Transformasi Digital Sektor Haji Tingkatkan Pengalaman Jamaah

Transformasi digital besar-besaran tengah diupayakan Kementerian Haji Saudi. CEO Council of British Hajjis, Rashid Mogradia, menyebut hal ini akan menyapu semua tingkat sektor haji dan umrah di Arab Saudi, merampingkan penyampaian layanan dan meningkatkan pengalaman jamaah.

Berbicara dari Pameran Haji 2023 di Jeddah, Rashid mengatakan sangat senang melihat ambisi penyedia layanan. Setiap pihak bekerja keras untuk menciptakan produk dan layanan yang meningkatkan pengalaman haji.

Rencana meluncurkan kartu pintar gratis untuk memudahkan jamaah haji diumumkan di pameran pada Selasa (10/1/2023). Kartu tersebut akan berisi informasi pribadi jamaah dan ditautkan ke aplikasi elektronik.

Pengembangan kartu tersebut mengikuti kesepakatan antara Kementerian Haji dan Umrah dan Otoritas Umum Awqaf. Rashid pun merasa sangat senang dapat bertemu dengan mitranya dan terhubung dengan yang baru di pameran tersebut.

Dilansir di Arab News, Ahad (15/1/2023), CEO itu mengatakan paviliun interaktif Nusuk di pameran sangat mengesankan. Nusuk adalah platform perencanaan dan pemesanan resmi umrah, yang diluncurkan oleh Menteri Haji dan Umrah Tawfiq Al-Rabiah tahun lalu.

Dengan wadah ini, peziarah dari seluruh dunia dapat dengan mudah mengatur seluruh kunjungan, mulai dari mengajukan e-Visa hingga memesan hotel dan penerbangan.

“Nusuk akan segera memiliki portal haji daring khusus untuk jamaah internasional, memungkinkan orang untuk memilih dan memesan paket secara langsung. Harapannya ada lebih banyak informasi dalam beberapa hari dan minggu mendatang,” ucap dia.

Tidak berhenti di situ, ia juga mengunjungi paviliun Presidensi Umum Dua Masjid Suci. Di dalamnya, terdapat sebuah tempat yang menunjukkan bagaimana kiswa (penutup) Ka’bah dibuat.

“Sangat menarik melihat bagaimana kiswa dibuat dan artefak museum dari masa lalu ditampilkan di pameran tersebut,” katanya.

Ia menyambut baik pengumuman Al-Rabiah, yang menyatakan Kementerian Haji telah mengembangkan lebih dari 20 pameran. Mereka berupaya mendokumentasikan kehidupan Nabi Muhammad, guna memperkaya perjalanan jamaah haji dan umrah.

Rashid menyebut pengalaman seperti itu akan benar-benar menambah nilai kunjungan jamaah haji dan umrah. Ia juga sangat menyarankan agar jamaah maupun peziarah dapat mengunjungi pameran ini dan museum yang sudah dibuka, untuk mempelajari lebih lanjut tentang situs sejarah dan pengalaman jamaah yang datang sebelum mereka.

IHRAM

Apakah Memposting Foto Anak dapat Menyebabkan Penyakit Ain?

Apakah memposting foto anak dapat menyebabkan penyakit ain? Pembahasan ini tengah marak pembahasannya di media sosial. Tak sedikit para agamawan mengatakan bahwa memposting foto anak menyebabkan penyakit ain, benarkah klaim itu?

Mungkin pasal Ain ini jarang diketahui oleh banyak orang, padahal efeknya berbahaya sekali. Allah swt dan Rasulullah SAW sama-sama mengingatkan lewat firman dan sabdanya, agar supaya kita bisa berhati-hati. Ain sendiri banyak ulama’ yang mendefinisikannya, di antaranya adalah Ibnu Hajar al-Asqalani, di mana beliau mengatakan;

وَالْعَيْنُ نَظَرٌ بِاسْتِحْسَانٍ مَشُوبٍ بِحَسَدٍ مِنْ خَبِيثِ الطَّبْعِ يَحْصُلُ لِلْمَنْظُورِ مِنْهُ ضَرَرٌ….وَقَدْ أَشْكَلَ ذَلِكَ عَلَى بَعْضِ النَّاسِ فَقَالَ كَيْفَ تَعْمَلُ الْعَيْنُ مِنْ بُعْدٍ حَتَّى يَحْصُلَ الضَّرَرُ لِلْمَعْيُونِ وَالْجَوَابُ أَنَّ طَبَائِعَ النَّاسِ تَخْتَلِفُ فَقَدْ يَكُونُ ذَلِكَ مِنْ سُمٍّ يَصِلُ مِنْ عَيْنِ الْعَائِنِ فِي الْهَوَاءِ إِلَى بَدَنِ الْمَعْيُونِ وَقَدْ نُقِلَ عَنْ بَعْضِ مَنْ كَانَ مِعْيَانًا أَنَّهُ قَالَ إِذَا رَأَيْتَ شَيْئًا يُعْجِبُنِي وَجَدْتُ حَرَارَةً تَخْرُجُ مِنْ عَيْنِي.

“Ain adalah pandangan kagum atau takjub disertai dengan rasa iri dengki dari seseorang yang memiliki tabiat buruk yang mengakibatkan adanya bahaya pada orang yang dilihatnya. Mungkin fenomena ini agak janggal bagi beberapa orang, sebab bagaimana mungkin penyakit ain ini bisa berdampak kepada orang yang dilihatnya, padahal jaraknya jauh sekali. 

Hal ini ditengarai oleh tabiat manusia, di mana di antara mereka memiliki watak yang buruk. Sehingga bisa menghasilkan efek negatif, yang mana “racun” tersebut bisa menjangkit seseorang yang dilihat.

Tak ayal ada seseorang yang peka terhadap ini, di mana ia merasa matanya panas ketika ada seseorang yang takjub kepadanya.” (Ibnu Hajar al-‘Asqalany, Fath al-Bari bi syarh sahih al-bukhari,  Juz 10, halaman 200).

Terkait dampak buruknya, Allah swt berfirman dalam Al-Quran surat al-Qalam ayat 51;

وَإِنْ يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُ لَمَجْنُونٌ

Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al Quran dan mereka berkata: “Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila”.

