Membaca Al-Quran Dengan Suara Keras Sehingga Mengganggu

Pertanyaan:

Apa hukum membaca Al-Qur’an di masjid dengan suara keras yang mengganggu orang yang sedang shalat?

Jawaban:

Membaca Al-Qur’an di masjid pada kondisi yang dapat mengganggu orang lain seperti orang yang sedang shalat, belajar, maupun membaca Al-Qur’an, hukumnya adalah haram. Sebab, ia terjerumus dalam larangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Imam Malik meriwayatkan hadits dalam kitab Al-Muwatha’, dari Al-Bayadhi yaitu Farwah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu ketika pergi menemui para sahabat. Saat itu mereka sedang shalat dan mengeraskan suara bacaan shalat mereka. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menegur,

إِنَّ الْمُصَلِّيْ يُنَاجِيْ رَبَّهُ فَلْيَنْظُرْ بِمَا يُنَاجِيْهِ بِهِ وَلَا يَجْهَرْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ بِالْقُرْآنِ

Sesungguhnya orang yang shalat itu sedang bermunajat kepada Rabbnya. Maka hendaklah ia perhatikan apa yang dia pinta. Dan janganlah sebagian kalian mengeraskan bacaan Al Qur’annya sehingga mengganggu sebagian yang lain”.

Abu Dawud rahimahullah juga meriwayatkan hadits yang serupa dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu.
***
Diterjemahkan dari Fatawa Arkanil Islam karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, penerbit Muassasah Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin Al-Khairiyah, cetakan ketiga, tahun 1437 H, hal. 373

Penerjemah: Ummu Fathimah

Artikel Muslimah.or.id

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/13170-membaca-al-quran-dengan-suara-keras-sehingga-mengganggu.html

Pengamat: Negara Pas Dukung Gerakan Zakat

Sangat pas jika Pemerintah campur tangan soal zakat

Peran negara sebagai pendukung gerakan zakat mendapat dukungan positif dari berbagai pihak. Pengamat Ekonomi Syariah, Greget Kalla Buana menyampaikan zakat adalah instrumen keuangan syariah yang punya andil dalam sisi sosial kemasyarakatan.

“Zakat menjadi ibadah yang bersifat sosial, maka sangat pas jika Pemerintah campur tangan,” katanya pada Republika, Jumat (16/4).

Greget menilai dukungan pemerintah langsung oleh Presiden RI, Joko Widodo menjadi satu tindakan persuasif yang inovatif. Karena pemerintah juga punya kewajiban dalam mencari solusi pengentasan kemiskinan yang dapat dilakukan oleh zakat.

Zakat adalah bentuk ibadah wajib yang jika tidak ditunaikan maka ada pihak lain yang tidak terpenuhi haknya. Mustahik atau penerima zakat akan menghadapi kesulitan jika tidak mendapatkan zakat atau redistribusi kekayaan.

“Zakat bukan hanya ibadah hubungan dengan Allah SWT, seperti shalat, tapi ada hubungan sosialnya, jadi negara pas untuk turut andil,” katanya.

Greget menilai peran negara juga bisa diperluas dari Gerakan Cinta Zakat dengan penerapan pemotongan pajak bagi yang sudah membayar zakat. Muslim yang sudah bayar zakat maka pendapatan kena pajaknya bisa berkurang.

Misal seseorang berpendapatan Rp 10 juta membayar zakat dan memperoleh bukti menunaikan zakat. Maka pendapatan kena pajaknya adalah pendapatan dikurang nilai zakat.

Menurutnya, hal tersebut akan positif dalam meningkatkan penghimpunan zakat yang dibantu negara. Ia mendukung pula upaya pemotongan gaji secara langsung untuk berzakat bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang sudah wajib zakat.
 
“Dimulai dari PNS/ASN, kemudian nanti bisa perusahaan-perusahaan swasta dimana Lembaga Amil Zakat (LAZ) bisa mendirikan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) di sana,” katanya.

Dengan demikian, maka penghimpunan zakat bisa lebih optimal dan sistematis. Mengingat selama ini, pengumpulan zakat tidak pernah mencapai 100 persen. Padahal menurut riset Pew Research Centre pada tahun 2012, sebanyak 98 persen responden penduduk Muslim Indonesia mengaku menunaikan zakat. Namun, realisasi penghimpunan masih di bawah lima persen.

KHAZANAH REPUBLIKA

Terry Putri Senang Kemajuan Teknologi Permudah Bayar Zakat

Artis dan pembawa acara Terry Putri merasa senang karena kemajuan teknologi mempermudah segala lini kehidupan, termasuk soal urusan membayar zakat.”Ibadah sebenarnya mudah, jadi ukuran melakukan ibadah itu mudah dan tidak menyulitkan,” kata Terry dalam webinar, Kamis (22/4).

