Benarkah Allah Menjadikan Yahudi Sebagai Bangsa Unggul?

Benarkah Allah menjadikan Yahudi sebagai bangsa unggul? Salah satu mitos di obrolan pinggir jalan terkait konflik Israel-Palestina ialah tentang keunggulan umat Yahudi atas seluruh penduduk bumi sepanjang masa. Obrolan itu memperkatakan tentang nenek moyang mereka yang menyantap hidangan dari langit berupa manna (sejenis madu) dan salwa (sejenis burung puyuh) di zaman Nabi Musa As. 

Efek turunan dari menyantap makanan itulah yang menurut mitos ini, membuat kecerdasan umat Yahudi berada di atas rata-rata seluruh penduduk bumi. Einstein, Oppenheimer, Bill Gates, dan Mark Zuckerberg, yang masing-masing beragama Yahudi dan menjadi lakon kunci bagi perkembangan dunia modern, menjadi tiang penyangga argumen dalam obrolan itu.

Saking asiknya, obrolan itu terkadang sampai meramalkan kehendak Tuhan tentang konflik Israel-Palestina yang akan berterusan hingga akhir zaman, sejalan dengan keunggulan umat Yahudi yang akan terus mengontrol dunia. Keduanya merupakan kehendak murni Allah Swt. Hanya kehendak Allah pula yang akan mengakhirinya dengan pengutusan Imam Mahdi.

Tentu saja tidak banyak orang yang menganggap serius mitos dalam obrolan itu. Meskipun para penutur obrolan itu mendasarkan topik obrolan mereka kepada beberapa ayat dalam al-Qur’an, tetapi para penutur dalam obrolan itu belum tentu yakin dengan topik yang sedang mereka obrolkan—walaupun mereka sadar.

Namun begitu benarkah Allah menjadikan Yahudi sebagai bangsa unggul? Lebih unggul dibandingkan siapa? Dan keunggulan seperti apa yang Allah Swt berikan kepada umat Yahudi?

Al-Qur’an Membicarakan Keunggulan Umat Yahudi

Setidaknya ada tiga ayat dalam al-Qur’an yang membicarakan keunggulan umat Yahudi. Yang pertama dan yang paling populer adalah ayat 47 dan 122 Surat al-Baqarah, Allah Swt. berfirman:

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ

“Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu dan Aku telah mengunggulkan kalian dari semua umat yang lain di alam”. (Q.S. al-Baqarah: 47 & 122)

Ayat kedua terdapat dalam surat ad-Dukhan ayat 32, Allah Swt. berfirman:

وَلَقَدِ اخْتَرْنٰهُمْ عَلٰى عِلْمٍ عَلَى الْعٰلَمِيْنَ ۚ 

“Dan sungguh, Kami pilih mereka (Bani Israil) dengan ilmu (Kami) di atas semua bangsa (pada masa itu)”. (Q.S. ad-Dukhan: 32)

Ayat ketiga terdapat dalam surat al-Maidah ayat 20, Allah Swt. berfirman:

وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِقَوْمِهٖ يٰقَوْمِ اذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ جَعَلَ فِيْكُمْ اَنْۢبِيَاۤءَ وَجَعَلَكُمْ مُّلُوْكًاۙ وَّاٰتٰىكُمْ مَّا لَمْ يُؤْتِ اَحَدًا مِّنَ الْعٰلَمِيْنَ

“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku! Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan menjadikan kamu sebagai orang-orang merdeka, dan memberikan kepada kamu apa yang belum pernah diberikan kepada seorang pun di antara umat yang lain.” (Q.S. al-Maidah: 20)

Salah satu yang menjadi topik dalam ketiga ayat ini memang tentang keunggulan yang Allah berikan kepada umat Yahudi, khususnya Bani Israil. Penyebutan secara spesifik itu perlu menjadi perhatian, ketiga ayat ini secara spesifik menyebutkan tentang keunggulan yang diberikan kepada Bani Israil, bukan umat Yahudi secara umum. 

Yahudi telah menjadi sebuah agama yang terbuka untuk dianut oleh siapapun, sama halnya dengan Islam, Kristen, dan Hindu. Sementara Bani Israil merupakan sebutan untuk golongan umat dari garis keturunan tertentu.

Para ulama tafsir sepakat, sebagaimana dikutip Imam Fakhr al-Din al-Razi, bahwa Israil adalah Nabi Ya’kub bin Ishak bin Ibrahim As. Maka Bani Israil adalah anak cucu keturunan Nabi Ya’kub As. Lebih lanjut Imam Fakhr al-Din al-Razi menuliskan dalam tafsirnya, tafsir al-Kabir, bahwa Bani Israil yang disebut secara spesifik dalam ayat 47 dan 122 surat al-Baqarah ialah umat Yahudi keturunan Nabi Ya’qub yang ada di Madinah pada masa Rasulullah Saw. (Lihat Fakhr al-Din al-Razi, Mafatih al-Ghaib, vol. III, halaman 21)

Unggul daripada Siapa?

Kemudian para ulama tafsir berbeda pendapat tentang atas siapa keunggulan Bani Israil itu? Yang menjadi dasar perdebatan ialah kata al-‘alamin  yang bermakna seluruh alam. Ada ulama tafsir yang mengatakan bahwa keunggulan Bani Israil itu atas seluruh penduduk alam. Meskipun maksudnya keunggulan dalam aspek tertentu, bukan keunggulan dalam seluruh aspek.

Dasarnya ialah soal tata bahasa, lafaz al-‘alamin (seluruh alam) yang terdapat dalam ketiga ayat ini memakai lafaz umum. Kemudian lafaz fadhaltukum (aku telah mengunggulkan kalian) yang terdapat dalam ayat surat al-Baqarah memakai lafaz mutlak. Sesuai ketentuan tata bahasa; ketika satu lafaz mutlak dan lafaz yang lain umum maka masing-masing lafaz berdiri sendiri dengan kandungan maknanya. 

Namun menurut Ibnu Katsir, penafsiran ini lemah dan perlu ditinjau ulang. (Lihat Ibn al-Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, vol. I, halaman 255 dan Fakhr al-Din al-Razi, Mafatih al-Ghaib, vol. III, halaman 56).

Ulama tafsir lain mengatakan bahwa keunggulan Bani Israil itu hanya atas mayoritas penduduk alam, bukan semua penduduk alam. Namun penafsiran ini juga lemah menurut Imam fakhr al-Din al-Razi. Sebabnya penafsiran ini menentang kaidah bahasa, secara nyata al-Qur’an menyebutkan lafaz al-‘alamin (seluruh alam) secara umum. (Lihat Fakhr al-Din al-Razi, Mafatih al-Ghaib, vol. III, halaman 55).

