Selingkuh adalah Dosa Besar

Perselingkuhan adalah bencana yang menimpa banyak rumah tangga di sekitar kita, wal’iyadzubillah. Karena jauhnya masyarakat kita dari ilmu agama, merebaknya maksiat dan banyak panutan buruk yang dicontoh oleh masyarakat.

Selingkuh yang kami maksud di sini adalah memiliki hubungan asmara dengan orang lain, padahal sudah memiliki pasangan dalam pernikahan yang sah. Adapun selingkuh terhadap pacar, tidak perlu kita dibahas karena pacaran sendiri itu jelas keharamannya. Sedangkan poligami, itu tidak disebut selingkuh. Karena poligami jelas disyariatkan dalam agama.

Selingkuh dalam definisi di atas, adalah dosa besar. Karena di dalamnya terkandung beberapa dosa besar. Di antaranya:

Khianat

Suami atau istri yang selingkuh, ia telah berbuat khianat kepada pasangannya. Makna khianat dijelaskan ar Raghib al Asfahani rahimahullah:

الخيانة مخالفة الحق بنقض العهد في السر

“Khianat adalah melanggar hak dan merusak perjanjian secara sembunyi-sembunyi” (Al Mufradat, 305).

Dan khianat adalah dosa besar. Allah ta’ala berfirman:

وَأَنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي كَيْدَ الْخَائِنِينَ

“Allah tidak akan memberi hidayah terhadap tipu daya orang-orang yang berkhianat” (QS. Yusuf: 52).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

آيَةُ المُنافِقِ ثَلاثٌ: إذا حَدَّثَ كَذَبَ، وإذا وعَدَ أخْلَفَ، وإذا اؤْتُمِنَ خانَ

“Tanda orang munafik ada tiga: jika bicara ia berdusta, jika berjanji ia ingkar janji, jika diberi amanah ia berkhianat” (HR. Al Bukhari 6095, Muslim no.59).

Mujahid bin Jabr Al Makki mengatakan:

المكر والخديعة والخيانة في النار، وليس من أخلاق المؤمن المكر ولا الخيانة

“Makar, penipuan dan khianat, pelakunya diancam neraka. Makar dan khianat bukanlah akhlak seorang Mukmin” (Makarimul Akhlak, karya Al Khara’ithi, hal. 72).

Perbuatan khianat juga akan menghilangkan keberkahan dalam keluarga, sehingga rumah tangga akan terasa suram, sesak dan sempit, walaupun perbuatan khianatnya tidak diketahui. Anas bin Malik radhiyallahu’anhu mengatakan:

إذا كانت في البيت خيانة ذهبت منه البركة

“Ketika khianat terjadi di suatu rumah, akan hilanglah keberkahan” (Makarimul Akhlak, karya Al Khara’ithi, hal. 155).

Al Ghisy (Curang)

Makna al ghisy (الغش) secara bahasa adalah:

الغِشُّ: كتم كل ما لو علمه المبتاع كرهه

“al ghisy adalah seorang penjual menyembunyikan sesuatu yang jika diketahui oleh pembeli maka ia akan membencinya” (Adz Dzakhirah lil Qarafi, 5/172).

Dalam bahasa kita, ghisy artinya curang; berlaku tidak jujur; main belakang. Dan orang yang selingkuh pasti akan melakukan ghisy. Karena ia menyembunyikan hubungan gelap dari pasangannya yang jika pasangannya mengetahui, tentu ia akan membencinya. Padahal al ghisy adalah dosa besar. Dari Ma’qal bin Yasar radhiyallahu ’anhu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

ما مِن عبدٍ يسترعيه اللهُ رعيَّةً يموتُ يومَ يموتُ وهو غاشٌّ لرعيَّتِه إلَّا حرَّم اللهُ عليه الجنَّةَ

“Siapapun yang Allah takdirkan ia menjadi pemimpin bagi rakyatnya, kemudian ia mati dalam keadaan berbuat ghisy (tidak jujur) kepada rakyatnya. Pasti Allah akan haramkan ia surga” (HR. Al Bukhari no.7150, Muslim no.142).

Dan suami adalah pemimpin dan rakyatnya adalah keluarganya. Namun tentu saja bukan hanya suami yang dilarang berbuat ghisy, istri pun dilarang. Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ حَمَلَ عَلَيْنَا السِّلَاحَ ، فَلَيْسَ مِنَّا ، وَمَنْ غَشَّنَا ، فَلَيْسَ مِنَّا

“Barangsiapa mengacungkan senjata kepada kami (kaum Muslimin), bukan bagian dari kami. Barangsiapa berbuat ghisy (curang) kepada kami (kaum Muslimin), bukan bagian dari kami” (HR. Muslim no. 147).

Dan ghisy itu tidak hanya terlarang dalam jual-beli, namun dalam semua perkara. Syekh Ibnu Baz menjelaskan:

الغش في جميع المواد حرام ومنكر؛ لعموم قوله صلى الله عليه وسلم: ((من غشنا فليس منا)) وهذا لفظ عام، يعم الغشَّ في المعاملات، وفي النصيحة، والمشورة، وفي العلم، بجميع مواده الدينية والدنيوية

“Ghisy dalam semua perkara itu haram hukumnya dan merupakan perbuatan munkar. Berdasarkan keumuman sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam: “Barangsiapa berbuat curang kepada kami (kaum Muslimin), bukan bagian dari kami”. Hadits ini lafaznya umum. Mencakup ghisy dalam semua muamalah, dalam nasehat, dalam musyawarah, dalam ilmu dan dalam semua perkara agama dan dunia” (Majmu’ Fatawa Bin Baz, 24/61).

