Jodoh dalam Islam: Takdir yang Ditunggu atau Ikhtiar yang Harus Terus Dikejar

Seringkali ketika berbicara jodoh selalu diiringi dengan kata takdir. Orang sering bilang jodoh sudah ada yang ngatur, jodoh takdir Tuhan, atau mungkin jika gagal ada ungkapan mungkin karena belum takdir. Bermacam ungkapan itu menunjukkan persepsi masyarakat tentang jodoh.

Dalam Islam, konsep jodoh sering kali menjadi topik yang menarik perhatian banyak orang. Pertanyaan tentang apakah jodoh sudah ditetapkan atau harus diusahakan merupakan perdebatan yang telah lama ada dan masih relevan hingga saat ini. Konsep ini sering kali dipahami melalui dua sudut pandang yang berbeda, yaitu qadha dan qadar (ketentuan Tuhan) serta ikhtiar (usaha manusia).

Dalam Al-Qur’an, Allah juga menegaskan pentingnya ikhtiar dalam mencapai tujuan. Dalam al-Quran Surah Ar-Ra’d ayat 11 Allah berfirman, “…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…”

Ayat tersebut diatas menunjukkan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib seseorang kecuali jika mereka berusaha untuk mengubahnya sendiri. Oleh karena itu, upaya manusia dalam mencari jodoh merupakan bagian dari proses menciptakan perubahan yang diinginkan dalam hidup mereka.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, di mana Nabi Muhammad bersabda, “Takdir seorang mukmin itu sangat menakjubkan. Sesungguhnya segala urusannya adalah baik, dan hal tersebut tidak dimiliki oleh siapapun kecuali oleh mukmin. Jika ia mendapat kebahagiaan, ia bersyukur, dan hal tersebut baik baginya. Dan jika ia ditimpa musibah, ia bersabar, dan hal tersebut juga baik baginya.” (H.R. Muslim)

Hadis ini menekankan pentingnya keimanan dan sikap mukmin dalam menghadapi takdir Allah. Meskipun jodoh seseorang sudah ditetapkan oleh Allah, hal tersebut tidak mengurangi pentingnya usaha dan ikhtiar manusia dalam mencari jodoh yang baik. Allah memberikan manusia kebebasan untuk berusaha dan berikhtiar, namun pada akhirnya, hasil akhirnya tetap ditentukan oleh kehendak-Nya.

Dapat dipahami bahwa dalam ajaran Islam, konsep jodoh merupakan perpaduan antara takdir dan usaha manusia. Allah telah menetapkan takdir bagi setiap manusia, termasuk jodohnya, namun manusia juga diberikan kebebasan dan tanggung jawab untuk berusaha mencari pasangan yang baik. Usaha manusia dalam mencari jodoh sejalan dengan ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk berikhtiar dan bekerja keras dalam mencapai kebaikan di dunia ini.

Manusia di bekali akal supaya mereka memiliki pertimbangan yang bijak. Dengan memahami nilai-nilai agama dan karakteristik yang diinginkan dalam pasangan hidup, seseorang dapat memilih pasangan yang sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan hidupnya. Dengan demikian, usaha manusia dalam mencari jodoh dapat dipandang sebagai bagian dari upaya untuk mencapai kebahagiaan dan kesuksesan dalam kehidupan berumah tangga.

Dalam praktiknya, umat Islam dianjurkan untuk berdoa kepada Allah untuk meminta petunjuk dan keberkahan dalam mencari jodoh. Doa merupakan salah satu bentuk usaha spiritual yang penting dalam mencari jodoh yang baik dan membina hubungan yang harmonis. Selain itu, umat Islam juga diajarkan untuk tidak terlalu mengandalkan keberkahan materi atau penampilan fisik dalam mencari jodoh, namun lebih memperhatikan keimanan, akhlak, dan kesesuaian nilai-nilai.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam Islam, konsep jodoh merupakan perpaduan antara takdir dan usaha manusia. Meskipun jodoh seseorang sudah ditetapkan oleh Allah, manusia tetap diberikan kebebasan dan tanggung jawab untuk berusaha mencari pasangan yang baik. Usaha manusia dalam mencari jodoh sejalan dengan ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk berikhtiar dan bekerja keras dalam mencapai kebaikan di dunia ini.

ISLAMKAFFAH

Cara Membayar Fidyah Puasa Ibu Hamil

Apakah fidyah puasa hanya tertentu pada orang yang hamil? Dan berapa yang harus dibayarkan? Bagaimana cara membayar fidyah puasa ibu hamil? Jika ditelisik lebih jauh, dalam bahasa Arab kata “fidyah” adalah bentuk masdar dari kata dasar “fadaa”, yang artinya “mengganti” atau “menebus”. 

Berbeda secara terminologi (istilah) fidyah adalah sejumlah harta benda dalam kadar tertentu yang wajib diberikan kepada fakir miskin sebagai ganti suatu ibadah yang telah ditinggalkan.

Misalnya, fidyah yang diberikan akibat ditinggalkannya puasa Ramadhan oleh orang lanjut usia yang tidak mampu melaksanakannya, sakit menahun (kronis) yang tidak dapat diperkirakan kapan sembuhnya atau oleh keluarga orang yang belum sempat meng-qadha’ atau mengganti puasa yang ditinggalkannya (menurut sebagian ulama). Dengan memberikan fidyah tersebut, maka gugurlah suatu kewajiban yang telah ditinggalkannya.

Itu sebabnya, bagi wanita yang tidak berpuasa karena hamil atau menyusui, maka ia diperkenankan untuk tidak berpuasa. Jika ia tidak berpuasa karena khawatir terhadap dirinya sendiri atau pada diri dan bayinya, maka ia hanya wajib mengganti puasanya setelah bulan Ramadhan dan tidak ada kewajiban membayar fidyah

Jika ia tidak berpuasa karena khawatir terhadap anak atau bayinya saja, maka ia wajib mengqadha dan membayar fidyah sekaligus.

Di dalam kitab Fath al-Mujib al-Qarib;

وَمَا أَنَّ القُدْرَةَ عَلَى الصَّوْمِ شَرْطَ لِوُجُوبِهِ فَالعَجُوزُ (وَالشَّيْحُ) والمَرِيضُ الَّذِي لَا يُرْجى بُرْؤُهُ (إِنْ عَجز) كُلُّ مِنْهُمْ عَنْهُ (يُفْطِرُ وَيُطْعِمُ عَنْ كُلِّ يَوْمٍ مُدًّا ) (وَالْحَامِلُ وَالْمُرْضِعُ إِنْ خَافَتا) ضَرْرًا (عَلَى أَنْفُسِهِمَا أَفْطَرَنَا وَ وَجَبَ عَلَيْهِمَا الْقَضاءُ) بِلَا فِدْيَةٍ (وَإِنْ خَافَنَا) ضَرَرًا (عَلَى أَوْلَادِهِمَا) فَقَط دُوْنَ أَنْفُسِهِمَا (أَفْطَرتا وَ) وَجَبَ (عَلَيْهِمَا الْقَضاءُ) بلا فدية (وان خافتا) ضررا (على اولادهما) فقد دون انفسهما (افطرتا و) وجب (عليهما القضاء وَالْكَفَّارَةُ) وَهِيَ أَنْ يُخْرَجَ (عَنْ كُلِّ يَوْمٍ مُدَّ). فتح المُجيْبِ القَرِيبِ لِلشَّيْخِ عَفِيفَ الدين مهاجر سيتو بندو ص ٦١

Artinya: “Karena mampu menjadi syarat wajib menjalankan puasa, maka orang tua renta dan orang sakit yang tidak diketahui sembuhnya boleh tidak berpuasa apabila tidak mampu berpuasa. Namun, mereka diwajibkan membayar atau menebus satu mud perharinya. (0,6 Kg atau ¾ liter beras untuk satu hari puasa). 

Ibu hamil dan menyusui boleh tidak puasa dan tidak wajib membayar kafarat apabila mereka takut akan terjadi apa-apa pada dirinya. Apabila mereka mengkhawatirkan anak yang dikandung atau yang disusui, maka mereka wajib mengqadha’ puasa dan wajib membayar kafarat satu mud untuk satu hari yang ditinggalkan. 

Demikian penjelasan terkait bagaimana hukum fidyah puasa ibu hamil? Wallahu a’lam bisshawaab.

