ISLAM mengajarkan kasih sayang pada binatang. Manusia sering menganggap binatang itu tak punya akal dan perasaan. Tak pernahkan melihat sapi meneteskan air mata saat disembelih? Tak pernahkah menyaksikan ayam dan kambing mengamuk melawan yang mengganggu diri dan keluarganya?
Mat Kelor punya pengalaman yang layak didengarkan. Kisah nyata saat ke Jabal Magnet bersama rombongan berhenti di kandang peternakan unta. Ingin coba merasakan nikmatnya air susu unta yang masih segar, fresh from the “source”nya. Semua penumpang turun menyaksikan pemilik unta memeras susu unta itu. Ternyata tak langsung main peras. Dielus-elus dulu punggungnya, si unta memberikan isyarat siap, lalu diperas, mengucur deras itu susu. Subhanallah. Semua membutuhkan cara dan kasih sayang.
Mat Kelor maju ingin mencoba memerasnya. Dia mengelus unta itu, si unta melirik. Dia memeras susu unta itu, untanya menendangnya. Semua rombongan tertawa terbahak-bahak. Ada yang bilang: “Walau pun unta, dia tahu hukum oy, belum ijab kabul tak mau dipegang.” Ada yang nyeletuk pula: “Hahaha, tangan pemilik dan tangan tamu terasa beda oleh unta. Unta juga punya perasaan.” Suasana jadi ramai, tapi semua anggota rombongan sudah merasakan nikmatnya susu unta.
Cerita lucu dan gojlokan ternyata tak berhenti di sana. Dalam perjalanan lanjutan di dalam mobil, Mat Kelor tetap menjadi bahan pembicaraan dan candaan. Mat Kelor hanya diam. Sesekali tersenyum tipis. Lalu dia berkata ringan: “Jangan terlalu keras sindir-sindir saya. Kita semua kan saudara sepersusuan. Yakni sama-sama menyusu pada satu unta. Sesama saudara dilarang saling buka aib dan malu.” Semua tertawa lagi, lalu diam.
Sayapun diam dan berupaya mengambil hikmah: semua ada caranya, semua ada aturannya, kasih sayang diperlukan siapa saja, senasib seperjuangan jangan saling olok dan bertengkar. Untung saya tidak ikut minum susu unta itu. Hahaaa.