Salah satu mufassir ternama, Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam exegesisnya menjelaskan ayat ini sebagaimana redaksi berikut;

وَقَوْلُهُ: ﴿وَإِنْ يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ﴾ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ، وَمُجَاهِدٌ، وَغَيْرُهُمَا: ﴿لَيُزْلِقُونَكَ﴾ لَيُنْفِذُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ، أَيْ: لَيُعِينُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ، بِمَعْنَى: يَحْسُدُونَكَ لِبُغْضِهِمْ إِيَّاكَ لَوْلَا وِقَايَةُ اللَّهِ لَكَ، وَحِمَايَتُهُ إِيَّاكَ مِنْهُمْ. وَفِي هَذِهِ الْآيَةِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ الْعَيْنَ إِصَابَتُهَا وَتَأْثِيرُهَا حَقٌّ، بِأَمْرِ اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ، كَمَا وَرَدَتْ بِذَلِكَ الْأَحَادِيثُ الْمَرْوِيَّةُ مِنْ طُرُقٍ مُتَعَدِّدَةٍ كَثِيرَةٍ… حَدِيثُ أَبِي جُنْدُبِ بْنِ جُنَادَةَ: قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى الْمَوْصِلِيُّ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَرْعَرَةَ بْنِ البِرِند السَّامِيُّ، حَدَّثَنَا دَيْلَمُ بْنُ غَزوان، حَدَّثَنَا وهْب بْنُ أَبِي دُبَيٍّ، عَنْ أَبِي حَرْبٍ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: “إِنَّ الْعَيْنَ لَتُولِعُ الرجلَ بِإِذْنِ اللَّهِ، فَيَتَصَاعَدُ حَالِقًا، ثُمَّ يَتَرَدَّى مِنْهُ” إِسْنَادُهُ غَرِيبٌ، وَلَمْ يُخَرِّجُوهُ.

“Telah berkata Ibnu ‘Abbas, Mujahid, dan yang lainnya : {‘benar-benar hampir menggelincirkan kamu’} ; yaitu mempengaruhi kamu;{‘dengan pandangan mereka’} ; yaitu memandangmu dengan mata-mata mereka yaitu mendengkimu karena kebencian mereka kepadamu. Sekiranya tidak ada perlindungan Allah kepadamu dari mereka.

Di dalam ayat ini terdapat dalil bahwa terkena Al-‘Ain dan pengaruhnya adalah haq (benar) dengan ijin Allah, sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadits yang diriwayatkan dari beberapa jalan yang berbeda. 

Di antaranya adalah riwayat dari Hadits Abu Dzar alias Jundub ibnu Junadah Al-Hafidzh Abu Ya’la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Ur’urah ibnul Yazid As-Sami, telah menceritakan kepada kami Dailam ibnu Gazwan, telah menceritakan kepada kami Wahb ibnu AbuZar, dari Ibnu Harb, dari Abu Zar yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: 

Sesungguhnya ‘ain itu benar-benar dapat meringankan tubuh seseorang dengan seizin Allah, maka ia naik meninggi, kemudian terjatuh darinya (ketinggian)”. (Tafsir Ibnu Katsir Al-Qalam ayat 51).

Apakah Memposting Foto Anak dapat Menyebabkan Penyakit Ain?

Lalu apakah memposting foto anak di media sosial bisa menyebabkan penyakit Ain? Belum tentu, karena pada dasarnya yang potensial mendatangkannya adalah pandangan yang melihat. 

Di mana setidaknya ada 2 faktor, yakni rasa kebenciannya yang membara pada yang dilihat. Hanya saja, kita sudah diberi amalan oleh Rasulullah SAW untuk mengantisipasi penyakit ini. Di mana beliau memberikan kita perisai doa agar supaya terhindar dari penyakit tersebut, doanya adalah sebagai redaksi berikut;

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ

“A’udzu bi kalimatillahit tammati min kulli syaithoni wa hammatin wa min kulli aynin lammatin”

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari semua Setan, Binatang yang beracun dan ‘Ain yang menyakitkan” (HR al-Bukhari No. 3371).

Demikian penjelasan terkait apakah memposting foto anak dapat menyebabkan penyakit ain? Wallahu A’lam bi al-Shawab.

BINCANG SYARIAH

Laynah, Desa di Arab Saudi yang Mewarisi Sumur Kuno Berusia Ribuan Tahun

Desa Laynah terletak 105 km selatan Rafha di wilayah Perbatasan Utara Saudi. Desa ini adalah salah satu situs bersejarah terpenting di Kerajaan karena sumur air kunonya.

Sumur tersebut, sebagaimana dilansir Arab News, Sabtu (14/1/2023), berusia ribuan tahun dan menjadi subjek legenda dan cerita yang menjelaskan asal-usulnya. Sehingga menarik turis dan pengunjung dari seluruh Arab Saudi.

Menurut peneliti dan ahli warisan dan barang antik Abdulrahman bin Mohammed Al-Tuwaijri, cerita legenda setempat menyebutkan bahwa sumur tersebut termasuk yang tertua di wilayah utara Jazirah Arab.

Al-Tuwaijri mengatakan, sumur-sumur itu diukir dalam bentuk yang berbeda di tanah berbatu yang padat di desa setempat. Tetapi hanya sedikit dari 300 sumur asli yang tersisa di daerah tersebut.

Pemandu wisata Khalaf bin Jabal Al-Shammari menyampaikan, banyak informasi tentang sumur Laynah didasarkan pada desas-desus. Dia mengakui, tidak ada penelitian akademis tentang sumur-sumur ini.

Namun banyak cerita dan referensi yang mengkonfirmasi bahwa jumlah sumur bersejarah diperkirakan ada lebih dari 300 yang tersebar di ketinggian bebatuan yang keras, sejak puluhan ribu tahun yang lalu.

“Belum terbukti secara historis siapa yang menggalinya, karena banyak peradaban kuno tinggal di wilayah tersebut sebagaimana dibuktikan oleh harta karun arkeologi Hegra,” tambahnya.

Al-Shammari menuturkan, Laynah adalah salah satu situs arkeologi terpenting dan salah satu pemukiman tertua di Jazirah Arab. Desa ini terletak di jalur perdagangan kuno antara Najd dan Irak, dan sepanjang sejarah memberikan kelonggaran bagi konvoi karavan keliling dari kondisi gurun yang keras.

IHRAM

Lebih Utama Mana: Shalat di Masjid Dekat Rumah ataukah yang Jauh?

LEBIH utama mana, shalat di masjid dekat rumah ataukah yang jauh?

Bagi seorang laki-laki, shalat yang dilakukan secara berjama’ah di masjid, lebih utama daripada shalat yang dilakukan secara berjama’ah di rumah, di pasar, dan di selain keduanya.