BINCANG SYARIAH

Keutamaan Menasihati Kaum Muslimin (Bag. 3)

Masih dengan tajuk “Keutamaan Menasihati Kaum Muslimin” yang disarikan dari risalah Syekh Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaili hafidzahullah yang berjudul Fadhlu An-Nushi Lil-Muslimin.

Bentuk nasihat yang paling agung

Di antara bentuk nasihat yang paling agung adalah menasihati kaum muslimin perihal agama. Yaitu, dengan menunjukkan dan menyemangati mereka kepada perkara syariat yang telah Allah Ta’ala syariatkan berupa agama yang haq (benar). Serta, mencegah dan melarang mereka sekaligus membuat mereka meninggalkan perkara yang Allah Ta’ala telah melarangnya, baik yang bentuknya perkara baru di dalam agama (bid’ah) maupun perkara maksiat. Oleh karena itu, bentuk nasihat terbagi menjadi dua:

Pertama: Menasihati dan menunjukkan kaum muslimin tentang syariat yang benar

Inilah yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengingat begitu sayangnya beliau kepada umat beliau. Simaklah kisah yang diceritakan oleh Umar bin Abi Salamah radhiyallahu ‘anhu,

كُنْتُ غُلَامًا فِي حَجْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِي بَعْدُ

Waktu aku masih kecil dan berada di bawah asuhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tanganku berseliweran di nampan saat makan. Maka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Wahai anak kecil, bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.’ Maka, seperti itulah gaya makanku setelah itu.” (HR. Bukhari no. 4957)

Lihatlah! Begitu berbekasnya nasihat yang disampaikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga nasihat tersebut terus tertanam sampai Umar bin Abi Salamah dewasa.

Kedua: Mencegah kaum muslimin untuk terjatuh kepada perkara bid’ah dan maksiat

Mencegah kaum muslimin dari perbuatan bid’ah, tentunya hal ini dilakukan setelah menjelaskan kepada mereka tentang perkara bid’ah. Terutama bid’ah idhafiyyah, yaitu bid’ah yang berasal dari ibadah yang disyariatkan, namun ibadah tersebut tidak dikerjakan sebagaimana mestinya dengan adanya penambahan maupun pengurangan.

Terkait dengan bid’ah idhafiyyah ini, banyak dari kaum muslimin yang tidak mengetahuinya. Contoh kasusnya adalah tentang masalah zikir. Dalam hal ini, terdapat kisah dari sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu ketika beliau mendapati suatu kaum sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berzikir dengan cara yang unik, yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi serta para sahabatnya. Abdullah bin Mas’ud berkata kepada mereka,

مَا هَذَا الَّذِي أَرَاكُمْ تَصْنَعُونَ ؟ قَالُوا : يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَصًى نَعُدُّ بِهِ التَّكْبِيرَ وَالتَّهْلِيلَ وَالتَّسْبِيحَ.

قَالَ : “فَعُدُّوا سَيِّئَاتِكُمْ فَأَنَا ضَامِنٌ أَنْ لَا يَضِيعَ مِنْ حَسَنَاتِكُمْ شَيْءٌ وَيْحَكُمْ يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ مَا أَسْرَعَ هَلَكَتَكُمْ هَؤُلَاءِ صَحَابَةُ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَوَافِرُونَ وَهَذِهِ ثِيَابُهُ لَمْ تَبْلَ وَآنِيَتُهُ لَمْ تُكْسَرْ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّكُمْ لَعَلَى مِلَّةٍ هِيَ أَهْدَى مِنْ مِلَّةِ مُحَمَّدٍ أَوْ مُفْتَتِحُو بَابِ ضَلَالَةٍ”.

قَالُوا : وَاللَّهِ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ مَا أَرَدْنَا إِلَّا الْخَيْرَ. قَالَ : “وَكَمْ مِنْ مُرِيدٍ لِلْخَيْرِ لَنْ يُصِيبَهُ”

“Apa yang sedang kalian lakukan?” Mereka menjawab, “Wahai Abu Abdurrahman (Abdullah bin Mas’ud), ini adalah batu-batu kerikil untuk menghitung takbir, tahlil, dan tasbih.”

Abdullah bin Mas’ud berkata, “Hendaklah kalian menghitung dosa-dosa kalian (saja). Aku menjamin amal kebaikan kalian tidak akan hilang. Celakalah kalian umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Alangkah cepatnya masa kehancuran kalian, padahal mereka para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam masih banyak, dan baju mereka belum basah, juga periuknya belum pecah. Demi Zat yang jiwaku berada di genggaman tangan-Nya, sesungguhnya kalian seakan-akan memiliki agama yang lebih baik dari agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, atau kalian sengaja hendak membuka pintu kesesatan?”

Mereka menjawab, “Demi Allah, wahai Abu Abdurrahman, kami tidak menginginkan, kecuali kebaikan.” Abu Abdurrahman menjawab, “Berapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, tetapi ia tidak dapat mencapainya.” (Lihat Sunan Ad-Darimi no. 210)

Dari kisah di atas, dapat kita pahami bahwa Abdullah bin Mas’ud menasihati orang-orang yang melakukan perbuatan bid’ah idhafiyyah, yakni perkara bid’ah yang mungkin tidak semua kaum muslimin mengetahuinya. Sehingga, inilah yang patut dicontoh dari beliau. Yakni, beliau menasihati dan mencegah dengan cara yang baik dan bijak sekaligus menjelaskan akan buruk dan bahayanya perbuatan bid’ah, serta tidaklah semua kebaikan dapat diperoleh, melainkan dengan cara yang baik pula.

Mengajarkan kaum muslimin tentang agama termasuk bentuk nasihat teragung

Termasuk dari nasihat teragung juga ialah mengajarkan kaum muslimin tentang perihal agama. Berusaha untuk mengembangkan hal itu dalam bentuk pengajaran, fatwa, ataupun dalam bentuk nasihat. Dan yang menjalankan ini adalah orang yang berilmu. Adapun orang yang tidak berilmu, maka tidak diperkenankan untuk menasihati kaum muslimin. Bagaikan orang yang berperang tanpa senjata, bagaimana (mungkin) seseorang bisa berperang tanpa senjata?

قُلۡ هَـٰذِهِۦ سَبِيلِىٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ‌ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۟ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِى‌ۖ

“Katakanlah, ‘Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata.’” (QS. Yusuf: 108)

Perjanjian yang agung

Ini merupakan kewajiban para ulama. Dan ini adalah perjanjian yang Allah Ta’ala telah mengambilnya dari para ulama. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذۡ أَخَذَ ٱللَّهُ مِيثَـٰقَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَـٰبَ لَتُبَيِّنُنَّهُ ۥ لِلنَّاسِ وَلَا تَكۡتُمُونَهُ ۥ فَنَبَذُوهُ وَرَآءَ ظُهُورِهِمۡ وَٱشۡتَرَوۡاْ بِهِۦ ثَمَنً۬ا قَلِيلاً۬‌ۖ فَبِئۡسَ مَا يَشۡتَرُونَ

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab, ‘Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya.’ Lalu, mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima.” (QS. Ali Imran: 187)

Allah Ta’ala menjelaskan pada ayat ini sebuah perjanjian yang agung. Perjanjian yang Allah ambil dari Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) yang merupakan orang-orang sebelum kita. Yaitu, perjanjian untuk menjelaskan dan menerangkan agama yang haq, yang Allah turunkan dengan perjanjian tersebut kitab-kitab-Nya dan tidak ada satu pun yang disembunyikan. Kemudian, Allah mengabarkan tentang mereka yang justru mencampakkan kebenaran tersebut, bahkan mereka menukarnya dengan bagian yang sedikit dari dunia.

Sehingga, dalam ayat ini, Allah Ta’ala mengarahkan kaum muslimin untuk melakukan dua hal. Yaitu,

Pertama:  Menjelaskan agama yang haq.

Kedua: Tidak menyembunyikan perkara yang haq.

Di dalam ayat ini pula, Allah mengabarkan tentang Ahli Kitab, bahwa di antara sifat mereka yaitu,

Pertama: Mencampakkan dan membuang sebuah kebenaran.

Kedua: Menjual dan melelang perkara yang haq dengan perkara dunia.

Pada perkara ini, terdapat arahan untuk umat ini, sebagaimana Allah arahkan pula Ahli Kitab dari orang-orang sebelum kita. Begitu juga, Allah Ta’ala mengingatkan agar jangan sampai terjatuh kepada perbuatan yang mereka lakukan dahulu.

