Tips Tetap Bugar Selama Puasa, Perhatikan Ini Saat Sahur dan Berbuka

Menjaga kesehatan selama Ramadhan merupakan hal penting bagi setiap umat Islam yang menjalankannya. Pakar gizi Universitas Jember (Unej) Ninna Rohmawati memberikan tip agar tubuh tetap sehat dan bugar selama menjalankan ibadah puasa.

“Menjaga kesehatan pada bulan Ramadhan itu perlu dilakukan dengan memperhatikan asupan makanan serta minuman yang dikonsumsi dari segi zat gizinya,” katanya di Jember, Jumat (22/3/2024).

Selain itu, melakukan aktivitas fisik seperti berjalan atau bersepeda, melakukan kegiatan olahraga ringan supaya badan tetap bugar dan menjaga berat badan sehingga gizi tetap optimal. Saat berpuasa tubuh mengalami perubahan dalam pola makan dan minum, sehingga penting untuk mengambil langkah-langkah yang tepat agar tetap sehat dan bugar selama bulan Ramadhan.

“Menjaga asupan gizi saat berpuasa juga penting dikarenakan makanan yang dikonsumsi saat berbuka dan sahur memiliki dampak langsung pada kesehatan dan energi sepanjang hari,” ucap dosen gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unej itu.

Ia menjelaskan kekurangan nutrisi juga dapat menyebabkan penurunan energi, kelemahan, dan masalah kesehatan lainnya, sehingga penting untuk memilih makanan yang seimbang dan bergizi saat berbuka dan sahur. Perlu juga untuk memperhatikan jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi agar tetap memenuhi kebutuhan gizi tubuh meskipun dalam kondisi berpuasa.

“Menjaga asupan gizi juga perlu dilakukan saat sahur atau berbuka di antaranya dengan mengonsumsi protein, sayuran, minum air yang cukup serta memilih jenis dan jumlah karbohidrat yang dikonsumsi ketika sahur dan berbuka,” ujarnya.

Menurut dia, saat sahur utamakan karbohidrat kompleks seperti pisang atau jagung karena jenis ini lebih kaya serat, vitamin, dan mineral sehingga dapat menyediakan cadangan energi lebih lama. “Ketika berbuka utamakan karbohidrat sederhana seperti kurma, gula, madu dan buah karena karbohidrat jenis ini lebih cepat dicerna oleh tubuh,” katanya.

Ninna menjelaskan, ada beberapa makanan dan minuman yang perlu dihindari saat berpuasa seperti makanan berlemak seperti gorengan dan mentega, makanan dan minuman yang memiliki kadar gula yang tinggi karena menyebabkan mudah lapar dan sulit kenyang. “Kemudian makanan yang terlalu pedas dan asam serta minuman yang berkafein dan bersoda secara berlebih karena dapat menyebabkan sulit tidur dan menimbun lemak dalam tubuh,” kata Koordinator Program Studi S1 Gizi FKM Unej itu.

REPUBLIKA

Strategi Bisnis Abdurrahman bin Auf, Crazy Rich Makkah

Umat Islam mana yang tak kenal Abdurrahman bin Auf? Beliau adalah sahabat Nabi terkaya dengan kekayaan bersih (net worth) yang sangat besar. Kekayaan tersebut ia hasilkan melalui strategi bisnis yang sederhana namun efektif.

Strategi bisnis Abdurrahman bin Auf memiliki 3 prinsip dasar yang akan dijelaskan dalam artikel ini. Beliau termasuk salah satu dari 10 sahabat Nabi Muhammad SAW yang dijamin masuk surga.

Kekayaan Abdurrahman bin Auf

Ketika Abdurrahman bin Auf رضي الله عنه meninggal dunia, kekayaan bersihnya yang dinilai dengan koin emas adalah 3,1 milyar dinar Islam.

1 dinar sama dengan 4,25 gram emas

Jika seluruh kekayaan tersebut dikonversikan ke dalam USD, maka perhitungan kekayaan bersih Abdurrahman bin Auf adalah;

4,25 X 3.103.000.000 X 70 = USD 923 miliar atau Rp 14,5 Kuadiriliun

Per Maret 2024, Elon Musk adalah orang terkaya di dunia, dengan total kekayaan bersih $215 miliar, sedangkan kekayaan Abdurrahman bin Auf sebesar $923 miliar, lebih dari tiga kali lipatnya.

Pebinis yang menginspirasi

Ketika Abdurrahman bin Auf tiba di Madinah setelah hijrah, ia telah meninggalkan semua kekayaannya di makkah dan tidak memiliki uang sama sekali, sehingga ia harus berjuang dari awal- atau bisa dikatakan, berjuang dari nol.

Beliau, yang termasuk kaum Muhajirin, dipersaudarakan dengan Sa’ad bin ar-Rabiah, salah satu orang kaya dari kalangan Anshar.

Menolak hadiah sebuah ladang

Pada saat itu, Sa’ad menawarkan satu dari dua ladang sebagai hadiah kepadanya. Abdurrahman bin Auf menjawab: “Semoga Allah memberkatimu dengan keluarga dan uangmu, tetapi tunjukkanlah kepadaku jalan menuju pasar.” Dia berbicara tentang “pasar Qainuqa”.

Memulai bisnis hanya dengan 4 dinar

Modal awal bisnis Abdurrahman bin Auf adalah 2 atau 4 dinar, dari situlah kekayaan bersihnya menjadi $923 miliar.

Dia mulai berdagang kuda dan dari situ beliau terus menambahkan dagangannya, seperti pelana, ke dalam bisnisnya. tak lama kemudian, bisnisnya mulai berkembang.

Strategi Bisnis

Kisah abdurrahman bin Auf mengungkapkan strategi bisnisnya, yang didasarkan pada 3 prinsip dasar;

  1. Modal yang rendah/likuiditas yang tinggi

Prinsip pertama dari strategi bisnis Abdurrahman bin Auf adalah uang tunai. Beliau tidak pernah mengambil pinjaman atau hadiah dari siapapun karena beliau sangat yakin Allah SWT akan mencukupinya.

