MAKKAH — Jamaah berisiko tinggi (risti) akan mendapatkan penanganan awal jika penyakit yang dideritanya kambuh atau semakin parah. Hal itu dilakukan dengan tindakan medis oleh dokter yang bertugas di kloter dan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).
Tenaga medis KKHI Muhammad Gibran Fauzi Harmani mengatakan, jamaah risti pengidap jantung biasanya mengalami sesak napas, nyeri dada, atau jantung berdebar. Jika mereka merasakan hal itu, maka segera konsultasi ke dokter terdekat untuk mendapatkan obat.
Demikian pula para pendamping atau teman sekamar, bila menemukan jamaah dengan kondisi seperti tadi maka segera melapor ke dokter kloter. Gibran menegaskan telah ada sistem komunikasi antara KKHI Makkah dengan dokter di sektor dan kloter.
Jamaah risti akan mendapatkan penanganan awal dan cepat di masing-masing sektor. Hasilnya akan dikonsultasikan kepada dokter jantung KKHI yang bertugas untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.
“Nanti dokter spesialis jantung yang akan menentukan tindakan selanjutnya, apakah pasien ini dapat ditangani di sektor, di rujuk ke KKHI, atau langsung menuju rumah sakit Arab Saudi terdekat,” jelasnya.
Gibran mencontohkan beberapa keluhan yang bisa dikenali pada pasien penyakit jantung yang mengalami perburukan. Pertama adalah sesak nafas yang dirasakan semakin memberat. Sesak nafas yang dirasakan berat seperti rasa ingin tenggelam, kaki bengkak, perut begah, nafsu makan turun. Rasa sesak ini akan sedikit membaik bila pasien duduk atau tidur dengan dua-tiga bantal.
“Itu merupakan keluhan jantung yang khas apabila disebabkan karena sesak. Selain karena sesak, bisa juga pasien atau jamaah merasakan keluhan yang sering, yaitu nyeri atau rasa tidak nyaman di dada setelah melakukan aktivitas atau bila ada stres yang bisa memicu,” kata Gibran.
Rasa tidak nyaman ini bisa muncul dari lima menit sampai lebih dari setengah jam. Dapat juga disertai dengan rasa mual, muntah, dan keringat dingin sampai bajunya basah.
“Rasa tidak nyaman lain bisa juga seperti terbakar, dihimpit, ditindih benda berat, terasa tertusuk yang menjalar dari dada sampai lengan kiri ataupun ke punggung, rahang, dan lengan kanan,” tambahnya.
Keluhan kedua, yaitu keluhan yang disertai rasa berdebar-debar. “Ada bermacam rasa debar. Misalnya debaran terasa cepat, debaran tidak teratur, debaran terasa lambat,” kata Gibran.
Bila jamaah haji merasakan ini, segera melaporkan ke dokter kloter. Menurut Gibran, hampir sebagian besar kasus-kasus jantung yang datang ke KKHI dan mengalami perburukan adalah karena kelelahan yang disebabkan beberapa alasan.
“Jamaah mengalami kelelahan akibat beragam aktivitas yang melelahkan seperti naik-turun tangga. Jenis kelelahan itu menjadi pemicu nomor satu,” jelasnya.
Pemicu kedua adalah karena ketidakpatuhan meminum obat yang selama ini dikonsumsi di Indonesia. Ketidakpatuhan ini dapat mengakibatkan kondisi jantung memburuk. Pemicu nomor tiga adalah infeksi saluran nafas atas atau infeksi saluran nafas bawah yang rentan terjadi karena faktor cuaca kering dan suhu tinggi di Arab Saudi.
Pemicu keempat adalah adanya kondisi faktor-faktor risiko jantung yang tidak terkendali seperti tekanan darah yang melonjak atau gula darah yang tinggi. Mengingat sebentar lagi jamaah akan memasuki fase Armina (Arafah, Muzdalifah, Mina), maka pasien-pasien jamaah risti harus dipersiapkan sebaik mungkin.
Gibran menyebutkan beberapa persiapannya yang perlu dilakukan. Pertama, terus mengingatkan jamaah risti untuk mengkonsumsi obat-obatan yang selama ini dikonsumsi. “Apabila memang obat-obatan yang habis atau tidak terbawa, segera kontak dokter di kloter untuk dimintakan ke KKHI,” katanya.
Kedua, batasi aktivitas fisik. “Sebentar lagi kita akan memasuki masa puncak ibadah. Sekarang jamaah haji dari berbagai macam negara sudah memasuki Makkah. Kondisi saat ini sudah semakin padat. Jangan sampai kelelahan,” ujar Gibran.
Apabila jamaah mulai merasakan sesak napas/tersengal-sengal, maka agar hentikan aktivitas terlebih dahulu dan beristirahat. Kenali batas fisik masing-masing dan tidak memaksakan diri. Ketiga, jamaah diingatkan untuk selalu mempergunakan alat perlindungan diri (APD) pada saat keluar pondokan, dan selalu mengingatkan temannya untuk memakai masker.