Ia merasa senang ada Gerakan Cinta Zakat dari pemerintah untuk mendorong partisipasi masyarakat menunaikan zakat, infak, dan sedekah (ZIS). Masyarakat muslim diharapkan menyerahkan zakat, infak serta sedekah melalui lembaga amil zakat resmi yang akan dimanfaatkan bagi kesejahteraan penerima zakat.

Masyarakat juga diajak untuk memanfaatkan kanal pembayaran digital sehingga kewajiban berzakat bisa dilakukan tanpa keluar rumah. Hanya dengan memanfaatkan koneksi internet, setiap orang bisa membayar zakat dan meminimalisasi kontak dengan orang lain sehingga bisa menekan risiko penyebaran virus corona.

Terry juga berusaha ikut berpartisipasi dalam sosialisasi pembayaran zakat secara digital agar orang-orang yang hanya mengetahui cara berzakat secara konvensional bisa beralih ke opsi yang lebih praktis.

IHRAM

Kemasukan Air Saat Mandi, Apakah Batalkan Puasa? Ini Pendapat Ulama 4 Mazhab

Bulan Ramadhan menjadi salah satu bulan paling baik untuk meningkatkan spiritualitas keimanan dan meningkatkan kesabaran. Karena, pada bulan tersebut orang Islam diwajibkan puasa. Dan untuk menjaga agar puasanya sah, orang Islam harus menjauhi setiap sesuatu yang membatalkan puasa. Saat menjalankan ibadah puasa orang Islam harus berhati-hati dan menjaga dirinya dari setiap sesuatu yang bisa membatalkan puasa seperti masuknya benda ke anggota tubuh bagian dalam (batin). Dalam hal ini orang Islam harus mempunyai sikap waspada yang baik agar tidak ada benda yang masuk ke dalam anggota tubuh bagian dalam dengan sembrono. Termasuk hal tersebut, apakah kemasukan air saat mandi membatalkan puasa?

Seringnya mandi; baik mandi wajib, sunnah, atau mubah merupakan salah satu tindakan yang bisa mengurangi sedikit rasa lapar dan dahaga. Masalah muncul ketika saat mandi secara tidak sengaja ada air masuk ke bagian dalam anggota tubuh melalui telinga atau hidung, apakah kemasukan air saat mandi itu bisa membatalkan puasa? Mari simak penjelasannya menurut ulama 4 mazhab.

Pertama, Ulama Kalangan Mazhab Syafi’iyah

Secara umum ulama kalangan syafi’iyah mengatakan bahwa setiap air yang masuk ke dalam tubuh dengan sebab pekerjaan yang diperintah nabi (mengikuti tuntunan syariah), maka puasanya tidak batal. Namun jika tidak disebabkan pekerjaan yang diperintah, maka terklasifikasi menjadi tiga bagian: pertama, batal secara muthlak. Hal ini terjadi dalam kasus masuknya air sebab pekerjaan yang tidak diperintah, seperti berkumur melebihi tiga kali dan mandi yang tidak disunnahkan.

Kedua, batal apabila terlalu berlebihan dalam berkumur. Hal ini terjadi dalam kasus berkumur yang disunnahkan ketika ketika wudhu. Ketiga, tidak batal secara muthlak. Meskipun berlebihan dalam berkumur. Hal ini terjadi dalam kasus menghilangkan najis yang ada pada mulut. Sebagaimana penjelasan Syekh Abi Bakar Syata ad-Dimyati, dalam kitab Hasiyah Ianah at-Thalibin. Beliau mengatakan:

(والحاصل) أن القاعدة عندهم أن ما سبق لجوفه من غير مأمور به، يفطر به، أو من مأمور به ولو مندوبا لم يفطر. ويستفاد من هذه القاعدة ثلاثة أقسام: الاول: يفطر مطلقا بالغ أو لا وهذا فيما إذا سبق الماء إلى جوفه في غير مطلوب كالرابعة، وكانغماس في الماء لكراهته للصائم وكغسل تبرد أو تنظف. الثاني: يفطر إن بالغ، وهذا فيما إذا سبقه الماء في نحو المضمضة المطلوبة في نحو الوضوء. الثالث: لا يفطر مطلقا، وإن بالغ، وهذا عند تنجس الفم لوجوب المبالغة في غسل النجاسة على الصائم وعلى غيره لينغسل كل ما في حد الظاهر.

Artinya, “Kesimpulannya, kaidah menurut ulama adalah, air yang tidak sengaja masuk ke dalam rongga tubuh dari aktivitas yang tidak diperintah, bisa membatalkan puasa, atau dari aktivitas yang diperintah meski anjuran sunah, maka tidak membatalkan. Dari kaidah ini, bisa diambil tiga pembagian hukum.

Pertama, membatalkan secara mutlak, baik berlebih-lebihan atau tidak (dalam menggunakan air). Ini berlaku dalam permasalahan masuknya air dalam aktivitas yang tidak diperintah seperti basuhan ke empat, menyelam ke dalam air, karena makruh bagi orang berpuasa, dan mandi dengan tujuan menyegarkan atau membersihkan badan.