  1. Volume tinggi/laba rendah

Prinsip kedua dari strategi bisnis Abdurrahman bin Auf adalah beliau selalu berusaha menghindari menyimpan barang, beliau menjual dagangannya meski hanya mendapat sedikit keuntungan.

Ia memperoleh arus uang yang tinggi, sehingga penekanan utamanya adalah menghasilkan pendapatan dengan meningkatkan laba.

  1. Kredibilitas yang tinggi

Prinsip ketiga dari strategi bisnis Abdurrahman bin Auf رضي الله عنه adalah ia tidak pernah menyembunyikan cacat pada produknya.

Jika produknya tidak sesuai dengan standar atau memiliki sedikit saja kesalahan, ia akan mengatakannya di depan pembelinya.

HIDAYATULLAH

Hukum Berkumur Saat Puasa

Di bulan Ramadhan, umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa. Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah tentang hukum berkumur saat puasa. Apakah berkumur membatalkan puasa?

Pada dasarnya hukum berkumur-kumur saat hendak wudhu adalah sunnah. Maksudnya, dianjurkan untuk dilakukan, namun tidak wajib. Jika dilakukan, akan mendapatkan pahala. Jika tidak dilakukan, wudhunya tetap sah. Hal ini berdasarkan dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim;

ثم أدخل يده فمضمض واستنشق من كف واحد يفعل ذبك ثلاثا. متفق عليه

Artinya; Kemudian beliau (Nabi Saw.) memasukkan tangannya (ke tempat wudhu) lalu berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung dari satu cakupan air, beliau melakukan hal itu sebanyak tiga kali.” [Bukhari dan Muslim].

Mengenai hukum berkumur di bulan puasa, para ulama umumnya sepakat bahwa berkumur dengan air biasa diperbolehkan dan tidak membatalkan puasa, asalkan tidak dilakukan dengan berlebihan.

Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa Syekh al-Islami Ahmad bin Taymiyah, Jilid 25, halaman 266, menjelaskan bahwa berkumur secara berlebihan dikhawatirkan akan membuat puasa batal karena air bisa tertelan.

أما المضمضة والاستنشاق فمشروعان للصائم باتفاق العلماء، وكان النبي والصحابة يتمضمضون ويستنشقون مع الصوم، لكن قال للقيط بن صبرة: وبالغ فى الاستنشاق إلا أن تكون صائما. فنهاه عن المبالغة لا عن الاستنشاق

Artinya; Berkumur dan menghirup air adalah dua hal yang disunnahkan bagi orang yang berpuasa menurut kesepakatan para ulama. Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya pun berkumur dan menghirup air saat berpuasa. Namun, Nabi SAW pernah berkata kepada Qayt bin Shabrah, “Berlebih-lebihanlah dalam menghirup air kecuali jika kamu sedang berpuasa.” Dalam hal ini, Nabi SAW melarang Qayt untuk berlebihan dalam menghirup air, bukan melarangnya untuk menghirup air sama sekali.

Syekh Nawawi Banten dalam kitab At-Tsimarul Yani’ah mengatakan berlebih-lebihan dalam berkumur-kumur dan menghirup air kehidung saat berwudhu hukumnya makruh. Artinya, sebaiknya bagi orang yang sedang berpuasa untuk menjauhinya.

والمبالغة في المضمضة والاستنشاق وهي نوعان أحدهما أن يصعد الماء إلى أقصى الحنك أو الخيشوم، وثانيهما ملء الفم أو الأنف به على خلاف العادة وإن لم يحصل تصعيد وكلاهما يصح إرادته هنا

Artinya, “[Hukumnya makruh] berlebih-lebihan dalam berkumur-kumur dan menghirup air kehidung. Berlebihan tersebut ada dua gambaran. Pertama, sampainya air pada pangkal rahang/langit-langi mulut atau pangkal hidung. Kedua, penuhnya mulut atau hidung oleh air di luar kebiasaan, walaupun airnya tidak naik. Dua gambaran inilah yang dimaksud dengan mubalaghah di sini.”

Demikian hukum berkumur saat puasa Ramadhan. Dalam keterangan para ulama, bahwa hukum berkumur saat puasa hukumnya dibolehkan, asalkan tidak berlebihan, jika sampai berlebihan, maka hukumnya adalah makruh.

BINCANG SYARIAH

Inilah Golongan Manusia yang Mendapat Naungan Allah SWT di Hari Kiamat

Ada beberapa golongan manusia yang dihiraukan (dipedulikan) Allah Subhanahu Wa Ta’ala di hari kiamat kelak. Siapa saja golongan itu dan bagaimana dalilnya? Golongan yang dihiraukan Allah SWT adalah golongan yang mendapat naungan Allah SWT kelak pada hari akhir nanti.

Dalam kitab ‘Thaharah al-Qulub wa al-Khudhu’ li ‘Allam al-Ghuyub karya Syaikh Abdul Aziz ad-Dirini, dijelaskan bahwa ada 7 golongan yang akan mendapat naungan atau dihiraukan Allah SWT di hari kiamat kelak, salah satunya adalah seorang pemimpin yang adil.

Mereka adalah imam atau pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah, seseorang yang hatinya bergantung ke masjid, dua orang yang saling mencintai dan berpisah karena Allah SWT, laki-laki yang menolak diajak berzina, orang yang sedekah sembunyi-sembunyi, dan orang yang berzikir dalam keadaan sepi hingga meneteskan air matanya.

Sebagaimana disebutkan dalam hadis yang berasal dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

Artinya: “Ada tujuh golongan yang dinaungi Allah pada hari kiamat, pada saat tiada naungan kecuali naungan-Nya, yakni:

(1) Pemimpin yang adil

(2) Seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah

(3) Seorang yang hatinya bergantung ke masjid

(4) Dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya

(5) Seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah.

