ia hendak menikah.

Mengetahui hal itu, Rasulullah Saw bertanya apakah si lelaki sudah melihat calon istrinya itu, dan ternyata ia menjawab belum. Kemudian Rasulullah Saw bersabda:

اذْهَبْ فَانْظُرْ إِلَيْهَا، فَإِنَّهُ أَحْرَى أَنْ يُؤْدَمَ بَيْنَكُمَا

Artinya: “Lihatlah dia (wanita itu), sesungguhnya melihat itu lebih pantas (dilakukan) untuk dijadikan lauknya cinta untuk kalian berdua” (HR. Ibnu Majah no. 1865)

Melalui hadis ini, Rasulullah Saw menegaskan bahwa mengetahui calon mempelai sebelum menikah merupakan suatu hal yang sangat penting. Ulama mazhab maliki mensyaratkan harusnya ada izin jika ingin melihat calon mempelai agar terhindar dari melihat aurat. Namun mayoritas ulama membolehkan melihat calon tanpa sepengetahuannya.

Dengan canggihnya zaman teknologi sekarang, proses taaruf tak lagi dilalui dengan tatap muka bertemu langsung antar keluarga, banyak aplikasi yang memfasilitasi seorang pria dan wanita untuk bisa saling mengenal satu sama lain.

 Hukum Mencari Jodoh Pakai Tinder?

Pertanyaannya, bolehkan mencari jodoh lewat perantara aplikasi-aplikasi tersebut? Dalam Islam sendiri, syariat tidak membatasi cara seseorang untuk mendapatkan jodoh. Jadi dengan cara apapun diperbolehkan selama tidak bertentangan dengan syariat islam itu sendiri. Ini sesuai dengan kaidah dasar fiqih.

الْأَصْلُ فِيْ الْمُعَامَلَةِ الْإِبَاحَة

Artinya; Hukum asal dalam fikih muamalah itu adalah boleh (selama tidak ada dalil yang melarangnya.

Namun kebolehan ini kembali lagi kepada dasar syariat islam, yaitu dalam berkomunikasi dengan lawan jenis, tidak boleh ada yang namanya Khalwat (berduaan), melihat aurat, menggoda dengan sengaja, dan keharaman lainnya.

Habib Husein Ja’far Al-Hadar menjelaskan bahwa hukum mencari jodoh lewat aplikasi kencan seperti tinder, lita dll, itu sah sah saja. “taaruf itu artinya saling mengenal, jadi untuk saling mengenal satu sama lain hanya pada hal yang perlu dikenal saja”, pungkas beliau.

Sekian tentang hukum mencari jodoh pakai aplikasi Tinder. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

3 Hal yang Harus Diucapkan Saat Mengunjungi Makam Nabi Muhammad

Mengunjungi Madinah membawa kedamaian dan berkah di hati kita. Salah satu tempat yang paling penting untuk dikunjungi di sana adalah Masjid Nabawi, Al-Masjid An-Nabawi di mana terdapat makam Nabi.

Sangat dianjurkan bagi orang yang mengunjungi Madinah untuk berdoa di masjid Nabi dan mengunjungi makamnya dan mengirim salam kepadanya.

1. Dia harus berdiri di depan makam Nabi dan berkata, “Al-salaamu ‘alayka ayyuha’l-Nabiyyu wa rahmat-Allaahi wa barakaatuhu (Salam bagimu, wahai Nabi, dan rahmat dan berkah Allah) .”

Jika dia ingin menambahkan sesuatu yang sesuai tidak mengapa, seperti mengatakan “Al-salaamu ‘alayka ya khaleel-Allaah wa ameenahu ‘ala waheehi wa kheeratahu min khalqihi, ash-hadu annaka qad ballaghta al-risaalah wa addayta al-amaanah wa nasahta al-ummah wa jaahadta fi Allahi haqqa jihaadihi.”

Artinya: “Assalamu’alaikum wahai sahabat dekat Allah, yang dengannya Dia menitipkan wahyu-Nya dan yang Dia pilih dari antara makhluk-Nya. Saya bersaksi bahwa Anda menyampaikan pesan, memenuhi amanah, dengan tulus menasihati umat dan berjuang dengan sekuat tenaga karena Allah.”

Tetapi jika dia membatasi dirinya pada salam pertama, itu baik. Ibn ‘Umar biasa mengatakan: “Al-salaamu ‘alayka ya Rasool-Allah, al-salaam ‘alayka ya Aba Bakr, al-salaamu ‘alayka ya abati (Wahai ayahku),” lalu dia akan pergi.

2. Kemudian dia harus mengambil satu langkah ke kanan sehingga dia berada di depan Abu Bakar (ra dengan dia) dan berkata, “Al-salaamu ‘alayka ya Aba Bakr, al-salaamu ‘alayka ya khaleefat Rasool- illaah (damai dan berkah Allah besertanya) fi ummatihi, radiya Allahu ‘anka wa jazaaka ‘an ummati Muhammadin khayran.