Kedua, membatalkan jika berlebih-lebihan, ini berlaku dalam aktivitas seperti berkumur yang dianjurkan ketika melakukan wudhu. Ketiga, tidak membatalkan secara mutlak meski berlebih-lebihan, ini berlaku ketika mulut terkena najis karena wajibnya berlebih-lebihan dalam membasuh najis bagi orang berpuasa dan lainnya, agar anggota zhahir terbasuh”. (Lihat, Ianah at-Thalibin, juz 2, hlm 265)

Kedua, Ulama Kalangan Mazhab Hanabilah

Syekh Suad dalam kitab Fiqhu al-Ibadah ala al-Mazhab al-Hanbali menjelaskan:

مفسدات الصيام أولا : دخول شيء إلى الجوف أو الحلق أو الدماغ من مائع وغيره مغذ وغير مغذ كالحصاة والنواة ذاكرا عامدا مختارا أما إن كان ناسيا أو مكروها أو نائما فلا يفطر . ومن المفطرات : إن طعن نفسه بما يصل إلى جوفه. أو  إن قطر في أذنه فوصل إلى دماغه. أما سبق ماء المضمضة إلى الحلق بالمبالغة أو بالزيادة على الثلاث فيكره ولا يفطر على الأرجح

Artinya, “Penyebab rusaknya puasa: Pertama, masuknya sesuatu ke dalam perut, tenggorokan, otak, dari sesuatu yang cair atau tidak, berupa makanan atau tidak, seperti kerikil dan batu, dalam keadaan sadar dan memang kehendak diri sendiri. Sedangkan jika dalam keadaan lupa, terpaksa, atau tidur, maka tidak membatalkan.

Dan di antara yang membatalkan yaitu: apabila memasukkan sesuatu pada dirinya,sehingga sampai pada perut. Atau apabila meneteskan sesuatu pada kupingnya, sehingga sampai pada otaknya. Sedangkan air yang masuk disebabkan berkumur ke dalam tenggorokan, disebabkan berkumur yang berlebih-lebihan, atau melebihi tiga kali, maka hukumnya makruh namun tidak membatalkan puasa sebagimana pendapat yang unggul”. (Lihat, Fiqhu al-Ibadat, hlm 391)

Ketiga, Ulama Kalangan Mazhab Hanafiyah

Syekh Abil Hasan al-Rusdani dalam kitab al-Hidayah Syarh al-Bidayah menjelaskan:

ولو أقطر في أذنيه الماء أو دخلهما لا يفسد صومه لانعدام المعنى والصورة بخلاف ما إذا دخله الدهن

Artinya, “Jika meneteskan air kedalam dua telinganya, atau masuk kedalamnya, maka puasanya tidak batal karena tidak bisa dianggap batal, baik secara makna dan nyata. Berbeda dengan permasalahan masuknya minyak”. (Lihat, al-Hidayah Syarh al-Bidayah, juz 1, hlm 125)

Keempat, Ulama Kalangan Mazhab Hanafiyah

Imam Abu al-Abbas al-Kholuti as-Showi dalam kitab Hasiyatu as-Showi menjelaskan:

وحاصل المسألة: أن وصول الماء للحلق من منفذ أعلى ولو غير الفم مفطر كوصوله للمعدة من منفذ أسفل. وأما غير المائع فلا يفطر إلا إذا وصل للمعدة من الفم. ولكن نقل الحطاب أن ما وصل للحلق مفطر مطلقا من مائع أو غيره.

Artinya, “inti permasalah: bahwa sampainya air pada tenggorokan melalui lubang angin bagian atas,  meski selain mulut bisa membatalkan puasa, sebagaimana sampainya air kedalam perut melalui lubang bagian bawah. Sedangkan selain sesuatu yang cair maka tidak membatalkan puasa kecuali jika masuk melalui mulut. Hanya saja, Imam al-Khottob mengambil pendapat, bahwa sesuatu yang sampai pada tenggorokan membatalkan puasa secara mutlak baik cair ataupun padat”. (Lihat, Hasiyatu as-Showi ala Syarhi as-Shogir, juz 3, hlm 261).

BINCANG SYARIAH

Sifat-Sifat Manusia Yang Dimurkai Allah

Seorang muslim tidak pernah lepas dari Surat Al-Fatihah. Puluhan kali Surat ini di ulang dalam Solat 5 waktu. Nah, kali ini kita akan membahas petikan terakhir dari Surat ini.

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS.al-Fatihah:7)

Pertanyaaannya, siapakah orang yang dimurkai itu? Apa saja sifat-sifatnya?

“Orang-orang yang dimurkai” memiliki sifat-sifat berikut ini :

1). Tidak menjalankan suatu perbuatan berdasarkan ilmu. Tubuhnya berpaling dan hatinya menolak kebenaran.

ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ

“Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.” (QS.al-Baqarah:83)

2). Sombong dan menentang perintah Allah yang tidak sesuai dengan keinginannya.

أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَىٰ أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ

“Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong.” (QS.al-Baqarah:87)

3. Menyimpan kedengkian.

وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ

Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. (QS.al-Baqarah:109)

4). Dzalim dan menebar permusuhan.

بِئْسَمَا اشْتَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ أَنْ يَكْفُرُوا بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ بَغْيًا أَنْ يُنَزِّلَ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ عَلَىٰ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۖ فَبَاءُوا بِغَضَبٍ عَلَىٰ غَضَبٍ

Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. (QS.al-Baqarah:90)

Tidak berbuat berdasarkan ilmu dan memelihara kedengkian membuat hati seseorang gelap dan keras.

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. (QS.Al-Baqarah:74)

Hati yang gelap dan keras itulah yang menggiringnya kepada permusuhan, bahkan hingga melawan dan memusuhi makhluk terbaik di muka bumi seperti para Nabi.

أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَىٰ أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ

Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? (QS. Al-Baqarah:87)

Semoga bermanfaat.

Tanda Pengagungan kepada Allah

Bismillahirrahmaanirrahiim..

Alhamdulillah atas nikmat Islam dan hidayah yang Allah berikan kepada kita sampai hari ini. Tiada yang bisa kita lakukan selain berusaha memuji Allah dan mewujudkan syukur dalam hati dan perbuatan kita.

Saudaraku yang dirahmati Allah, seorang hamba selalu membutuhkan Rabbnya di sepanjang waktu dan jejak langkah kehidupannya. Karena kita sebagai manusia terlalu banyak memiliki kekurangan dan kelemahan; dan siapa lah kita apabila berada di hadapan-Nya?!

Para ulama terdahulu adalah orang-orang yang sangat besar perhatiannya terhadap muamalahnya dengan Allah. Bagaimana mereka bisa tampil sebaik-baiknya di hadapan Allah. Bagaimana mereka bisa mendapatkan kecintaan Allah dan keridaan-Nya. Mereka dipuji oleh Allah di dalam al-Qur’an sebagai orang-orang yang takut kepada-Nya.

Para ulama mengenal Allah maka mereka pun takut kepada-Nya dengan penuh pengagungan dan kepatuhan. Seperti yang dikatakan, bahwa barangsiapa semakin mengenal Allah niscaya dia akan semakin merasa takut kepada-Nya. Akan tetapi rasa takut mereka adalah rasa takut yang berlandaskan ilmu dan dihiasi dengan harapan. Rasa takut yang bergerak dalam roda kecintaan. Rasa takut kepada Allah yang membuahkan amal dan ketaatan.

Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu mengingatkan kita, “Ilmu bukanlah dengan banyaknya riwayat. Akan tetapi ilmu adalah rasa takut.” Ilmu yang tertanam di dalam hati. Ilmu tentang Allah telah membawa generasi terdahulu umat ini pada derajat-derajat yang tinggi. Mereka mengenal Allah maka mereka pun menegakkan keadilan. Mereka takut kepada Allah maka mereka pun menjauhi kezaliman. Mereka mengenal Allah maka mereka pun selalu memanjatkan doa dan permohonan, terus bergantung kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya.

Diantara cara paling efektif untuk menumbuhkan pengagungan kepada Allah adalah dengan mempelajari dan mengamalkan konsekuensi dari nama-nama dan sifat-sifat Allah terhadap hamba-Nya. Sebagaimana disebutkan oleh Kamilah al-Kiwari -semoga Allah merahmatinya- bahwa ilmu tentang nama Allah dan sifat-sifat-Nya serta pemahaman terhadap makna dan pengamalan terhadap tuntutan/konsekuensinya serta berdoa kepada Allah dengan nama-nama itu/asma’ul husna akan membuahkan pengagungan kepada Allah di dalam hati, munculnya penyucian dan kecintaan kepada-Nya, harap dan takut kepada-Nya, tawakal dan inabah kepada-Nya. Dengan cara inilah seorang bisa merealisasikan tauhid di dalam sanubari dan terwujudlah ketenangan jiwa tunduk kepada keagungan Allah jalla wa ‘ala (lihat al-Mujalla, hlm. 22-23).

Oleh sebab itu ilmu tentang pokok-pokok agama disebut oleh para ulama sebagai ilmu yang paling mulia. Karena kemuliaan suatu ilmu ditentukan oleh kemuliaan sesuatu yang diilmui; yaitu apa yang dipelajari. Dan tidak ada yang lebih mulia daripada Allah. Oleh sebab itu ilmu tentang akidah disebut sebagai fiqih akbar. Kebutuhan para hamba terhadap ilmu ini jauh di atas semua kebutuhan. Keterdesakan dirinya terhadap ilmu ini melebihi semua perkara mendesak. Karena tiada kehidupan bagi hati dan tidak ada ketenangan baginya kecuali dengan mengenal Rabbnya; mengenal Pencipta dan sesembahannya, melalui nama-nama dan sifat serta perbuatan-Nya. Bersamaan dengan itu dia pun menjadikan Allah sebagai Dzat yang paling dicintai olehnya daripada segala sesuatu (lihat Syarh Aqidah Thahawiyah tahqiq al-Albani, hlm. 69).