Penafsiran yang menjadi pilihan para ulama tafsir adalah penafsiran yang diterima dari riwayat Abu ‘Aliyah (w. 90 H). Penafsiran ini mengatakan bahwa keunggulan umat Yahudi itu adalah atas seluruh penduduk alam yang ada pada zaman mereka, yaitu sebelum zaman Nabi Muhammad Saw. Sementara maksud lafaz al-‘alamin (seluruh alam) dalam ayat di atas adalah seluruh penduduk alam pada masa itu, bukan seluruh alam sepanjang masa.

Dasarnya ialah sesuatu akan bernama alam ketika telah ada, begitu ketentuan dalam ilmu logika (mantiq). Ayat ini berbicara tentang kisah masa lalu. Pembicaraan itu juga menggunakan lafaz dengan keterangan masa lalu (fi’il madhi). Seperti ayat 47 dan 122 surat al-Baqarah memakai lafaz fadhaltukum (aku telah mengunggulkanmu)

. Sehingga maksud seluruh alam pada ayat tersebut ialah seluruh alam yang telah ada pada masa itu, tidak termasuk alam yang belum ada seperti Nabi Muhammad dan umat Islam. (Lihat Ibn al-Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, vol. I, halaman 255 atau Fakhr al-Din al-Razi, Mafatih al-Ghaib, vol. III, halaman 55-56).

Apa Keunggulan Bani Israil?

Keunggulan yang Allah berikan kepada Bani Israil di masa lampau itu ialah keunggulan dari tiga aspek; Allah memberi mereka raja dari kalangan mereka, Allah mengutus rasul dari kalangan mereka, dan Allah menurunkan kitab sebagai pedoman untuk mereka. Allah tidak pernah memberikan ketiga hal itu kepada umat lain pada zaman mereka itu. 

Ayat-ayat tersebut bertujuan mengingatkan mereka tentang anugerah Allah kepada nenek moyang mereka di masa lampau. (Fakhr al-Din al-Razi, Mafatih al-Ghaib, vol. III, halaman 56 dan al-Khazen, Lubab al-Takwil fi Ma’ani al-Tanzil, vol. 1, halaman 43)

Maka keunggulan yang dimaksud bukan keunggulan dalam hal kecerdasan. Juga tidak ada kaitan keunggulan itu dengan pernah memakan hidangan dari langit. Karena Bani Israil, nenek moyang sebagian umat Yahudi, bukan satu-satunya umat yang pernah memakan hidangan dari langit. Setelah mereka juga ada kaum Hawariyyun, umat Nabi Isa As. 

Sebagaimana Firman Allah Swt. yang menceritakan tentang permintaan mereka kepada Nabi Isa As. dan jawaban Allah Swt. dalam ayat 112 dan 115 Surat al-Maidah:

إِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيعُ رَبُّكَ أَنْ يُنَزِّلَ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِّنَ السَّمَاءِ قَالَ اتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

“(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa yang setia berkata, “Wahai Isa putra Maryam! Bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?” Isa menjawab, “Bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang beriman” (Q.S. al-Maidah: 112)

قَالَ ٱللَّهُ إِنِّى مُنَزِّلُهَا عَلَيْكُمْ ۖ فَمَن يَكْفُرْ بَعْدُ مِنكُمْ فَإِنِّىٓ أُعَذِّبُهُۥ عَذَابًا لَّآ أُعَذِّبُهُۥٓ أَحَدًا مِّنَ ٱلْعَٰلَمِينَ

“Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan) itu, maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia”. (Q.S. al-Maidah: 115)

Juga tidak ada kaitan keunggulan Bani Israil di masa lampau itu dengan umat Yahudi sekarang, apalagi dengan sosok seperti Bill Gates atau Mark Zuckerberg. Juga tidak ada kaitannya dengan konflik Israel-Palestina yang murni soal kolonialisme. Lebih tidak ada kaitannya lagi dengan tugas Imam Mahdi yang akan turun di akhir zaman. Mengait-ngaitkan semua itu murni pekerjaan obrolan pinggir jalan.

Demikian penjelasan terkait benarkah Allah menjadikan Yahudi sebagai bangsa yang unggul? Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Tafsir Al-Quran: Pandangan Yahudi tentang Kehidupan Dunia

Al-Quran banyak mengulas kaum Yahudi, yang disebut manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia),di bawah ini tafsir Al-Quran Surat Al-Baqarah tentang kehidupan Yahudi

KAUM YAHUDI dan Bani Israil banyak diulas dalam Al-Quran.  Di antara surat yang banyak mengulas sifat dan kehidupan mereka adalah Surat Al-Baqarah, di bawah ini.

قُلْ اِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الْاٰخِرَةُ عِنْدَ اللّٰهِ خَالِصَةً مِّنْ دُوْنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْن َ ۞وَلَنْ يَّتَمَنَّوْهُ اَبَدًاۢ بِمَا قَدَّمَتْ اَيْدِيْهِمْ ۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢ بِالظّٰلِمِيْنَ ۞ وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ ۛوَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا ۛيَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَلْفَ سَنَةٍۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَابِ اَنْ يُّعَمَّرَۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا يَعْمَلُوْنَ ࣖ ۞

“Katakanlah (Muhammad), “Jika negeri akhirat di sisi Allah, khusus untukmu saja bukan untuk orang lain, maka mintalah kematian jika kamu orang yang benar.” Tetapi mereka tidak akan menginginkan kematian itu sama sekali, karena dosa-dosa yang telah dilakukan tangan-tangan mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang zalim. Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka, ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS:al-Baqarah { 2 } : 94-96)

Cinta dunia

Ayat 94-96 dalam Surat al-Baqarah ini membahas tentang pandangan Yahudi terhadap kehidupan dunia dan akhirat. Hal itu bisa dijelaskan dalam poin-poin di bawah ini :

(A).  Kaum Yahudi mengklaim (mengaku-ngaku) bahwa mereka adalah putra-putra Allah dan kaum pilihan yang dicintai Allah. Allah Subhanahu wa ta’ala menceritakan perkataan mereka :

نَحْنُ اَبْنٰۤؤُا اللّٰهِ وَاَحِبَّاۤؤُهٗ

“Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih kekasih-Nya.” (QS:al-Maidah { 5 } : 18)

Mereka juga mengklaim bahwa tidak akan masuk surga kecuali kelompok mereka saja. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَقَالُوْا لَنْ يَّدْخُلَ الْجَنَّةَ اِلَّا مَنْ كَانَ هُوْدًا اَوْ نَصٰرٰى ۗ

“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, “Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi atau Nasrani.”  (QS:al-Baqarah { 2 } : 111)

Seandainya mereka masuk neraka pun karena dosa-dosa mereka, mereka mengklaim tidak akan lama di neraka, melainkan hanya beberapa hari saja. Allah Subhanahu wa ta’ala  berfirman :

وَقَالُوْا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ اِلَّآ اَيَّامًا مَّعْدُوْدَةً ۗ قُلْ اَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللّٰهِ عَهْدًا فَلَنْ يُّخْلِفَ اللّٰهُ عَهْدَهٗٓ اَمْ تَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

“Dan mereka berkata, “Neraka tidak akan menyentuh kami, kecuali beberapa hari saja.” Katakanlah, “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah, sehingga Allah tidak akan mengingkari janji-Nya, ataukah kamu mengatakan tentang Allah, sesuatu yang tidak kamu ketahui?”  (QS:al-Baqarah { 2 } : 80)

(B). Di sisi lain kaum Yahudi adalah kaum yang sangat mencintai dunia dan rakus untuk mendapatkannya. Bahkan saking rakusnya, mereka ingin menikmati dunia sampai 1000 tahun lagi.