Ahli ilmu adalah pemimpin

Maka, siapapun ahli ilmu ataupun para ulama yang istikamah dari umat ini di atas petunjuk, sejatinya ia sebagai pemimpin yang menunjukkan kepada umat jalan hidayah. Allah Ta’ala berfirman,

وَجَعَلۡنَا مِنۡہُمۡ أَٮِٕمَّةً۬ يَہۡدُونَ بِأَمۡرِنَا لَمَّا صَبَرُواْ‌ۖ وَڪَانُواْ بِـَٔايَـٰتِنَا يُوقِنُونَ

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As-Sajdah: 24)

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَجَعَلۡنَـٰهُمۡ أَٮِٕمَّةً۬ يَہۡدُونَ بِأَمۡرِنَا وَأَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡهِمۡ فِعۡلَ ٱلۡخَيۡرَٲتِ وَإِقَامَ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِيتَآءَ ٱلزَّڪَوٰةِ‌ۖ وَكَانُواْ لَنَا عَـٰبِدِينَ

“Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami. Dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebaikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah.” (QS. Al-Anbiya: 73)

Allah Ta’ala mensifati para ulama di ayat pertama dengan “sabar” dan “yakin”. Dengan kedua hal ini, mereka mendapatkan kepemimpinan dalam agama. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata tatkala menafsirkan ayat di atas,

بِالصَّبْرِ وَاليَقِيْنِ تُنَالُ الإِمَامَةُ فِي الدِّيْنِ

“Dengan kesabaran dan keyakinan, kepemimpinan dalam agama dapat diperoleh.” (Lihat Majmu’ Fatawa, karya Ibnu Taimiyyah, 3: 308)

Inilah sifat yang harus dimiliki oleh seorang yang memberikan nasihat. Yakin terhadap apa yang dinasihatinya. Karena dakwah ini pasti akan ada yang menentangnya. Ada saja orang-orang yang mengatakan, “Engkau adalah orang bodoh.”, “Engkau sesat.”, dan lain sebagainya. Sehingga, orang yang yakin tidak akan goyah dengan ucapan tersebut. Terlebih ia berpegang teguh dengan dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan keyakinan inilah, ia akan memperoleh kepemimpinan dalam agama.

Pada ayat kedua, Allah Ta’ala mensifati para ulama dengan “memberi petunjuk kepada manusia tentang agama” dan juga “gemarnya mereka beribadah kepada Allah.” Dengan kedua sifat inilah, para ulama mendapatkan petunjuk untuk diri mereka sendiri dan dapat menunjukkan kepada manusia untuk beribadah kepada Rabb mereka.

Pemimpin kesesatan

Siapa saja yang menyelisihi hal itu, bahkan justru menempuh jalannya orang-orang yang menyimpang dari kalangan ahli kitab, di mana mereka melelang ilmu dengan harga yang rendah, maka dia telah menjadi pemimpin kesesatan. Allah Ta’ala berfirman,

وَجَعَلۡنَـٰهُمۡ أَٮِٕمَّةً۬ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلنَّارِ‌ۖ وَيَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ لَا يُنصَرُونَ

“Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong.” (QS. Al-Qashash: 41)

Tidak sampai disitu, Allah Ta’ala berfirman pada ayat setelahnya,

وَأَتۡبَعۡنَـٰهُمۡ فِى هَـٰذِهِ ٱلدُّنۡيَا لَعۡنَةً۬‌ۖ وَيَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ هُم مِّنَ ٱلۡمَقۡبُوحِينَ

“Dan Kami ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan dari rahmat Allah.” (QS. Al-Qashash: 42)

Kembali ke bagian 2: Keutamaan Menasihati Kaum Muslimin (Bag. 2)

***

Depok, 18 Rajab 1445/29 Januari 2024

Penulis: Zia Abdurrofi

Sumber: https://muslim.or.id/91652-keutamaan-menasihati-kaum-muslimin-bag-3.html
Copyright © 2024 muslim.or.id

Lima Dimensi Harus Didapatkan Jika Ingin Berubah Lebih Baik Setelah Puasa

Ustaz Hilman Fauzi mengatakan terdapat lima dimensi yang harus didapatkan apabila ingin meraih kebaikan ramadhan. Ustaz Hilman mengajak umat Islam agar tidak menyia-nyiakan keistimewaan ramadhan yang diantaranya setiap pahala akan dilipatgandakan.

Dimensi pertama yang harus didapatkan seorang Muslim adalah dimensi spiritual yang ada di dalam bulan ramadhan. Ustaz Hilman mendorong agar setiap orang tidak hanya melaksanakan puasa ramadhan sekadar ritual yaitu dengan memperbanyak ibadah.

Dimensi kedua adalah ramadhan merupakan media tholabul ilmi yaitu tempat menuntut ilmu. Oleh karena itu, Ustaz Hilman menganjurkan agar banyak datang ke majelis ilmu pada bulan ramadhan. Selain bernilai ibadah, datang ke majelis ilmu dapat menambah ilmu agama.

“Barangsiapa yang ke majelis ilmu dia akan menuju surga dan dihapuskan dosanya,” ujar Ustaz Hilman dalam tausiyah Ramadhan, pada Festival Ramadhan 2024 Wearing Klamby, di Menara 165, TB Simatupang, Cilandak, Jakarta Selatan, Sabtu, (23/3/2024).

Adapaun dimensi yang ketiga adalah dimensi emosional. Ketika ramadhan, banyak orang hatinya lebih terjaga dan lebih bisa memaafkan serta menahan amarah. Ustaz Hilman mendorong agar umat Islam bisa meraih dimensi ini. Sebab meskipun tidak membatalkan puasa tetapi sikap emosi dapat mengurangi nilai puasa.

Kemudian dimensi sosial adalah dimensi keempat yang harus diraih. Memperbanyak sedekah sangat dianjurkan pada bulan ramadhan. Kepekaan terhadap kondisi sekitar akan diasah seperti kelaparan yang dialami oleh sebagian orang.

Dan Ustaz Hilman mengungkapkan bulan ramadhan juga memiliki dimensi finansial. Pada bulan ramadhan, daya beli masyarakat biasanya meningkat sehingga berdampak terhadap bisnis seseorang.

Ustaz Hilman menegaskan setiap orang harus berubah menjadi lebih baik setelah ramadhan. Ia memberika tiga tips agar bisa berubah lebih baik yakni meningkatkan ketakwaan dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Lalu menjaga ketenangan hati dengan banyak berdoa dan menjaga kebersamaan. 

REPUBLIKA

Lafal Qunut Witir dan Penjelasan Maknanya

Qunut merupakan sunah dalam salat-salat tertentu. Di sebagian masjid, kita temukan imam melakukan qunut dalam salat witir mereka, khususnya di akhir bulan Ramadan. Saat itu, kita dapatkan kebanyakan imam membaca lafal doa tertentu. Berikut ini artikel ringkas tentang lafal qunut witir dan penjelasan maknanya.

Makna qunut (dalam salat)

Qunut memiliki beberapa makna, di antaranya adalah ( الدعاء ) doa. [1]

Sedangkan secara istilah, qunut adalah:

اسم للدعاء في الصلاة في محل مخصوص من القيام

Nama untuk doa dalam salat di tempat tertentu ketika berdiri.[2]

Hukum qunut dalam salat Witir di separuh akhir Ramadan

Disunahkan qunut dalam salat Witir berdasarkan hadis Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma (akan disebutkan), secara umum.

Sedangkan secara khusus, di separuh kedua dari Ramadan berdasarkan perbuatan para sahabat. Disebutkan dalam Mausu’ah Fiqhiyah Kuwaitiyah,

للشافعية في الأصح: وهو أنه يستحب القنوت في الوتر في النصف الأخير من شهر رمضان خاصة

Menurut mazhab Syafi’i pada pendapat yang lebih sahih, disunahkan qunut dalam witir di separuh akhir bulan Ramadan secara khusus.[3]

Qunut dalam salat Witir merupakan tempat berdoa

Seperti yang telah kami jelaskan tentang makna qunut, yaitu doa, maka diperbolehkan bagi kita untuk berdoa apa saja dalam qunut witir karena itu adalah tempat untuk berdoa.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,

وحقيقة الأمر أن قنوت الوتر من جنس الدعاء السائغ في الصلاة، من شاء فعله، ومن شاء تركه. كما يخير الرجل أن يوتر بثلاث، أو خمس، أو سبع، وكما يخير إذا أوتر بثلاث إن شاء فصل، وإن شاء وصل.