Baca Juga: Pengaruh Nama dan Sifat Allah bagi Insan Beriman

Seorang hamba yang menyadari bahwa semua keutamaan adalah di tangan Allah tentu merasa butuh dan berhajat kepada pertolongan dan ampunan-Nya. Seorang hamba yang meyakini bahwa tidak ada satu pun makhluk di dunia ini melainkan berada di bawah kekuasaan-Nya, maka dia akan bersimpuh dan pasrah kepada aturan dan hukum-hukum-Nya. Seorang hamba yang menyadari bahwa Allah menciptakan kematian dan kehidupan sebagai ujian bagi manusia; tentu akan berusaha sekuat tenaga membuat rida Rabbnya dan menjauhi murka-Nya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pasti akan merasakan lezatnya iman; orang yang rida Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul” (HR. Muslim).

Lezatnya keimanan -sebagaimana diterangkan oleh para ulama- adalah kenikmatan dalam menjalankan ketaatan. Lezatnya ibadah itulah yang membuat para salafus shalih mendapatkan pujian dari atas langit sementara jasad mereka masih di atas tanah. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Mereka menyadari bahwa semua yang mereka lakukan selalu diawasi oleh Allah. Pengagungan kepada Allah telah mematahkan ambisi hina dan membasmi penyakit hati dalam diri mereka yang mendahulukan wahyu di atas akalnya dan mengangkat akal sehat di atas hawa nafsunya. Mereka lah orang-orang cerdas!

Ketundukan seorang hamba kepada Allah dibuktikan dengan ketundukan dirinya terhadap perintah dan larangan Allah. Pengagungan seorang mukmin terhadap perintah dan larangan Allah merupakan tanda pengagungan dirinya kepada pemberi perintah dan larangan. Sebuah ketundukan yang harus dilandasi dengan keikhlasan dan kejujuran. Ketundukan yang dibangun di atas akidah yang lurus dan bersih dari kemunafikan akbar. Karena bisa jadi seorang melakukan perintah karena dilihat orang lain. Atau karena mencari kedudukan di mata mereka. Atau dia menjauhi larangan karena takut kedudukannya jatuh dalam pandangan mereka. Maka orang yang semacam ini ketundukannya kepada perintah dan larangan bukan berasal dari pengagungan kepada Allah; Yang memberikan perintah dan larangan itu (lihat al-Wabil ash-Shayyib, hlm. 15-16).

Diantara sifat Allah yang menjadi rambu-rambu bagi seorang muslim adalah kebersamaan-Nya dengan segenap hamba. Yaitu kebersamaan ilmu dan kekuasaan-Nya. Sebagaimana Allah bersama hamba-Nya yang beriman dengan pertolongan dan dukungan-Nya. Allah berfirman,

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ ۚ

“Dan Dia bersama kalian dimana pun kalian berada” (QS. al-Hadid: 4).

Sebagaimana ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abu Bakar ketika mereka berdua berada di dalam gua dan dibawah kejaran orang-orang kafir Quraisy,

لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا

“Janganlah sedih. Sesungguhnya Allah bersama kita” (QS. at-Taubah: 40).

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seutama-utama iman adalah kamu mengetahui bahwa Allah bersamamu di mana pun kamu berada.” (HR. Thabarani dalam al-Kabir). Keyakinan semacam ini akan menumbuhkan perasaan muraqabah/merasa diawasi oleh Allah. Dan apabila perasaan ini menumbuhkan ketaatan maka hal itu akan membuahkan kebersamaan Allah yang lebih khusus (ma’iyah khaashshah) yaitu berupa pertolongan dan dukungan. Sebagaimana firman-Nya,

إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوا۟ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ

“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan mereka yang suka berbuat ihsan/kebaikan” (QS. an-Nahl: 128) (lihat Fathu Rabbil Bariyah, hlm. 49).

Demikian sedikit kumpulan faidah, semoga bermanfaat bagi kita semua. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallamWalhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si

Artikel: Muslim.or.id

Doa Agar Iman Kuat dan Hidayah Dikekalkan dalam Diri

Allah membanggakan hamba yang berdoa berharap keimanan dan hidayah.

Allah SWT membanggakan hambanya yang beriman ketika berdoa. Apalagi doa yang dipanjatkan itu meminta agar Allah SWT menguatkan iman dan mengekalkan hidayah.

Bagaiamana doa orang yang beriman dibanggakan Allah itu diabadikan dalam surah Ali-Imran ayat 8. Berikut ayat lengkap Arab dan latinnya.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ

Rabbana la tuzigh qulubana ba’da idz hadaitana wahablana minladunka rahmatan innaka antal wahhab.