Allah Subhanahu wa ta’ala  berfirman :

وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ

“Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia).” (QS:al-Baqarah { 2 } : 96)

(C). Oleh karenanya, Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk menguji klaim mereka bahwa mereka adalah satu-satunya kelompok yang akan masuk surga dan mereka adalah kekasih-kekasih Allah, mereka diuji untuk bercita-cita mati.

Arti “tamanna  al-Maut”

Para ulama berbeda pendapat di dalam menafsirkan ”Tamanna al-Maut.”

Pendapat pertama

Tamanna al-Maut artinya mintalah kematian yang mengantarkan kepada kenikmatan abadi yang dikhususkan bagi kalian. Hal itu karena seseorang yang meyakini dirinya adalah ahli surga, tentunya akan lebih memilih kematian dari pada hidup di dunia yang penuh masalah dan ujian ini.

Pendapat pertama ini lemah, karena tidak mesti orang yang shalih atau orang yang menyakini dirinya ahli surga lantas ingin segera mati. Justru sebaliknya banyak orang shalih yang ingin hidup panjang untuk memperbanyak amal shalih yang akan menambah bekal nanti di akhirat. Dan ini sesuai dengan Hadist Abdulah bin Busr Radhiyallahu Anhu:

 عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُسْرٍ أَنَّ أَعْرَابِيًّا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ

“Dari ‘Abdullah bin Busr, seorang badui bertanya: Wahai Rasulullah, siapa orang terbaik itu? Rasulullah ﷺ menjawab : “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya”.” (HR: at-Tirmidzi, 2251)

Pendapat kedua

Pada ayat di atas artinya : “Doakan kematian bagi salah satu pihak, terutama kalian yang paling dusta klaimnya (pengakuanya).” Hal ini sering disebut “al-Mubahalah” yang sering diartikan juga “saling mendoakan keburukan atau kematian atau kehancuran bagi lawan debatnya yang berbohong atau tidak jujur.” Biasanya “al-Mubahalah” digunakan dalam perdebatan penting terutama masalah akidah seperti antara umat Islam dan orang kafir, sebagaimana yang dilakukan Nabi ﷺ ketika berdebat dengan Para Pendeta Nasrani dari daerah Najran tentang  Nabi Isa Alaihi as Salam.

Sayangnya sebagian umat Islam pada hari ini salah dalam menerapkan “al-Mubahalah”, ketika berselisih dengan kawannya dalam hal-hal yang tidak penting dari prinsip pun mereka menggunakan “al-Mubahalah” padahal konsekuensinya sangat berat, mendoakan kehancuran temannya sesama muslim.

Ketika kaum Yahudi diminta untuk bercita-cita mati atau saling mendoakan kehancuran bagi yang berdusta, mereka tidak mau melaksanakannya, karena mereka takut bahwa sebenarnya mereka berdusta atas klaim (pengakuan) mereka, dan karena sebenarnya mereka sangat mencintai dunia. Mereka sadar bahwa mereka telah banyak berbuat dosa.

Maka kaum Yahudi sering disebut kaum yang sangat takut mati atau pengecut. Seandainya mereka berperang, selalu berada dibalik benteng.

Allah Subhanahu wa ta’ala  berfirman :

لَاَنْتُمْ اَشَدُّ رَهْبَةً فِيْ صُدُوْرِهِمْ مِّنَ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَفْقَهُوْن َ ۞ لَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ جَمِيْعًا اِلَّا فِيْ قُرًى مُّحَصَّنَةٍ اَوْ مِنْ وَّرَاۤءِ جُدُرٍۗ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌ ۗ تَحْسَبُهُمْ جَمِيْعًا وَّقُلُوْبُهُمْ شَتّٰىۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُوْنَۚ۞

“Sesungguhnya dalam hati mereka, kamu (Muslimin) lebih ditakuti daripada Allah. Yang demikian itu karena mereka orang-orang yang tidak mengerti. Mereka tidak akan memerangi kamu (secara) bersama-sama, kecuali di negeri-negeri yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu padahal hati mereka terpecah belah. Yang demikian itu karena mereka orang-orang yang tidak mengerti.” (QS:al-Hasyr { 59 } : 13-14)

Begitu juga terdapat atsar Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu yang menyebutkan, “Sekiranya kaum Yahudi menginginkan kematian, niscaya mereka mati dan melihat tempat mereka di neraka.”

‘Hidup seribu tahun’

وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ ۛوَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا ۛيَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَلْفَ سَنَةٍۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَابِ اَنْ يُّعَمَّرَۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا يَعْمَلُوْنَ ࣖ

“Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari  mereka, ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS:al-Baqarah { 2 } : 96).

Tafsir dalam ayat di atas menjelaskan bahwa kaum Yahudi adalah kaum yang sangat mencintai dunia dan takut mati. Bahkan mereka ingin hidup seribu tahun lagi, maksudnya ingin hidup selamanya. Karena mereka tahu jika mereka mati, tempat mereka adalah neraka.

Bahkan kerakusan kaum Yahudi terhadap dunia ini lebih dibanding orang-orang musyrik. Perbedaan antara dua kelompok tersebut bahwa Kaum Yahudi mengatakan adanya hari kebangkitan dan hari kiamat sedangkan kaum musyrikin tidak percaya adanya hari akhir.

Kaum Yahudi walaupun diberi tangguh sampai seribu tahun lamanya, tetapi hal itu tidak menyelamatkan mereka dari adzab yang pedih. Allah Subhanahu wa ta’ala  berfirman :

وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ ۛوَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا ۛيَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَلْفَ سَنَةٍۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَابِ اَنْ يُّعَمَّرَۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا يَعْمَلُوْنَ ࣖ

“Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka, ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka- dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS:al-Baqarah { 2 } : 96)

Salah satu lirik nasyid anak-anak mengambil tulisan dari ayat diatas. Lirik tersebut berbunyi “Walapun hidup seribu tahun, kalau tak sembahyang (shalat) apa gunanya!” Semoga Allah menjauhkan kita dari adzab api neraka, Amin. Wallahu A’lam.*/Tafsir An-Najah diasuh Dr Ahmad Zain an-Najah, Pusat Kajian Fiqih Indonesia (PUSKAFI)

HIDAYATULLAH

Melacak Radikalisme Zionis dalam Kitab Talmud

HARI-HARI ini, ‘Israel’, negara Zionis menambah daftar aksi kebiadabannya selama masa penjajahannya terhadap rakyat Palestina.