Dusta

Perbuatan selingkuh pasti tidak akan lepas dari dusta. Sedangkan dusta adalah dosa besar. Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ كَذَّابٌ

“Sesungguhnya Allah tidak akan memberi hidayah kepada orang yang melebihi batas lagi pendusta” (QS. Ghafir: 28).

Dan dusta itu akan menyeret seseorang ke dalam neraka. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ’anhu, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ؛ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ يَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ؛ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَالْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكتب عند الله كذاباً

“Wajib bagi kalian untuk berlaku jujur. Karena kejujuran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang yang senantiasa jujur, ia akan ditulis di sisi Allah sebagai Shiddiq (orang yang sangat jujur). Dan jauhilah dusta, karena dusta itu membawa kepada perbuatan fajir (maksiat) dan perbuatan fajir membawa ke neraka. Seseorang yang sering berdusta, akan di tulis di sisi Allah sebagai kadzab (orang yang sangat pendusta)” (HR. Muslim no. 2607).

Selingkuh Membawa Kepada Banyak Maksiat

Perbuatan selingkuh, selain terjerumus dalam dosa-dosa besar di atas, juga akan membawa kepada banyak maksiat lainnya. Di antaranya:

Zina

Perbuatan selingkuh terkadang membawa kepada perbuatan zina. Padahal Allah ta’ala berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” (QS. Al Isra’: 32).

Berduaan dengan lawan jenis yang non mahram

Perbuatan selingkuh terkadang diwarnai perbuatan berdua-duaan dengan pasangan selingkuhnya, dan ini adalah perbuatan maksiat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِى مَحْرَمٍ

“Tidak boleh seorang laki-laki berduaan dengan perempuan kecuali dengan ditemani mahramnya” (HR. Bukhari no. 5233 dan Muslim no. 1341).

Bersentuhan dengan lawan jenis yang non mahram

Perbuatan selingkuh biasanya juga diwarnai berpegangan tangan dan bersentuhan dengan pasangan selingkuhnya, dan ini juga perbuatan maksiat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ

“Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya (bukan mahramnya)” (HR. Ar Ruyani dalam Musnad-nya, 2/227, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, 1/447).

Safar dengan lawan jenis yang non mahram

Orang yang berselingkuh terkadang sampai melakukan perjalanan jauh (safar) dengan pasangan selingkuhnya. Padahal Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

لا تُسافِرُ المرأةُ ثلاثةَ أيامٍ إلا مع ذِي مَحْرَمٍ

“seorang wanita tidak boleh bersafar tiga hari kecuali bersama mahramnya” (HR. Bukhari 1086, Muslim 1338)

Beliau juga bersabda:

لا يخلوَنَّ رجلٌ بامرأةٍ إلا ومعها ذو محرمٍ . ولا تسافرُ المرأةُ إلا مع ذي محرمٍ

“Tidak boleh seorang laki-laki berduaan dengan perempuan kecuali dengan ditemani mahramnya, dan tidak boleh seorang wanita bersafar kecuali bersama mahramnya” (HR. Bukhari no. 5233 dan Muslim no. 1341).

Zina hati

Orang yang berselingkuh hampir bisa dipastikan ia melakukan zina hati, walaupun tidak melakukan zina badan. Zina hati adalah membayangkan, mengangankan dan menginginkan orang yang tidak halal baginya. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

إن اللهَ كتب على ابنِ آدمَ حظَّه من الزنا ، أدرك ذلك لا محالةَ ، فزنا العينِ النظرُ ، وزنا اللسانِ المنطقُ ، والنفسُ تتمنى وتشتهي ، والفرجُ يصدقُ ذلك كلَّه أو يكذبُه

“sesungguhnya Allah telah menakdirkan bahwa pada setiap anak Adam memiliki bagian dari perbuatan zina yang pasti terjadi dan tidak mungkin dihindari. Zinanya mata adalah penglihatan, zinanya lisan adalah ucapan, sedangkan nafsu (zina hati) adalah berkeinginan dan berangan-angan, dan kemaluanlah yang membenarkan atau mengingkarinya” (HR. Al Bukhari no. 6243).

Tabdzir (mengeluarkan harta pada perkara yang tidak layak)

Orang berselingkuh akan mengeluarkan harta untuk melakukan selingkuh, padahal harta tersebut tidak layak dikeluarkan untuk selingkuh. Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ

“Sesungguhnya orang yang melakukan tabdzir itu adalah saudaranya setan” (QS. Al Isra: 27).

Imam Asy Syafi’i rahimahullah menyatakan,

التبذير إنفاق المال في غير حقِّه

“At Tabzir artinya membelanjakan harta tidak sesuai dengan hak (peruntukan) harta tersebut” (Al Jami li Ahkam Al Qur’an, 10/247).

Menyia-nyiakan keluarga

Orang yang berselingkuh, padahal ia sudah memiliki keluarga, biasanya akan membuat ia enggan kepada keluarganya sampai akhirnya menelantarkan keluarganya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كفى بالمرء إثما أن يضيع من يقوت

“Cukuplah seseorang itu berdosa bila ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.” (HR. Abu Daud no.1692. Al Hakim berkata bahwa sanad hadits ini shahih, dan disetujui oleh Adz Dzahabi).