وكذلك يخير في دعاء القنوت إن شاء فعله، وإن شاء تركه، وإذا صلى بهم قيام رمضان فإن قنت في جميع الشهر فقد أحسن، ‌وإن ‌قنت ‌في ‌النصف ‌الأخير فقد أحسن، وإن لم يقنت بحال فقد أحسن

Sejatinya, qunut witir merupakan bagian dari doa yang diperbolehkan dalam salat. Siapa yang mau melakukannya, silakan; dan siapa yang mau meninggalkannya, juga silakan. Sama seperti seseorang yang diberi pilihan untuk witir dengan tiga, atau lima, atau tujuh rakaat. Dan sama seperti diberi pilihan jika witir dengan tiga rakaat, mau dipisah atau disambung.

Demikian pula, dia diberi pilihan dalam doa qunut. Jika mau melakukannya, silakan; dan jika mau meninggalkannya, juga silakan. Dan jika ia mengimami mereka dalam salat tarawih di bulan Ramadan, maka jika ia qunut sepanjang bulan, itu sudah baik; dan jika qunut di separuh akhir, itu juga baik; dan jika tidak qunut sama sekali, itu juga baik.[4]

Lafal doa qunut

Salah satu doa yang diriwayatkan tentang lafal doa qunut adalah hadis dari Hasan bin Ali, radhiyallahu ‘anhuma. Ia berkata,

علَّمني رسولُ صلَّى عليْهِ وسلَّمَ كلماتٍ أقولُهنَّ في الوترِ، – قالَ ابنُ جوَّاسٍ: في قنوتِ الوترِ:

اللَّهمَّ اهدِني فيمن هديت، وعافِني فيمن عافيتَ، وتولَّني فيمن تولَّيتَ، وبارِك لي فيما أعطيتَ، وقني شرَّ ما قضيتَ، إنَّكَ تقضي ولا يقضى عليْكَ، وإنَّهُ لا يذلُّ من واليتَ، ولا يعزُّ من عاديتَ، تبارَكتَ ربَّنا وتعاليتَ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan saya beberapa kalimat yang saya ucapkan dalam witir, Ibn Jawwas berkata, ‘dalam qunut witir’ , ‘Ya Allah, berikan kami petunjuk di antara orang-orang yang Engkau beri petunjuk. Sehatkan aku di antara mereka yang Engkau sehatkan, dan jadilah pelindungku di antara mereka yang Engkau lindungi. Berkahilah aku dalam apa yang Engkau berikan, lindungilah aku dari kejahatan apa yang Engkau takdirkan. Sesungguhnya Engkau yang mengatur segala sesuatu dan tidak ada yang dapat mengatur-Mu. Dan sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau jaga dan Engkau tolong, dan tidak mulia orang yang Engkau musuhi. Sangat banyak keberkahan-Mu, wahai Tuhan kami, dan Mahatinggi Engkau.[5]

Makna lafal doa qunut

Berikut ini penjelasan ringkas tentang makna dari lafal doa tersebut, yang kami sarikan dari kitab Syarh Doa Qunut Witir. [6]

اللَّهمَّ اهدِني فيمن هديت

Ya Allah, berikan kami petunjuk di antara orang-orang yang Engkau beri petunjuk.

Artinya, tunjukkan kami kepada kebenaran (ilmu) dan berikan kami taufik untuk beramal dengannya (amal). Hal ini karena petunjuk yang sempurna dan bermanfaat adalah ketika Allah mengumpulkan bagi hamba-Nya antara ilmu dan amal. Jadi, ketika kita mengatakan dalam doa qunut,

اللَّهمَّ اهدِني فيمن هديت

Ya Allah, berikan kami petunjuk di antara orang-orang yang Engkau beri petunjuk,” maka kita meminta dua jenis petunjuk, yaitu petunjuk ilmu dan petunjuk amal. Sama seperti firman Allah,

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Tunjukilah kami jalan yang lurus.[7], mencakup kedua jenis petunjuk: ilmu dan amal. Sehingga, pembaca harus menyadari bahwa ia meminta kedua jenis petunjuk tersebut: petunjuk ilmu dan petunjuk amal.

Dan ucapan: ( فيمن هديت )  “Di antara orang-orang yang Engkau beri petunjuk.” Ini merupakan bentuk tawassul dengan nikmat Allah Ta’ala kepada orang-orang yang telah diberi-Nya petunjuk, bahwa Dia juga memberikan kepada kita petunjuk tersebut.

وعافِني فيمن عافيتَ

Dan sehatkanlah kami di antara mereka yang Engkau telah sehatkan.

Artinya, berikan kami keselamatan dari penyakit hati dan penyakit badan.

Tentang penyakit badan, ini merupakan perkara yang diketahui. Adapun penyakit hati, ini kembali kepada dua hal:

Pertama: Penyakit syahwat yang bersumber dari hawa nafsu. Ketika seseorang mengetahui kebenaran, namun tidak menginginkannya karena dia memiliki keinginan yang bertentangan dengan apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Kedua: Penyakit syubhat yang bersumber dari kejahilan. Karena orang jahil melakukan kebatilan dengan mengira itu adalah kebenaran. Dan ini adalah penyakit yang sangat berbahaya.

Jadi, kamu meminta kepada Allah keselamatan dan kesehatan dari penyakit badan dan penyakit hati, yang merupakan penyakit syubhat dan penyakit syahwat.

وتولَّني فيمن تولَّيتَ

Dan jadilah pelindungku di antara mereka yang Engkau lindungi.

Artinya, jadilah pelindung khusus bagi kami.

Dan pelindungan ( الولاية ) itu ada dua jenis: umum dan khusus.

Pelindungan khusus: merupakan kekhususan untuk orang-orang beriman, sebagaimana firman Allah,

اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُواْ يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُواْ أَوْلِيَآؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِّنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُوْلَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan ke dalam cahaya. Sedangkan orang-orang yang kafir, pelindung mereka adalah taghut, yang mengeluarkan mereka dari cahaya ke dalam kegelapan. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.[8]

Adapun pelindungan umum, maka itu mencakup semua orang. Allah adalah pelindung semua orang, sebagaimana firman Allah,

ثُمَّ رُدُّواْ إِلَى اللَّهِ مَوْلاَهُمُ الْحَقِّ أَلاَ لَهُ الْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ الْحَاسِبِينَ

Kemudian mereka akan dikembalikan kepada Allah, Tuhan (Pelindung) yang sebenarnya. Ingatlah, kepada-Nya-lah keputusan, dan Dia adalah yang paling cepat dalam menghitung.[9]

وبارِك لي فيما أعطيتَ

Dan berkahilah aku dalam apa yang Engkau berikan.

Artinya, turunkanlah keberkahan untukku dalam apa yang Engkau berikan kepadaku.

Keberkahan adalah kebaikan yang banyak dan tetap.

“Dalam apa yang Engkau berikan” ( فيما أعطيتَ ) artinya apa yang diberikan berupa harta, anak, ilmu, dan lain-lain yang Allah Azza Wajalla berikan. Maka, kamu meminta keberkahan di dalamnya. Karena jika Allah tidak memberkahimu dalam apa yang Dia berikan, kamu akan kehilangan banyak kebaikan.

وقني شرَّ ما قضيتَ،

Dan lindungilah aku dari keburukan apa yang Engkau takdirkan,”

Artinya, lindungilah kami dari keburukan yang Engkau takdirkan. Karena sesungguhnya Allah menakdirkan keburukan dengan hikmah yang besar dan terpuji, dan ‘ma‘ ( ما ) di sini bukan bermakna mashdar, tetapi sebagai kata penghubung yang berarti ‘yang’, karena takdir Allah tidak mengandung keburukan. Oleh karena itu, Nabi bersabda dalam pujian kepada Tuhannya.

والخير بيديك والشر ليس إليك

Dan kebaikan ada di tangan-Mu dan keburukan tidak ditujukan kepada-Mu.” Untuk itu, keburukan tidak disandarkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

إنَّكَ تقضي ولا يقضى عليْكَ

Engkau yang mengatur segala sesuatu dan tidak ada yang dapat mengatur-Mu.” Artinya, Allah Yang Mahakuasa, mengatur segala sesuatu secara hukum syar’i dan kauni. Allah mengatur segala hal dan dengan segala sesuatu, karena hukum-Nya adalah yang paling sempurna dan menyeluruh.