(6) Seseorang yang bersedekah dengan satu sedekah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan tangan kanannya

(7) Serta seseorang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR Bukhari, Muslim, Malik, an-Nasa’i, dan lainnya)

Menurut Imam Syamsuddin Al-Qurthubi dalam Kitab At-Tadzkirah, pada hari kiamat kelak, orang yang berada di bawah naungan Allah SWT (dalam riwayat lain naungan Arsy Allah SWT) tersebut tidak akan merasakan panasnya matahari.

Disebutkan dalam Kitab An-Nihayah fi al-Fitan wa al-Malahim karya Imam Ibnu Katsir, posisi matahari pada hari kiamat akan berada di atas kepala manusia dalam jarak yang begitu dekat, yakni sejauh beberapa lengan. Selain itu, pintu-pintu Jahannam akan dibuka hingga angin dan panasnya berhembus menuju orang-orang yang tidak mendapat naungan Allah SWT. Sementara itu, menurut riwayat Abu Bakar bin Abi ad-Dunya dari Al-Hasan bin Isa, dari Ibnu al-Mubarak, dari Abdurrahman bin Yazid bin Jabir, dari Salim bin Amir, dari al-Miqdad bin Aswad,

Rasulullah SAW bersabda, “Pada hari kiamat nanti matahari akan didekatkan kepada manusia hingga menjadi sejauh satu atau dua mil.” (HR Muslim, At-Tirmidzi, Ahmad)

Salim berkata, “Aku tidak tahu, apakah dua mil itu jarak bumi atau mil yang digunakan untuk celak mata.” Beliau bersabda, “Matahari itu membuat mereka bercucuran sehingga keringat mereka sesuai amalannya. Ada orang yang berkeringat sampai kedua mata kakinya, ada yang keringatnya sampai kedua lututnya, ada juga yang sampai ke mulutnya sehingga membelenggunya.”

Ia berkata, “Aku lihat Rasulullah SAW memberi isyarat dengan tangannya ke mulutnya sambil bersabda, ‘Memberangus mulutnya.'” (HR At-Tirmidzi dari Suwaid bin Nashar dari Ibnu al-Mubarak, hadisnya hasan shahih)

Waallahu’alam

KALAM SINDONEWS

Ramadan: Bulan Perbaikan Akhlak

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

Sesungguhnya aku hanyalah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Ahmad no. 8952 dan Al-Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 273. Lihat Shahih Adabul Mufrad.)

Dalam hadis di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menggunakan redaksi (lafaz) إِنَّمَا  (innama) yang mempunyai arti pembatasan (makna: hanya) dan menetapkan hukum suatu perkara dengan meniadakan perkara yang lain. Maksudnya, tujuan Nabi  shallallahu ‘alaihi wasallam diutus hanyalah untuk memperbaiki (menyempurnakan) akhlak. Sehingga, sebagian ulama mengatakan bahwa seluruh syariat Islam dan ajarannya bermuara pada akhlak mulia.

Dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang lain,

أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik (sempurna) akhlaknya. (HR. Tirmidzi no. 1162. Lihat Ash-Shahihah no. 284.)

Oleh karena itu, mukmin yang paling baik ibadahnya, paling kuat imannya, dan paling tinggi akidahnya adalah yang paling sempurna (baik) akhlaknya. Jika ada yang bertambah ilmu dan imannya, semangat dalam ibadahnya, tetapi akhlaknya tidak bertambah baik, waspadalah, mungkin ada yang salah ketika belajar agama dan mengamalkannya.

Akhlak-akhlak yang diperbaiki selama Ramadan

Bulan Ramadan merupakan bulan yang berisikan banyak ibadah yang agung dan istimewa. Yang ibadah-ibadah tersebut dapat mendidik (memperbaiki) akhlak seseorang agar semakin baik dan sempurna. Lalu, apa saja akhlak yang diperbaiki selama bulan Ramadan? Berikut rincian dan penjelasannya.

Pertama, sabar

Salah satu ibadah di bulan Ramadan yang sangat spesial adalah puasa. Puasa Ramadan dapat memperbaiki kesabaran seseorang. Sehingga, setelah Ramadan berlalu, seseorang yang lulus menapaki madrasah Ramadan akan menjadi lebih penyabar.

Nabi  shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

صَوْمُ شَهْرِ الصَّبْرِ

“Puasa bulan kesabaran.” (HR. Ahmad no. 7567, 8965 dan Muslim no. 1162)

Dari hadis di atas, Nabi  shallallahu ‘alaihi wasallam mensifati bulan Ramadan sebagai bulan kesabaran. Hal ini karena pada bulan Ramadan terhimpun berbagai jenis kesabaran. Sabar dalam ketaatan dan berbagai ibadah di bulan Ramadan (puasa, tarawih, zakat, iktikaf, dan lainnya). Sabar menjauhi kemaksiatan dan dosa. Bahkan, pada perkara yang halal pun ia bersabar, dengan menahan agar tidak melakukannya saat puasa (semisal makan, minum, hubungan suami istri). Sabar di sini juga mencakup saat kondisi emosi (marah), serta menghadapi celaan dan hinaan.

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,

وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ ، أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى امْرُؤٌ صَائِمٌ

Jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah berkata-kata kotor, dan jangan pula bertindak bodoh. Jika ada seseorang yang mencelanya atau mengganggunya, hendaklah mengucapkan, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’ (HR. Bukhari  dan Muslim)

Kedua, jujur

Ramadan adalah salah satu sarana untuk melatih kejujuran. Kejujuran di sini mencakup jujur dalam perilaku maupun perkataan. Sebagaimana halnya puasa, yang mengetahui dirinya melaksanakan ibadah puasa atau membatalkan atau bahkan meninggalkan puasa, hanyalah dirinya sendiri dan Allah Ta’ala. Jujur dalam lisan mencakup meninggalkan perkataan dusta, jorok, sia-sia, gibah (menggunjing), fitnah, adu domba, dan semisalnya.