Dan perbuatan maksiat lainnya.

Maka jelas selingkuh itu perbuatan yang sangat rusak, maksiat di atas maksiat. Semoga kita dijauhkan dari perbuatan rusak ini.

Semoga Allah memberi taufik.

Penulis: Yulian Purnama, S.Kom

Artikel: Muslim.or.id

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/61570-selingkuh-adalah-dosa-besar.html

Belajar Akhlak Bersama Surat Hujurat

Surat Al-Hujurat seringkali disebut sebagai surat Akhlak dan Adab. Karena didalamnya mengandung banyak sekali pesan-pesan indah tentang keduanya. Seperti yang akan kita sebutkan berikut ini :

1. Adab dihadapan hukum dan syariat Allah.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُقَدِّمُواْ بَيۡنَ يَدَيِ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٞ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS.Al-Hujurat:1)

Yakni yang dimaksud adab dihadapan hukum dan syariat Allah adalab dengan tidak memberikan pendapat di atas keputusan Allah dan Rasul-Nya.

2. Adab dihadapan Nabi Muhammad Saw.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَرۡفَعُوٓاْ أَصۡوَٰتَكُمۡ فَوۡقَ صَوۡتِ ٱلنَّبِيِّ وَلَا تَجۡهَرُواْ لَهُۥ بِٱلۡقَوۡلِ كَجَهۡرِ بَعۡضِكُمۡ لِبَعۡضٍ أَن تَحۡبَطَ أَعۡمَٰلُكُمۡ وَأَنتُمۡ لَا تَشۡعُرُونَ – إِنَّ ٱلَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصۡوَٰتَهُمۡ عِندَ رَسُولِ ٱللَّهِ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ ٱمۡتَحَنَ ٱللَّهُ قُلُوبَهُمۡ لِلتَّقۡوَىٰۚ لَهُم مَّغۡفِرَةٞ وَأَجۡرٌ عَظِيمٌ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain, nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus sedangkan kamu tidak menyadari. Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hatinya oleh Allah untuk bertakwa. Mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS.Al-Hujurat:2-3)

3. Adab ketika mendengar suatu kabar berita.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن جَآءَكُمۡ فَاسِقُۢ بِنَبَإٖ فَتَبَيَّنُوٓاْ أَن تُصِيبُواْ قَوۡمَۢا بِجَهَٰلَةٖ فَتُصۡبِحُواْ عَلَىٰ مَا فَعَلۡتُمۡ نَٰدِمِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS.Al-Hujurat:6)

4. Adab antar sesama mukminin.

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS.Al-Hujurat:10)

5. Adab bermasyarakat ditengah kaum muslimin.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٞ مِّن قَوۡمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُواْ خَيۡرٗا مِّنۡهُمۡ وَلَا نِسَآءٞ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيۡرٗا مِّنۡهُنَّۖ وَلَا تَلۡمِزُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَلَا تَنَابَزُواْ بِٱلۡأَلۡقَٰبِۖ بِئۡسَ ٱلِٱسۡمُ ٱلۡفُسُوقُ بَعۡدَ ٱلۡإِيمَٰنِۚ وَمَن لَّمۡ يَتُبۡ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ – يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٞۖ وَلَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتٗا فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٞ رَّحِيمٞ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim. Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang. (QS.Al-Hujurat:11-12)

7. Adab bergaul bersama manusia secara umum.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (QS.Al-Hujurat:13)

Adab kepada manusia secara umum ini diletakkan dibagian akhir. Hal ini memberi isyarat kepada kita bahwa sebelum kita ber-adab dihadapan manusia, maka selayaknya kita mewujudkan adab-adab yang sebelumnya, yaitu kepada syariat Allah, Rasul-Nya dan kepada sesama mukmin.

8 Adab bersikap dihadapan keimanan dan dihadapan Allah Swt.

(Dalam arti kita tidak boleh membanggakan diri karena keislaman dan amal perbuatan kita, karena semua itu adalah anugerah dan taufik dari Allah)

يَمُنُّونَ عَلَيۡكَ أَنۡ أَسۡلَمُواْۖ قُل لَّا تَمُنُّواْ عَلَيَّ إِسۡلَٰمَكُمۖ بَلِ ٱللَّهُ يَمُنُّ عَلَيۡكُمۡ أَنۡ هَدَىٰكُمۡ لِلۡإِيمَٰنِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ

Mereka merasa berjasa kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, “Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang benar.” (QS.Al-Hujurat:17)

Inilah beberapa ayat yang menggambarkan indahnya akhlak dalam Surat Al-Hujurat. Semoga bermanfaat.