Artinya ayat di atas berdasarkan Terjamah Tafsiriyah QS Ali Imran ayat 8 itu adalah.

“Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau palingkan hati kami dari Islam setelah Engkau beri hidayah kepada kami. Limpahkanlah keimanan kepada kami dari sisi-Mu. Engkau Maha Pemberi rahmat kepada orang-orang  mukmin.”

Ketua Pengurus Yayasan Dakwah, Pendidikan, dan Sosial Al-Ittihaad Magelang Ustaz Rafiq Zauhary mengatakan, di antara sifat keimanan adalah naik dan turun. Adakalanya iman meningkat seiring dengan meningkatnya ibadah.

“Namun adakalanya iman menurun seiring dengan kemaksiatan yang dilanggar,” katanya saat menyampaikan doa dalam tausiyah daring, Rabu (20/4).

Menurut Ustaz Rafiq yang juga pembimbing ibadah haji para penuntut ilmu syar’i (ar-rasikhuna fil ilmi) mereka akan banyak berdoa kepada Allah dengan doa di atas, inilah doa yang akan meneguhkan keimanan dari berbagai gempuran penyesatan ideologi dan berbagai godaan setan.

KHAZANAH REPUBLIKA

Atasi Kemelut Hidup dengan Istighfar

Dunia ini makin padat kemelut. Setiap hari begitu banyak musibah berdatangan. Berita kelaparan dan kebanjiran sudah sering kita dengar. Kasus jatuhnya pesawat terbang, tanah longsor, resapan air laut, kerusuhan dan kenakalan remaja, wabah penyakit aneh, sampai kepada peristiwa kekeringan dan terbakarnya ribuan hektar tanah di Sumatera dan Kalimantan beberapa waktu lalu.

Kita sering melihat masalah ini sebagai masalah yang parsial, putus kaitannya dengan Tuhan. Seperti sama sekali tidak kaitannya dengan teguran Tuhan.

Kalaupun ada bolehlah sekadar informasi bibir, Allah sedang menguji kita, ungkapnya, tanpa kita berani mengorek sedikit juga kekeliruan dan kesalahan kronis yang bisa mendatangkan musibah itu sendiri. Kita selalu diantar pada tinjauan materi, tanpa ada penggalian mungkin penyebab kasus yang bersifat immateri, transendental.

Jangan jauhkan Tuhan

Aneh. Padahal, kita juga tidak mau dikatakan sebagai orang yang tidak bertuhan. Tapi ketika masalah itu datang, koreksi kalau-kalau di balik itu ada unsur kemarahan Tuhan sama sekali tidak dipersoalkan.

Selalu yang disodorkan adalah dari itu ke itu juga. Jatuhnya pesawat, misalnya, akibat kelalaian pilot, human error, kesalahan teknis, cuaca buruk, dsb. Padahal tidak menutup kemungkinan ada sesuatu yang mestinya diperhatikan di institusi yang bersangkutan.

Boleh jadi ada aturan-aturan Allah yang dilanggar dan makin banyak terjadi pelanggaran di sana. Sudah banyak tindakan maksiat yang semestinya segera dibenahi dan ditinggalkan. Bukankah fasilitas pesawat juga menyangkut hajat hidup orang banyak. Bagaimana pelayanan seharusnya terhadap para jemaah haji, misalnya?

Betapa tidak mengerikannya ketika melakukan perjalanan yang begitu riskan, disodorkan di hadapan mata kita lenggak-lenggok para gadis. Seolah-olah kita disuruh melupakan semua kemungkinan-kemungkinan terburuk dengan hadirnya senyum manis mereka yang menarik dengan segala keramah-tamahannya yang dibuat-buat itu? Adakah salah bila sebelum pesawat take off ada kesempatan barang sejenak pengumuman untuk berdoa bersama, yang dipandu oleh Sang Pilot? Apa pula salahnya memakai jasa para santri atau kiai, sebelum pesawat memulai penerbangan, dan ketika mendarat dengan selamat? Mengapa harus berat dan malu untuk sebuah perjalanan yang selamat dan menenteramkan seperti itu?

Teguran yang Tuhan berikan merupakan lampu peringatan supaya segera dilakukan koreksi, muhasabah, dan evaluasi. Bukan sekadar evaluasi teknis kedirgantaraan, tapi juga menyangkut sisi pelayanan dan pemenuhan hak-hak penumpang, termasuk di dalamnya peringatan untuk selalu dekat dengan Tuhan.

Jangan pisahkan Tuhan dari mereka dengan alasan sibuk sekalipun. Bukankah Dia yang menggerakkan angin, mengatur gravitasi, dan mengendalikan instrumen konsentrasi Sang Pilot?

Doa kaum dhuafa

Demikian pula dengan kemarau yang panjang dan terbakarnya hutan. Berapa seringnya kita mendengar informasi yang mendirikan bulu roma? Ketika sebagian orang begitu sulit mencari sepetak tanah untuk tempat tinggal anggota keluarganya, masih ada segelintir orang yang dengan enak-enak mengukur tanah ribuan hektar untuk dimilikinya seorang diri.

