Saat musim haji, Masjidil Haram akan dipenuhi oleh para jamaah yang beriktikaf dan menginap di sana. Jika mereka datang untuk shalat Zhuhur, biasanya beriktikaf menunggu Ashar. Jika datang Maghrib, mereka sekalian beriktikaf menunggu Isya. Bahkan, ada juga yang menginap hingga subuh. Menginap di Masjidil Haram menjadi pilihan yang efektif daripada harus pulang ke pemondokan yang jaraknya jauh.
Nah, bagi jamaah yang ingin beriktikaf, ada beberapa tips agar lebih nyaman dan aman. Pertama, pastikan kondisi kesehatan fisik jamaah berada da lam keadaan prima. Bagi jamaah yang kurang sehat atau memiliki daya tahan fisik lemah, disarankan tidak menginap di Masjidil Haram.
Lagipula, menginap di Masjidil Haram seyogianya bukanlah untuk tidur, tapi lebih sibuk dengan ibadah. Sehingga, jamaah akan kurang tidur. Ditambah lagi, suara jamaah yang sedang tawaf dan deru mesin dari alatalat berat yang tengah merenovasi Mas jidil Haram membuat jamaah akan kesulitan untuk terlelap. Padahal, Jamaah yang kurang sehat dianjurkan untuk banyak istirahat dan tidak kelelahan.
Selanjutnya, ketika beriktikaf sebaik nya tidak pergi sendirian. Pergilah dengan ketua regu atau ketua rombongan. Atau, dengan mereka yang masih muda dan bisa mengawasi jamaah sehingga bisa saling menjaga. Selain itu, sebaik nya jamaah beriktikaf di lantai bawah tanah Masjidil Haram karena relatif lebih hangat dibanding lokasi yang lain.
Namun, bila jamaah ingin beriktikaf sambil memandangi Ka’bah, jamaah bisa memilih untuk tidur di pelataran tempat berwudhu karena hawanya yang hangat dibanding di udara ter buka. Jangan khawatir, tempat wudhu di masjid besar ini sangat bersih dan nyaman.
Sebelum renovasi, biasanya jamaah yang beriktikaf terkonsentrasi di lantai dua dan tiga masjid. Karpet Masjidil Haram yang tebal membuat jamaah lebih nyaman untuk tidur dan aman dari hawa dingin marmer. Selain itu, air zamzam untuk minum selalu tersedia di beberapa sudut masjid.
Carilah tempat yang tidak terlalu jauh dari kamar mandi, sehingga lebih mudah kalau ada keperluan ke kamar mandi. Jamaah tidak perlu menunggu atau mengantre lama. Selanjutnya, alaslah tempat untuk tidur dengan sajadah dan serban agar hawa dingin lantai marmer tidak langsung merasuk ke tubuh.
Bawalah barang bawaan secukupnya dalam satu tas berukuran sedang. Membawa barang bawaan dalam jumlah banyak selain tidak efektif, juga dapat memancing perhatian orang lain atau orang jahat.
Makanan dan minuman cukup mudah diperoleh di luar Masjidil Haram. Hanya untuk makan pagi, pastikan tidak terlambat atau kesiangan. Terkadang, persediaan makanan pagi yang dijajakan cepat sekali habis karena diserbu jamaah yang kelaparan setelah shalat Subuh.
Pedagang kaki lima di luar Masjidil Haram juga berasal dari Indone sia. Kebanyakan mereka me nye diakan nasi bungkus, mulai dari na si rames sampai nasi goreng. Air zam zam disediakan dalam termos-termos besar dengan gelas plastik yang sekali pakai di dalam masjid. Namun, sebaik nya bawalah tempat minum sendiri agar tidak bolakbalik mengambil air zamzam.
Hal terakhir yang perlu diingat adalah perubahan udara Makkah tergolong ekstrem. Cuaca siang dan malam hari terkadang berbeda jauh. Sebaiknya, siapkanlah baju hangat. Untuk mengantisipasi pulang di malam hari.