Artinya: “Hai Abu Bakar, damai atasmu wahai penerus Rasulullah (damai dan berkah Allah besertanya) di umatnya, semoga Allah meridhoimu dan membalasmu dengan kebaikan atas nama Muhammad.”

3. Kemudian dia harus mengambil satu langkah ke kanan sehingga dia berada di depan ‘Umar (ra dengan dia) dan berkata, “Al-salaamu ‘alayka ya ‘Umar, al-salaamu ‘alayka ya ameer al- mu’mineen, radiya Allahu ‘anka wa jazaaka ‘an ummati Muhammadin khayran

Artinya: “Assalamu’alaikum wahai ‘Umar, saw, wahai pemimpin orang-orang beriman, semoga Allah meridhaimu dan membalasmu dengan kebaikan atas namamu Muhammad.”

Apa yang Harus Dihindari?

Saat memasuki masjid Nabi, seseorang harus dalam keadaan tenang dan spiritualitas. Salah satu dari banyak kesalahan yang dilakukan di makam Nabi Muhammad adalah meninggikan suara dan meminta darinya agar kebutuhan seseorang terpenuhi.

Seseorang harus mengirim salam kepada Nabi dan dua sahabatnya dengan etika yang tepat dan dengan suara rendah. Nabi Muhammad bersabda:

“Jangan jadikan rumahmu kuburan, dan jangan jadikan kuburanku tempat pesta. Tapi berdoalah untukku, karena berkahmu sampai padaku di mana pun kamu berada.” (HR. Abu Daud)

IHRAM

Kewajiban Ayah untuk Membimbing Anak yang Tidak Menjaga Salat

Fatwa Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu ta’ala

Pertanyaan:

جزاكم الله خيراً. في آخر أسئلة السائل يقول: ما حكم من يأمر أبناءه بالصلاة من سن التاسعة حتى يبلغوا سن الخامسة عشر بعد ذلك لا يستجيبون هؤلاء الأطفال أو الأبناء لآبائهم، فبماذا توجهون الآباء نحو هذه المسئولية في المحافظة على الصلاة؟

Jazaakumullahu khairan. Di akhir pertanyaan, penanya berkata:

Apa hukum orang yang memerintahkan anak-anaknya untuk sholat di usia 9 s.d. 15 tahun, kemudian setelah itu anak-anak tersebut tidak menjawab seruan bapak-bapaknya (untuk diajak salat). Bagaimana arahan (nasihat) Anda kepada para ayah terhadap perkara menjaga salat ini?

Jawaban:

إني أظن أن من أتقى الله عز وجل، وأتبع هدي النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم وإرشاده في أمر أولاده من ذكور وإناث في الصلاة لسبع وضربهم عليها لعشر، وسأل الله لهم الهداية لا أظن أن الله عز وجل يخيبه في أولاده، وأما هم سيستقيمون، لكن المشكل أن بعض الناس يهمل هذه الأمانة ولا يبالي بها صلى أولاده أم لم يصلوا، صلحوا أم فسدوا، استقاموا أم جاروا، ثم إذا كبروا عوقب بعقوقه إياه؛ لأنه لم يتق الله فيهم، فلم يتقوا الله فيه، فلا أظن إن أحداً اتقى الله في أولاده وسلك سبيل الشريعة في توجيههم إلا أن الله سبحانه وتعالى يهدي أولاده. نعم.

Aku berpandangan bahwa barangsiapa yang bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla serta mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa ‘ala aalihi wasallam dan bimbingannya dalam memerintahkan anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, untuk salat pada usia 7 tahun, memberi pukulan (sebagai hukuman jika tidak mau salat) pada usia 10 tahun, kemudian dia meminta kepada Allah untuk mereka hidayah, aku tidak berpikir bahwa Allah ‘Azza wa Jalla akan mengecewakannya berkaitan dengan anak-anaknya. Anak-anak mereka akan istikamah dalam mendirikan salat.

Akan tetapi, yang menjadi musykilah (masalah) adalah sebagian orang tua meninggalkan amanah ini. Mereka tidak mau peduli, apakah anaknya mendirikan salat maupun tidak, mau anaknya saleh atau bejat, istikamah atau tersesat. Lalu, ketika anak-anak mereka sudah dewasa, anak-anak itu akan dihukum karena kedurhakaan mereka kepadanya. Karena sesungguhnya orang tua tidak bertakwa kepada Allah dalam (mengurus) anak-anaknya, sehingga anak-anaknya pun tidak bertakwa kepada Allah terhadap bapaknya.

Aku berpikir tidaklah seseorang yang bertakwa kepada Allah terhadap anak-anaknya, berjalan di jalan syariat dalam mengarahkan (membimbing) mereka, kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan hidayah kepada anak-anaknya. Demikian.

Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin Rahimahullahu Ta’ala

https://binothaimeen.net/content/13338

***

Penerjemah: Muhammad Fadhli, S.T.

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/79235-kewajiban-ayah-untuk-membimbing-anak-yang-tidak-menjaga-salat.html

Bukti Cinta Nabi Muhammad

Semua muslim mengaku cinta pada Nabi Muhammad, bagaimana jika kalangan sekuler-liberal mengklaim cinta kepada Nabi Muhammad? Tentu  itu adalah cinta yang basa-basi

SEMUA orang Islam mengaku cinta kepada Baginda Nabi Muhammad ﷺ. Tetapi seperti apa bentuk rasa cintanya? Masing-masing bisa mengukurnya.

Secara fitrah, setiap Muslim, sebagaimana manusia pada umumnya, dihiasi oleh rasa suka atau cinta terhadap istri, anak-anak, harta dan perhiasan, kendaraan, hewan piaraan, kebun dan tanaman, dll (Lihat QS Ali Imran [3]: 14).  Namun demikian, kecintaan seorang Muslim atas semua itu tidak boleh mengalahkan cintanya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

Hal demikian dicela oleh Allah SWT sebagaimana firman-Nya:

قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ

“Katakanlah, “Jika bapak-bapak kalian, anak-anak kalian, saudara-saudara kalian, istri-istri kalian, keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perdagangan yang kalian khawatirkan kerugiannya serta rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai itu lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan (azab)-Nya.” Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang fasik.” (Lihat: QS at-Taubah [9]: 24).

Rasulullah ﷺ pun pernah bersabda:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Tidaklah sempurna iman salah seorang di antara kalian hingga aku lebih dia cintai daripada anak-anaknya,  ibu-bapaknya dan seluruh manusia.” (HR: Muslim).

Karena itu kecintaan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya harus ditempatkan paling tinggi di atas kecintaan pada apapun.  Allah SWT mengukur cinta seorang hamba kepada Diri-Nya dengan sejauh mana hamba itu mencintai dan mengikuti (meneladani) Rasulullah ﷺ, sebagaimana firman-Nya: 

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡ ۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ

“Katakanlah, “Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Dia akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (QS: Ali Imran [3]: 31).

Mengikuti Nabi ﷺ tidak lain dengan menjalankan Islam secara kaaffah (total); mengamalkan dan menerapkan seluruh syariah Allah SWT. Tidak hanya dalam level pribadi dan keluarga, tetapi juga di level masyarakat dan negara. Itulah wujud cinta sejati kita kepada Nabi ﷺ

Pasalnya, Rasulullah ﷺ pun tak hanya mengamalkan dan menerapkan syariah Islam dalam level pribadi dan keluarga, tetapi juga dalam level masyarakat dan negara. Bahkan sebagai kepala negara Islam yang pertama di Madinah, beliau memimpin hanya dengan Islam dan mengelola negara hanya dengan menerapkan syariah Islam. Bukan yang lain.

Alhasil, saat syariah-Nya hanya diterapkan di level pribadi dan keluarga (itu pun mungkin baru sebagiannya), belum diterapkan dalam level masyarakat apalagi negara sebagaimana saat ini, sebetulnya itu menunjukkan bahwa cinta umat ini kepada Nabi Muhammad ﷺ belum merupakan cinta sejati. Belum merupakan cinta sepenuh hati, tapi mungkin baru cinta setengah hati.

Lalu bagaimana jika ada kalangan Muslim–sebagaimana kalangan sekuler-liberal–yang mengklaim cinta kepada Nabi Muhammad ﷺ, namun membenci setengah mati syariah-Nya diterapkan di level masyarakat dan negara?

Tentu klaim cintanya kepada Nabi Muhammad ﷺ hanyalah cinta basa-basi. Tak layak untuk dipercayai. Apalagi diikuti. Wa maa tawfîiqii illa bilLaah.*/ Arief B. Iskandar, khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor

HIDAYATULLAH

2 Hal yang Dilakukan Rasulullah ketika Hujan

SAHABAT Islampos, ada beberapa hal yang dilakukan Rasulullah ketika hujan tiba. Sebagai muslim kita dapat meneladani amalan Rasulullah tersebut. Di musim hujan seperti sekarang, amalan ini tentunya akan menambah keberkahan. Jadi, apa saja yang dilakukan Rasulullah ketika hujan?

Berikut beberapa hal yang dilakukan Rasulullah ketika hujan:

1 Hal yang dilakukan Rasulullah ketika hujan: Rasulullah membuka atau menyingkap baju

Imam Abu Bakr al-Thurthusyi mencatat dalam kitab al-Du’a al-Ma’tsûr wa Âdâbuhu wa Mâ Yajibu ‘alâ al-Dâ’î Ityâ’nuhu wa Ijtinâbuhu, diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab Shahihnya dan Imam Abu Dawud, dari Anas, ia berkata, “ Nabi ketika melihat hujan, beliau membuka bajunya.”