Hal ini berdasarkan kepada keutamaan berjalan menuju masjid, keutamaan masjid itu sendiri, serta untuk menampakkan syi’ar shalat berjama’ah. Jika ada beberapa masjid, maka pergi ke masjid yang paling banyak jama’ahnya lebih utama berdasarkan beberapa hadits.

Shalat di Masjid, Jika Lebih Banyak Jamaahnya

Jika di dekat rumah seseorang ada masjid yang sedikit jama’ahnya, sedangkan masjid yang jaraknya jauh banyak jama’ahnya, maka masjid yang jaraknya jauh lebih utama KECUALI dalam dua keadaan:

Keutamaan Surat Al-Fatihah dalam Shalat, Imam Lupa Duduk Tasyahud Awal, Hal yang Harus Diperhatikan di dalam Shalat, agama islam, Manfaat Shalat, Jumlah Minimal Orang Shalat Berjamaah, Hukum Shalat Memakai Kaos, Level Shalat, Hukum Menahan Kentut ketika Shalat, Janji Allah SWT bagi Orang Beriman, Doa Qunut, Shalat yang Tidak Diterima Allah, Cara Shalat Khusyu, Cara Rasul Memakai Siwak, Shalat Berjamaah, sholat ghaib, Keutamaan Doa Iftitah, Cara Mencegah Orang yang Berjalan di Depan ketika Shalat, Keutamaan Shalat Subuh, Imam Shalat di Akhir Zaman,, Ukuran 1 Rakaat dalam Shalat, Waktu Makmum Baca Al Fatihah saat Shalat Jahr, Shalat Sempurna, Syarat Takbiratul Ihram, Shalat di Masjid
Foto: International Mission Board

1). Jama’ah masjid yang dekat akan terlantar/habis karena dia telah pindah dari masjid tersebut ke masjid yang jauh, dimana dia sebagai imam di masjid tersebut atau masyarakat sekitar akan hadir dengan kehadirannya. Dalam kondisi ini, maka masjid yang dekat lebih utama.

2). Imam masjid yang jauh seorang ahli bid’ah seperti penganut paham Mu’tazilah dan selainnya, atau seorang yang fasiq, atau tidak menyakini akan wajibnya sebagian rukun, maka masjid yang dekat lebih utama.

Shalat di Masjid, Lebih Utama yang Jauh Jika

Jika masjid yang dekat tidak ada jama’ahnya, dan seandainya seorang hadir di situ tidak akan terwujud jama’ah karena tidak ada yang hadir sama sekali, maka pergi ke masjid yang ada jama’ahnya lebih utama dengan kesepakatan ulama’.

Maka menurut hemat kami, jangan sampai kita meninggalkan masjid yang dekat dengan kita hanya untuk shalat ke masjid yang jauh, dikarenakan masjid yang jauh itu satu komunitas pengajian dengan kita.

Adanya sebagian amalan di dalamnya yang mungkin berbeda dengan pendapat kita, jangan sampai menjadi sebab kita meninggalkannya, selama hal itu hanya berkisar dalam masalah khilafiyyah ijtihadiyyah dalam cabang agama.

Syarat Taubat, Mengapa Kita Harus Bersyukur, Takwa kepada Allah, Doa Minta Jodoh, Keutamaan Istiqamah, Qadha dan Qadar,, Waktu Mustajab Doa, keutamaan berdoa, Waktu Doa yang Mustajab, Doa yang Dibaca ketika Sujud dalam Shalat, Shalat di Masjid
Foto: Unsplash

Shalat di Masjid yang Jauh, Awas Jadi Fitnah

Karena biasanya, hal itu akan menjadi fitnah serta adanya salah presepsi terhadap kita dan dakwah kita. Sebuah kaidah menyebutkan, bahwa : “Menolak kerusakan lebih diutamakan dari mengambil manfaat”.

Semoga bermanfaat. Barakallahu fiikum jami’an. []

Facebook: Abdullah Al-Jirani

ISLAMPOS

Bacaan Dzikir Setelah Shalat

Alhamdulillah, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Dzikir akan menguatkan seorang muslim dalam ibadah, hati akan terasa tenang dan mudah mendapatkan pertolongan Allah. Dzikir setelah sholat adalah di antara dzikir yang mesti kita amalkan. Seusai shalat tidak langsung bubar, namun hendaknya kita merutinkan beristighfar dan bacaan dzikir lainnya.

Berikut beberapa dzikir setelah sholat yang bisa kita amalkan.

[1]

أَسْتَغْفِرُ اللهَ (3x) اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ.

Astaghfirullah (3x). Allahumma antas salaam wa minkas salaam tabaarokta yaa dzal jalaali wal ikrom.

“Aku minta ampun kepada Allah,” (3x). Lantas membaca: “Ya Allah, Engkau pemberi keselamatan, dan dariMu keselamatan, Maha Suci Engkau, wahai Tuhan Yang Pemilik Keagungan dan Kemuliaan” (HR. Muslim no. 591).

[2]

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ، اَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir. Allahumma laa maani’a lima a’thoita wa laa mu’thiya limaa mana’ta wa laa yanfau dzal jaddi minkal jaddu.

“Tiada Rabb yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya. BagiNya puji dan bagi-Nya kerajaan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang memberi apa yang Engkau cegah. Tidak berguna kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya (selain iman dan amal shalihnya yang menyelamatkan dari siksaan). Hanya dari-Mu kekayaan dan kemuliaan” (HR. Bukhari no.6615, Muslim no.593).

[3]

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ. لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ، وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ، لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ

Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah. Lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir. Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Laa ilaha illallah wa laa na’budu illa iyyah. Lahun ni’mah wa lahul fadhl wa lahuts tsanaaul hasan. Laa ilaha illallah mukhlishiina lahud diin wa law karihal kaafiruun.

“Tiada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya. BagiNya kerajaan dan pujaan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali (dengan pertolongan) Allah. Tiada Rabb (yang hak disembah) kecuali Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepadaNya. Bagi-Nya nikmat, anugerah dan pujaan yang baik. Tiada Rabb (yang hak disembah) kecuali Allah, dengan memurnikan ibadah kepadaNya, sekalipun orang-orang kafir sama benci” (HR. Muslim, no. 594).

[4]

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَاللهُ أَكْبَرُ (33 ×) لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ

Subhanallah wal hamdulillah wallahu akbar (33 x). Laa ilaha illallah wahda, laa syarika lah. Lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir.

“Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, dan Allah Maha Besar (33 x). Tidak ada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya. BagiNya kerajaan. BagiNya pujaan. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu” (HR. Muslim no. 597).