Nabi  shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan malah justru mengamalkannya, maka Allah Taala tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.(HR. Bukhari no. 1903, Abu Daud no. 2362, dan Ahmad no. 10562)

Dalam sabda beliau yang lain,

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ

“Puasa bukan hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah menahan diri dari berkata sia-sia dan jorok.” (HR. Ibnu Hibban no. 3479 dan Hakim no. 1570. Lihat Shahih At-Targhib no. 1082)

Ketiga, dermawan

Jika kita perhatikan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika di luar Ramadan adalah seorang yang sangat dermawan. Namun, tatkala masuk bulan Ramadan, beliau tambah lebih dermawan lagi.

Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma mengatakan,

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس ، وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل ، وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيُدارسه القرآن ، فالرسول الله صلى الله عليه وسلم أجودُ بالخير من الريح المرسَلة

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadan saat bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al-Quran. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melebihi angin yang berhembus. (HR. Bukhari)

Ada beberapa faedah singkat dari hadis di atas. Pertama, ada hubungan antara membaca Al-Qur’an dengan akhlak seseorang. Semakin sering dan baik seseorang membaca Al-Qur’an, maka seharusnya perilakunya juga semakin baik dan lebih dermawan terhadap sesama. Kedua, kedermawanan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diibaratkan bak angin yang bertiup kencang. Tatkala angin bertiup kencang, maka ia akan cepat dan mengenai segala arah (luas). Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika Ramadan sangat ringan, cepat, banyak, dan luas cakupannya dalam memberi, tanpa banyak berpikir. Bahkan, sampai orang kafir pun merasakan kedermawanan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana riwayat berikut.

Ibnu Syihaab berkata,

غَزَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَزْوَةَ الْفَتْحِ – فَتْحِ مَكَّةَ – ثُمَّ خَرَجَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْ مَعَهُ مِنَ الْمُسْلِمِينَ، فَاقْتَتَلُوا بِحُنَيْنٍ، فَنَصَرَ اللهُ دِينَهُ وَالْمُسْلِمِينَ، وَأعْطَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَئِذٍ صَفْوَانَ بْنَ أميَّةَ مِائَةً مِنَ النَّعَمِ، ثُمَّ مِائَةً، ثُمَّ مِائَةً.

“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melakukan perang menaklukkan kota Makkah. Lalu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pergi bersama kaum muslimin bertempur dalam perang Hunain. Maka, Allah memenangkan agama-Nya dan kaum muslimin. Dan pada hari itu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberikan kepada Shafwan bin Umayyah 100 ekor unta, lalu 100 ekor unta, lalu100 ekor unta.

Sa’id Ibnul Musayyib berkata bahwasanya Shafwan bin Umayyah berkata,

وَاللهِ لَقَدْ أعْطَانِى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أعْطَانِى، وَإِنَّهُ لأبْغَضُ النَّاسِ إلَىَّ، فَمَا بَرِحَ يُعْطِينِى حَتَّى إنَّهُ لأحَبُّ النَّاسِ إلَىَّ

Demi Allah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah memberikan kepadaku apa yang ia berikan, padahal ia adalah orang yang paling aku benci. Namun, Nabi terus memberikan kepadaku hingga akhirnya ia adalah orang yang paling aku cintai. (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberikan keamanan dan harta kepada Shafwan agar ia dapat merasakan kebaikan dari ajaran agama Islam. Dan pada akhirnya, Shafwan pun masuk Islam.

Keempat, disiplin

Hampir seluruh ibadah di dalam agama Islam ada waktu-waktu yang telah ditentukan, semisal salat, zakat, haji, kurban, dan lainnya. Pada bulan Ramadan, kita dilatih dan dididik untuk mendisiplinkan diri menaati syariat dan hukum Allah Ta’ala. Sebagaimana saat puasa, ada batas waktu untuk sahur, imsak, dan berbuka. Malamnya dilatih untuk disiplin dalam ibadah tarawih, tadarus, dan iktikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadan. Kemudian, kita juga dilatih untuk disiplin dalam mengelola diri saat puasa, dengan tidak bermaksiat dengan lisan dan perbuatan, agar tidak mengurangi atau bahkan membatalkan pahala puasa yang dilakukan.

Semua akhlak yang dilatih saat bulan Ramadan di atas tujuan puncaknya adalah agar menjadikan seorang mukmin menjadi hamba yang bertakwa. Dan inilah akhlak yang tertinggi, yaitu akhlak kepada Allah Ta’ala. Hal ini selaras dengan firman-Nya,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah; 183)

Semoga Ramadan kali ini dapat memberikan bekas dalam diri dan akhlak kita semua. Aamiin.

***

Penulis: Arif Muhammad N.

Sumber: https://muslim.or.id/92523-ramadan-bulan-perbaikan-akhlak.html
Copyright © 2024 muslim.or.id

Agar Memperoleh Kebahagiaan Abadi

Banyak dari manusia tertipu dan terlena. Mereka mengira bahwa kebahagiaan terletak pada banyaknya harta dan keturunan, atau tercapainya ketenaran dan jabatan. Menganggap jika ia miskin dan tidak memiliki jabatan, ia tidak akan berbahagia. Sungguh, semua persepsi ini salah dan keliru. Karena, Allah Ta’ala sendiri yang mengingatkan kepada kita bahwa semua kebahagiaan yang ada di dunia ini adalah kebahagiaan semu dan menipu. Allah Ta’ala berfirman,

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kamu, serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak. Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20)

Mirisnya lagi, banyak dari kaum muslimin yang menjadikan popularitas dan kemewahan sebagai tolok ukur kebahagiaannya. Mereka sangat mengimpikan untuk menjadi orang terkenal, influencer, ataupun yang semisalnya. Banyak juga yang memperkaya diri dengan cara-cara yang bertentangan dengan syariat dan ajaran Islam ini. Mereka lupa bahwa kebahagiaan abadi hanya ada di surga. Kebahagiaan abadi tersebut harganya mahal dan tidak dapat diperoleh, kecuali jika menaati Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.

