Hindari membuaat pernyataan yang menyakiti pihak lain, jauhi membuat status di media sosial yang menggambarkan kebencian kepada siapapun
SEBAGAI penduduk suatu negeri, umat Islam patut bersedih hati, kecewa, bahkan mungkin marah dengan apa yang dialami saudara seiman di Karubaga Kabupaten Tolikara Papua. Terlebih, kezaliman itu terjadi disaat umat Islam sedang menjalankan ibadah Sholat Idul Fitri.
Namun demikian, perasaan itu tidak boleh menjadi rambu-rambu umat Islam dalam berbuat, sekalipun luka semacam itu sering dialami kaum Muslimin di negeri ini, seperti di Ambon, Bali, dan sekarang Papua. Umat Islam harus merujuk dan mengikuti apa yang telah Rasulullah ajarkan tentang bagaimana menyikapi orang yang menzalimi beliau.
Terhadap penduduk Thaif, yang tidak saja menolak, tetapi melukai fisik beliau yang disertai dengan cacian, beliau sama sekali tidak membenci penduduk Thaif. Meskipun, pada saat yang sama tawaran dari malaikat penjaga gunung datang untuk membinasakan kaum Thaif.
Rasulullah malah mendoakan kaum Thaif. Jika tidak sekarang, Islam diterima, semoga segenap keturunan mereka kelak mendapat hidayah. Di sini Rasulullah menunjukkan sikap toleransi yang sangat luar biasa.
Sebagai pemimpin negara, Rasulullah Shallallahu Alayhi Wasallam juga menunjukkan bagaimana bersikap toleran.
Ketika terjadi keributan antara kaum Muslim dan kaum Quraisy serta Yahudi, Rasul menawarkan solusi dengan membuat Piagam Madinah untuk mencari kedamaian dan ketenteraman kehidupan di masyarakat. Seperti yang terdapat pada pasal 16 yang tertulis, “Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan santunan, sepanjang (kaum mukminin) tidak terzalimi dan ditentang.”
Lebih memukau lagi kala umat Islam bersama Rasulullah berhasil membebaskan kota Makkah dari paganisme (Fathu Makkah), beliau menunjukkan toleransi yang sangat indah.
Penduduk Makkah yang selama ini memusuhi Rasulullah, ketakutan ketika umat Islam berhasil menaklukkan Kota Makkah. Sebab, sebelum penaklukan itu, umat Islam sering ditindas oleh kaum kafir Quraisy Makkah. Setiap saat mereka menghalang-halangi dakwah Islam dengan beragam cara, teror dan intimidasi.
Tetapi, apa yaang terjadi saat umat Islam menang? Rasulullah memaafkan sikap intoleran, barbarian dan teror mereka. Tidak ada kebencian apalagi balas dendam. Beliau malah bersabda, “Saya hanya katakan kepada kalian sebagaimana ucapan Nabi Yusuf kepada para saudaranya, ‘Tiada celaan atas kalian pada hari ini’. Pergilah! Kalian semua bebas.” (HR. Baihaqi).
Oleh karena itu, penting bagi umat ini kembali pada apa yang Rasulullah Shallallahu Alayhi Wasallam teladankan. Jangan terjebak perasaan, kebencian apalaagi kemarahan.
Hindari membuaat pernyataan yang menyakiti pihak lain, jauhi membuat status di media sosial yang menggambarkan kebencian kepada siapapun. Biarlah kasus ini menjadi tanggung jawab negara, sembari kita dorong untuk bisa tertuntaskannya kasus ini secara menyeluruh.
Tunjukkan saja sifat-sifat kasih sayang, meskipun kita tidak pernah berhenti dizalimi dan diintimidasi. Ini semata memang kita berbeda dengan agama lain.
Percayalah, agama (Islam) ini adalah milik-Nya. Pada saatnya, nurani mereka yang tertidur akan terjaga dan bersegera menangkap cahaya hidayah dari-Nya. Meskipun tak berarti umat Islam harus selalu diam tanpa pembelaan. Wallahu a’lam.*