ولا يقضى عليْكَ

Dan tidak ada yang dapat mengatur-Mu” menunjukkan bahwa tidak ada yang dapat memberikan hukum pada-Nya. Hamba-hamba tidak dapat menghakimi Allah, tetapi Allah yang menghakimi mereka. Hamba-hamba akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya, dan Dia tidak dimintai pertanggungjawaban.

لاَ يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ

Dia tidak dimintai pertanggungjawaban atas apa yang Dia lakukan, tetapi mereka akan dimintai pertanggungjawaban.[10]

وإنَّهُ لا يذلُّ من واليتَ، ولا يعزُّ من عاديتَ

Sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau jaga dan Engkau tolong, dan tidak mulia orang yang Engkau musuhi.” Ini seperti penjelasan dari perkataan sebelumnya,

وتولنا فيمن توليت

“Dan jadilah pelindungku di antara mereka yang Engkau lindungi.” Oleh karena itu, jika Allah menjaga dan menolong seseorang, maka mereka tidak akan terhina. Dan jika Allah memusuhi seseorang, maka dia tidak akan mulia.

تبارَكتَ ربَّنا وتعاليتَ

“Sangat banyak keberkahan-Mu, wahai Tuhan kami, dan Mahatinggi Engkau.” adalah pujian kepada Allah Ta’ala dengan dua sifat: yang pertama adalah keberkahan, dengan “ta” ( التبارك ) untuk penegasan.

تبارَكتَ

Sangat banyak keberkahan-Mu

berarti kebaikan-Mu melimpah, meliputi, dan meluas ke seluruh ciptaan. Karena “berkah”, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, adalah kebaikan yang melimpah dan langgeng.

ربَّنا

Dan perkataan “wahai Tuhan kami” adalah memanggil Allah, dengan huruf nida (panggilan) yang dihilangkan.

وتعاليتَ

Dan “dan Mahatinggi Engkau” berkaitan dengan tingginya Allah dalam zat-Nya dan sifat-sifat-Nya.

Demikian penjelasan ringkas, lafal qunut dalam salat Witir, dan maknanya. Semoga selawat dan salam senantiasa tercurah bagi Nabi Muhammad, keluarga, dan pengikut beliau.

***

9 Ramadhan 1445, Rumdin Ponpes Ibnu Abbas Assalafy Sragen.

Penulis: Prasetyo, S.Kom.

Sumber: https://muslim.or.id/92757-lafal-qunut-witir-dan-penjelasan-maknanya.html
Copyright © 2024 muslim.or.id

Bagaimana Hukum Tidur Sepanjang Hari Ketika Puasa Ramadhan?

Seluruh umat muslim tidak boleh makan dan minum ketika puasa di bulan Ramadhan. Hal tersebut menjadikan seseorang tidak memiliki stamina di sepanjang hari dan seringkali memutuskan untuk tidur seharian selama Ramadhan. Namun, bagaimana hukum tidur seharian saat puasa Ramadhan?

Pada buku karya Ruhyat Ahmad yang berjudul Panduan Ramadhan Bekal Meraih Ramadhan Penuh Berkah dijelaskan, bahwa menurut Imam Syafi’I, tidur seharian tidak membuat puasa jadi tidak sah atau rusak. Beberapa ulama juga berpendapat bahwa jika tidur yang menghilangkan kesadaran sepanjang hari, maka puasanya dikatakan tidak sah. Tetapi, jika tetap sadar pada sebagian hari, maka puasanya dapat dikatakan sah.

Sebenarnya hukum tidur saat berpuasa adalah mubah (boleh) dan bukan ritual ibadah. Tidur juga bisa bernilai sebagai ibadah jika diniatkan sebagai penunjang ibadah. Misal, seseorang tidur karena ingin mengistirahatkan tubuh agar dapat menjadi kuat saat melakukan ibadah lainnya.

Pada bulan puasa, umat Islam sebenarnya dituntut untuk mengoptimalkan keutamaan Ramadan. Terlebih, amalan baik akan dilipatgandakan sehingga sayang jika waktu Ramadan dilewatkan untuk sekadar bermalas-malasan.

Seperti yang disampaikan oleh Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin yang berbunyi, “Sebagian dari tata krama puasa adalah tidak memperbanyak tidur di siang hari, hingga seseorang merasakan lapar dan haus dan merasakan lemahnya kekuatan, dengan demikian hati akan menjadi jernih”.

Apabila aktivitas tidur tersebut sengaja dilakukan hingga meninggalkan ibadah lain, maka haram hukumnya. Jika sudah begini, maka hukum tidur sepanjang hari menjadi dosa. Karena derajat hukum salat lebih tinggi daripada puasa. Maka dari itu, puasa tidak bernilai atau tidak sah hukumnya apabila umat muslim meninggalkan salat. Jadi, bukannya mendapat pahala berpuasa, umat muslim yang melakukan hal ini justru hanya mendapat rasa lapar dan dahaga saja.

Terdapat tips untuk mengatasi rasa kantuk ketika puasa. Pentingnya mengonsumsi air putih yang cukup. Setiap orang dewasa dapat meminum air sebanyak 2 liter setiap hari. Ketika berpuasa dapat mengonsumsi masing – masing 2 gelas saat sahur, berbuka, setelah shalat tarawih, dan sebelum tidur. Untuk menghindari ngantuk dapat melakukan ibadah seperti membaca Alquran, berdzikir, dan melakukan ibadah yang lainnya.

REPUBLIKA

Ramadhan, Momen Tepat Berhenti Merokok

Studi  di Pakistan melaporkan bahwa 91% perokok yang mengunjungi klinik berhenti merokok berhenti merokok selama bulan Ramadhan

MASYARAKAT mengetahui kebiasaan merokok sangat berbahaya dan mempunyai berbagai dampak buruk manusia. Namun bagi perokok berat, hal ini tidaklah dianggap serius dan dianggap tidak begitu penting.

Penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa terdapat hubungan erat antara merokok dan kanker paru-paru, sirosis hati, penyakit jantung koroner, angina pektoris, kanker mulut, faring dan laring, serta banyak penyakit lainnya.

Statistik menyatakan bahwa jutaan orang di dunia meninggal karena merokok setiap tahunnya pada usia antara tiga puluh empat dan enam puluh lima tahun.

Bangladesh dan Indonesia adalah dua negara mayoritas Muslim yang masuk dalam 10 daftar prevalensi merokok teratas, sementara jumlah perokok meningkat di banyak negara Muslim di Mediterania Timur dan Afrika.  

Datangnya bulan Ramadhan 1445H menjadi peluang bagi para perokok berat memulai misi berhenti merokok yang harus dijadikan peluang oleh komunitas muslim di negeri ini.

Dr Hadi Mohamad Abu Rasheed Kepala Pengembangan Profesional dan Penelitian Ilmiah di Qatar Cancer Society, dari sebuah artikel di laman Union for International Cancer Control menulis,  salah satu peluang penting bagi penghentian penggunaan tembakau di komunitas Muslim adalah bulan suci Ramadhan.

Selama Ramadhan, umat Islam memilih untuk menjalankan periode puasa selama sebulan yang melibatkan pantangan total dari makanan, minuman, atau penggunaan tembakau, dari matahari terbit hingga terbenam, yaitu sekitar 15 jam dalam kalender wilayah Mediterania Timur (khususnya Qatar).

Di komunitas Muslim, Ramadhan memberikan kesempatan untuk mengatasi hambatan lingkungan yang biasa terjadi dalam penghentian penggunaan tembakau, seperti lingkungan hidup dan kerja yang pro-tembakau dan norma budaya penggunaan tembakau.

Inisiatif penghentian penggunaan tembakau pada bulan Ramadhan telah dilakukan dan dipelajari di seluruh dunia. Kampanye Ramadhan di seluruh London melaporkan bahwa lebih dari 83% Muslim di London menunjukkan sikap positif terhadap berhenti merokok selama Ramadhan.

Studi lain di Pakistan melaporkan bahwa 91% perokok yang mengunjungi klinik berhenti merokok berhenti merokok selama bulan Ramadhan. Sebuah survei melaporkan bahwa 96,7% perokok Muslim di Malaysia merasa bahwa berhenti merokok selama Ramadhan lebih mudah dibandingkan bulan-bulan lainnya.