Surga, tempat kebahagiaan abadi

Muslim yang beriman kepada Allah Ta’ala haruslah yakin dan percaya bahwa kesenangan dan kebahagiaan yang kekal lagi abadi adalah kesenangan di surga. Karena, itulah yang Allah Ta’ala janjikan kepada kaum mukminin yang beriman dan bertakwa kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

مَّثَلُ ٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي وُعِدَ ٱلۡمُتَّقُونَۖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ أُكُلُهَا دَآئِمٞ وَظِلُّهَاۚ تِلۡكَ عُقۡبَى ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْۚ وَّعُقۡبَى ٱلۡكَٰفِرِينَ ٱلنَّارُ

“Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa ialah (seperti taman) yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Buahnya tak henti-henti dan (demikian pula) naungannya. Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa. Dan tempat kesudahan bagi orang-orang yang kafir ialah neraka.” (QS. Ar-Ra’d: 35)

Allah Ta’ala juga berfirman,

يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِصِحَافٍ مِنْ ذَهَبٍ وَأَكْوَابٍ وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الأنْفُسُ وَتَلَذُّ الأعْيُنُ وَأَنْتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas dan gelas-gelas. Dan di dalam surga itu terdapat segala apa (kenikmatan) yang diinginkan oleh hati dan sedap (dipandang) mata, dan kamu kekal di dalamnya.” (QS. Az-Zukhruf: 71)

Allah Ta’ala juga memberikan kabar gembira bagi para sahabat yang ikut berhijrah dan berjihad dengan harta dan diri mereka bahwa mereka akan mendapatkan nikmat yang kekal lagi abadi di surga. Allah Ta’ala berfirman,

يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُم بِرَحْمَةٍ مِّنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَّهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ مُّقِيمٌ

“Tuhan mereka memberi kabar gembira kepada mereka dengan memberikan rahmat dari-Nya, keridaan, dan surga. Mereka memperoleh kesenangan yang kekal di dalamnya.” (QS. At-Taubah: 21)

Dari ayat-ayat tersebut, seharusnya seorang muslim menyadari bahwa kesenangan dan kebahagiaan di dunia tidak ada yang abadi. Sehingga, ia tidak terlalu mengejarnya dan berlebih-lebihan di dalam mengusahakannya. Sebaliknya, ia harus semangat dan giat untuk mewujudkan kebahagiaannya yang abadi di akhirat nanti.

Islam adalah jalan menuju kebahagiaan abadi

Bagaimana caranya mendapatkan kesenangan abadi yang Allah janjikan tersebut?

Menjadi seorang muslim yang baik adalah satu-satunya jalan untuk mengejar dan meraih kebahagiaan abadi di dalam surga. Bagaimana caranya? Yaitu, dengan mengikuti ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, serta taat dan tunduk terhadap setiap perintah dan syariat yang beliau sampaikan dari Allah Ta’ala. Suatu ketika, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya oleh sahabat Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu,

يا رسولَ اللهِ، أخبِرْني بعملٍ يُدخِلُني الجنَّةَ، ويباعدني منَ النَّارِ

“Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku amalan yang dapat memasukkanku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka!”

Maka, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لقد سألتَ عن عظيمٍ، وإنَّهُ ليسيرٌ علَى من يسَّرَه اللهُ عليه، تعبدُ اللهَ ولا تشرِكُ بِه شيئًا، وتقيمُ الصَّلاةَ، وتؤتي الزَّكاةَ، وتصومُ رمضانَ، وتحجُّ البيتَ، ثمَّ قالَ: ألا أدلُّكَ علَى أبوابِ الخيرِ؟ الصَّومُ جُنَّةٌ، والصَّدَقةُ تطفئُ الخطيئةَ، كَما يطفئُ الماءُ النَّارَ،وصلاةُ الرَّجلِ في جوفِ اللَّيلِ، ثمَّ تلا: تَتَجَافَى جُنُوبُهُم عَنِ الْمَضَاجِعِ) حتَّى بَلغَ: يَعمَلونَ) ثمَّ قال: ألا أُخبِرُك بِرأسِ الأمرِ ، وعمودِه، وذِروَةِ سَنامِه؟ قلت: بلَى، يا رسولَ اللهِ، قال: رأسُ الأمرِ الإسلام، وعمودُه الصَّلاةُ، وذِروةُ سَنامِهِ الجِهادُ، ثمَّ قال: ألا أخبرُك بمِلاكِ ذلِك كلِّه؟ قلتُ: بلَى، يا نبيَّ اللهِ، فأخذَ بلسانِهِ، وقال: كُفَّ عليكَ هذا، فقُلتُ: يا نبيَّ اللهِ، إِنَّا لمؤاخَذونَ بما نتَكلَّمُ بِه؟ قال: ثَكلتكَ أمُّكَ يا معاذُ، وَهل يَكبُّ النَّاسَ في النَّارِ علَى وجوهِهِم، أو علَى مناخرِهم، إلَّا حصائدُ ألسنتِهم

”Sungguh, engkau telah bertanya tentang sesuatu yang besar. Namun, sungguh hal tersebut sangatlah mudah dikerjakan bagi yang dimudahkan Allah. Yaitu, engkau hanya beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, menegakkan salat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadan, dan menunaikan ibadah haji.” Kemudian, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan, ”Maukah aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah tameng. Sedekah itu memadamkan (menghapuskan) kesalahan seperti air memadamkan api. Dan salatnya seseorang pada tengah malam.” Lalu, beliau membaca (ayat) (yang artinya), “’Lambung-lambung mereka jauh dari tempat tidurnya.’ (QS. As Sajdah : 16) sampai pada firman-Nya, ‘Yang telah mereka kerjakan.’”