[5]

Membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas setiap selesai shalat (fardhu) (HR. Abu Daud no. 1523, dishahikan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

[6]

Membaca ayat Kursi setiap selesai shalat (fardhu) (HR. An Nasa-i no. 9928, Ath Thabrani no.7532, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no.6464).

[7]

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ. 10× بعد صلاة المغرب والصبح

Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah. Lahul mulku wa lahul hamdu yuhyi wa yumiit wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir .

“Tiada Rabb yang berhak disembah kecuali Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya, bagiNya kerajaan, bagi-Nya segala puja. Dia-lah yang menghidupkan (orang yang sudah mati atau memberi roh janin yang akan dilahirkan) dan yang mematikan. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Dibaca 10 x setiap sesudah shalat Maghrib dan Subuh).

[8]

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

Allahumma inni as-aluka ‘ilman naafi’a, wa rizqon thoyyiba, wa ‘amalan mutaqobbala.

“Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal dan amal yang diterima.” (Dibaca setelah salam shalat Shubuh) (HR. Ibnu Majah no. 762, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah).

Semoga dzikir setelah sholat yang sederhana ini bisa rutin kita amalkan sehingga Allah berkahi aktivitas harian kita.

Wallahu waliyyut taufiq. Walhamdulillah, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala aalihi wa shohbihi wa sallam.

Referensi:

  • Hish-nul Muslim min Adzkar Al Kitab was Sunnah, Syaikh Sa’ad bin Wahf Al Qohthoni
  • Tash-hih Syarh Hish-nul Muslim min Adzkar Al Kitab was Sunnah, Majdi bin ‘Abdul Wahab Al Ahmad, terbitan Maktabah Al Malik Fahd Al Wathoniyah, cetakan keempat, 1430 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/7043-bacaan-dzikir-setelah-shalat.html

Perhatikan Ayat Tentang Istidraj, Jangan Sampai Terbuai

Sebagai manusia, kita harus bisa menjaga diri dan tidak terlena dengan perbuatan maksiat. Jika Allah masih sayang kepada hamba-Nya, Allah akan memberi teguran. Bisa jadi berupa musibah, masalah, atau kesulitan. Apabila kita tidak juga sadar setelah ditegur, takutlah saat Allah mengabaikan kita. Cara Allah mengabaikan seorang hamba adalah dengan memberikan istidraj. Ayat tentang istidraj pun difirmankan Allah dalam Al Quran.

Apa itu Istidraj?

‘Uqbah bin ‘Amir ra  menuturkan bahwa Rasulullah bersabda, “Apabila engkau melihat Allah memberikan kepada seorang hamba berupa nikmat dunia yang disukainya padahal dia suka bermaksiat, maka itu hanyalah istidraj belaka”.

Kemudian Rasulullah melanjutkan, “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS.Al An’am: 44)”. (HR.Ahmad).

Ayat Tentang Istidraj

Di Al Quran, Allah memberikan penjelasan tentang istidraj. Berikut ini ayat tentang istidraj yang perlu kita pahami.

1. Peringatan untuk Orang Kafir

“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.” (QS.Ali ‘Imran: 178)

2. Siksaan Setelah Kesenangan

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS.Al An’am: 44).

Mau dapat tabungan umroh hingga jutaan rupiah? Yuk download aplikasinya di sini sekarang juga!

3. Harta dan Kesenangan Tidak Selalu Berarti Kebaikan

“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun: 55-56)

4. Ayat Tentang Istidraj Ditimpakan kepada Kaum Nabi yang Ingkar

“Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: “Sesungguhnya nenek moyang kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan“, maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya.”

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”(QS.Al A’raf: 95-96).

5. Istidraj Mengantarkan pada Kebinasaan

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.” (QS.Al A’raf: 182-183).

Yuk jadilah tamu istimewa Allah di Tanah Suci dengan temukan paketnya di Umroh.com!

6. Setan Membuai Manusia, Lalu Berlepas Tangan

“Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: “Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu“. Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling melihat (berhadapan), setan itu balik ke belakang seraya berkata: “Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah“. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS.Al Anfal: 48).

7. Ayat Tentang Istidraj Ditimpakan pada Orang yang Tidak Beriman

“Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka bergelimang (dalam kesesatan).” (QS.An Naml: 4)

“Dan (juga) kaum ´Aad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Dan syaitan menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia menghalangi mereka dari jalan (Allah), sedangkan mereka adalah orang-orang berpandangan tajam.” (QS.Al Ankabut: 38)

8. Azab Dunia bagi Orang yang Terbuai dengan Kejayaan

Ayat tentang istidraj ini berkisah tentang orang musyrik yang enggan menyisihkan hak fakir miskin, walaupun mereka memiliki kebun yang sangat menghasilkan. Allah kemudian menurunkan azab pada mereka.

“Sungguh, Kami telah menguji mereka (orang musyrik Mekah) sebagaimana Kami telah mencobai pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasil)-nya di pagi hari, dan mereka tidak menyisihkan (hak fakir miskin),

lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Rabbmu ketika mereka sedang tidur, maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita.

lalu mereka panggil memanggil di pagi hari: “Pergilah di waktu pagi (ini) ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya.”

Maka pergilah mereka saling berbisik-bisik. “Pada hari ini janganlah ada seorang miskin pun masuk ke dalam kebunmu.” Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka (menolongnya).

Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata: “Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan), bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya)

Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka: “Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih (kepada Tuhanmu). Mereka mengucapkan: “Maha Suci Rabb kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.”

Lalu sebagian mereka menghadapi sebagian yang lain seraya cela mencela. Mereka berkata: “Aduhai celakalah kita; sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampaui batas.” Mudah-mudahan Rabb kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Rabb kita.

Seperti itulah azab (dunia). Dan sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui. (QS.Al Qalam: 17-33).

Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di Umroh.com!

9. Allah Memberikan Kuasa pada Orang yang Mendustakan Al Quran, untuk Kemudian Membinasakan Mereka

“Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan Perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui,” (QS.Al Qalam: 44)

10. Sesungguhnya Nikmat adalah Ujian

“Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata, “Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku”. Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.” (QS.Az Zumar: 49)

UMMA

Meninggal Mendadak, Apakah Tanda Suul Khatimah?

Meninggal mendadak justru bisa dimaknai peringatan untuk yang hidup

Kasus kematian mendadak sering ditemui di berbagai tempat. Ada yang meninggal mendadak saat berolahraga, ada yang meninggal saat tidurnya, bahkan ada juga yang meninggal saat beribadah. 