Fenomena kekejaman Zionis sebetulnya tidak terlepas dari ketaatan total Yahudi Israel kepada kitab suci Talmud. Yaitu kitab suci kedua setelah kitab Torah/Taurat (Perjanjian Lama). Muhammad al-Syarqawi, Pakar Perbandingan Agama dan kitab Talmud dari Universitas Kairo, mengupas kontroversi kitab Talmud dalam karyanya berjudul, Kitab Israil al-Aswad.

Dalam buku al-Syarqawi tersebut dikatakan, ketaatan terhadap kitab yang asal-usulnya masih simpang siur itu melebihi ketaatan kepada Perjanjian Lama. Seorang Rabbi Yahudi bernama Roski mengatakan: “Jadikanlah perhatianmu kepada ucapan-ucapan Rabi (Talmud) melebihi perhatianmu kepada undang-undang Nabi Musa (Torah)”. August Rohling dalam Die Polemik und das Manschenopher des Rabbinus mengatakan, Yahudi lebih mensakralkan Talmud daripada Taurat (Muhammad al-Syarqawi, Ayat-Ayat Hitam Talmud,terj. Kitab Israil al-Aswad, hal. 38).

Joseph Barcle, pakar kebudayaan Ibrani, menyatakan bahwa isi kitab Talmud berupa ayat-ayat yang ekstrim. Para pemimpin agama Kristen di Eropa dan Raja dahulu pernah mengharamkan kitab tersebut.

Kitab Talmud menurut al-Syarqawi sebenarnya belum dipastikan orisinalitasnya. Seperti pernah dikatakan oleh Richard Elliot Friedman, penulis buku Who Wrote the Bible, bahwa Talmudi merupakan teka-teki yang paling tua. Dalam kitab itu tidak ditemukan ayat yang menjelaskan kitab ini dari Nabi Musa (Maurice Bucaille,Al-Qur’an, dan Sains Modern,terj. hal. 1). Ia merupakan ayat-ayat yang kononnya berasal dari ucapan-ucapan nabi Musa yang kemdudian ditransmisi kepada para pemimpin Yahudi. Sehingga, Talmud disebut juga undang-undang lisan.

Dalam Dictionary of the Bible, disebutkan bahwa dalam tradisi agam Yahudi, Nabi Musa memiliki dua kitab undang-undang. Yaitu Torah yang disebut undang-undang tertulis. Dan Talmud yang dikenal dengan undang-undang lisan.

Kesulitan melacak transmisi secara verbal Talmud ini mungkin karena Yahudi tidak memiliki tradisi ilmu sanad sebagaimana dalam Islam. Proses transmisi hukum lisan ini konon dimulai dari para murid-murid Nabi Musa disampaikan secara verbal kemudian sampai kepada para Rabbi Yahudi, yang kemudian ditulis dalam bentuk kitab. Siapa yang pertama menulisnya, juga masih kontroversi (Kholili Hasib,Kritik atas Konsep Abrahamic Faiths dalam Studi Agama, hal. 13).

Materi-materi pelajaran di negara Israel juga berpedoman kepada pendekatan kitab Talmud. Termasuk anak-anak Yahudi.

Menurut Muhammad Khalifah al-Tunisi, penerjemah Protocols of Learned Elders of Zion, ajaran Zionisme terbentuk oleh doktrin-doktrin kitab Talmud. Mereka melakukan propaganda memecah bangsa dan agama di dunia, demi memuluskan agendanya. Propagandanya membuat ajaran-ajaran baru dari agama-agama, untuk memuluskan tujuan besarnya.

Mengutip Dr. A Fabian, Muhammad al-Syarqawi menulis  bahwa Talmud telah memberikan kontribusi dan kekuatan yang sangat besar dalam menjaga agama dan kebangsaan Yahudi. Yahudi tetap eksis selama Talmud eksis dalam kehidupan Yahudi.
Sampai saat ini, ritual-ritual keagamaan, shalat, liturgi dan peraturan pernikahan semuanya dilaksanakan dengan pedoman langsung dari Talmud.

Jadi Talmud sudah menjadi way of life-nya Zionis. Talmud berisi ajaran-ajaran aneh dan doktrin-doktrin yang rasis.

Ajaran-ajaran di dalamnya memuat doktrin aneh dan rasialis. Disebutkan bahwa Nabi Adam pernah menggauli setan perempuan yang bernama Lelet, sehingga darinya lahir setan dalam jumlah banyak.

Disebut pula, bahwa bangsa selain Yahudi bagaikan binatang. Seluruh bumi dan isinya adalah milik Yahudi yang diberikan oleh Tuhan. Untuk mendapatkan harti di bumi, Yahudi dibolehkan menipu bangsa non-Yahudi, bahkan dengan cara pembunuhan sekalipun (Ayat-Ayat Hitam Talmud,terj. Kitab Israil al-Aswad, hal. 113-118).

Al-Syarqawi menerjemahkan ayat-ayat yang disebut ‘hitam’ tersebut. “Hanya orang-orang Yahudi yang manusia, sedangkan orang-orang non-Yahudi bukanlah manusia, melainkan binatang” (Kerithuth 6b hal. 78, Jebhammoth 61a).

Doktrin menghalalkan segala cara berpedomankan kepada ayat Talmud IV/8/4a, yang berbunyi: “Tuhan Yahweh tidak pernah marah kepada orang-orang Yahudi, melainkan hanya marah kepada orang non-Yahudi”.

Menipu dan berbohong dihalalkan kepada non-Yahudi: “Setiap orang Yahudi boleh menggunakan kebohongan dan sumpah palsu untuk membawa seorang non-Yahudi kepada kejatuhan” (Babha Kama 113a).

Agama Kristen disebut dengan predikat merendahkan yaitu dipanggil ‘Abhodah Zarah (agama aneh), Obhde Elilim (penipu-penipu paganis), Edom (orang yang mengimani lambing salib), Goim (pagnis non-Yahudi), Nokhrim (orang asing), Amme Harets (orang dungu), Basar Vedarm (daging dan darah – maksudnya orang Kristen yang tidak beriman kepada Roh), Apikorosim  (orang yang tidak mentaati perintah-perintah Tuhan). Seorang Rabi Yahudi Meir menyebut, kitab Injil milik orang Kristen dengan sebutan Aven Gilaion  (kitab-kitab jahat).

Paulus yang mengaku murid Nabi Isa, disebut-sebut orang Yahudi yang mempunyai misi menyimpangkan ajaran Nabi Isa. Tujuannya, agara pengikut Nabi Isa bisa ‘bersahabat’ dengan ajaran Yahudi, dan jauh dari Injil. Di kalangan Yahudi diaspora, Paulus atau Saul dikenal sebagai misionari Kristen Yahudi, atau Judeo-Christian.