Bahkan terdapat bukti kimia obyektif mengenai efek positif penggunaan intervensi konseling perilaku yang kompeten secara budaya untuk mendorong berhenti merokok selama bulan Ramadhan di kalangan perokok Melayu, yang tercermin dalam penurunan tingkat cotinine air liur pasca-Ramadhan yang lebih berkelanjutan.

Selain itu, di Qatar, Pusat Pengendalian Tembakau di Hamad Medical Corporation melaporkan peningkatan yang signifikan pada penerima manfaat layanan penghentian tembakau di bulan Ramadhan, bahkan selama pandemi, karena layanan tersebut dilanjutkan melalui konsultasi telepon dengan pengiriman obat-obatan untuk penghentian tembakau ke rumah.

Di Qatar Cancer Society, penerapan kampanye penghentian penggunaan tembakau selama bulan Ramadhan sangatlah tinggi. Pada tahun 2020, kampanye kami mencapai tingkat serapan tertinggi karena bertepatan dengan gelombang pertama pandemi COVID-19.

Dengan lebih dari 1,5 miliar umat Islam di seluruh dunia pada awal abad ke-21, kami mendesak Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC) WHO untuk memanfaatkan kesempatan emas ini selama bulan Ramadhan dan bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan untuk menjalankan kampanye penghentian penggunaan tembakau yang bertemakan Ramadhan.  

Penting juga untuk mengamankan layanan tindak lanjut dan dukungan pasca-Ramadhan untuk membangun momentum.

Klinik Penghentian Merokok Hamad Medical Corporation (HMC) di Qatar, mendorong para perokok untuk menggunakan periode puasa selama Ramadhan sebagai kesempatan untuk mengambil langkah pertama untuk berhenti dari kebiasaan tersebut dan menjalani gaya hidup yang lebih sehat.

Puasa mengharuskan pantang merokok serta makan dan minum di siang hari. Ramadhan memberikan kesempatan ideal bagi perokok untuk berhenti. Kegiatan selama Ramadhan seperti kunjungan keluarga dan doa dapat membantu seseorang tetap sibuk dan membantunya berhenti merokok.

Sementara Dosen Departemen Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FPSK),Universitas Putra Malaysia (UPM), Prof. Rekan Dr. Suriani Ismail mengatakan, bulan Ramadhan merupakan bulan yang istimewa karena memberikan lingkungan yang kondusif bagi perokok untuk mulai berhenti merokok.

“Di Malaysia, bulan Ramadhan tidak dapat diterima dari segi agama dan budaya bagi seorang perokok muslim untuk merokok di depan umum atau di rumah pada siang hari dan perokok akan lebih mudah untuk berhenti merokok karena lingkungan dan lamanya puasa selama 14 tahun. jam sedikit membantu dibandingkan waktu lain,” ujarnya.

Ia menambahkan, para perokok tidak menyadari bahwa dirinyalah yang menjadi pemicu terjadinya perokok pasif dan perokok pihak ketiga yang berdampak pada kesehatan masyarakat sekitar.

“Saran saya kepada para perokok, ambillah kesempatan di bulan suci ini untuk bertekad berhenti merokok demi kesejahteraan pribadi dan budayakan pola hidup sehat tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga keluarga,” ujarnya.

Para perokok Muslim yang berpuasa selama bulan Ramadhan menahan diri dari makanan, minuman dan merokok di siang hari untuk memenuhi kewajiban agama mereka berpuasa di bulan ini.

Karena ketergantungan nikotin, beberapa perokok mungkin mengalami gejala penarikan diri, seperti mudah tersinggung, marah, gelisah, tidak sabar, susah tidur, dan sulit berkonsentrasi.

Karena haus akan nikotin, sebagian besar perokok mengonsumsi rokoknya setelah berbuka puasa, bahkan ada yang melakukannya dalam beberapa menit setelah mengonsumsi makanan atau minuman.

Sebelum perokok yang “kecanduan” dapat berhenti, ia harus memahami apa itu kecanduan dan bagaimana ia dapat berhenti merokok. Ramadhan memberikan kesempatan yang sangat baik untuk mengubah pola pikir dan lingkungan seseorang untuk berhenti merokok.

Ketahuilah bahwa dibutuhkan upaya untuk berhenti merokok. Nikotin membentuk kebiasaan. Setengah dari perjuangan untuk berhenti adalah mengetahui bahwa Anda harus berhenti.

Pengetahuan ini akan membantu Anda untuk lebih mampu menghadapi gejala-gejala putus obat yang bisa terjadi, seperti bad mood dan sangat ingin merokok

Temukan Strateginya

Faktanya adalah bahwa merokok mempertahankan tingkat nikotin tertentu dalam darah perokok, terutama di otak.

Faktanya, inilah kunci untuk memahami kecanduan akibat nikotin yang dihirup dari rokok. Di bawah pengaruh nikotin tingkat tinggi, semua alasan di atas tampak nyata.

Perokok merasa puas secara emosional dengan perilaku merokoknya.Namun setelah menghisap rokok, kadar nikotin dalam darah perokok mulai menurun secara bertahap.

Hanya dalam waktu sekitar satu jam, tingkat tersebut menjadi hampir dapat diabaikan, yang tampaknya mengakibatkan “kehilangan” energi, “peningkatan” ketegangan, dan perasaan “tidak aman”. Dan keinginan untuk merokok pun dimulai.

Pada titik ini, penting bagi perokok yang “kecanduan” untuk menemukan strategi baru untuk mengalihkan perhatiannya dari keinginan untuk merokok. Cobalah salah satu atau semua saran berikut:

Sebelum keinginan untuk merokok muncul (sekitar 60 menit sejak isapan terakhir), mulailah melakukan aktivitas yang membuat merokok sulit dilakukan secara fisik. Contohnya seperti mencuci mobil, menyiangi taman, jogging, atau mandi lama.

Hampir semua jenis latihan fisik dapat membantu. Perilaku merokok Anda mungkin sudah mendarah daging dan otomatis. Antisipasi perilaku ini dan pertahankan rencana Anda untuk berhenti.

Karena Anda kecanduan, berhenti merokok terbukti cukup menantang. Gejala fisik akibat berhenti merokok (seperti mudah tersinggung dan gelisah) dapat berlangsung antara tiga hingga 10 hari, dan intensitasnya menurun dari hari ke hari.

Namun aspek psikologisnya bisa bertahan lebih lama, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Namun seiring berjalannya waktu, keinginan tersebut akan memudar.

Kekambuhan bisa terjadi jika Anda tidak berhati-hati, terutama jika Anda terpapar pada lingkungan yang biasanya membuat Anda “bersemangat”. Waspadai hal ini dan keadaan yang membuat Anda melakukan hal tersebut, seperti setelah makan atau saat masuk ke dalam mobil. Jauhkan rokok seperti yang disarankan dalam artikel minggu lalu.

Kebanyakan kekambuhan terjadi dalam waktu empat minggu setelah seseorang berhenti merokok. Alasan utamanya adalah sebagian besar perokok tidak siap melakukan perubahan.

Bulan Ramadhan seharusnya bisa membantu para perokok muslim yang ingin berhenti merokok. Puasa memaksa seorang perokok untuk mengubah pola pikirnya, lingkungannya dan kebiasaannya.

Sebagian besar rutinitas dihentikan sebagian besar hari selama empat minggu ke depan.

Jadi, cobalah untuk menerapkan perilaku baru untuk tidak merokok selama bulan Ramadhan. Lupakan kebiasaan merokok dan lakukan hari demi hari.

Jika Anda berhasil di hari pertama, kemungkinan besar Anda akan berhasil lagi di hari berikutnya. Sebelum Anda menyadarinya, Anda sudah menjadi bukan perokok.

Waktu yang paling rentan tentunya adalah saat makan, terutama saat berbuka puasa.

Tips Berhenti Merokok

  1. Berbuka puasa jauh dari kerumunan perokok. Tetaplah di rumah jika perlu.
  2. Hindari minuman atau makanan yang biasanya berhubungan dengan kebiasaan merokok Anda. Selama bulan puasa, beragam minuman dan makanan bisa menjadi alternatif.
  3. Segera tinggalkan meja setelah berbuka jika berniat mengakhirinya dengan rokok. Berjalan-jalanlah alih-alih menyalakan lampu. Jika berbuka puasa di rumah, pergilah ke masjid untuk salat.
  4. Carilah gangguan baru sedapat mungkin.
  5. Singkatnya, lakukan apa pun untuk melepaskan diri dari rutinitas merokok.