Kemudian, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kembali bersabda, “Maukah engkau aku beritahu pokok urusan agama ini, tiangnya, dan puncak tertingginya?” Aku mengatakan, “Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan, “Pokok segala urusan adalah Islam. Tiangnya adalah salat. Dan puncak tertingginya adalah jihad.” Kemudian, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Maukah aku beritahu tentang sesuatu yang bisa menguatkan semua itu?” Aku menjawab, “Tentu, wahai Nabi Allah.” Maka, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memegang lisannya (lidahnya) dan bersabda, “Tahanlah (jagalah) ini!” Aku bertanya, ”Wahai Nabi Allah, apakah kita akan disiksa disebabkan apa yang kita ucapkan?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Alangkah sedihnya ibumu kehilanganmu wahai Muadz, bukankah manusia itu dilemparkan ke dalam neraka dengan wajah tersungkur tidak lain disebabkan hasil panen (apa yang mereka peroleh) dari lisan-lisan mereka?” (HR. Tirmidzi no. 2616)

Di hadis yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga menjanjikan surga bagi umatnya yang taat dan patuh terhadap syariat Islam,

كُلُّ أُمَّتي يَدْخُلُونَ الجَنَّةَ إِلَّا مَن أَبَى، قالوا: يا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَن يَأْبَى؟ قالَ: مَن أَطَاعَنِي دَخَلَ الجَنَّةَ، وَمَن عَصَانِي فقَدْ أَبَى.

“Setiap umatku akan masuk surga, kecuali orang-orang yang enggan untuk memasukinya.” Ada seseorang yang bertanya, “Siapakah orang yang enggan tersebut wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Barangsiapa menaatiku, akan masuk surga. Barangsiapa tidak taat kepadaku, sungguh dia orang yang enggan masuk surga.” (HR. Bukhari no. 7280)

Tidaklah seorang muslim mengikuti setiap ajaran yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu menjalankan seluruh perintah yang datang darinya dan meninggalkan seluruh perbuatan yang dilarang olehnya, kecuali ia termasuk umatnya yang dijanjikan surga. Dan tidaklah seseorang membangkang serta tidak menaati syariat yang beliau sampaikan, kecuali ia akan dimasukkan ke dalam neraka yang panasnya abadi. Naudzubillahi min dzalik.

Beberapa amalan yang menjadi jalan cepat ke surga

Begitu besarnya keinginan beliau agar seluruh umatnya masuk ke dalam surga, sampai-sampai di beberapa kesempatan, beliau sebutkan tentang beberapa amalan yang akan  menjadi jalan cepat bagi seorang muslim untuk menuju surga. Beberapa di antaranya adalah:

Pertama, menuntut ilmu yang berkaitan dengan syariat Islam

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim no. 2699)

Hadis ini menunjukkan betapa besarnya keutamaan yang didapatkan oleh seseorang yang menuntut ilmu agama. Dan hal ini bukan tanpa alasan. Dengan belajar dan menuntut ilmu, seorang muslim akan lebih mengenal agamanya. Dengan belajar dan menuntut ilmu juga, seorang muslim dapat beribadah sesuai dengan tata cara yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Kedua, menjadi mukmin yang bertakwa dan berakhlak mulia

Suatu ketika, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya perihal perbuatan apa yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga dan neraka. Beliau kemudian menjawab bahwa perbuatan yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga adalah,

تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ

“Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.”

Adapun perbuatan yang banyak memasukkan seseorang ke dalam neraka adalah,

الْفَمُ وَالْفَرْجُ

“(Perkara yang disebabkan karena) mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi no. 2004, Ibnu Majah no. 4246 dan Ahmad no. 9085)

Ketiga, mengelola emosi dan tidak mudah marah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memberikan nasihat kepada salah satu sahabatnya,

لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ.

“Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk surga.” (HR. At-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Ausath no. 2374. Disahihkan oleh Syekh Al-Albâni dalam Shahîh Al-Jâmi’ish Shaghîr no. 7374 dan Shahîh At-Targhîb wat-Tarhîb no. 2749.)

Bukan berarti seorang muslim tidak boleh marah dan meluapkan emosinya. Hanya saja, marah yang ada pada dirinya hendaknya diletakkan di tempat yang semestinya. Jangan sampai digunakan untuk memukul istri atau pembantunya, menyerang atau menghardik muslim lainnya tanpa ada alasan. Hendaknya marah dan emosi yang ia rasakan dilampiaskan tatkala agama Allah Ta’ala dihinakan. Ia marah tatkala aturan Allah dilanggar. Muslim yang memiliki sifat seperti inilah yang berhak mendapatkan surga Allah Ta’ala.

Semoga Allah Ta’ala mengumpulkan kita semua di surganya yang penuh akan keutamaan dan kenikmatan, yang kekal abadi lagi tak pernah sirna. Saudaraku, jangan pernah bosan untuk berdoa dan meminta kepada Allah Ta’ala untuk diberikan surga dan dihindarkan dari neraka. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الْجَنَّةَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، قَالَتِ الْجَنَّةُ: اللَّهُمَّ أَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَمَنْ اسْتَجَارَ مِنَ النَّارِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، قَالَتِ النَّارُ: اللَّهُمَّ أَجِرْهُ مِنَ النَّارِ

”Siapa saja yang meminta surga sebanyak tiga kali, maka surga akan berkata, ’Ya Allah, masukkanlah dia ke dalam surga.’ Dan siapa saja yang memohon perlindungan dari neraka sebanyak tiga kali, maka neraka akan berkata, ’Ya Allah, lindungilah dia dari neraka.’” (HR. Tirmidzi no. 2572, An-Nasa’i no. 5521, Ibnu Majah no. 4340, dan Ahmad no. 13173)

Wallahu A’lam bisshawab.

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

Sumber: https://muslim.or.id/92398-agar-memperoleh-kebahagiaan-abadi.html
Copyright © 2024 muslim.or.id

Keutamaan Membaca Alquran di Bulan Ramadhan

Ada keutamaan di balik berinteraksi dengan Alquran.