KHAZANAH ALQURAN

Tiga Sifat Kenabian yang Mulai Diabaikan Umat Islam

Para nabi mempunyai sifat dan karakter yang patut diteladani umat

Nabi Muhammad SAW memiliki beberapa karakter dan sifat kenabian. Namun ternyata ada tiga bagian kenabian yang sekarang ini mulai justru mulai ditinggalkan umatnya 

Laman Saaid, menjelaskan sejumlah sifat dan karakter yang menjadi bagian tak terlepaskan dari kenabian, yaitu sebagai berikut: 

1. Sikap dan penampilan yang baik

Pertama adalah sikap atau performa (as-samat) yang baik. Asal-usul kata as-samat sendiri berasal dari kata ‘al-Thoriq’ yang berarti jalan. Kemudian mengalami pergeseran makna menjadi ‘sikap yang baik’, termasuk dalam hal berpakaian dan berperilaku. Allah SWT berfirman: 

يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا ۖ وَلِبَاسُ التَّقْوَىٰ ذَٰلِكَ خَيْرٌ ۚ ذَٰلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ “Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat.” (QS Al-A’raf: 26)

Sahabat Nabi SAW, Ibnu Abbas dalam sebuah riwayat menyebutkan, wujud ketakwaan adalah adanya tanda yang baik di wajah. Allah SWT berfirman:  

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ 

“Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud…” (QS Al-Fath: 29)

Dari Ibnu Abi Hatim, dari Mansur dari Mujahid, mengatakan bahwa tanda di wajah itu pengaruh dari sujud. Sementara, dalam riwayat lain Mujahid dan ulama lainnya menyebut wujud ketakwaan adalah kekhusyukan dan ketawadhuan. 

As-Sa’di menyampaikan, sholat itu memperbagus wajah. Generasi salaf ada pula yang menyebut bahwa siapa yang sholat di malam hari maka wajahnya akan terlihat baik di siang hari. 

Namun, pandangan yang benar terkait tanda yang baik di wajah sebagai wujud ketakwaan adalah sebetulnya berada di dalam hati karena kebaikan itu ada di hati, jelas di wajah, dan cinta di hati orang lain. Pandangan ini selaras dengan apa yang disampaikan Ibnu Katsir. 

Ibnu Katsir menjelaskan, para sahabat Nabi Muhammad SAW adalah orang-orang yang ikhlas dalam hatinya, baik dalam perbuatannya, sehingga siapapun yang melihatnya, akan menyukainya karena berbagai kebaikan mereka.

2. Tenang dan sabar

Dalam hadits Muslim dari jalur Ibnu Abbas, disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda kepada Asyaj bin Abdil Qais: 

إن فيك خصلتين يحبهما الله الحلم والأناة “Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua perkara yang dicintai Allah (yaitu) tenang dan tidak terburu-buru.” 

Imam Nawawi menjelaskan, tenang yang dimaksud adalah pikiran, sedangkan maksudnya sabar adalah untuk melepaskan semua kepada Allah SWT.

Dalam Shahih Abu Dawud disebutkan bahwa pelan-pelan dalam segala sesuatu lebih bagus kecuali dalam hal pekerjaan urusan akhirat. 

Al-Munawi mengatakan, pelan-pelan dalam segala hal itu baik, yang artinya ini adalah sikap yang dianjurkan kecuali untuk urusan akhirat karena ini termasuk perbuatan yang tidak terpuji. Untuk urusan akhirat, justru harus disegerakan.

3. Bersikap di tengah

Ini adalah sikap dalam menghadapi sebuah persoalan secara baik-baik, sekaligus untuk menjaga dari dua sikap, yaitu berlebihan dan terlalu lalai. Misalnya, terlalu dermawan juga tak baik karena dekat dengan sifat boros dan ceroboh.  Rasulullah SAW bersabda: 

 السمت الحسن جزء من خمسة وسبعين جزءا من النبوة  “Pemberian yang baik, sikap yang baik, dan sikap pertengahan adalah sebagian dari dua puluh lima sifat kenabian.” (Hadits ini hasan, diriwayat Abu Dawud)

Sumber: Saaid 

KHAZANAH REPUBLIKA

Tidak Ada Dukun Putih

Sebagian dukun menamai diri mereka dengan istilah “dukun putih”. Mereka menggunakan sihir, jampi-jampi, jimat, bantuan jin, dan praktek-praktek perdukunan lainnya, namun disebut “dukun putih” karena tidak menyantet orang dan yang mereka lakukan adalah membantu orang, menurut klaim mereka, semisal:

– “membantu” orang mendapatkan kekasih dengan ilmu pelet;

– “membantu” orang agar usaha laris;

– “membantu” orang agar baik jabatan;

– “membantu” menahan atau menurunkan hujan;

– “membantu” orang menangkal santet;

– meramal masa depan orang untuk membantu peruntungan.

Para pembaca yang budiman, jangan tertipu dengan kata-kata para dukun bahwa mereka “membantu” dan “menolong” orang lain. Karena dalam hadis, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menyebutkan bahwa mereka tukang dusta,

فَتَقُرُّهَا فِى أُذُنِ الْكَاهِنِ ، كَمَا تُقَرُّ الْقَارُورَةُ ، فَيَزِيدُونَ مَعَهَا مِائَةَ كَذِبَةٍ

“… setan-setan itu pun membisikkannya kabar-kabar langit pada telinga para dukun. Seperti meniupkan angin ke botol-botol. Lalu setan-setan itu pun menambahkan kabar-kabar tersebut dengan 100 kedustaan” (HR. Bukhari no. 3288).

Mereka para dukun senantiasa dibisiki kedustaan oleh para setan. Maka tidak ada alasan bagi kita untuk percaya kepada dukun.

Dan jangan tertipu dengan kata-kata “membantu”. Karena sejatinya mereka menjerumuskan manusia kepada jurang maksiat dan kesyirikan dengan iming-iming kenikmatan dan kemudahan dunia. Setan senantiasa membungkus kebatilan dengan kata-kata yang indah. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari kalangan) manusia dan (kalangan) jin. Sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)” (QS. An-An’am: 112).