Beberapa tip umum lainnya untuk membantu berhenti merokok:

Jangan merokok nomor apa pun atau jenis rokok apa pun. Merokok bahkan beberapa batang sehari dapat membahayakan kesehatan Anda.

Jika Anda mencoba untuk merokok lebih sedikit tetapi tidak berhenti sepenuhnya, Anda akan segera merokok lagi dalam jumlah yang sama.

Merokok rokok “rendah tar, rendah nikotin” biasanya juga tidak memberikan banyak manfaat. Karena nikotin akan membuat ketagihan, jika Anda beralih ke merek yang rendah nikotin, kemungkinan besar Anda akan menghisap rokok lebih keras, lebih lama, dan lebih seringlagi. Satu-satunya pilihan yang aman adalah berhenti sepenuhnya alias total.

Terakhir, kita perlu mengingatkan semua perokok yang menunaikan bulan Ramadhan akan pesan EMRO WHO:  “Jika Anda bisa berhenti merokok selama 15 jam di siang hari, Anda bisa terus merokok selama 24 jam atau lebih. Pulihkan kesehatan jantung dan paru-paru Anda,” demikian pesan kata Dr Hadi Mohamad Abu Rasheed.*

HIDAYATULLAH

Tips Gigi dan Mulut Sehat Selama Puasa

Dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) drg Nadia Greviana MPd.Ked membagikan kiat memelihara kesehatan gigi dan mulut selama puasa. Menurut dia, merawat kesehatan gigi dan mulut tidak hanya dilakukan dengan menyikat gigi secara rutin.

“Kesehatan gigi dan mulut tidak hanya dengan menyikat gigi, tetapi dibantu dengan mengkonsumsi sayur dan buah,” kata Nadia dalam webinar “Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut selama Puasa” yang dipantau di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Nadia mengatakan, sikat gigi secara rutin perlu dibarengi dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan sehat seperti sayur dan buah karena memiliki banyak kandungan serat yang turut berkontribusi memelihara kesehatan.

Tidak hanya itu, menurut dia, gerakan mengunyah ternyata juga memiliki manfaat untuk membersihkan rongga mulut. “Kalau sikat gigi bersifat kimiawi karena kita pakai zat kimia. Kalau konsumsi sayur dan buah ini tentunya alami sehingga membantu self cleansing gigi dan mulut,” ujarnya.

Lebih lanjut Nadia menerangkan, bau mulut umumnya dialami oleh seseorang yang melakukan puasa. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya produksi air liur, tidak adanya self cleansing gigi dan mulut akibat tidak mengkonsumsi makanan dan minuman dalam kurun waktu belasan jam, hingga kekosongan dalam saluran pencernaan.

Ia menegaskan, kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari satu kesatuan kesehatan tubuh secara keseluruhan, di mana peran mulut sebagai gerbang utama masuknya makanan dan minuman yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan seseorang.

Untuk menghindari bau mulut selama puasa, Nadia menyarankan untuk rutin menyikat gigi serta mengkonsumsi makanan sehat dan rendah asam pada saat sahur dan berbuka puasa.

Selain itu, juga mengurangi konsumsi rokok agar kesehatan tubuh tetap terjaga. “Kalau makanan terlalu asam akan memicu asam lambung semakin banyak, kemudian muncul kembung atau begah, lalu gasnya naik ke atas itu yang tidak nyaman,” katanya.

REPUBLIKA

Ahmad Thomson: Islam tak Sekadar Bersyahadat

Pemilik nama kecil Martin Thomson ini dikenal sebagai pengacara terkemuka di Inggris. Ia juga mengetuai Wynne Chambers, badan hukum Islam yang didirikannya pada 1994.

Berislam 38 tahun lalu, Thomson meyakini cara terbaik mengamalkan ajaran Islam adalah memahami dan meneladani sumbernya, yakni Alquran dan Sunah Rasulullah SAW. “Seperti pepatah yang mengatakan bahwa semakin dekat kita pada sumber mata air, semakin murni air yang kita minum,” ujar pria kelahiran Afrika ini.

Dilahirkan di Rhodesia Utara (sekarang Zambia), Thomson menempuh pendidikan dasar serta menengahnya di Rhodesia Selatan (sekarang Zimbabwe). Masa awal hidupnya, ia lalui di daerah-daerah terpencil Afrika yang kala itu belum tersentuh peradaban modern, seperti listrik, gas, dan saluran air bersih.

Lahir dan besar di Afrika, Thomson muda merasa tidak puas pada ajaran Kristen. Ia mulai mempertanyakan banyak hal seperti, “Jika setiap manusia itu sama di hadapan Tuhan, lalu mengapa kaum Afrika kulit putih seperti dia harus beribadah di gereja yang berbeda dengan kaum kulit hitam?”

Pertanyaan lain yang kerap mengganggunya sebagai pemeluk Kristen adalah soal ketuhanan Yesus. “Jika Yesus adalah Tuhan, kepada siapa dahulu ia berdoa? Jika Yesus adalah Tuhan dan disalib, lalu siapa yang menghidupi surga dan dunia? Pertanyaan itu tak pernah terjawab selama aku memeluk ajaran Kristen,” ujar lulusan Exeter University, Inggris, ini.

Ketika berusia 12 tahun, Thomson sampai pada satu titik di mana ia memercayai Tuhan dan Yesus. “Hanya saja, aku tidak yakin pada gereja.” Terhenti pada berbagai pertanyaan itu, Thomson mulai membaca apa pun dan memikirkan kehidup an yang dijalaninya sejauh itu. Ia mengunjungi berbagai kelompok spiritual dan mencoba meditasi selama beberapa bulan. “Itu menenangkan, tapi sama sekali tak mengubah gaya hidupku.”

Hingga akhirnya, Thomson bertemu Syekh Abdalqadir as-Sufi (tokoh tarbiyah, penggagas Gerakan Dunia “Murabitun”). Pertemuan itu menjadi awal perkenalannya dengan Islam, agama yang tak pernah terpikirkan oleh Thomson sebelumnya.

Saat berbicara dengan Syekh Abdalqadir dan mendengarkan berbagai hal yang disampaikannya, Thomson merasa telah menemukan jalan menuju transformasi yang ia butuhkan. “Sejak itu, perlahan aku menemukan jawaban atas semua pertanyaan yang memenuhi otakku,” katanya. Thomson pun rutin mengunjungi pusat kajian Islam Syekh Abdalqadir. Ia juga membaca The Book of Strangeryang ditulis Sang Syekh.

Thomson mantap mengakhiri pencariannya pada 13 Agustus 1973. Ia pun mengikrarkan syahadat dan berhaji empat tahun kemudian. Sepulang haji, ia menyelesaikan pelatihannya sebagai pengacara. Lalu, pada 26 Juli 1979, ia dipanggil ke Pengadilan England & Wales dan mulai meniti karier di bidang advokasi dan hukum Islam.

Main film dokumenter

Thomson pertama kali memperoleh perhatian publik pada 2001, saat tampil dalam sebuah film dokumenter berjudul My Name is Ahmedyang menyabet sebuah penghargaan. Ia pun tampil di film dokumenter lainnya, Prince Naseem’s Guide to Islam. Kedua film itu ditayangkan di BBC2 pada Agustus 2001. Setelah itu, wajahnya kerap mewarnai layar kaca dalam berbagai program, terutama program-program Islam.

Kini, hari-harinya diisi dengan aneka kegiatan keislaman, mulai dari memberikan ceramah rutin tentang Islam di berbagai wilayah di Inggris, menulis untuk Jurnal al-Kala, sampai menjadi kontributor tetap dalam konferensi lintas agama yang digelar setiap tahun di Masjid Regents Park dan Pusat Ke bu dayaan Islam Inggris.

Syahadat

Empat tahun pertama keislamannya, Thomson mengaku tak memahami apa pun tentang Islam. “Yang kutahu, komunitas Muslim di mana aku bergabung lebih berpengetahuan, menonjol, dan memiliki perangai yang lebih baik dari umat lain yang pernah kutemui.”

Pria yang kini menjabat sekretaris Pengacara Muslim Eropa ini memegang suatu konsep tegas tentang Islam yang sesungguhnya. “Islam bukan semata persoalan kata-kata,” ujarnya seperti dikutip gatewaytodivinemercy.com.

Mengutip sabda Rasulullah SAW, ia mengatakan, syahadat adalah satu ikrar yang mudah diucapkan, namun banyak yang berlalu begitu saja. “Sejak aku mengucapkan syahadat, aku menjalani setiap momen hidupku untuk menemukan berbagai kewajiban dan konsekuensi yang mengikuti kesaksian itu. Pencarian ini adalah proses yang tidak memiliki akhir.”

Selain itu, Thomson adalah satu dari miliaran Muslim yang tidak membenarkan terorisme. Ia berpendapat, “Islam radikal” adalah istilah yang mengandung kontradiksi. “Tidak mungkin seseorang menjadi Muslim seutuhnya dan dalam waktu yang sama menjadi teroris yang bengis.”

Sejak berislam, Thomson telah menulis sejumlah buku, di antaranya, The Difficult Journey and The Way Back (1994); The Next World Order(1994); dan edisi revisi Jesus, Prophet of Islam and Blood on the Cross (disusun dalam dua jilid yakni For Christ’s Sake dan Islam in Andalus, ditulis bersama Muhammad Ata’ur Rahim pada 1996).

Beberapa judul lainnya adalah Dajjal: the AntiChrist(1997); Making History(1997); The Last Prophet(2000), dan Golden Days on the Open Road(2005). Kemudian, bersama Abdalhaqq dan Aisha Bewley, ia menulis buku The Islamic Will(1995).

REPUBLIKA

Tips Khatam Alquran pada Ramadhan, 3 Cara Ini Perlu Dicoba

Tips Khatam Alquran pada Ramadhan, 3 Cara Ini Perlu Dicoba https://republika.co.id/r/sar7xi425″ rel=”noreferrer noopener”> <a href="whatsapp://send?text=Tips Khatam Alquran pada Ramadhan, 3 Cara Ini Perlu Dicoba (REPUBLIKA ONLINE) https://ramadhan.republika.co.id/berita/sar7xi425/tips-khatam-alquran-pada-ramadhan-3-cara-ini-perlu-dicoba”>

Ramadhan menjadi bulan suci bagi umat Islam dan berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan. Salah satu ibadah yang bisa dilakukan membaca Alquran.

Dalam Surat Al-Baqarah (2) ayat 185 disebutkan:

‎شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ

Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).

Mengkhatamkan Alquran pada Ramadhan mungkin menjadi tantangan tersendiri bagi sebagian orang. Kementerian Agama (Kemenag) RI dalam situsnya memberikan tips agar bisa khatam membaca Alquran selama Ramadhan. 

Kepala Unit Percetakan Alquran Ditjen Bimas Islam Kemenag, Jamaluddin M Marki mengatakan, tadarus Alquran pada bulan Ramadhan menjadi sangat spesial karena tidak hanya semata mengabadikan konteks waktu diturunkannnya Alquran, namun juga menjadi ladang amal kebaikan. Menurut dia, banyak hadits Rasulullah yang menjelaskan keutamaan membaca Alquran, di antaranya adalah:

‎عن ابن مسعودٍ رضيَ اللَّه عنهُ قالَ : قال رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : منْ قرأَ حرْفاً مِنْ كتاب اللَّهِ فلَهُ حسنَةٌ ، والحسنَةُ بِعشرِ أَمثَالِهَا لا أَقول : الم حَرفٌ ، وَلكِن : أَلِفٌ حرْفٌ، ولامٌ حرْفٌ ، ومِيَمٌ حرْفٌ » رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح .

“Siapa yang membaca satu huruf dari Alquran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut. Satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya. Dan aku tidak mengatakan “Alif Laam Miim” satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf” (HR Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, No. 6469).

Setiap kali memasuki Ramadhan, dikatakan Jamal, banyak umat Islam yang berusaha untuk mengkhatamkan Alquran. Meski itu adalah amalan ibadah utama, namun ada batasan yang perlu diperhatikan saat akan mengkhatamkannya. 

Misalnya, Rasulullah SAW melarang untuk mengkhatamkan Alquran dalam durasi waktu yang terlalu cepat sehingga terburu-buru saat membacanya. Dalam sebuah hadits dari Abdullah bin Amru bin Ash, dari Rasulullah SAW, beliau berkata, “Puasalah tiga hari dalam satu bulan,” Aku berkata, “Aku mampu untuk lebih banyak dari itu, wahai Rasulullah,” Namun beliau tetap melarang, hingga akhirnya beliau mengatakan, “Puasalah sehari dan berbukalah sehari, dan bacalah Alquran (khatamkanlah) dalam sebulan,” Aku berkata, “Aku mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah?” Beliau terus malarang hingga batas tiga hari. (HR Bukhari). 

“Mengkhatamkan Alquran kurang dari tiga hari, ditakutkan pembacanya tidak bisa memahami dan menghayati kandungan dari Alquran,” ujar Jamaluddin.

Ada beberapa tips dan trik agar dapat mengkhatamkan Alquran pada bulan Ramadhan. Pertama, menggunakan jumlah juz dalam mushaf Alquran. Caranya gunakan mushaf Alquran yang dicetak per juz, biasa disebut mushaf khataman. Satu juz berisikan 11 lembar atau 22 halaman.

Gunakan sistem target, jika 1 hari dibaca 1 juz maka dalam sebulan akan khatam. Mushaf Alquran terdiri dari 30 juz yang panjangnya bervariasi, jadi target yang harus dicapai adalah membaca 1 juz setiap hari.

Kedua, menggunakan jumlah lembar dalam tiap juz Alquran. apabila dirasakan berat untuk menamatkan 1 juz di satu waktu (misalnya ba’da tarawih atau ba’da Subuh), dapat dipertimbangkan tips yang satu ini, yaitu dengan membagi jumlah lembar dalam 1 juz kemudian dibaca setiap selesai shalat wajib.

Mushaf Alquran yang umum beredar di Indonesia, rata-rata dalam 1 juz terdapat 9-10 lembar (ada juga yang lebih). Sebagai contoh jika dalam juz pertama terdapat 10 lembar, kemudian dibagi dengan lima waktu shalat, maka tiap selesai shalat hanya akan membaca 2 lembar saja. “Lebih enteng bukan?,” kata Jamaluddin.

Pastinya pembaca juga merasa tidak terlalu berat dan tetap bisa menamatkan 1 juz per hari. Silakam diatur saja dalam membagi jumlah lembar tiap juz lainnya dengan lima waktu sholat.

Ketiga, menggunakan jumlah lembar (halaman) mushaf Alquran, dan jumlah halaman pada mushaf Alquran berbeda-beda. Sebagai contoh, mushaf Alquran Standar Indonesia (MSI) yang dicetak oleh Unit Percetakan Alquran Kementerian Agama memiliki 604 halaman. Agar bisa khatam hingga akhir bulan Ramadhan (dengan asumsi 29 hari), maka setiap hari harus membaca 21 atau 22 halaman.

“Ini bisa dibaca dengan variasi waktu kapan pun dalam satu hari tersebut, dengan target 21 halaman per hari. Jika tidak bisa menyelesaikan 11 lembar (21 halaman) sekaligus, sebaiknya bawa selalu mushaf Alquran (atau gunakan aplikasi Alquran Digital pada smartphone) dan manfaatkan waktu-waktu luang,” kata Jamaluddin. Bagi pekerja misalnya, bisa membaca saat jam istirahat kantor, saat macet di jalan, saat sedang menunggu angkutan umum atau di dalam kendaraan, dan dalam kondisi lainnya.

Bagaimana dengan wanita yang memiliki siklus menstruasi, mungkinkah bisa mengkhatamkan Alquran? Jika masa haid datang pada awal Ramadhan, maka bisa membagi 30 juz Alquran dengan sisa hari masa suci selama Ramadhan. Jika belum tahu kapan masa haid datang, usahakan membaca lebih dari 1 juz per hari. Misalkan 1,5 sampai 2 juz. “Semakin banyak semakin bagus. Ini bisa menjadi simpanan, jika siklus menstruasi itu datang,” ucap Jamaluddin.

Kuncinya sebenarnya lebih kepada niat masing-masing individu. Jika memang berniat betul-betul ingin mengkhatamkan Alquran, dengan izin Allah pasti bisa tercapai. Semakin banyak lagi halaman Alquran yang bisa dibaca, otomatis bisa lebih cepat mengkhatamkan Alquran.

RAMADHAN REPUBLIKA