Berbagai pendapat muncul terkait kematian jenis ini. Ada yang menyebut ini sebagai tanda kematian yang buruk atau suul khatimah, ada juga yang sebaliknya. Bagaimana pendapat ulama mengenai ini? 

Mantan Mufti Agung Mesir, Syekh Ali Jumah, mengatakan, kematian mendadak tidak berarti akhir yang buruk. Ada beberapa kasus orang yang dikenal selalu mengingat Allah SWT, beribadah, berdoa, dan seorang yang taqwa tetapi meninggal dalam keadaan  tiba-tiba. Maka, kematian jenis ini bukan akhir yang buruk. 

Menurutnya, melalui kematian mendadak, Allah SWT memperingatkan yang hidup untuk selalu mengingat-Nya. Kematian mendadak disebutnya bukan sarana balas dendam Tuhan dan menjadi pertanda suul khatimah. 

Dia menyebut, manusia diingatkan melalui kasus kematian mendadak bahwa kematian bisa datang kapan saja. Ajal akan menghampiri siapapun dalam keadaan dan waktu apapun jika Allah SWT sudah memberikan takdir kematian bagi manusia. Allah SWT berfirman: 

وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَن تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ كِتَٰبًا مُّؤَجَّلًا ۗ وَمَن يُرِدْ ثَوَابَ ٱلدُّنْيَا نُؤْتِهِۦ مِنْهَا وَمَن يُرِدْ ثَوَابَ ٱلْءَاخِرَةِ نُؤْتِهِۦ مِنْهَا ۚ وَسَنَجْزِى ٱلشَّٰكِرِينَ 

Artinya: “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS Ali Imran 145)

Adapun bagi seseorang yang bertakwa dan selalu berdzikir dalam hatinya, lalu meninggal tiba-tiba dan tidak sempat dituntun untuk mengucapkan syahadat, maka itu bukan tanda suul khatimah. Karena bisa jadi orang tersebut telah menyebut nama Allah SWT dalam hatinya dan berzikir dalam hati lebih utama dari dzikir lisan. 

Sumber: elbalad    

KHAZANAH REPUBLIKA

Bijak Menyikapi Aib Orang Lain

Seiring kehadiran media komunikasi dan teknologi informasi, pornografi dan buka-buka aib kian marak di internet dan media sosial

Kasus seorang menantu berzina dengan ibu mertuanya sedang ramai diperbincangkan di jagad maya tanah air. Kisahnya sedang viral lantaran menjadi trending topik di beberapa media sosial dan kian memuncak saat diangkat dalam podcast seorang publik figur yang channel Youtubenya memiliki jutaan pelanggan.

Kasus itu semakin rumit karena pihak tertuduh yang tidak lain adalah mantan suami si korban menyangkal semua tuduhan itu dan berencana melaporkan balik mantan istrinya dengan tuduhan pencemaran nama baik.

Intrik rumah tangga yang asalnya adalah masalah pribadi itupun kini menjadi konsumsi nasional bahkan dunia. Lalu pantaskah hal yang demikian terjadi?

Buya Yahya ketika ditanya mengenai hal ini di awal sebelum menjawab beliau mengucapkan kalimat tasbih terlebih dahulu karena rasa kaget beliau mendengar fenomena perzinahan semacam ini.

Pengasuh LPD Al Bahjah Cirebon itu menjelaskan bahwa kasus ini adalah sebuah kesedihan yang berlapis-lapis. Pertama adalah kasus perzinahan itu sendiri, kedua, ditambah fakta bahwa perzinahan itu dilakukan oleh sesama mahram (menantu – mertua), lalu kasus ini diangkat ke publik lewat media sosial yang penyebarannya sangat masif.

Ulama muda alumni Universitas Al-Ahgaff Hadramaut Yaman itu juga memberi teguran keras dan menyerukan kepada mereka yang membuat kasus ini menjadi besar yakni pihak-pihak yang men-share kasus ini di media sosial atau mengangkat cerita ini di acara perbincangan-perbincangan (podcast) agar sesegera mungkin menutup dan tidak mengulik lebih luas lagi kasus semacam ini.

Hal ini karena kasus ini dianggap sebagai bagian dari membuka aib sesama umat Rasulullah yang implikasinya sangat besar di hadapan Allah kelak.

Beliau juga mengajak masyarakat untuk lebih bijak, daripada menggunjing kelakuan maksiat para tersangka dalam kasus itu lebih baik mendoakan mereka yang dibuka aibnya dalam kasus itu agar lekas bertobat.

Buya Yahya juga menjelaskan bahwa awal mula pemicu kasus perzinahan ini adalah karena mata yang dipenuhi “kotoran” akibat pengaruh film-film amoral dan aturan menutup aurat yang tidak dihiraukan manusia saat ini. Film-film amoral itu menurut Buya Yahya membuat otak kacau sehingga kepada sesama mahram pun akhirnya bisa memiliki syahwat birahi. (https://youtu.be/3bU7QSzHpx8)

Apa yang dikatakan Buya Yahya itu bukan bualan belaka sebab jika diteliti lebih dalam pernyataan tersebut sesuai dengan fenomena yang sedang menggejala saat ini yakni Narkolema alias Narkoba Lewat Mata.

Seiring kehadiran media komunikasi serta perkembangan teknologi komunikasi informasi yang kian pesat maka penyebaran materi pornografi juga kian mudah. Sebuah survei menyatakan bahwa setiap tahunya ada 72 juta pengunjung website pornografi.

Dalam setiap detiknya 28,000 pengguna internet melihat konten pornografi. Dua per tiga para penikmat pornografi di internet ini adalah laki-laki dan sisanya adalah perempuan. Kelompok usia 12-17 tahun adalah konsumen terbesar pornografi di internet.

Narkolema (Narkoba Lewat Mata) adalah pornografi yang dilihat oleh seseorang yang memiliki efek kecanduan dan daya rusak sebagaimana pada pengguna narkotika.

Kerusakan yang dialami akibat kecanduan pornografi adalah rusaknya otak bagian depan (pre frontal cortex/ PFC). Pre frontal cortex berfungsi sebagai pusat pertimbangan dan pengambilan keputusan serta membentuk kepribadian seseorang. (Hardiningsih, et all, 2021).

Narkolema (Narkoba lewat mata) atau yang lebih kita kenal dengan pornografi tersusun dari dua kata yaitu pornos yang berarti melanggar kesusilaan atau cabul dan grafis yang berarti tulisan, gambar, atau patung, atau barang pada umumnya yang berisi atau menggambarkan sesuatu yang menyinggung rasa susila dari orang yang membaca atau melihatnya.