Amalan-amalan yang mereka lakukan pun, tetap saja merupakan amalan-amalan maksiat dan kesyirikan walaupun mereka mengaku “dukun putih” dan mengaku “membantu”. Beberapa di antara perbuatan-perbuatan mereka akan kami jelaskan di bawah ini.

Pelet

Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu’anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إن الرقَى والتمائمَ والتولةَ شركٌ

“Sesungguhnya ruqyah (jampi-jampi), jimat dan pelet adalah kesyirikan” (HR. Abu Dawud no. 3883, disahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan,

التولة شيء يصنعونه يزعمون أنه يحبب المرأة إلى زوجها والزوج إلى امرأته

Tiwalah adalah sesuatu yang dibuat oleh dukun dan diklaim dapat membuat wanita cinta kepada suaminya atau membuat suami cinta kepada istrinya” (Fatawa Nurun ‘alad Darbi, rekaman no. 371).

Jimat penglaris usaha dan agar naik jabatan

Dari Uqbah bin Amir Radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ عَلَّقَ تَمِيْمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ

“Barangsiapa yang memakai tamimah (jimat), ia telah berbuat syirik” (HR. Ahmad no. 17422, disahihkan Al-Albani dalam Silsilah Shahihah no. 492).

Syaikh Abdul Aziz Ar Rajihi menjelaskan: “Memakai jimat, menggunakan pelet, tathayyur, semua ini adalah bentuk syirik asghar. Jika diyakini hal-hal tersebut sekedar wasilah (perantara) yang memberikan manfaat jika memakainya. Sebagaimana diyakini kebanyakan para pemakainya. Mereka masih meyakini bahwa yang menentukan adalah Allah Ta’ala. Namun jika pemakainya meyakini bahwa jimat kalung atau jimat gelang atau jimat yang digantung, ini semua memiliki kuasa dengan sendirinya, bisa memberikan manfaat dan menghindarkan mudarat dengan sendirinya, maka ini syirik akbar” (Durusun fil Aqidah, 11/6).

Menahan dan mendatangkan hujan

Perkara menahan dan mendatangkan hujan adalah perkara rububiyah Allah. Siapa saja yang mengklaim ada pihak lain yang bisa menahan dan mendatangkan hujan, maka ia telah terjerumus dalam syirik pada perkara rububiyah.

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman,

أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِيْ مُؤْمِنٌ بِيْ وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِيْ كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذَلِكَ كَافِرٌ بِيْ مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ

Pagi ini di antara hamba-hamba-Ku ada yang beriman dan ada pula yang kafir. Adapun hamba-Ku yang mengatakan: ‘Hujan turun ini atas karunia Allah dan rahmat-Nya’, maka dia beriman kepada-Ku dan kufur kepada bintang-bintang. Sedangkan hamba-Ku yang mengatakan: ‘Hujan ini turun kepada kita karena bintang ini atau bintang itu’, maka dia telah kufur kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang” (HR. Bukhari, no. 1038).

Jika menyandarkan hujan kepada benda-benda langit saja dikatakan kufur oleh Allah, apalagi jika menyandarkan hujan kepada pawang hujan atau dukun.

Bekerja sama dengan jin

Yang rajih, bekerja sama dengan jin itu perkara yang diharamkan. Berdasarkan firman Allah Ta’ala,

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS. Al-Jin: 6).

Syaikh As Sa’di dalam Taisir Kariimirrahman menjelaskan, kata فَزَادُوهُمْ memiliki dua kemungkinan:

  • Kemungkinan pertamafa’il-nya mengacu pada رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ dan هم mengacu pada jin. Artinya perbuatan tersebut menambahkan dosa dan keburukan bagi jin yang dimintai bantuan. Dikarenakan jin tersebut akan menjadi sombong, pongah merasa dirinya hebat dan semakin suka memperdaya manusia.
  • Kemungkinan keduafa’il-nya mengacu pada رِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ dan هم mengacu pada manusia. Artinya perbuatan tersebut menambahkan dosa dan keburukan bagi manusia yang meminta bantuan. Dikarenakan manusia tersebut beristi’adzah kepada selain Allah dan ia pun akan menjadi orang yang senantiasa was-was dan takut akan gangguan jin sehingga akhirnya selalu ber-isti’adzah kepada jin ketika menemui sesuatu yang membuatnya khawatir. Sebagaimana sebagian orang ketika baru mau masuk lembah saja sudah khawatir dan berkata: “Wahai penunggu lembah lindungi saya dari temanmu yang jahat”.

Memang ada khilaf ulama masalah ini. Namun ulama yang membolehkan kerjasama dengan jin, mereka memberikan syarat-syarat yang ketat. Namun jika yang kerjasama dengan jin adalah dukun, maka jelas sekali keharamannya. Para ulama dalam Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts wal Ifta mengatakan: “Tidak boleh seorang Muslim meminta bantuan jin untuk tujuan apapun. Karena mereka tidak memberi bantuan kecuali manusia menaati para jin dalam berbuat maksiat kepada Allah dan berbuat kesyirikan atau kekufuran” (Fatawa Al Lajnah no.15924).

Melawan sihir dengan sihir

Menangkal santet dengan ilmu perdukunan, melawan santet dengan santet, melawan sihir dengan sihir, ini disebut nusyrah. Dan nusyrah dilarang oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, ia berkata,

سُئِلَ رَسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عن النُّشْرةِ، فقال: هو من عَمَلِ الشَّيطانِ

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah ditanya tentang nusyrah. Beliau menjawab: itu adalah amalan setan” (HR. Abu Daud no.3868, dihasankan oleh Ibnu Hajar di Takhrij Misykatul Mashabih [4/278]).