Dalam riwayat lain dari Imam Abu Dawud, Anas bekata, “Nabi menyingkap pakaiannya hingga terkena guyuran hujan. Kami berkata, ‘Ya Rasulullah, kenapa tuan berbuat seperti ini?’ Rasulullah menjawab, ‘Karena hujan merupakan rahmat yang diberikan Allah.”

Makna kalimat ‘liannahu hadîts ‘ahd bi rabbihi’ pada hadits di atas, menurut Imam al-Nawawi adalah sesungguhnya hujan adalah rahmat, yaitu rahmat yang baru saja Allah ciptakan kemudian Rasulullah bertabarruk (mengambil berkah) dengan hujan tersebut.

Hadits ini merupakan dalil untuk pendapat ashab Syafi’yah (mazhab Syafii) bahwa sesungguhnya disunahkan di saat awal (turunnya) hujan untuk membuka (pakaian) selain aurat hingga terkena air hujan (Imam Yahya bin Syarraf al-Nawawi, Shahîh Muslim bi Syarh al-Nawawi, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilimiyyah, 2017, juz 3, halaman: 173).

2 Hal yang dilakukan Rasulullah ketika hujan: Berdoa

Dilansir situs NU Online, Kamis (6/10/2022), riwayat ini menjelaskan adab dan doa seorang mukmin ketika melihat atau menjumpai angin besar agar angin tersebut tidak menjadi bencana dan malapetaka. Dari Sayyidina Abu Hurairah RA beliau berkata: Aku mendengar Nabi SAW bersabda: Angin adalah bagian dari pemberian Allah, bisa membawa rahmat dan juga bisa membawa azab. Jika kalian melihatnya, jangan mencelanya, mohonlah kepada Allah kebaikannya dan berlindunglah kepada Allah dari keburukannya. (HR. Imam Abu Dawud, Imam al-Tirmidzi, Imam Ibnu Majah dan Imam Ahmad).

Ada beberapa doa yang dibaca Rasulullah ketika hujan. Berikut beberapa doa tersebut:

  • Doa ketika melihat awan hitam

Rasulullah akan bergegas meninggalkan semua pekerjaannya dan langsung membaca doa berikut ini:

Diriwayatkan Aisyah, sesungguhnya Nabi ketika melihat awan hitam di langit, beliau langsung meninggalkan pekerjaan, meskipun beliau sedang melakukan shalat, kemudian berucap: Allahumma innî a’ûdzu bika min syarrihâ. (ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari keburukan awan ini) (HR Imam Abu Dawud, Imam Ahmad, dan Imam al-Baihaqi).

Semenyara Imam Abu Bakr al-Thuthusyi mengatakan dalam kitabnya, dan ketika turun hujan, beliau berucap: Allahumma shayyiban nâfi’an (ya Allah turunkanlah hujan yang membawa manfaat dan kesenangan

  • Doa Rasulullah ketika melihat awan dan mendung
  • Rasulullah memohon agar awan yang membawa hujan tidak menjadi penyebab azab atau bencana, tapi rahmat. Diriwayatkan dari Ibnu al-Musayyab, sesungguhnya Rasulullah SAW ketika melihat awan, beliau bersabda: Allahumma saiba rahmatin wa lâ saiba ‘adzâbin. (Ya Allah, berikanlah rahmat dan jangan berikan azab) (HR Imam Ibnu Majah dan Imam al-Nasai). []

SUMBER: REPUBLIKA

Syair Cinta Aisyah al-Ba’uniyyah Pada Nabi Muhammad

Artikel ini akan menjelaskan tentang syair cinta  Aisyah al-Ba’uniyyah Pada Nabi Muhammad. Dalam kitab Syadzarat adz-Dzahab, Ibnu Imad menyebutkan bahwa nama lengkap beliau adalah Aisyah binti al-Qadhi Yusuf bin Ahmad bin Nasir bin al-Ba’uni, yang lebih masyhur dipanggil “Al-Ba’uniyyah”. Kata al-Ba’uniyyah diambil dari nama sebuah desa di Ajlun sebelah Timur Yordania.

Aisyah al-Ba’uniyyah lahir di Damaskus, pada tahun 865 H/1475 M. Ia dibesarkan oleh keluarga ulama yang sangat mencintai sastra. Ayahnya adalah Yusuf, hakim di sejumlah wilayah Aleppo, Tipoli dan Damaskus, kelahiran Palestina pada tahun 805 H/1402 M, dan wafat pada tahun 880 H/1475 M. 