Bahkan mereka dengan congkaknya ingin terus memperlebar dan memperluas lahan untuk kerajaan bisnisnya? Tidak menutup kemungkinan, semua fenomena yang terjadi di hadapan mata kita hari ini merupakan bentuk ijabah doa kaum dhuafa yang tertindas.

Secara materi mereka tidak mempunyai kekuatan tindakan untuk melawan. Akan tetapi ketika mereka mengangkat kedua tangannya seraya membisikkan untaian doa, para malaikat mengaminkannya sebagai catatan hitam yang akan dijawab pada masanya:

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

“Ya Allah, anugerahkanlah untuk kami rasa takut kepada-Mu, yang dapat menghalangi antara kami dan perbuatan maksiat kepada-Mu, dan (anugerahkanlah kepada kami) ketaatan kepada-Mu yang akan menyampaikan Kami ke surga-Mu dan (anugerahkanlah pula) keyakinan yang akan menyebabkan ringannya bagi kami segala musibah dunia ini. Ya Allah, anugerahkanlah kenikmatan kepada kami melalui pendengaran kami, penglihatan kami dan dalam kekuatan kami selama kami masih hidup, dan jadikanlah ia warisan dari kami. Jadikanlah balasan kami atas orang-orang yang menganiaya kami, dan tolonglah kami terhadap orang yang memusuhi kami, dan janganlah Engkau jadikan musibah kami dalam urusan agama kami, dan janganlah Engkau jadikan dunia ini sebagai cita-cita terbesar kami dan puncak dari ilmu kami, dan jangan Engkau jadikan orang-orang yang tidak menyayangi kami berkuasa atas kami.” (HR Tirmidzi dan Hakim).

Selain itu masih ada lagi hadist Rasulullah yang yang menjelaskan keberpihakan Allah kepada kelompok dhuafa ini.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu

ثَلَاثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالْإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ فَوْقَ الْغَمَامِ وَيَفْتَحُ لَهَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ وَيَقُولُ الرَّبُّ : وَعِزَّتِي لَأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ

“Ada tiga golongan manusia yang do’anya tidak akan ditolak : Orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’anya orang yang dizhalimi, Allah akan mengangkat doanya sampai di atas awan dan dibukakan pintu-pintu langit untuknya, dan Allah berfirman : Demi keagungan-Ku, Aku benar-benar akan menolongmu meskipun tidak serta merta.” (HR. Tirmidzi).

Kembali kepada Allah

Kembali kepada Allah merupakan jawaban yang paling tepat. Kepada mereka yang sering nyeplos membuat statemen yang melewati batas kewajaran, harus ditutup dengan istighfar.

Ungkapan yang sering kelewat yang sebenarnya hanya hak Allah hanyalah cermin kerenggangan dan keangkuhan terhadap Yang Maha Penguasa. Kendati hal itu sering terjadi di luar kesadaran manusiawinya.

Bukankah di sekililing kita begitu banyak kata-kata :yang bisa menodai akidah? Ketika di jalan, di kantor, di kantin, saat bergurau kala nongkrong, dimana saja sering lepas kendali dengan ucapan kasar dan kotor.

Padahal sekalipun terhadap udara yang memenuhi ruangan, kita masih dianjurkan untuk memohon kebaikan-kebaikannya. Seperti termaktub dalam sabda Nabi ﷺ

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلْتَ بِهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلْتَ بِهِ

Artinya: “Ya Allah, sungguh aku mohon kepadaMu kebaikan angin ini, kebaikan apa yang ada padanya, dan kebaikan pada tujuan angin ini dihembuskan. Aku berlindung kepadaMu dari keburukan angin ini, keburukan apa yang ada padanya, dan keburukan tujuan angin ini dihembuskan.” (HR: Muslim)

Sewajarnya kita memang tidak perlu membesar-besarkan apa yang menjadi karya manusia. Sebaliknya tidak menganggap kecil sesuatu yang dari Sang Maha Akbar. Nyamuk, kuman, angin dan asap, bukankah semuanya hanya kecil saja? Tapi ternyata mereka bisa mendatangkan kesulitan dan kematian.*

HIDAYATULLAH

Berdasarkan Prediksi Imam Abu Hasan al-Syadzili, Malam Lailatul Qadar 2021 Jatuh di Tanggal Ini

Tak terasa saat ini umat Islam Indonesia telah masuk dalam bulan Ramadhan 1442 Hijriah atau tahun 2021 Masehi. Tidak dapat dipungkiri bahwa lailatul qadar menjadi momen yang paling dinanti oleh umat Islam pada bulan Ramadhan. Hal ini karena terdapat keagungan dan keistimewaan yang melingkupi malam tersebut, seperti derajatnya yang lebih baik dari seribu bulan, waktu dimana doa dikabulkan dan lain sebagainya. Sehingga menjadi wajar manakala masyarakat muslim Indonesia kemudian menantikannya untuk meraih keberkahan. Kapan malam lailatul qadar 2021?