Dan orang yang melawan sihir dengan ilmu sihir juga, pelakunya tetap dihukumi sebagai tukang sihir. Al Hasan Al Bashri Rahimahullah mengatakan,

لا يحل السحر إلا الساحر

“Tidaklah orang yang menangkal sihir dengan sihir juga, kecuali dia adalah penyihir” (Fathul Bari, 10/233).

Padahal Allah Jalla wa ‘Ala berfirman,

وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى

“Tukang sihir tak akan pernah beruntung dari mana pun ia datang” (QS. Thaha: 69).

Meramal masa depan

Meramal masa depan dan perkara-perkara gaib, apapun alasannya, adalah perbuatan kesyirikan dan kekufuran. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ ۚ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ

“Katakanlah : “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan” (QS. An-Naml: 65).

Orang yang mengklaim tahu perkara gaib, ia mendustakan ayat ini. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan: “orang yang mengklaim tahu perkara gaib, maka ia kafir. Orang yang membenarkan orang yang mengklaim tahu perkara gaib, ia juga kafir. Berdasarkan firman Allah Ta’ala (yang artinya) : “Katakanlah : “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib kecuali Allah”” (QS. An-Naml : 65). Maka tidak ada yang mengetahui perkara gaib kecuali Allah semata” (Majmu’ Fatawa war Rasail, 1/292).

‘Ala kulli haal, tidak ada pembagian “dukun hitam” atau “dukun putih”, semua dukun itu hitam dan sesat. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memutlakkan dukun dan tidak membeda-bedakannya. Dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau mendatangi tukang ramal, kemudian ia membenarkannya, maka ia telah kufur pada apa yang telah diturunkan kepada Muhammad” (HR. Ahmad no. 9536, Abu Daud no. 3904, Tirmidzi no. 135, disahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no. 5939).

Semoga Allah Ta’ala memberi kita hidayah agar tidak terpedaya kesesatan para dukun.

Penulis: Yulian Purnama, S.Kom

Artikel: Muslim.or.id

Tabiat Kaum Yahudi yang Pamer Kesombongan Depan Rasulullah

Yahudi kerap unjuk kesombongan sebagai umat terbaik

Kaum Yahudi diberikan banyak kelebihan oleh Allah SWT. Kelebihan yang diberikan itu sesungguhnya adalah nikmat yang patut disyukuri dan menjadikan medium untuk menyadari kecilnya diri, namun demikian tak begitu yang terjadi kepada umat Yahudi.

Tabiat kaum Yahudi memang sering kali memamerkan kesombongan atas kepintaran yang mereka miliki. Sampai-sampai mereka tak malu untuk mengatakan bahwa kepintaran yang mereka dapatkan semata-mata adalah hasil jerih payah mereka sendiri.

Imam As-Suyuthi dalam kitab Asbabun Nuzul menjelaskan tentang sebuah hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas. Dia berkata:

“Kaum Quraisy berkata kepada orang-orang Yahudi: ‘Berikan kami sesuatu untuk kami tanyakan kepada laki-laki ini (Nabi Muhammad)’.”

Mereka berkata: “Tanyalah dia tentang ruh.” Mereka kemudian bertanya kepada beliau tentang ruh yang mana perihal ruh adalah hak prerogatif Allah yang hanya Allah saja yang mengetahuinya. Kemudian, orang-orang Yahudi kembali berkata: “Kami diberi ilmu yang banyak.”  Maka Allah berfirman dalam Alquran surat Al-Kahfi ayat 109: 

قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا “Qul law kaanal-bahru midaadan likalimaati Rabbi lanafidal-bahru qabla an-tanfada kalimaatu Rabbi walaw ji;na bimistlihi madaadan.” 

Yang artinya: “Katakanlah, kalau sekiranya lautan menjadi tinda untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku. Meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” 

KHAZANAH REPUBLIKA

Maksud Kata Yahudi dalam Alquran

Quraish Shihab menjelaskan kata Yahudi adalah nisbah kepada Yahud.

Di dalam Alquran terdapat kata Yahudi. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan kata tersebut, apakah menunjuk pada ras Yahudi ataukah yang dimaksud adalah sifat-sifat buruk yang harus dihindari manusia?

Dalam buku berjudul M Quraish Shihab Menjawab dijelaskan kata Yahudi adalah nisbah kepada Yahud. Kata ini digunakan untuk menunjuk kepada sekelompok orang dari keturunan Nabi Ishaq, putra Ibrahim. Mereka dikenal juga dengan-orang Ibrani.

Menurut M Quraish, Alquran menggunakannya untuk maksud itu, walaupun tidak selalu atau semua dari mereka pasti dijuluki dengan nama itu. Istilah lain yang sering juga digunakan Alquran adalah al-Ladzina Hadu, Bani Israel, dan Ahl al-Kitab.

M. Quraishmenjelaskan, diperoleh kesan umum jika Alquran menggunakan kata Yahud, maka isinya adalah kecaman atau gambaran negatif tentang mereka. Ini berbeda halnya jika Alquran menggunakan kata al-Ladzina Hadu, yang tidak selalu mengandung kecaman atas mereka.