Sehingga, radikalisme Yahudi tersebut sebenarnya juga tantangan bagi agama Kristen. Sebab, menjadi ancaman tumbuhnya dotkrin-doktrin ekstrim yang bisa berkembang luas. Kristen harus mewaspadai gerakan radikalisme dan ekstrimisme ini. Jika ingin perdamaian dunia, ekstrimisme dan radikalisme ajaran dalam Talmud harus dihilangkan. Apalagi, orisinalitasnya dipertanyakan. Namun, kini, gerakannya meluas secara terselubung. Dengan memiliki sayap-sayap gerakan.

Doktrin-doktrin tersebut kemudian dipraktikkan dan dikekembangkan oleh Yahudi diaspora berupa gerakan politik Zionisme. Sayap-sayap gerakan ini berkembang ke berbagai negara, seperti freemasonry, theosofi, kabbalah dan lain-lain.*

Oleh: Kholili Hasib, Peneliti InPAS

HIDAYATULLAH

Mereka Diubah Menjadi Kera Yang Hina

Ada faidah menarik mengenai kisah Bani Israil yang berbuat hiilah (mengakali ajaran agama) terkait larangan mengambil ikan di hari Sabtu. Kisah ini disebutkan dalam Al Qur’an:

وَاسْأَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِي السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لَا يَسْبِتُونَ لَا تَأْتِيهِمْ كَذَلِكَ نَبْلُوهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ

Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik” (QS. Al A’raf: 163).

Namun mereka melanggar larangan ini dengan membuat hiilah (tipu daya). Yaitu dengan memasang jaring di hari Jum’at dan mengangkatnya di hari Ahad dalam keadaan penuh dengan ikan-ikan. Yang dengan ini, sebenarnya mereka telah melanggar larangan Allah. Maka Allah ta’ala befirman:

فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ

“Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: “Jadilah kamu kera yang hina” (QS. Al A’raf: 166).

Allah ta’ala juga berfirman:

وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ

Dan engkau telah mengetahui tentang orang-orang dari kalian yang melanggar batasan Allah pada hari Sabtu, maka kami katakan para mereka: ‘jadilah kalian kera-kera yang hina’” (QS. Al Baqarah: 65).

Dijelaskan oleh Ibnu Abbas radhiallahu’anhu bahwa sebagian mereka juga dijadikan babi. Beliau mengatakan:

فجعل [ الله ] منهم القردة والخنازير . فزعم أن شباب القوم صاروا قردة والمشيخة صاروا خنازير

“Allah ta’ala menjadikan mereka sebagai kera dan babi. Disebutkan bahwa yang masih muda dari kaum tersebut dijadikan kera, dan yang sudah tua dijadikan babi” (Tafsir Ibnu Katsir).

Dan diubahnya kaum tersebut menjadi babi dan kera, ini terjadi kepada laki-laki maupun wanitanya. Qatadah rahimahullah mengatakan:

فصار القوم قرودا تعاوى لها أذناب بعد ما كانوا رجالا ونساء

“Mereka menjadi kera-kera yang suka melolong, dan mereka punya ekor. Padahal sebelumnya mereka manusia lelaki dan wanita” (Tafsir Ibnu Katsir).

Dan kata “khasi’in” sebagian salaf menafsirkan: ukuran mereka kecil. Disebutkan riwayat dari Mujahid rahimahullah:

عن مجاهد في قوله: (كونوا قردة خاسئين) قال: صاغرين

“Dari Mujahid, ketika menafsirkan [jadilah kalian kera-kera yang khasi’in], ia berkata: maksudnya mereka berukuran kecil” (Tafsir Ath Thabari).

Sebagian salaf mengatakan, mereka dijadikan kera betulan dan hidup selama 3 hari. Sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Al Baghawi:

قال قتادة : صار الشبان قردة والشيوخ خنازير فمكثوا ثلاثة أيام ثم هلكوا ولم يمكث مسخ فوق ثلاثة أيام ولم يتوالدوا

“Qatadah berkata: mereka dijadikan kera-kera muda dan babi-babi tua, kemudian mereka tetap hidup selama 3 hari lalu dibinasakan, tidak ada yang bertahan lebih dari 3 hari, dan mereka tidak ber-reproduksi”.

Wal ‘iyyadzubillah. Semoga menjadi pelajaran bagi kita semua agar tidak meniru kelakuan mereka, yaitu suka mengakali ajaran agama demi mencari dunia.
Semoga Allah memberi taufik.

Penulis: Yulian Purnama

Artikel Muslimah or.id

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/13183-mereka-diubah-menjadi-kera-yang-hina.html

“Buldozer” yang Congkak Lagi Kejam

SEPANJANG sejarah upaya Zionis Yahudi mewujudkan ‘Eretz Yisrael’ di atas tanah Palestina, Ariel Sharon termasuk salah satu tokoh yang “tidak ada matinya.” Ia kerap muncul di setiap sejarah penting Israel.

Sharon dilahirkan di Kfar Maalal, sebuah daerah pertanian di Palestina bagian barat, pada tahun 1928. Wilayah itu dulu di bawah kekuasaan Inggris. Keluarga orangtuanya adalah imigran dari Rusia, pendukung kuat Zionis Israel. Dalam otobiografinya disebutkan, nama kecil Sharon adalah ‘Buldozer’.

Pada masa kanak-kanak ia telah bergabung dengan gerakan pemuda Zionis. Saat remaja belasan tahun ia menjadi anggota paramiliter Zionis. Sharon bergabung dalam dinas militer Israel sebelum genap usia 20 tahun dan ditunjuk menjadi komandan pleton. Ia ikut perang pertama antara pasukan Zionis dengan Arab tahun 1948.

Saat berkarir di militer maupun politik, Sharon dikenal sebagai seorang ‘hawkish’. Seseorang yang tidak sungkan menggunakan kekerasan dan kekuatan bersenjata untuk menghajar semua lawannya.

Namun di kemiliteran, ia paling dikenal dengan aksinya dalam Perang Arab-Israel tahun 1967 dan peperangan Yom Kippur Oktober 1973. Ia salah satu komandan pasukan Zionis yang berhasil meraih kemenangan dari pasukan Arab dalam waktu singkat. Keberhasilannya itu menjadi salah satu legasi Sharon, yang hingga kini terus diajarkan dan ditularkan kepada para kadet angkatan bersenjata Israel.

Di dunia politik, ia mendirikan Partai Likud pada tahun 1973, yang hingga kini dikenal sebagai partai paling kejam dan keras terhadap rakyat Palestina. Lawan-lawan politiknya di Israel pun mengakui ke-hawkish-annya.