Rasulullah menganjurkan kepada kita semua untuk terus berharap mendapatkan malam lailatul qadar, meski malam lailatul qadar tersebut tak menentu kapan datangnya. Karena yang mengerti kepastiannya hanyalah Allah. Namun, Rasulullah menginsyaratkan dalam hadis yang diceritakan dari Aisyah:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ

“Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadan”. (HR. Al-Bukhari)

Keterangan di atas sekedar menginformasikan bahwa lailatul qadar itu  kemungkinan terjadi pada malam ganjil di sepuluh akhir bulan Ramadan. Para Ulama berbeda pendapat dalam memprediksi datangnya malam lailatul qadar. Salah satu pendapat ulama yang banyak dianut adalah pendapat Imam Abu Hasan al-Syadzili. Beliau merupakan tokoh sufi pendiri tarikat syadziliyah. Pendapat beliau mengenai jatuhnya malam lailatul qadar ini dapat dilihat dalam kitab Hasyiyah ash Shaawi ‘alal Jalaalain juz IV halaman 337. Sebagaimana dalam keterangan berikut :

فعن أبي الحسن الشاذلي إن كان أوله الأحد فليلة تسع وعشرين، أو الإثنين فإحدي وعشري أو الثلاثاء فسبع وعشرين أو الأربعاء فتسعة عشر أو الخميس فخمس وعشرين أو الجمعة فسبعة عشر أوالسبت فثلاث وعشرين

Jika awal Ramadhan hari Ahad maka Lailatul Qadar malam ke 29

Jika awal Ramadhan hari Senin maka Lailatul Qadar malam ke 21

Jika awal Ramadhan hari Selasa maka Lailatul Qadar malam ke 27

Jika awal Ramadhan hari Rabu maka Lailatul Qadar malam ke 19

Jika awal Ramadhan hari Kamis maka Lailatul Qadar malam ke 25

Jika awal Raamadhan hari Jumat maka Lailatul Qadar malam ke 17

Jika awal Raamadhan hari Sabtu maka Lailatul Qadar malam ke 23

Berdasarkan pendapat ulama di atas, untuk bulan Ramadhan tahun ini, yang mana umat Islam mayoritas memulai pada hari Selasa, maka Lailatul Qadar 1442 H. / 2021 M. jatuh pada malam ke 27 menurut pendapat Imam Abu Hasan al-Syadzili.

Demikian. Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH

Rahasia Berbuka Puasa dengan Kurma Menurut Ilmu Kesehatan

Dalam istilah syarafidyah adalah sejumlah harta benda dalam kadar tertentu yang wajib diberikan kepada fakir miskin sebagai ganti dari suatu ibadah yang telah ditinggalkan. Khusus dalam ibadah puasa Ramadan, fidyah diwajibkan kepada orang yang tidak mampu berpuasa disebabkan karena sakit yang tak kunjung sembuh atau lainnya. Dalam Alquran surah al-Baqarah: 184, Allah berfirman;

وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ

“Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin.”

Adapun cara membayar fidyah, dalam kitab al-Fiqh al-Manhaji disebutkan bahwa ada ada tiga kelompok orang yang wajib membayar fidyah ketika tidak puasa di bulan Ramadan. Ketiga kelompok tersebut sebagai berikut.

  1. Musafir dan orang sakit yang tidak puasa di bulan Ramadan dan tidak kunjung mengganti puasa yang ditinggalkan tersebut sampai puasa Ramadan berikutnya tiba. Maka selain tetap wajib mengganti puasa yang ditinggalkan tersebut, juga wajib membayar fidyah setiap hari satu mud kepada fakir miskin.
  2. Orang yang tidak mampu berpuasa di bulan Ramadan karena sudah lanjut usia dan karena sakit yang tak kunjung sembuh. Mereka hanya wajib membayar fidyah setiap satu mud kepada fakir miskin.
  3. Orang hamil atau menyusui yang tidak puasa di bulan Ramadan karena khawatir terhadap kandungan atau bayinya. Selain wajib mengganti puasa yang ditinggalkan, juga wajib membayar fidyah setiap hari satu mud kepad fakir miskin.

Adapun waktu membayar fidyah boleh dibayar setiap hari di bulan Ramadan atau membayar satu kali, baik di awal atau di akhir bulan Ramadan. Dan tidak boleh membayar fidyah sebelum bulan Ramadan tiba. Juga membayar fidyah boleh dilaksanakan dengan uang, jika sekiranya lebih bermanfaat.

Namun jika ada indikasi bahwa uang ter­sebut akan digunakan untuk foya-foya, maka wajib memberi­kannya dalam bentuk bahan makanan pokok satu mud , yaitu 0.6 Kg atau ¾ liter beras.

BINCANG SYARIAH