Sejak kecil, Aisyah al-Ba’uniyyah sudah menghafal al-Quran dan belajar ilmu pengetahuan Islam. Dikabarkan bahwa ia sudah hafal al-Quran saat berusia delapan tahun. Ia belajar bahasa dan sastra kepada para ulama terkenal di Damaskus, antara lain Syekh Ismail al-Khawarizmi, Syekh Yahya al-Amuri dan lain-lain. 

Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya di Mesir untuk berguru kepada para ulama dalam berbagai disiplin ilmu Islam, seperti ushuluddin, fikih, ushul fikih, balaghah, ilmu-ilmu al-Quran, hadis dan ilmu-ilmunya, serta lain-lain.

Aisyah al-Ba’uniyyah adalah seorang guru besar, ulama, sastrawan terkemuka, dan salah satu tokoh besar di zamannya. Para ulama menaruh kekaguman terhadapnya dan memberikan penghargaan yang tinggi kepada perempuan ulama ini karena kedalaman  dan keluasan ilmunya serta keluhuran budinya.

Ia menjadi tokoh tempat masyarakat meminta fatwa agama dan belajar. Dari tangannya, telah lahir puluhan ulama besar. Ibnu Imad al-Hanbali dalam buku Syadzarat adz-Dzahab, vol IV/330, menyebut Aisyah al-Ba’uniyyah sebagai:

كانت عائشة الباعونية إمرأة فاضلة أديبة عاقلة شاعرة مجيدة صالحة متصوفة تعرف بالشيخة أم عبد الوهاب اجيزت بالإفتاء والتدريس.

“Perempuan ulama besar pada masanya. Ia tokoh sangat langka dalam banyak aspek, pribadinya santun, berwibawa, dan pengetahuan agamanya luas.”

Lebih dari itu, Aisyah al-Ba’uniyyah juga menulis cukup banyak karya ilmiah dan antologi puisi. Sayangnya, sebagian besar karnya saat ini telah hilang. Beberapa di antanya yang masih ada ialah Badi’ al-Badi’ fi Madhi asy-Syafi’ dan al-Fath al-Mubin fi Madhi al-Amin

Dua karya syair tersebut mirip dengan penyair sebelumnya yang terkenal: Al-Bushairi dan Ibnu al-Faridh. Di antara puisi Aisyah al-Ba’uniyyah tentang cinta kepada Nabi Muhammad Saw. ialah:

فَلاَ خَوْفٌ و أنت أمانُ قَلْبى 

و لا سَقَمٌ و أنت لى الطبيبُ

ولا حُزْنٌ و أنت سُرُوْرُ قلْبى

ولا سُؤْلٌ و أنت لى الحَبِيْبُ

Aku tak takut pada siapa pun

Karena kaulah penjaga hatiku

Aku tak pernah merasa sakit

Karena kaulah pengobat jiwaku

Tak ada kedukaan apapun

Kaulah kegembiraan hatiku

Aku tak minta kepada siapapun

Karena kaulah kekasihku

Karya-karya Aisyah al-Ba’uniyyah yang lain, yaitu Diwan al-Ba’uniyyah, Durar al-Ghamidh fi Bahr al-Mu’jizat wa al-Khashaish, al-Fath al-Haqqy fi Faih al-Talaqqi (hilang), Al-Fath al-Mubin fi Madh al-Amin, al-Fath al-Qarib fi Mi’raj al-Habib (hilang), Faidh al-Fadhl wa Jam’ asy-Syamal, Faidh al-Wafa fi Asma’ al-Mushthafa (hilang), al-Isyarat al-Khafiyyah fi Manazil al-‘Aliyyah, 

Madad al-Wadud fi Maulid al-Mahmud (hilang), al-Malamih asy-Syarifah fi al-Atsar al-Lathifah (hilang), al-Maurid al-Ahna fi Maulid al-Asna, Al-Muntakhob fi Ushul ar-Rutab (hilang), al-Qaul ash-Shahih fi Takhimis Burdah al-Madih (hilang), Shalah as-Salam fi Fadhl as-Sholah wa as-Salam (hilang), Tasyrif al-Fikr fi Nadhm Fawaid adz-Dzikr, dan  Az-zubdah fi Takhmis al-Burdah (hilang).

Selanjutnya, kapan dan di mana Aisyah al-Ba’uniyyah meninggal dunia?

Seorang peneliti sejarah tokoh ini mengatakan, “Waktu dan tempat kematian Aisyah masih diperdebatkan. Namun, informasi yang paling dipertimbangkan ialah kesaksian Ibnu Thulun ad-Dimasyq (W. 953 H). Ia hidup sezaman dengan Aisyah al-Ba’uniyyah.

Dalam buku catatan hariannya, Mafakih al-Khalan, Ibnu Thulun mengatakan, pada hari Senin, 16 Dzulhijjah 923 H/1517 M, telah wafat guru besar perempuan yang saleh dan penulis puisi-puisi yang sangat indah serta bermutu tinggi, Umm Abdul Wahhab al-Ba’uniyyah dan dikebumikan di puncak Raudhah, Damaskus.