Pornografi merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani, pornographia. Istilah ini bermakna tulisan atau gambar tentang pelacur. (Soebagijo, 2008).

Menurut Mark B. Kastleman dalam Subiakto, 2020, pornografi adalah narkoba di era milenium baru yang membuat dunia berada di tengah-tengah bencana yang mengerikan. Selain dapat mengacaukan kehidupan, pornografi dapat merusak otak khususnya pada bagian PFC (Pre frontal cortex).

PFC adalah kontrol di area kortikal pada otak bagian depan yang mengatur fungsi kognitif dan emosi. Jika PFC rusak, maka akan timbul gejala-gejala yang ditandai dengan kurangnya daya berkonsentrasi, tidak dapat membedakan benar dan salah, berkurangnya kemampuan untuk mengambil keputusan dan menjadi pemalas.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pemberdayaan Anak (Kemen PPPA) menyebut kasus pornografi di kalangan anak termasuk kejahatan luar biasa. Data tahun 2016 mencatat, lebih dari 63 ribu anak di Indonesia telah terpapar pornografi dalam dua bulan.

Narkolema memiliki sejuta pengaruh buruk terhadap kesehatan mental maupun fisik. Kecanduan pornografi bisa memberikan pengaruh terhadap kegagalan adaptasi, serta merusak fungsi otak dan struktur otak.

Pola kerusakan yang terjadi menyerupai gejala fisiologi seseorang yang mengkonsumsi alkohol dan narkoba.

Selain itu, secara medis dampak Narkolema sangat beragam mulai dari penyebaran penyakit seksual seperti HIV-AIDS dan adanya kemungkinan penyimpangan seksual.

Sementara pada remaja, Narkolema dapat menyebabkan banyaknya kasus hubungan seksual bebas sebelum menikah. Bahkan pakar bedah saraf menyatakan bahwa pornografi menyebabkan seseorang kecanduan.

Jika dilakukan terus-menerus, akan terjadi kerusakan pada otak bagian depan atau pre frontal cortex. Bagian otak ini memiliki fungsi sebagai pengatur emosi, mengorganisasi dan merencanakan sesuatu. (https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/658/narkolema-penyebab-akibat-dan-penanggulangan)

Zina dalam pandangan Islam

Di dalam Al Quran dijelaskan dengan sangat tegas bahwa Allah berfirman,

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS: al-Isra’/17:32).

Di dalam ayat tersebut Allah Azza wa Jalla menyebutkan, وَلَا تَقْرَبُوا الِـزّنَـى “dan janganlah kamu mendekati zina!” Allah tidak berfirman, وَلَا تَـزْنُـوْا “jangan berzina!”

Mengapa demikian? Karena Allah hendak menutup rapat saluran-saluran yang membawa kepada perbuatan zina, sekecil apapun itu.

Di dalam hadis shahih dijelaskan bahwa di kalangan monyet pun tidak menerima perbuatan zina. Sahabat ‘Amr bin Maimun al-Audi Radhiyallahu anhu berkata,

رَأَيْـتُ فِـي الْـجَاهِلِـيَّـةِ قِـرْدَةً ، اِجْتَمَعَ عَلَيْهَا قِرَدَةٌ قَدْ زَنَتْ فَـرَجَـمُوْهَـا…

“Aku menyaksikan di zaman Jahiliyyah dulu ada seekor monyet yang berzina. Lantas berkumpullah monyet-monyet lainnya untuk melemparinya dengan batu (dirajam).” (HR: Bukhari, no. 3849)

Jika makhluk yang tidak berakal saja bisa memiliki aturan yang keras kepada hal yang berbau perzinahan, lantas mengapa kini manusia mulai menormalisasi perzinahan mulai dari yang terkecil yakni pacaran hingga yang terbesar berupa perzinahan bertarif (prostitusi).

Apakah sudah melampaui derajat binatang kah mereka.

Dikatakan bahwasannya orang beriman yang berzina maka cahaya keimanannya dicabut oleh Allah SWT. Hal ini sesuai perkataan Sahabat Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhu yang mengatakan,

يُنْزَعُ مِنْهُ نُوْرُ الْإِيْمَانِ فِيْ الزِّنَا

“Dicabut nur (cahaya) keimanan dalam perbuatan zina.”(Diriwayatkan oleh Imam Bukhari)

Bahkan lebih keras lagi dinyatakan bahwa orang berzina maka statusnya saat itu bukan dalam keadaan sebagai orang yang beriman. Rasulullah ﷺbersabda,

انْقَلَعَ رَجَعَ إِلَيْهِ الْإِيْمَـانُ

“Apabila seseorang berzina maka imannya akan keluar di atasnya seolah-olah sebuah naungan. Jika ia kembali (bertaubat), maka imannya akan kembali.” (HR: Abu Daud)

Sikap orang beriman

Setelah mengetahui pandangan Islam terhadap perzinahan maka sebagai seorang Mukmin kita harus bersikap dengan bijak,  terutama dalam menyikapi apa-apa yang terjadi di zaman ini termasuk dalam masalah perzinahan menantu dan mertua tersebut.

Dari sahabat Mu’adz bin Jabal Radiyallahu Anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ عَيَّرَ أَخَاهُ بِذَنْبٍ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَعْمَلَهُ

“Siapa yang menjelek-jelekkan saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati kecuali mengamalkan dosa tersebut.” (HR: Tirmidzi no. 2505).

Artinya jangan kita menertawakan atau menggunjing pelaku maksiat yang berlaku tidak senonoh itu namun doakan mereka, nasihati dan bimbing mereka.

Sebab manusia itu gudangnya kesalahan. Mereka saling berbeda-beda dalam cara bermaksiat kepada Allah namun tetap satu jua, sebagai makhluk pendosa.

Di dalam hadis tersebut ada peringatan yang membuat takut orang beriman yakni siapa yang menjelekkan muslim lain karena dosa yang mereka kerjakan, maka sebelum mati dia akan terjatuh pada dosa yang sama yang pernah dilakukan oleh orang yang ditertawainya tadi .

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata,

وَكُلُّ مَعْصِيَةٍ عُيِّرَتْ بِهَا أَخَاكَ فَهِيَ إِلَيْكَ يَحْتَمِلُ أَنْ يُرِيْدَ بِهِ أَنَّهَا صَائِرَةٌ إِلَيْكَ وَلاَ بُدَّ أَنْ تَعْمَلَهَا

“Setiap maksiat yang dijelek-jelekkan pada saudaramu, maka itu akan kembali padamu. Maksudnya, engkau bisa dipastikan melakukan dosa tersebut.” (Madarijus Salikin, 1: 176)

Namun jangan disalahpahami bahwa hadis itu berisi  larangan mengingkari kemungkaran, kita harus bisa membedakan mana mengingkari dan mana meremehkan pelaku kemaksiatan.

Hadis itu maknanya adalah dilarang ta’yir (menjelek-jelekkan) pelaku kemaksiatan dan merasa lebih baik dari mereka sembari tetap dibarengi mengingkari perilaku mungkar mereka.

Karena menjelek-jelekkan mengandung kesombongan (meremehkan orang lain) dan merasa diri telah bersih dari dosa. Sedangkan mengingkari kemungkaran dilakukan ikhlas lillahi Ta’ala, bukan karena kesombongan.

Rasulullah ﷺjuga bersabda,

وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا, سَتَرَهُ اَللَّهُ فِي اَلدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ  

“Barang siapa menutupi aib seorang Muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.” (HR Muslim).  

Menutup aib orang lain tidak hanya memiliki keutamaan akan menutup aib kita di dunia dan akhirat, tapi pahalanya juga seperti menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup.

Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi ﷺyang berbunyi, “Siapa melihat aurat (aib orang lain) lalu menutupinya, maka seakan-akan ia menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup.” (HR: Abu Daud).

Semoga kasus viral ini bisa membuat kita sadar bahwa ada dosa besar dan ketidakmanfaatan  yang banyak dari penyebaran aib-aib orang lain seperti itu.

Dan paling utama di dalam agama hal itu juga sangat dilarang. Setiap manusia memiliki aib dan setiap manusia waras tidak akan mau aibnya diketahui oleh orang lain.

Dan setiap manusia pasti tidak luput dari melakukan dosa dan salah dengan jalan yang berbeda-beda. Maka mari sikapi dengan bijak aib dan dosa masing-masing. Apa yang jadi aib dan masuk wilayah privat hendaknya tidak diumbar ke khalayak ramai. Inilah sikap orang beriman seharusnya.Wallahu A’lam Bis Showab.*

Oleh: Muhammad Syafii Kudo, Murid Kulliyah Dirosah Islamiyah Pandaan Pasuruan

HIDAYATULLAH

Amal Kebaikan akan Menghapus Amal Keburukan, Bisakah?

Sebagai seorang manusia (insan) tentunya kita tidak akan luput dari hal-hal buruk berupa kesalahan dan juga dosa. Karena memang manusia adalah tempatnya salah dan juga lupa atau yang dalam istilah arab sering dikatakan “al insan mahalul khoto’ wan nisyan”. Namun, saat seorang manusia melakukan kesalahan, apakah hal yang bisa kita lakukan untuk menghilangkan catatan amal keburukan tersebut? tak hanya dengan bertaubat kepada Allah, ternyata Nabi juga memberi anjuran lain kepada umatnya atas amal keburukan yang telah mereka kerjakan. Salah satu kisah sahabat Nabi yang bernama Muadz bin Jabal yang akan membuktikannya.

Muadz bin Jabal adalah salah satu sahabat nabi dari kaum Anshar yang berbai’at kepada Rasulullah sejak pertama kali. Suatu saat, ia diutus oleh Nabi Muhammad SAW ke wilayah Yaman. Di sana ia bertugas sebagai penguasa, hakim agung, sekaligus menjadi pengajar dan pengumpul zakat. Lantas apa saja pesan Nabi kepada Muadz?

Misi Muadz bin Jabal ke Yaman diiringi dengan surat-surat kepercayaan dari Nabi Muhammad. Surat-surat tersebut tentu berisikan misi dakwah Nabi untuk menyebarkan agama Islam. Salah isi surat tersebut berisi: “Inniy bu’itstu lakum khaira ahliy,”. Yang artinya: “Aku mengutus kepadamu, wahai penduduk Yaman, keluargaku yang terbaik,”. Sebelum Muadz berangkat ke Yaman pun, Nabi seolah tengah menguji kelayakan kepadanya dengan beberapa pertanyaan.

Nabi bertanya kepada Muadz: “Kaifa tashna’u idza uridha laka qadhaa-un?”. Yang artinya: “Bagaimana sikapmu jika diajukan kepadamu permintaan menetapkan mengenai suatu hukum?”. Muadz pun menjawab: “Aqdhiy fi kitabillah,”. Yang artinya: “Aku akan memutuskannya berdasarkan Kitabullah,”. Nabi bertanya lagi: “Fa in lam yakun fi kitabillah?”. Yan artinya: “Jika engkau tidak temukan dalam Kitabullah?”. Muadz menjawab: “Bisunnati Rasulillah,”. Yang artinya: “Dengan sunah Rasulullah,”. Nabi kembali bertanya: “Fa in lam yakun fi sunnati Rasulillah?”. Muadz dengan tegas menjawab: “Ajtahidu bira’yi wala aluw,”. Yang artinya: “Aku mencurahkan daya sekuat mungkin/berijtihad,”.

Mendengar jawaban mantap seperti itu dari Muadz, Nabi kemudian bersabda: “Alhamdulillahilladzi waffaqa rasula Rasulillahi lima yurdhi Rasulallah,”. Yang artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi petunjuk kepada utusan Rasulullah menuju apa yang diridhai oleh Rasulullah,”.

Nabi kemudian berpesan kepada Muadz saat ia akan menunggangi kendaraannya untuk menuju ke Yaman: “Ittaqillaha haitsuma kunta wa atbi’I as-sayyiatal-hasanata tamhuha wa khaaliqi an-naasa bikhuluqin hasanin,”. Yang artinya: “Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada, ikutkanlah keburukan dengan kebaikan niscaya kebaikan menghapusnya dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik,”.

Nabi berpesan juga kepada Muadz: “Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani). Jika engkau menemui mereka, maka ajaklah mereka untuk menyaksikan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Jika mereka mematuhimu dalam hal tersebut, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam. Bila mereka mematuhimu dalam hal tersebut, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka atas zakat yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka untuk diberikan kepada orang-orang miskin mereka. Jika mereka mematuhimu dalam hal tersebut, maka jangan sekali-kali engkau mengambil harta mereka yang paling baik. Berhati-hatilah menyangkut doa orang yang teraniaya, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah,”.

Dari pesan yang diberikan Nabi kepada Muadz tersebut, kita bisa menarik kesimpulan, bahwa Nabi memerintahkan umatnya untuk selalu: Pertama, bertaqwa (menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya). Kedua, saat ummatnya melakukan suatu keburukan atau hal yang menyimpang dari apa yang telah menjadi kewajibannya, maka segera iringilah perbuatan buruk tersebut dengan perbuatan baik. Karena pahala amal kebaikan tersebut akan melebur amal buruk. Betapa Maha Pengasih Allah kepada seluruh hambaNya. Wallahu a’lam.

ISLAMKAFFAH

Jika Sering KDRT, Yakinlah itu Bukan Imammu yang Baik

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) beberapa kali mengemuka di ruang publik karena adanya aduan dari publik figure dan orang terpandang yang melaporkan masalah privat keluarganya. Namun, tidak menutup kemungkinan, masih banyak korban-korban KDRT di tengah masyarakat yang tidak melaporkan karena dianggap itu bagian sangat privat dan tabu dibicarakan. Bisa pula ada keyakinan dalam seseorang khususnya istri bahwa laki-laki adalah pemimpin rumah tangga dan bisa melakukan apa saja yang harus diterimanya.

Istilah laki-laki sebagai imam atau pemimpin dalam rumah tangga adalah bagian dari tafsir keagamaan. Ayat yang sering dirujuk dalam pemahaman ini adalah QS An-Nisa : 34 : Kaum laki-laki adalah pemimpin Wanita, karena Allah telah melebihkan Sebagian mereka (laki-laki) atas sebagai yang lain dan karena mereka menginfakkan sebagian harta mereka.

Ayat ini menjadi doktrin dikala akad dan resepsi pernikahan yang sering diucapkan seorang penceramah untuk memposisikan suami sebagai imam dalam rumah tangga. Persoalannya bukan pada ayat ini, tetapi pemahaman yang berkembang bahwa pemimpin berarti yang mengatur. Berarti pula laki-laki lebih tinggi dalam relasi suami-istri dan pemahaman yang keliru suami bisa saja memperlakukan istrinya.

Dari rangkaian ini, lalu banyak sekali istilah kewajiban-kewajiban istri terhadap suami yang lebih banyak diumbar dari pada kewajiban suami terhadap istri. Di sinilah letak masalahnnya. Istilah pemimpin dan imam memposisikan laki-laki lebih superior. Imam dalam pandangan masyarakat awam adalah mengatur, melarang, mengendalikan, dan rangkaian pekerjaan dominatif lainnya terhadap orang yang berada di bawahnya.

Karena itulah, tidak heran jika persoalan KDRT adalah bagian dari cara suami memperlakukan diri sebagai pemimpin. Bukan kekerasan yang dilakukan dalam persepsinya tetapi bagian dari cara dia memaknai pemimpin yang mengatur, mengendalikan, dan mengontrol. Banyak sekali korban KDRT yang masih tidak melapor karena takut atau karena pemahaman ini.

Di sinilah perlu diperbaiki tentang istilah suami sebagai pemimpin. Al-Quran dalam membicarakan relasi laki-laki dan perempuan ini tidak sedang mendudukan laki-laki sebagai pemimpin atau imam yang mutlak. Al-Quran menggunakan kata Qawwamuna dengan kata sifat yang menurut Imam Al-Qurtubi sifat pekerjaan yang bertanggjawab dengan penuh kesungguhan.

Dari sini bisa dipahami bahwa Qawwamuna adalah suatu sifat pekerjaan yang membebani amanah laki-laki terhadap perempuan, bukan berbicara tentang kelebihan laki-laki terhadap perempuan. Ada tanggungjawab yang harus dipenuhi yang salah satunya disebutkan Al-Quran menafkahi.

Panduan Islam Menjadi Imam yang Baik dalam Keluarga

Karena laki-laki atau suami menjadi orang yang dipercayai untuk mengatur karena mempunyai kelebihan tanggungjawab, maka kewajiban penanggungjawab mendapatkan porsi yang besar. Sayangnya, dalam ceramah-ceramah walimah dan resepsi pernikahan yang lebih banyak ditampilkan adalah persoalan hak suami dan kewajiban seorang istri. Mestinya, dalam konteks ini, yang perlu banyak diurai adalah kewajiban dan tanggungawab pemimpin.

Islam datang dengan memberikan panduan dan pedoman bagaimana menjadi imam yang baik dalam keluarga. Karena itulah, Rasulullah banyak memberikan panduan dalam menjadi imam dalam keluarga yang sayangnya banyak sekali tidak dibicarakan bagi suami.

Misalnya Rasulullah menegaskan bahwa yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Lalu dalam haji wada’ ada bagian pesan terakhir Rasulullah yang menjadi konsen dalam membina rumah tangga. Pesan tersebut :  “Bertaqwalah kepada Alloh dalam urusan perempuan sebab kalian (para suami) telah membawa mereka (para istri) dengan suatu amanah dari Alloh dan telah dihalalkan bagi kalian kehormatan mereka dengan kalimat Alloh. Sungguh, bagi kalian, ada hak – hak yang harus dipenuhi istri. Para istri pun memiliki hak atas kalian.” (Misykat 36 : 46).

Persisnya adalah pemimpin yang baik adalah jika memperlakukan mereka yang dalam tanggungjawabnya dengan cara baik. Perlu ditegaskan relasi pemimpin dalam rumah tangga adalah bukan bawahan dan atasan, tetapi relasi tanggungjawab dan yang dipertanggungjawabkan. Karena itulah, dalam Al-Quran Allah : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.

Pertaannya, jika suami hanya menghadirkan neraka di rumah tangga dengan pertengkaran, kebencian, memukul, berbuat kasar dan sering memperlakukan istrinya semena-mena, bagaimana suami akan ingat terhadap kewajiban dan tanggungjawabnya dari neraka akhirat?

Khusus bagi para korban KDRT atau yang sedang mengalami kekerasan serupa tetapi tidak pernah berani, yakinlah dalam dirimu bahwa suami yang sering melakukan KDRT bukan pemimpin yang baik dan bertanggungjawab. Jangan pernah menerima perlakuan KDRT sebagai bagian dari penerimaan dan kepasrahan sebagai bentuk ketaatan.

Islam mengajarkan kewajiban kepada suami untuk menggauli istri dengan cara baik. Jika itu dilanggar berarti seorang pemimpin telah melanggar ajaran Islam yang tidak harus dipatuhi oleh istri.

ISLAMKAFFAH