Setelah keluar dari Likud, ia membentuk Partai Kadima pada akhir 2005. Partai ini juga mendapat warisan sifat keras dari Sharon. Salah satunya bisa dilihat dari sepak terjang Tzipi Livni.

Meskipun perempuan, pemimpin Kadima itu adalah otak dan pengambil keputusan penting saat pasukan Zionis Israel menyerang Jalur Gaza akhir 2008 hingga pertengahan Januari 2009, yang dikenal dengan Operation Cast Lead.

Tidak kurang dari 1.500 orang –kebanyakan anak kecil, wanita dan orangtua– menjadi korban tewas dalam serangan 22 hari tersebut. Serangan pasukan udara, darat dan laut Israel itu baru dihentikan hanya satu hari sebelum Amerika Serikat melantik Presiden Barack Obama.

Dalam urusan pemukiman Yahudi, Sharon yang pernah menjabat sebagai Menteri Perumahan dan Pembangunan Israel tahun 1990-1992 dan Menteri Infrastruktur Nasional Israel tahun 1996-1999, tidak mengenal kata ilegal dalam kamusnya.

Semua pemukiman Yahudi yang dibangun, termasuk dengan cara merampas tanah milik warga Palestina, adalah sah.

“Setiap orang harus bergerak, lari dan ambillah sebanyak mungkin puncak bukit sebisanya, untuk memperluas pemukiman (Yahudi). Sebab, semua yang kita bisa ambil akan tetap menjadi milik kita… Apa saja yang tidak bisa kita ambil, akan jatuh ke tangan mereka,” kata Sharon, saat berbicara di hadapan militan dari kelompok ekstrim sayap kanan Partai Tsomet, ketika menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, 15 Nopember 1998.

Congkak dan Kejam Kecongkakan Sharon dan kebenciannya terhadap orang Arab dan Palestina sudah mendarah-daging dalam dirinya sejak dulu.

Dalam wawancaranya dengan Jenderal Ouze Merham pada 1956, Sharon berkata, “Saya tidak tahu ada yang namanya prinsip-prinsip internasional. Saya bersumpah, akan saya bakar setiap anak yang dilahirkan di daerah ini. Perempuan dan anak-anak Palestina lebih berbahaya dibandingkan para pria dewasa, sebab keberadaan anak-anak Palestina menunjukkan bahwa generasi itu akan berlanjut. … Saya bersumpah, jika saya sebagai seorang Israel bertemu dengan seorang Palestina, maka saya akan bakar dia. Dan saya akan membuatnya menderita sebelum membunuhnya. Dengan satu pukulan saya pernah membunuh 750 orang Palestina (di Rafah tahun 1956). Saya ingin menyemangati prajurit saya agar memperkosa gadis-gadis Arab, karena perempuan Palestina adalah budak untuk Yahudi dan kami dapat berbuat apa saja yang kami inginkan kepadanya. Tidak ada yang boleh menyuruh kami apa yang harus kami lakukan, justru kami yang memerintah mereka apa yang harus mereka lakukan.”

Bicara tentang kekejaman Sharon dalam sejarah Zionis Israel, tidak akan lepas dari peristiwa pembantaian warga Palestina di pengungsian Sabra-Shatilla dan invasi pasukan Israel ke Beirut, Libanon, pada 1982 saat Sharon menjabat menteri pertahanan.

Dr. Ang Swee Chai, seorang perempuan warga China Kristen, yang dibesarkan dengan nilai-nilai anti-Islam dan Arab, serta mendukung penuh Yahudi dan Israel, bercerita cukup lengkap tentang kekejaman Israel di Sabra-Shatilla dalam bukunya “From Beirut to Jerussalem”.

Pembantaian Sabra-Shatilla terjadi pada September 1982, hanya beberapa hari setelah para pejuang Palestina menyerahkan senjata mereka dibawah perjanjian damai internasional. Mereka kemudian dideportasi dari Beirut, meninggalkan keluarganya ke perlindungan pasukan perdamaian internasional. Pasukan Israel kemudian menginvasi Beirut. Tidak kurang dari 3.000 wanita dan anak-anak yang tidak berdaya dikumpulkan di kamp pengungsian Sabra-Shatilla. Kemudian secara sistematis mereka dibantai begitu saja.

Pendudukan Beirut oleh pasukan Zionis berlangsung selama 70 hari. Lebih dari 30.000 orang kehilangan nyawanya. Pasukan Zionis menyerang secara membabi-buta. Makanan, air dan listrik seketika lenyap. Lebih dari 500.000 orang dipaksa meninggalkan rumahnya.

Berdasarkan perhitungan tentara Israel IDF, mereka menggunakan tidak kurang dari 960 ton amunisi untuk menghancurkan kota Beirut.

Dalam serangan ke Libanon tersebut, untuk pertama kalinya Israel menguji cobakan senjata baru, yaitu bom fosfor dan bom vakum.

Jika seseorang terkena bom fosfor maka tubuhnya akan terbakar selama beberapa hari. Apabila tubuhnya disiram air, maka pembakarannya akan bertambah parah dan berlangsung lebih lama.

Bom vakum tidak kalah mengerikan. Bom itu terbuat dari TNT yang berkekuatan besar. Jika dijatuhkan ke sebuah gedung, maka bangunan itu akan tersedot ke bawah, rontok menjadi puing. Ang Swee Chai melihat sebuah bangunan 11 lantai mengubur hidup-hidup sekitar 200 orang di Beirut.

Saat menjelaskan latar belakang dari penciptaan karya instalasinya yang berjudul “Ariel Sharon” Noam Braslavsky mengatakan kepada BBC, “Pria ini bukan seorang laki-laki biasa. Dia punya pengaruh yang sangat besar atas kehidupan dari semua orang yang tinggal di negeri ini (Palestina-Israel).” Mungkin ia benar. *

Keterangan: korban “jagal” Aiel Sharon di Shabra dan Satila

HIDAYATULLAH

Orang Yahudi Hobi Mengonsumsi yang Haram (As-Suhtu)

Ini sifat orang Yahudi dan juga orang munafik, mereka punya hobi mengonsumsi yang haram seperti riba dan harta suap.

Allah Ta’ala berfirman,

﴿وَتَرى كَثيرًا مِنهُم يُسارِعونَ فِي الإِثمِ وَالعُدوانِ وَأَكلِهِمُ السُّحتَ لَبِئسَ ما كانوا يَعمَلونَ﴾ [المائدة: ٦٢]

Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu.” (QS. Al-Maidah: 62)

Dalam Tafsir Al-Mukhtashar disebutkan:

“Dan kamu -wahai Rasul-, sering melihat banyak orang-orang Yahudi dan orang-orang munafik yang bergegas melakukan perbuatan maksiat, seperti berdusta, berlaku tidak adil, dan memakan harta manusia secara haram. Sungguh buruk perbuatan mereka itu.”