Demikianlah sekelumit profil dan cerita tentang kecintaan seorang perempuan ulama kepada baginda Nabi Muhammad Saw. Yang mengumandangkan syair cinta  Aisyah al-Ba’uniyyah Pada Nabi Muhammad. Semoga bermanfaat. 

BINCANG SYARIAH

Hukum Adsense dari Hasil Prank

Saat ini, salah satu konten yang banyak diminati penonton adalah konten prank. Konten ini seringkali muncul di beberapa platform media sosial seperti dalam video Youtube, Tiktok dan Instagram. Karena penontonnya yang banyak, membuat para content creator berbondong-bondong untuk membuat video prank, lantaran ingin mendapatkan adsense dari video tersebut. Lantas, bagaimanakah hukum adsense dari hasil prank?

Dalam literatur kitab fikih, dijumpai beberapa keterangan yang menyatakan bahwa haram hukumnya membuat konten prank apabila didalamnya terdapat unsur menyakiti, mengejek, dan menakuti yang melebihi batas kewajaran. 

Seseorang yang membuat konten prank terhadap orang lain, dihukumi melakukan dosa besar, apabila dalam perbuatan ini memiliki dampak yang pada biasanya tidak ditoleransi secara kebiasaan.

Sebagaimana dalam kitab Is’adur Rafiq, Juz 2, halaman 119 berikut,

المراد بالأذى الظاهر ما يعد فى العرف إيذاء ففى الزواجر ان إيذاء المسلم مطلقا كبيرة ووجه التخصيص بالجار ان إيذاء غيره لا يكون كبيرة الا إن كان له وقع بحيث لا يحتمل عادة بخلاف الجار فإنه لا يشترط فى كونه كبيرة الا ان يصدق عليه عرفا أنه ايذاء.

Artinya : “Adapun yang dimaksud dengan menyakiti adalah apa yang menurut adat dianggap mencelakakan. Menyakiti sesama muslim termasuk dari dosa besar. Tetapi, dalam kaitannya dengan dengan tetangga, menyakiti orang lain tidak dihukumi dosa besar kecuali jika perbuatan ini memiliki dampak yang pada biasanya tidak ditoleransi, berbeda dengan menyakiti tetangga.”

Namun demikian, keharaman melakukan prank hanya tertuju kepada seseorang yang merasa tersakiti akibat adanya perbuatan tersebut. Sehingga, apabila pembuat konten meyakini adanya kerelaan dari orang yang diprank, maka membuat konten prank diperbolehkan.

Sebagaimana dalam keterangan kitab Ihya’ Ulumuddin, juz 2, halaman 328 berikut;

وهذا إنما يحرم في حق من يتأذى به، فأما من جعل نفسه مسخرة وربما فرح من أن يسخر به كانت السخرية في حقه من جملة المزاح

Artinya : “Keharaman ini hanya berlaku kepada seseorang yang merasa tersakiti akibat adanya perbuatan itu. Adapun orang yang menjadikan dirinya sebagai bahan ejekan, dan mungkin senang diejek, maka mengejeknya diperbolehkan dan hanya dihukumi sebagai lelucon saja.”

Berdasarkan penjelasan diatas,  adsense dari hasil prank terbagi menjadi dua. Apabila adsense didapat dari video prank yang mengandung unsur menyakiti, mengejek, dan membuat celaka orang yang diprank , maka hukumnya diharamkan. Akan tetapi, apabila pembuat konten meyakini adanya kerelaan dari orang yang diprank, maka adsense tersebut diperbolehkan.

Hal ini sebagaimana dalam penjelasan kitab Ahkamul Fuqoha berikut,

وفى نفس الكتاب اجرة العمل الذى يتعلق بالمعصية حرام والتصدق به منها لايجوز ولايصح إهـ

Artinya : “Dalam redaksi kitab upah seseorang dari pekerjaan yang berhubungan dengan perkara maksiat dihukumi haram. Tidak diperbolehkan untuk disedekahkan dan dihukumi tidak sah.”

Demikian penjelasan mengenai hukum mendapatkan adsense dari hasil prank. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH

3 Kemuliaan yang Allah SWT Siapkan untuk Para Ahli Dzikir

Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam menjelaskan bahwa Allah SWT memuliakan hamba-Nya dengan tiga hal. 

Yakni menjadikan hamba-Nya ahli dzikir, menjadikan hamba-Nya diingat saat berdzikir, dan menjadikan hamba-Nya disebut-sebut di sisi Allah SWT. 