Dan jika ada kecaman atas mereka, maka ditegaskan hal itu ditujukan kepada “sebagian dari mereka”.  (lihat QS al-Maidah [5]: 41). Perhatikan, misalnya, beberapa firman-Nya tentang kebencian orang-orang Yahudi kepada kaum Muslim (QS. Al-Ma’idah [5]: 82), ketidakrelaan mereka kecuali kalau umat Islam mengikuti atau cara hidup mereka (QS. Al-Baqarah [2]: 120), dan pertanyaan orang-orang Yahudi bahwa tangan Allah terbelenggu atau kikir (QS. Al-Ma’idah [5]: 64).

Bandingan kata Yahud dengan al-Ladzina Hadu, yang menjelaskan bahwa siapa pun di antara mereka beriman dengan benar dan beramal saleh, maka mereka tidak akan mengalami rasa takut dan tidak pula akan bersedih hati (baca selengkapnya QS. Ma’idah [5]: 69).

Keturunan Nabi Ishaq (bersama orang-orang Nasrani) juga seringkali disebut Alquran dengan istilah ahl al-Kitab. Dalam hal ini, terasa ada semacam uluran tangan dan sikap bersahabat, meskipun di sana-sini Alquran mengakui adanya perbedaan dalam keyakinan (QS Ali Imran [3]: 64) dan (QS Al-Ankabut [29]: 46).

Memang, menurut M. Quraish, ada juga kecaman yang ditujukan kepada ahl al-Kitab, tetapi kecaman ini dalam banyak ayat tidak ditujukan kepada seluruh mereka. Perhatikan, antara lain, beberapa firman-Nya dalam Alqur’an (QS. Al-Baqarah [2]: 109) dan QS. Ali Imran [3]: 69).

KHAZANAH REPUBLIKA

Doa Agar Diberikan Hati yang Bersih

Berikut adalah doa agar kita selalu diberi hati yang bersih, senantiasa berzikir dan bertakwa kepada Allah serta disucikan dari penyakit hati seperti ingin dipuji, dengki, sombong, dendam dan lain sebagainya.

اللهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا، اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا

Allahumma ati takwaha wa zakkiha anta khoiru man zakkaha anta waliyyuha wa maulaha. Allahumma inni a’uzubika min ‘ilmin la yanfa’u wa min qolbin la yakhsya’u wa min nafsin la tasyba’u wa min da’watin la yustabu laha.

Ya Allah, karuniakan ketakwaan pada jiwaku. Sucikanlah ia, sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik yang mensucikannya, Engkaulah yang menjaga serta melindunginya. Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak manfaat, hati yang tidak khusyuk, dan doa yang tidak dikabulkan.”

Doa ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih Muslim dari Zaid bin Arqam. Doa ini sangat dianjurkan untuk dibaca setelah salat fardu lima waktu.

BINCANG SYARIAH

Keajaiban Bertasbih

Apa saja keagungan dan keajaiban Bertasbih ?

1. Tasbih dalam Al-Qur’an dapat merubah Takdir, seperti dalam kisah Nabi Yunus as.

Allah Swt berfirman :

فَلَوْلَآ أَنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلْمُسَبِّحِينَ – لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

“Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.” (QS.Ash-Shaffat:143-144)

Dan Tasbih yang beliau ucapkan adalah :

لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

“Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”. (QS. al-Anbiya:87)

2. Tasbih adalah dzikirnya para Malaikat.

Allah Swt Berfirman :

وَالْمَلَائِكَةُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِمَنْ فِي الْأَرْضِ ۗ

dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Tuhan-nya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi. (QS.as-Syura:5)

3. Tasbih adalah dzikirnya seluruh makhluk di alam semesta.

Allah Swt berfirman :

أَلَمْ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُۥ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱلطَّيْرُ صَٰٓفَّٰتٍ ۖ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلَاتَهُۥ وَتَسْبِيحَهُۥ ۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌۢ بِمَا يَفْعَلُونَ

Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS.Nur:41)

4. Tasbih adalah dzikirnya gunung-gunung dan burung-burung bersama Nabi Daud as.

Allah Swt berfirman :

وَسَخَّرْنَا مَعَ دَاوُودَ الْجِبَالَ يُسَبِّحْنَ وَالطَّيْرَ ۚ وَكُنَّا فَاعِلِينَ

dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan kamilah yang melakukannya. (QS.al-Anbiya:79)

5. Ketika Nabi Zakariya as keluar dari mihrabnya, beliau menyeru kaumnya untuk bertasbih.

فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِ مِنَ الْمِحْرَابِ فَأَوْحَىٰ إِلَيْهِمْ أَنْ سَبِّحُوا بُكْرَةً وَعَشِيًّا

Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang. (QS.Maryam:11)

6. Nabi Musa as berdoa kepada Tuhannya agar menjadikan Harun sebagai wazir yang akan membantunya dalam bertasbih dan berdzikir.

وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي- هَارُونَ أَخِي- اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي – وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي – كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثِيرًا

dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku. teguhkanlah dengan dia kekuatanku, dan jadikankanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau.” (QS.Thaha:29-34)

7. Tasbih adalah dzikirnya Ahli Surga.

دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ ۚ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Do’a mereka di dalamnya ialah: “Subhanakallahumma”, dan salam penghormatan mereka ialah: “Salam”. Dan penutup doa mereka ialah: “Alhamdulilaahi Rabbil ‘aalamin”. (QS.Yunus:10)

Maka tidak diragukan lagi bahwa Tasbih memiliki keagungan yang sangat tinggi, hingga bertasbih mampu merubah takdir seperti dalam kisah Nabi Yunus as.