Dalam Ma’aani Al-Kalimaat disebutkan,

﴿السُّحْتَ﴾ الْحَرَامَ؛ وَمِنْهُ الرِّشْوَةُ وَالرِّبَا.

As-suhtu adalah sesuatu yang haram seperti risywah (sogok) dan riba.

Sudah tadabur Al-Qur’an belum hari ini?

Catatan 6 Syawal 1442 H @ Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul DIY

Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Sumber https://rumaysho.com/28374-orang-yahudi-hobi-mengonsumsi-yang-haram-as-suhtu.html

Vatikan Bantah Yahudi Soal Tanah Dijanjikan dan Ras Terpilih

Israel tidak dapat menggunakan konsep Alkitab mengenai tanah yang dijanjikan atau orang terpilih’’ untuk membenarkan permukiman baru di Yerusalem atau membuat klaim teritorial.

Ini merupakan kesimpulan pertemuan para uskup dari kawasan Timur Tengah di Vatikan pada 2010 lalu. Mereka membahas masalah Israel-Palestina dilihat dari sisi Alkitab. 

Mereka berharap solusi dua negara bagi perdamaian Israel-Palestina dapat diwujudkan serta menyerukan upaya perdamaian untuk menghentikan eksodus pemeluk Kristen dari kawasan itu. 

“Kami telah merenungkan situasi kota suci Yerusalem. Kami cemas mengenai inisiatif sepihak yang mengancam perdamaian dan berisiko untuk mengubah keseimbangan demografis,” demikian pesan mereka.

Meski saat ini kondisi yang terjadi adalah Israel dan Palestina belum melanjutkan lagi pembicaraan damai. Penyebabnya, Israel menolak memperpanjang pembekuan pembangunan permukiman di Yerusalem Timur yang habis 26 September 2010 lalu.

Sejak itu, Israel mengumumkan rencana membangun lagi 238 rumah di dua lingkungan Yerusalem Timur, yang menimbulkan kecaman Palestina dan para pemimpin dunia. Jalan lain untuk posisi teologis dan Alkitab  yang menggunakan firman Tuhan untuk membenarkan ketidakadilan, tidak dapat diterima, demikian pernyataan Keuskupan

Banyak pemukim Yahudi dan kelompok sayap kanan di Israel mengklaim hak mereka terhadap Tepi Barat yang diduduki. Yahudi menyebut mereka Yudea dan Samaria serta menganggap sebagai bagian dari sejarah di mana wilayah itu diberikan kepada orang-orang Yahudi oleh tuhan.

Saat jumpa pers, Uskup Agung Yunani pada saat itu, Cyrille Salim Bustros, mengatakan, umat Kristen tidak dapat berbicara tentang tanah yang dijanjikan bagi bangsa Yahudi. Tidak ada lagi orang yang dipilih. Semua pria dan wanita dari semua negara adalah umat pilihan, paparnya.

Konsep tanah yang dijanjikan tak dapat digunakan sebagai dasar pembenaran kembalinya orang Yahudi ke Israel dan mengusir Palestina, tambahnya. Pembenaran pendudukan Israel atas tanah Palestina, kata Bustros, tak bisa didasarkan pada kitab suci.

Menanggapi hasil musyawarah gereja ini, juru bicara Departemen Luar Negeri Israel, Yigal Palmor, mengatakan, perselisihan teologis atas interpretasi kitab suci sudah tidak ada sejak Abad Pertengahan. Rasanya bukan tindakan bijaksana untuk menghidupkan kembali hal itu, kilahnya.

Hasil musyawarah dua pekan itu juga menekankan agar Vatikan mendesak Yerusalem memiliki status khusus yang menghargai karakter khusus agama monoteis besar yang ada: Islam, Kristen, dan Yudaisme. Mereka meyakini Yerusalem tetap menjadi isu utama perselisihan Israel-Palestina.

Israel telah menganeksasi wilayah itu dan menyatakan Yerusalem sebagai bagian tak terpisahkan negara mereka, tindakan yang tak pernah diakui dunia internasional. Para uskup juga mengakui penderitaan dan ketidakamanan yang dialami Israel meski kesimpulan mereka lebih banyak memaparkan situasi yang dialami Palestina.

Mereka menyadari Palestina menderita akibat pendudukan Israel, terbatasnya ruang mereka, dinding pemisah di mana-mana, pos pemeriksaan militer, para tahanan politik, penghancuran rumah, gangguan kehidupan sosial ekonomi, dan ribuan pengungsi.

Mereka juga mendesak orang Kristen di daerah itu untuk tak menjual rumah atau tanah mereka. Ini aspek penting kehidupan mereka yang tinggal di sana dan bagi mereka yang suatu hari akan kembali ke sana, tulis para uskup. Kami mengutuk terorisme dan juga anti-Semitisme, Islamofobia, dan diskriminasi terhadap umat Kristen.  

*Naskah ini diambil dari Harian Republika yang mengutip Reuters

IHRAM

Karakter Orang Yahudi yang Terekam Sejarah

Orang-orang Yahudi dikenal akan kelebihan yang dikaruniakan Allah kepada golongan ini. Namun demikian, karakter khianat dari bangsa ini juga sangat kental, bahkan orang-orang Yahudi berani mengkhianati Nabi mereka.

Selain sifat khianat, orang-orang Yahudi pun merupakan bangsa yang munafik. Imam As-Suyuthi dalam kitab Asbabun Nuzul menjabarkan mengenai kemunafikan umat Yahudi itu. Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasannya ia berkata: “Beberapa orang dari agama Yahudi datang kepada Rasulullah SAW lalu beliau bersabda kepada mereka: sesungguhnya aku bersumpah demi Allah bahwasannya aku mengetahui bahwa kalian mengetahui bahwa aku adalah utusan Allah,”.

Mendengar hal itu, beberapa orang Yahudi itu kemudian menjawab: “Kami tidak tahu apa-apa tentang hal tersebut,”. Yang mana sejatinya, mereka enggan untuk mengakui kebenaran Nabi dan juga wahyu yang disampaikan.

Untuk itu, Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah An-Nisa ayat 166: “Lakinillahu yasyhadu bimaa anzala ilaika anzalahu bi’ilmihi wal-malaaikatu yasyhaduuna wakafaa billahi syahida,”. Yang artinya: “(Mereka tidak mau mengakui yang diturunkan kepadamu itu), tetapi Allah mengakui Alquran yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkan Alquran dengan ilmu-Nya, dan malaikat-malaikat pun menjadi saksi. Cukuplah Allah mengakuinya,”.

Kemunafikan umat Yahudi akan kebenaran ajaran Islam melalui Nabi dan juga wahyu yang diabadikan dalam Alquran menjadi bukti jahil dan keras kepalanya mereka. Maka sikap jahil inilah yang kemudian Allah abadikan di dalam Alquran dengan adanya peristiwa tersebut.