 أَكْرَمَكَ بكَرَامَاتٍ ثَلاَث : جَعَلَكَ ذَاكِراً لَهُ وَلَوْلا فَضْلُهُ لَمْ تَكُنْ أَهْلاً لِجَرَيَانِ ذِكْرِهِ عَلَيْكَ ، وَجَعَلَكَ مَذْكُوراً بِهِ ، إِذْ حَقَّقَ نِسْبَتَهُ لَدَيْكَ وَجَعَلَكَ مَذْكُوراً عِنْدَهُ فَتَمَّمَ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ

“Allah SWT memuliakan kamu dengan tiga hal. Pertama, Dia menjadikan kamu sebagai ahli dzikir, jika bukan karena karunia-Nya maka kamu tidak akan layak berdzikir mengingat-Nya. Kedua, Dia menjadikan kamu orang yang diingat, yaitu ketika Dia menyematkan dzikir itu kepada kamu. Ketiga, Dia menjadikan kamu disebut-sebut di sisi-Nya, sehingga Dia menyempurnakan nikmat-Nya untuk kamu.” (Syekh Athaillah, Al-Hikam) 

Penyusun dan Penerjemah Al-Hikam, D A Pakih Sati Lc dalam buku Kitab Al-Hikam dan Penjelasannya yang diterbitkan penerbit Noktah tahun 2017 menjelaskan maksud Syekh Athaillah terkait Allah SWT memuliakan hamba-Nya dengan tiga hal.

Jika kalian adalah salah seorang ahli dzikir, atau sedang berjalan menuju tangga yang mulia ini. Maka ketahuilah bahwa kalian akan mendapatkan tiga kemuliaan dari Allah SWT. 

Pertama, Allah SWT akan menjadikan kalian sebagai ahli dzikir. Jika kalian benar-benar ikhlas ingin berdzikir kepada-Nya dan menjadi bagian dari golongan yang selalu mengingat¬-Nya, maka kalian akan mendapatkannya. Allah SWT akan menjadikan kalian sesuai dengan yang kalian inginkan. Sehingga, hati kalian akan dipenuhi cahaya-Nya, dan lisan kalian akan basah mengingat-Nya. 

Jika bukan karena karunia¬-Nya, maka kalian tidak akan pernah mendapatkan kedudukan mulia ini. Kalian hanyalah manusia hina dina yang penuh dengan kotoran, maksiat, dan kesalahan. 

Maka, bagaimana mungkin kalian akan mampu berada di sisi Dzat yang penuh dengan kemuliaan dan keagungan. Semua itu hanyalah karunia-Nya semata. 

Kedua, Allah SWT akan menjadikan kalian sebagai sosok yang akan selalu

diingat. Jika kalian mengingat-Nya, maka Dia juga akan mengingat kalian. Jika kalian mengingat-Nya saat sehat, maka Allah akan mengingat kalian saat sakit. 

Jika kalian mengingat-Nya saat susah, maka Dia akan mengingat kalian saat kaya. Jika kalian mengingat-Nya di saat gelisah, maka Allah akan mengingat kalian di saat bahagia. Tentu banyak lagi karunia lainnya yang akan diberikan-Nya kepada kalian. 

Jika kalian rajin mengingat-Nya, maka Dia akan mencintai kalian. Jika kalian sudah menjadi bagian dari para hamba yang dicintai-Nya, maka seluruh penduduk bumi akan mencintai kalian, sebagaimana penduduk langit juga akan mencintai kalian. 

Ketiga, nama kalian akan disebut-sebut di sisi-Nya. Jika kalian rajin berdzikir kepada-Nya, maka nama kalian sudah tertera di sisi-Nya sebagai hamba yang istimewa. 

Syukurilah dan jangan pernah mengingkarinya. Bayangkanlah nikmat yang agung ini, tidak ada sesuatu pun yang mampu melebihinya.  

KHAZANAH REPUBLIKA

Singgah Barang Sejenak

Bismillah. Wa bihi nasta’iinu.

Saudaraku yang dirahmati Allah, perjalanan hidup ini seringkali membuat orang lupa dan lalai mengenai hakikat dan makna kehidupan yang semestinya dia jalani. Banyak orang larut dalam angan-angan dan kepalsuan dengan mengatasnamakan mengejar kebahagiaan. Padahal, sejatinya yang mereka kejar adalah kesenangan semu dan fana.

Di dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala banyak memberikan peringatan kepada kaum beriman untuk tidak tertipu oleh kehidupan dunia. Kehidupan dunia ini bila dibandingkan dengan akhirat, maka tidak ada apa-apanya. Kesenangan yang dirasakan oleh para raja dan saudagar kaya raya tidak ada artinya dibandingkan dengan nikmatnya surga dan segala isi dan keindahannya.