Ya Allah jadikanlah kami bersama orang-orang yang banyak bertasbih dan selalu mengingat-Mu.

KHAZANAH ALQURAN

Doa Isra Mi’raj yang Bisa Diamalkan

Isra Mi’raj adalah peristiwa penting dan bersejarah dalam agama Islam. Umat Islam bisa memperingati Isra Mi’raj dengan meneladani kisah Isra Mi’raj dan berdoa kepada Allah. Berikut doa Isra Miraj yang bisa diamalkan.

Isra Mi’raj berasal dari kata Isra yang berarti perjalanan dan Mi’raj berarti naik ke atas. Sesuai namanya, pada peristiwa Isra Mi’raj, Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan di malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa hingga ke langit ke tujuh atau Sidratul Muntaha.

Dalam perjalanan itu, Nabi Muhammad menerima perintah salat wajib lima waktu. Peristiwa ini terjadi pada 27 Rajab di tahun pertama sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah.

Pada tahun ini, 27 Rajab bertepatan dengan Kamis, 11 Maret 2021.

Peringatan Isra Mi’raj dapat diisi dengan mengimani kisah Nabi Muhammad AS dan juga memperbanyak berdoa kepada Allah.

Secara khusus, tak ada doa yang harus dibaca saat Isra Mi’raj. Doa apa saja boleh diamalkan saat Isra Mi’raj, tidak berbeda dengan hari lainnya.

Umat Islam dapat berdoa meminta ampunan, doa keberkahan, dan doa di bulan Rajab.

Berikut doa di bulan Rajab:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Allaahumma baarik lanaa fii rajaba wasya’baana waballighnaa ramadlaanaa

Artinya:
Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadan.

Selain berdoa, umat Islam juga dianjurkan untuk memperbanyak istigfar.

“Dari para alim ulama menganjurkan yang pertama untuk memperbanyak istigfar,” kata KH Wahyul Afif Al Ghofiqi kepada CNNIndonesia.com pada 2019.(ptj/asr)

CNNINDONESIA

Ibadah Haji Berat, Allah Memberi Banyak Keringan

Ibadah haji merupakan ibadah yang paling berat karena banyak mengeluarkan waktu, tenaga dan biaya. Untuk itu Allah SWT hanya mewajibkan ibadah ini dilaksanakan kepada hambanya yang mampu secara fisik dan finansial.

“Dalam ibadah haji mulai dari perintah sampai pelaksanaannya, sebetulnya banyak kita temukan indikasi takhfif (keringanan) dan takhyir (pilihan),” kata KH Ahmad dan Chodri Romli dalam bukunya Ensiklopedia Haji dan Umrah.

Keringan ini kata KH Ahmad ditegaskan dalam Alquran surah Ali Imran ayat 97 (…yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.”

Rasulullah SAW bersabda, “Menunaikan ibadah haji wajib bagi orang yang mampu melakukan perjalanan ke Baitullah.” (HR. Muslim).

KH Ahmad mengatakan, bahwa Firman Allah SWT dan sabda Nabi Muhammad SAW tersebut jelas mengisyaratkan adanya tujuan memberi kemudahan dan tidak menyulitkan di dalam pelaksanaan ibadah haji. Kata dia banyak ditemukan yang pada dasarnya pelaksanaan haji mulai dari pilihan kemudahan dan dispensasi. 

Di antaranya pertama.

Waktu untuk menunaikan Haji cukup longgar. Menurut Mazhab Syafi’i bisa ditunda, bahkan dalam syariat, Haji para jamaah diperkenankan memilih sesuka hati bentuk pelaksanaannya. Ada haji tamattu, Ifrad atau Qiran. “Ini disepakati oleh semua mazhab,” katanya.

Kedua dalam membayar Fidyah pun, diberi pilihan. Mau berkurban, berpuasa atau bersedekah sesuai (QS al-baqarah ayat 156).

Ketiga dalam hal mabit di Muzdalifah ternyata ada riwayat bahwa Rasulullah SAW telah menyuruh keluarganya untuk berangkat terlebih dahulu setelah lewat tengah malam sebelum berjudulnya manusia. Demikian juga mabit di mina, beliau mengizinkan para pekerja dan pengembala untuk mabit di luar mana. 

Keempat kita tahu bahwa perbuatan Nabi Muhammad di dalam Haji Wada ada yang dikategorikan oleh fuqoha sebagai rukun wajib dan Sunah. Akan tetapi, hal ini menimbulkan perselisihan: mana yang rukun mana yang wajib. “Sebab sifatnya jasmani dan ihtimal (kemungkinan-kemungkinan),” katanya.

Kelima pada hari Nahar Rasulullah SAW melontar jumroh aqobah lalu mencukur rambut, kemudian menyembelih hadyu, selanjutnya menuju Makkah untuk tawaf ifadah. Akan tetapi setelah kembali ke Mina dan mengadakan halaqah beliau selalu memberi jawaban yang sama atas pertanyaan berbeda ( Kerjakanlah, tiada dosa). 

“Itulah jawaban beliau tentu saja, sahabat yang bertanya itu karena merasa apa yang telah terjadi di dia kerjakan tidak sama persis dengan apa yang dilakukan Rasulullah SAW,” katanya.

IHRAM