Bulan Ramadhan merupakan bulan diskon untuk mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Khususnya dalam melakukan amalan yang baik pada bulan Ramadhan akan dilipat gandakan pahala seorang muslim oleh Allah SWT. Terdapat amalan penting yang dilakukan pada bulan Ramadhan, yaitu interaksi dengan Alquran.

“Amalan penting yang dilakukan Nabi (Muhammad) yang spesifik dilakukan secara konsisten dan intens di bulan Ramadhan, yaitu interaksi dengan Alquran. Metodologi atau cara berinteraksi dengan Alquran setidaknya didapati secara umum tiga cara utama”, kata Ustadz Adi Hidayat, dikutip dari akun Youtube pribadinya, Adi Hidayat Official, Kamis (21/03/2024).

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan, bahwa cara berinteraksi dengan Alquran yang pertama, membaca Alquran dengan tujuan untuk mengkhatamkan Alquran dengan bacaan yang benar dan dengan bimbingan yang baik sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW atau yang disebut dengan qiraah.

Metode yang kedua, yaitu mengkaji kedalaman makna Alquran yang biasa disebut dengan Tilawah. Memahami arti atau makna ini dengan harapan bisa mengamalkannya sesuai dengan kedalaman maknanya. Metode ini juga biasa disebut dengan tafsir, mencari penjelas dari bacaan – bacaan yang didapat dan ayat – ayat yang ditemukan.

Metode yang ketiga, yaitu menghafal Alquran. Metode ini memiliki banyak manfaat yang akan didapat bagi orang yang mengamalkannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan dengan metode ini dapat memudahkan seseorang membawa Alquran kemanapun ia hadir saat membutuhkannya. Hal tersebut berguna untuk memberikan petunjuk, menentramkan jiwa yang gelisah, dan membawa seseorang pada kedamaian setiap beraktivitas.

Hal tersebut dijelaskan pada surat Fatir ayat 32 yang berbunyi,

ثُمَّ اَوْرَثْنَا الْكِتٰبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَاۚ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ ۚوَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌ ۚوَمِنْهُمْ سَابِقٌۢ بِالْخَيْرٰتِ بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيْرُۗ

Arab Latin : Ṡumma auraṡnal-kitābal-lażīnaṣṭafainā min ‘ibādinā, fa minhum ẓālimul linafsih(ī), wa minhum muqtaṣid(un), wa minhum sābiqum bil-khairāti bi’iżnillāh(i), żālika huwal-faḍlul-kabīr(u).

Artinya : “Kemudian, Kitab Suci itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. Lalu, di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Itulah (dianugerahkannya kitab suci adalah) karunia yang besar.”

IHRAM 

Donor Darah Ketika Puasa, Boleh dan Amankah?

Persiapan penting dilakukan saat seseorang donor darah saat puasa.

Apakah Anda rutin mendonorkan darah? Mungkin muncul pertanyaan, apakah boleh dan aman melakukan donor darah ketika sedang berpuasa?

Baik dalam Islam maupun secara medis, donor darah saat berpuasa diperbolehkan dan dinilai aman jika dilakukan dengan tepat. Donor darah adalah proses pengambilan darah secara sukarela untuk disimpan di bank darah sebagai stok transfusi darah. Dikutip dari laman NU Online, Kamis (21/3/2024), donor darah tentu tidak terlepas dari proses injeksi.

Artinya ada proses melukai tubuh seseorang. Tetapi ini tidak memengaruhi keabsahan atau membatalkan puasa. Ada proses melukai tubuh dengan batu, jarum, pisau, atau benda-benda lainnya.

Namun donor darah hukumnya tidak haram sebab dibenarkan syariat karena melukai tubuh berlandaskan pada kebutuhan yang dibenarkan secara syariat. Sebaliknya, melukai tubuh tanpa adanya tujuan yang jelas hukumnya adalah haram.

Jumhur ulama berpandangan bahwa jelas donor darah tidak membatalkan puasa sebagaimana hijamah (bekam). Pendapat Hanabilah menyatakan donor darah tidak membatalkan puasa.

Tetapi untuk proses bekam, mayoritas Ulama Madzahib al-Arba’ah menganggap itu membatalkan puasa, sedangkan mazhab Hanabilah berpendapat itu membatalkan puasa. Hal ini baik bagi orang yang membekam atau yang dibekam.

Syekh Wahbah menegaskan pandangan berikut:

لَا يُفْطِرُ الصَّائِمُ بِمَا يَأْتِيْ –إلى أن قال- وَإِخْرَاجِ الدَّمِ بِرُعَافٍ، وَجَرْحِ الصَّائِمِ نَفْسَهُ أَوْ جَرَحَهُ غَيْرُهُ بِإِذْنِهِ وَلَمْ يَصِلْ إِلَى جَوْفِهِ شَيْءٌ مِنْ آلَةِ الْجَرْحِ، وَلَوْ كَانَ الْجَرْحُ بَدَلَالْحِجَامَةِ، لِأَنَّهُ لَا نَصَّ فِيْهِ، وَالْقِيَاسُ لَا يَقْتَضِيْهِ.

“Orang yang berpuasa tidak batal dengan hal-hal sebagai berikut; dan mengeluarkan darah sebab mimisan, melukai diri atau dilukai orang lain atas seizinnya dan tidak ada sesuatu dari alatnya yang masuk pada lubang tubuh, meski sebagai ganti dari hijamah, sebab tidak ada nash di dalam hal tersebut dan qiyas tidak menuntutnya”. (Syekh Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz 3, hal. 1730).

Maka dapat disimpulkan kegiatan donor darah tidak membatalkan puasa. Bahkan secara medis, donor darah saat berpuasa dinilai aman dan dianjurkan. Meski demikian, persiapan tetap penting agar memastikan kondisi kesehatan sebelum mendonorkan darah saat berpuasa.