Dalam hadis qudsi, Allah Ta’ala berfirman,

أعْدَدْتُ لِعِبادِي الصَّالِحِينَ، ما لا عَيْنٌ رَأَتْ، ولا أُذُنٌ سَمِعَتْ، ولا خَطَرَ علَى قَلْبِ بَشَرٍ

“Aku telah menyiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh suatu kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga, dan belum pernah terbersit dalam hati manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا ۖ وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللَّهِ الْغَرُورُ

“Wahai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah kalian tertipu oleh kehidupan dunia, dan janganlah tipu daya dari sang penipu/setan menipu kalian dari pengawasan Allah.” (QS. Fathir: 5)

Kehidupan dunia ini telah digambarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana orang yang menempuh perjalanan, kemudian singgah di bawah sebatang pohon untuk berteduh barang sejenak, lalu pergi meninggalkannya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مالي وللدنيا إنما مثلي ومثلُ الدُّنيا كراكبٍ استظلَّ تحت شجرةٍ ثم راحَ وتركها

“Ada apa gerangan antara diriku dengan dunia ini. Tidaklah perumpamaan aku dengan dunia, kecuali seperti seorang pengendara/ penempuh perjalanan yang berteduh di bawah sebatang pohon, lalu istirahat sejenak, dan kemudian meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi, disahihkan Al-Albani)

Apabila berbicara tentang kebebasan untuk melampiaskan keinginan, maka gambaran dunia ini tidak ubahnya seperti penjara. Itulah yang dijelaskan oleh Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wasallam,

الدُّنْيا سِجْنُ المُؤْمِنِ، وجَنَّةُ الكافِرِ

“Dunia adalah (seperti) penjara bagi orang beriman dan (menjadi) ‘surga’ bagi orang kafir.” (HR. Muslim)

Allah Ta’ala berfirman mengenai keadaan orang beriman yang berjuang untuk mengendalikan dan menaklukkan hawa nafsunya di bawah aturan Rabbul ‘alamin.

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ

“Dan orang yang takut akan kedudukan Rabbnya serta menahan dari melampiaskan segala keinginan hawa nafsunya ….” (QS. An-Nazi’at: 40)

Baca Juga: Penjagaan terhadap Anak-Anak dan Pemikiran Mereka di Dunia Barat

Karena besarnya upaya dan perjuangan dalam mengendalikan hawa nafsu itulah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menggelari orang yang menjaga dirinya dari tenggelam dalam buaian nafsu dan keinginan terhadap yang haram sebagai seorang mujahid.

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

والمجاهدُ من جاهدَ نفسَهُ في طاعةِ اللَّهِ

“Dan (hakikat) seorang mujahid adalah setiap orang yang berjuang menundukkan diri dan hawa nafsunya dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah.” (HR. Ahmad)

Apabila demikian keadaannya, maka seorang muslim akan selalu waspada dan memperhatikan dampak dari amal dan perbuatannya di alam dunia. Karena akan ada hari pembalasan, hari dibangkitkannya manusia dari kuburnya, hari ditimbangnya amal-amal, hari perhitungan, dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari Allah Ta’ala.

Abu Nu’aim Al-Ashbahani rahimahullah menyebutkan dalam kitabnya Hilyatul Auliyaa’, Hasan al-Bashri rahimahullah berkata,

ابن آدم إنما أنت أيام ، كلما ذهب يوم ذهب بعضك

“Wahai anak Adam, sesungguhnya kamu adalah perjalanan hari demi hari. Setiap hari berlalu, maka itu artinya telah lenyap sebagian dari dirimu.”

Karena itulah, penting bagi setiap hamba untuk mengingat bahwa kematian pasti akan tiba dan mendatangi dirinya, cepat atau lambat, suka atau tidak suka. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَكثروا ذِكرَ هاذمِ اللَّذَّات يعني الموتَ

“Perbanyaklah mengingat sang pemutus kelezatan-kelezatan, yaitu kematian.” (HR. Tirmidzi, hasan sahih)

Dia harus selalu waspada agar imannya tidak luntur atau bahkan hancur lebur diterjang oleh kerasnya badai fitnah dan penyimpangan gaya hidup. Bahkan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah berpesan kepada segenap kaum beriman,

إِنَّ الْإِيمَانَ لَيَخْلَقُ فِي جَوْفِ أَحَدِكُمْ كَمَا يَخْلَقُ الثَّوْبُ الْخَلِقُ، فَاسْأَلُوا اللَّهَ أَنْ يُجَدِّدَ الْإِيمَانَ فِي قُلُوبِكُمْ

“Sesungguhnya iman benar-benar bisa luntur dalam rongga tubuh kalian sebagaimana pakaian yang luntur/menjadi usang. Oleh sebab itu, mintalah kepada Allah untuk selalu memperbaharui iman dalam hati kalian.” (HR. Thabarani, disahihkan Al-Albani)

Demikian, sedikit kumpulan tulisan dan faedah dari para ulama yang dapat kami sajikan dengan taufik dari Allah semata. Semoga bermanfaat bagi diri kami dan segenap pembaca. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wasallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Kantor YPIA, Pogungrejo

10 Rabiul Awwal 1444 H / 5 Oktober 2022

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/79201-singgah-barang-sejenak.html