Kepada agamanya sendiri, orang-orang Yahudi pun kerap mengingkari Nabi mereka sendiri. Bahkan bila merujuk pada kisah Nabi Musa, sejarah merekamnya bagaimana salah satu orang Yahudi bernama Samiri mengingkari Nabi Musa dengan membuat berhala patung sapi ketika ditinggal sejenak Nabi Musa.

Persitiwa itu dilangsungkan setelah belum lama berselang dari peristiwa besar mukzijat laut yang  dibelah oleh tongkat Nabi Musa. Di mana pada akhirnya menyelamatkan, peristiwa mukjizat itu dapat menyelamatkan Bani Israel dari kejaran Firaun.

IHRAM

Al-Qur’an Mengingatkan Karakter Yahudi yang Suka Berbuat Kerusakan

Di dalam Al-Qur’an, istilah Yahudi tidaklah disebutkan selain dalam konteks kecaman atau sejarah keburukan dan pembangkangan anak keturunan Israel atau Yahudza ini.

Bani Israel, Ibrani, Yahudi, Israel, maupun Zionis, istilah yang berbeda, namun essensinya hampir sama. Karakter dan perangai tabiat mereka yang suka berbuat kerusakan di muka bumi, licik, culas, jahat, suka mengusir penduduk lain, penjajah dan perusak kemakmuran bangsa lain telah diabadikan di dalam Al-Qur’an dan akan tetap relevan sepanjang zaman.

Cukuplah Al-Qur’an mengingatkan janganlah kalian menjadikan Yahudi sebagai teman, sahabat atau mitra penolong.

Sejak masa Nabi Musa (kisaran 1700 SM), Nabi Dawud dan Sulaiman, hingga berdirinya Israel Raya di tahun 1948 oleh kelompok Zionis, menjadikan sejarah Yahudi selalu dipenuhi oleh sejarah kelam, genosida, pembantaian dan peperangan tanpa henti.

Mimpi membangun kembali Haikal Sulaiman yang mereka yakini sebagai arah baru kebangkitan kejayaan bangsa Yahudi menjadi ambisi Yahudi Zionis yang ingin kembali merebut tanah negeri Palestina dan mengusir penduduk bangsa Arab.

Haikal Sulaiman yang mereka yakini berdiri di atas Masjid Al-Aqsha itulah yang sampai detik ini membuat mereka tetap bersemangat menggali terowongan di bawah Masjid yang pernah menjadi kiblat kaum muslimin.

Bagi orang Yahudi, Haikal Sulaiman yang dulunya diyakini sebagai tempat peribadatan bangsa Yahudi yang kemudian dihancurkan oleh Nabukadizer dari Babioliona merupakan simbol kejayaan bangsa Yahudi.

Haikal Sulaiman yang mereka yakini itu sesungguhnya tidak lebih dari Ilusi yang mereka yakini dari dongeng-dongeng Talmud; kitab yang mereka anggap suci dan bagian dari ajaran agama Yahudi.

Namun atas keyakinan ilusi itu, mereka tetap berambisi merobohkan Masjid Aqsha (tempat suci ketiga setelah Makkah dan Madinah). Mereka ingin kembali membangun Haikal Sulaiman yang mereka yakini dulunya pernah dibangun di atasnya bangunan masjid itu.

Bagaimana pun penduduk Arab Palestina, tidak pernah merelakan bangunan suci itu diporak-porandakan. Mereka lebih memilih rumah-rumah mereka dihancurkan, mereka lebih memilih keluarga, anak-anak mereka. Bahkan diri mereka yang terbunuh daripada harus menyerahkan Masjidil Aqsha kepada Zionis Yahudi.

Inilah mengapa orang Palestina lebih bangga menggapai Syahid atas nama mempertahankan tanah air mereka serta mempertahankan Masjid kebanggaan umat Islam dunia tetap berdiri tegak, kukuh, meski mereka harus tumbang dan mati.

Iesy karieman atau mut syahidan“. Hidup mulia atau mati syahid. Itulah semboyan akhir mereka yang menjadikan tetap bertahan meski rudal dan bom diarahkan ke arah mereka setiap saatnya.

KALAM SINDO

Fatwa Ulama: Apakah Freemason Itu?

Fatwa Syaikh Nashir bin Abdil Karim Al ‘Aql

Soal:

Apakah gerakan freemason internasional itu? Dan apa pengaruhnya terhadap kejadian-kejadian di dunia internasional?

Jawab: 

Freemason adalah organisasi underground orang Yahudi. Mereka melakukan gerakan secara tersembunyi untuk men-support semua maslahah para pembesar Yahudi dan merintis berdirinya negara Yahudi yang disebut sebagai the Great Israel. Organisasi ini melakukan beberapa manuver politik diantaranya:

  1. Membangun sebuah masyarakat internasional yang tanpa menunjukkan tendensi agama, namun di bawah kepemimpinan kaum Yahudi agar mudah menguasai mereka ketika berdirinya negara the Great Israel.
  2. Memerangi kaum Muslimin dan juga kaum Nasrani serta menyokong negara-negara atheis. Adapun agama-agama yang lain, mereka tidak berminat mengusiknya.
  3. Tujuan utama mereka adalah mendirikan negara the Great Israel serta menobatkan para raja Yahudi di Yerusalem sebagai keturunan Nabi Daud, menurut klaim mereka. Lalu para raja itu di-set untuk menguasai dunia internasional dan mereka sangat dielu-elukan. Contohnya, orang Yahudi menyebut para raja itu dengan sebutan sya’abullah al mukhtar (hamba-hamba Allah yang terpilih).

Organisasi ini memiliki peranan penting terhadap banyak peristiwa-peristiwa tragis di dunia secara keseluruhan dan juga dunia Islam secara khusus. Mereka menggunakan berbagai macam cara untuk mewujudkan misi-misi mereka. Diantaranya adalah dengan merusak kaum muda dan menebarkan moral yang bobrok diantara mereka. Dan menjadikan ambisi-ambisi para pemuda berupa syahwat dan kesenangan-kesenangan, sehingga kontrol terhadap kaum muda ada di tangan orang Yahudi, dan akhirnya mereka bisa mengarahkan kaum muda sesuai keinginan mereka. Dan mereka senantiasa mengendalikan media agar dapat diarahkan untuk melayani tujuan-tujuan mereka sebagaimana mereka juga berusaha mengendalikan ekonomi internasional. Oleh karena itu anda dapati bahwa orang-orang terkaya di dunia dan para pemilik perusahaan-perusahaan raksasa itu berasal dari kaum Yahudi. Mereka telah menghancurkan perekonomian banyak negara dan menyebabkan ditutupnya banyak perusahaan dengan cara mereka yang licik dan culas, sebagaimana yang terjadi di Indonesia dan negara lainnya.

Sumber: http://ar.islamway.net/fatwa/33546

Penerjemah: Yulian Purnama

Artikel Muslim.Or.Id

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/18589-fatwa-ulama-apakah-freemason-itu.html