REPUBLIKA

Haus Berlebihan Saat Puasa? Atasi dengan 6 Cara Ini

Menjalani ibadah puasa selama bulan Ramadan sering kali membuat tubuh merasa haus. Utamanya di tengah cuaca yang panas dan kegiatan yang padat. Dilansir Geo.tv pada Kamis (21/4/2023), rasa haus bisa menjadi lebih mengganggu dibandingkan rasa lapar saat berpuasa.

Untuk membantu mengatasi rasa haus selama Ramadhan, ada beberapa tips sehat dan bermanfaat yang bisa diterapkan:

1. Konsumsi yoghurt

Yoghurt mengandung sekitar 85 persen air dan kaya akan nutrisi. Dengan mengonsumsi yoghurt saat sahur atau buka puasa, Anda bisa mendapatkan hidrasi tambahan selama berbuka puasa.

2. Hindari aktivitas fisik yang terlalu berat

Aktivitas fisik yang terlalu intens, olahraga yang agresif, dan paparan panas dapat membuat tubuh lebih cepat dehidrasi saat berkeringat. Karena itu, Anda disarankan untuk menghindari aktivitas ini selama bulan Ramadhan, terutama pada siang hari.

3. Kurangi konsumsi minuman berkafein

Minuman seperti teh, kopi, dan minuman bersoda bisa meningkatkan risiko dehidrasi dan rasa haus. Kurangi konsumsi minuman ini selama Ramadhan. Gantilah dengan minuman yang lebih sehat dan tidak mengandung kafein.

4. Tambahkan makanan berair dalam pola makan

Makanan seperti semangka, mentimun, selada, dan tomat mengandung banyak air dan juga kaya akan vitamin, serta serat. Tambahkan makanan-makanan ini dalam diet Anda untuk membantu menjaga hidrasi tubuh.

5. Hindari makanan pedas dan asin

Makanan yang terlalu pedas atau asin bisa membuat Anda lebih membutuhkan cairan tubuh karena bisa menyebabkan mulut terasa kering. Hindari makanan-makanan ini selama Ramadhan.

6. Mandi untuk merasa sejuk

Mandi pada siang hari dapat membantu menurunkan suhu tubuh dan memberikan sensasi sejuk yang menyegarkan. Hal ini juga dapat membantu mengurangi rasa haus selama berpuasa.

REPUBLIKA

Hukum Keramas Saat Puasa

Salah satu pertanyaan yang sering muncul ketika memasuki bulan puasa yakni hukum keramas saat puasa Ramadhan. Pembahasan ini sering kali menjadi perdebatan bagi sebagian umat Islam. 

Alasannya karena ada kekhawatiran jika keramas dapat membatalkan puasa seseorang. Perkara tersebut menjadi hal penting yang perlu diperhatikan oleh seluruh umat Islam agar dapat menjalankan ibadah puasa sesuai dengan syariat agama dan terhindar dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Lantas bagaimana hukum keramas saat puasa Ramadhan?

Hukum Keramas Saat Puasa

Hukum keramas saat puasa Ramadhan didasarkan dari sejumlah pendapat para ulama adalah boleh. Namun dengan catatan tidak ada air yang masuk ke dalam lubang tubuh seperti telinga, hidung, dan mulut. Sementara, bagi yang tidak bisa menjaga air tersebut untuk masuk ke dalam lubang tubuh, maka hendaknya lebih berhati-hati ketika mengguyurkan air ketika sedang mandi. 

Pada dasarnya, keramas atau mandi di siang hari saat berpuasa hukumnya mubah (tetap diperbolehkan) asalkan bisa menjaga bagian lubang tubuh yang tidak boleh kemasukan air. Dalam berpuasa tidak ada anjuran khusus untuk keramas. Sedangkan air yang tidak sengaja masuk ke dalam lubang tubuh karena mandi Junub atau mandi sebelum shalat Jumat, maka puasanya tetap terhitung sah karena mendapat toleransi (marfu).

Penjelasan Hadist

Salah satu sahabat Nabi, Anas bin Malik pernah mandi dan berkeramas di siang hari ketika sedang berpuasa. Hal ini disebutkan dalam sebuah Hadis Riwayat Bukhari yang berbunyi:

“Saya punya kolam air dan saya berendam di dalamnya saat keadaan berpuasa,” (H.R Bukhari).

Nabi Muhammad SAW juga pernah melakukan aktivitas keramas di siang hari ketika berpuasa karena merasa tidak nyaman akan teriknya matahari. Ia mengguyurkan air ke kepalanya, sebagaimana disaksikan oleh para sahabat. Hal tersebut telah diriwayatkan dalam sebuah hadis, yaitu:

كان صلى الله عليه وعلى آله وسلم يصب الماء على رأسه وهو صائم من العطش أو من الحر

Artinya: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyiramkan air ke atas kepala Beliau ketika sedang puasa, karena kehausan atau terlalu panas.” (HR. Ahmad 16602, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Adapun sebuah hadis riwayat dari Aisyah RA yang menyebutkan jika Rasulullah SAW melaksanakan mandi junub di waktu subuh.

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصْبِحُ جُنُباً مِنْ جِمَاعِ غَيْرَ احْتِلَامٍ ثُمَّ يَصُومُ فِي رَمَضَانَ

Artinya: “Bahwasanya Rasulullah SAW suatu ketika masih berada dalam keadaan junub di waktu subuh lantaran jima’ (sebelum subuh), bukan karena ihtilam (mimpi basah), lalu beliau menjalankan puasa Ramadhan (di hari itu).”

Dari sejumlah hadist di atas maka kesimpulannya adalah hukum keramas atau mandi ketika berpuasa tetap diperbolehkan dalam Islam. Dengan catatan, orang tersebut mampu menjaga air agar tidak masuk ke dalam tubuh melalui lubang-lubang seperti hidung, telinga maupun mulut. Demikian semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH