Menaklukkan Syahwat Hoaks

Manusia Piltdown mungkin menjadi tragedi pembohongan terbesar pada awal abad ke-20. Fosil temuan arkeolog amatir Charles Dawson ini ditemukan di Sussex, Inggris, setelah tiga tahun penggalian. Kepada dunia, Dawson mengumumkan dua tengkorak yang diprediksi sebagai nenek moyang manusia.

Temuan Dawson yang kemudian mendapat julukan Manusia Piltdown ini digadang-gadang menyambung terputusnya mata rantai evolusi dari kera kepada manusia. Bukti prasejarah ini diprediksi berusia satu juta tahun.

Selama satu dekade selanjutnya, para ilmuwan bahkan menggadang-gadang temuan Dawson itu sebagai Eoanthropus Dawsoni atau Dawson Dawn-Man dalam istilah latin. Temuan Dawson ini seolah mengonfirmasi teori evolusi Darwin sampai para palaentologis menginvestigasi orisinalitas Manusia Piltdown.

Kebanyakan masyarakat–khususnya warga Inggris–amat menginginkan temuan Manusia Piltdown benar adanya. Mereka hendak menjadi peradaban pertama yang menyambungkan teori evolusi Darwin. Sebab, di Jerman sudah ada Heidelberg Man.

Persaingan antara dua negara dalam perang dunia membuat masyarakat Inggris menyambut temuan Dawson. Manusia Piltdown akan sempurna mengalahkan Heidelberg Man yang kala itu diklaim sebagai fosil tertua di dunia.

Hasil investigasi para ilmuwan menunjukkan sebaliknya. Kongres Paleontologis Internasional pada 1953 menyimpulkan jika kerangka temuan Dawson itu kebohongan belaka.

Para peneliti menemukan jika tengkorak tersebut berusia tak lebih dari 600 tahun. Tengkorak itu pun sudah dipadukan dengan rahang dan gigi orangutan juga gigi dari simpanse. Tes mikroskopik mengindikasikan jika gigi tersebut sudah diolah dengan suatu alat sehingga membuat mereka mirip dengan manusia. Tak hanya itu, para ilmuwan menemukan, tulang belulang pada Manusia Piltdown diberi zat kimia agar mereka tampak lebih tua.

Kebohongan pertama

Alquran mengingatkan kita kepada kisah Nabi Adam AS saat ayahanda manusia itu masih berada di surga. Ketika itu, Iblis menggoda Adam agar mau memakan buah yang dilarang Allah Ta’ala. Kisah ini tertera dalam Alquran.

Maka, setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka, yaitu auratnya, dan setan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga). Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya: ‘Sesungguhnya saya termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua’.” (QS al-Araf: 21).

Ayat lainnya, yakni, “Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: ‘Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?’ Maka, keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya, maka Dia menerima tobatnya dan memimpinnya.” (QS Thaha: 120-122).

Begitulah dusta iblis. Bujuk rayunya membuat lawan bicaranya terbuai. Sebagai penghuni surga yang lebih dulu, iblis–dilandasi rasa dengki karena ikut diperintahkan sujud kepada Adam– membuat hoaks bila buah khuldi akan membuat Adam menjadi malaikat dan kekal di dalam surga.

Adam pun termakan rayuan tersebut sehingga tersesat akibat godaan itu. Dengan rasa bersalah, Adam pun bertobat untuk memohon ampunan Allah SWT.

Tuntunan Alquran

Memasuki abad ke-21, peristiwa Manusia Piltdown terjadi dalam bentuk yang lebih canggih. Teknologi digital membuat jutaan hoaks diproduksi lewat media sosial. Tak terhitung berapa kali masyarakat dibohongi akibat informasi palsu. Termasuk soal Pandemi Covid-19.

Sebenarnya, mengapa seseorang memercayai hoaks? Sebuah artikel yang pernah diterbitkan di the Washington Post mengungkap ada lima alasan orang- orang terus berulang menjadi korban hoaks.

Pertama, mereka tidak membaca konten (isi) berita yang mereka sebar. Mereka juga tidak mempertimbangkan legitimasi sumber berita tersebut. Berikutnya, menjadi korban bias keyakinan.

Keempat, mereka melegitimasi sesuatu yang mereka saksikan berulang-ulang. Terakhir, terjadi kebingungan antara satire (opini) dengan fakta.

Untuk menghindari diri menjadi korban hoaks, Alquran pun sudah menuntun kita untuk waspada dan mengklarifikasi semua berita yang datang kepadanya. Ini tertuang dalam QS al-Hujurat ayat 6.

“Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Untuk itu, penting bagi kita untuk mengendalikan diri saat mendapatkan informasi. Jangan sampai terjebak pada syahwat dan syubhat. Ustaz Muslim Atsari dalam Penyakit Syubhat dan Syahwat menjelaskan, syahwat lebih kepada kalahnya jiwa untuk melakukan sesuatu yang keluar dari koridor syariat. 

Hai orang- orang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti.

Penyakit ini menjebak kita dengan modus popularitas, kekuasaan, hingga mencari puja dan puji. Karena itu, amat banyak warganet mengumbar hoaks demi mendapatkan jutaan likes. Dalam kasus Manusia Piltdown, kita melihat masyarakat Inggris ketika itu yang terjebak dengan syahwat kesombongan.

Sedangkan syubhat membawa kita ke sesuatu yang lebih samar. Dia menuntun kita terhadap perkara yang mungkar bertopeng kemakrufan. Kebenaran terlihat sebagai kejahatan. Modus ini sungguh tampak semisal ulama dibingkai sebagai penjahat sementara penjahat menjadi ulama.

Wallahu a`lam.

OLEH ACHMAD SYALABY ICHSAN

REPUBLIKAid

Kekurangan Suami, Ladang Pahala Istri

Suami adalah laki-laki biasa yang jika ada usaha dan doa bisa berubah menjadi lebih baik, sementara Istri menjadi pendampingnya. Caranya?

“Saya sudah tidak mampu lagi menghadapi suami saya ustadz!”

“Ada apa dengan suami Ibu?”

“Suami saya galak, marah-marah dan suka berkata kasar. Tidak pernah mengajak musyawarah, semua diputuskan sendiri. Seolah saya dianggap tidak ada”

“Ada lagi kekurangan suami Ibu?”

“Saya kecewa sekali, suam saya tidak ada romantisnya di rumah. Semua berjalan kaku, monoton dan dingin. Saya ingin perhatian dan bahagia seperti  keluarga yang lain.”

“Apakah Ibu masih bisa bersabar dan menerima kekurangan suami?”

“20 tahun saya sudah bersabar Ustadz, rasanya sudah tidak mampu lagi. Berat, capek dan Lelah.”

“Apakah Ibu ingin suami seperti artis film yang ramah dan kaya raya? Romantis, ke sana ke mari memberikan pesona dan banyak penggemarnya di mana-mana.”

“Tidak juga persis seperti itu, Ustadz”

Suami Itu Lelaki Biasa

Siapa  manusia di muka bumi ini yang sempurna, baik jasmani dan ruhaninya? Tentu Muhammad Rasulullah SAW jawabnya. Beliau satu-satunya makhluk Allah SWT yang mendapatkan jaminan penjagaan dari dari segala bentuk kekurangan dan kesalahan. Dari sejak sebelum diangkap menjadi nabi hingga akhir hayatnya senantiasa dijaga oleh Allah SWT .

Adapun manusia di muka bumi ini selain Rasulullah SAW, pasti memiliki kekurangan, cacat, aib, kelemahan, keterbatasan dan kesalahan.  Termasuk para suami hari ini. Mengharapkan suami yang sempurna tanpa kekurangan dan keterbatasan sedikitpun, itu absurd dan mustahil.

Ada suami yang kaya dan mapan tapi memiliki kekurangan tidak romantis, pendiam, dingin dan pelit. Juga ada tipe  suami yang humoris, romantis dan ceria tapi malas, tidak punya pekerjaan yang mapan. Ada suami penampilan memikat dan menarik tapi playboy atau impoten. Ada suami yang shaleh dan baik hati, namun fisiknya kurang menarik atau memiliki cacat. Selalu ada celah cacat yang ada dari sosok suami.

Sehingga jika seorang istri memilih untuk menggugat cerai suami pertamanya. Kemudian menikah dengan suami kedua, belum tentu sesuai dengan harapannya. Jika kecewa gugat cerai lagi dan menikah dengan suami ketiga. Maka tidak ada jaminan bisa langgeng pernikahannya.

Selama suaminya itu laki-laki atau manusia biasa, maka melekat padanya kekurangan dan keterbatasan. Tidak mungkin sempurna sesuai dengan harapan dan keinginannya. Suami itu bukan malaikat sebagai makhluk Allah SWT yang tidak memiliki nafsu berbuat yang dilarang agama.

Kata kuncinya simpel, suami itu laki-laki biasa dan tidak ada laki-laki sempurna. Maka selama menikah dengan siapapun laki-laki di muka bumi ini, maka akan bertemu dengan titik-titik kelemahan, kekurangan dan keterbatasannya.

Menerima Kekurangan

Pada umumnya semua wanita menginginkan sosok suami yang shaleh, rajin ibadah, tampan, mapan penghasilannya, matang kepribadiannya. Kemudian  juga penyayang, penuh perhatian dan pengertian, sabar, romantis, ceria dan setia . Namun sayangnya, sosok suami yang sempurna seperti itu hanya ada di dunia fiksi, bukan di muka bumi ini.

Sebenarnya, keinginan itu wajar dan tidak salah bagi seorang istri. Yang tidak wajar dan salah adalah tidak menyesuaikan keinginan dengan takdir jodoh suami yang Allah SWT sudah tetapkan. Serta tidak menyesuaikan keinginannya di atas dengan kondisi dirinya yang belum juga sempurna.

Sehingga seorang istri harus adil dan proposional dalam menyikapi kekurangan dan kelebihan suaminya. Kalau kelebihan dan kebaikannya jelas dan pasti bisa menerimanya karena itulah yang diharapkan oleh para istri seperti kelebihan-kelebihan di atas.

Kemudian kekurangan pada suami inilah yang terkadang belum bisa diterima oleh istri. Seperti  mungkin karena gaji pas-pasan, kurang berpenampilan, menjengkelkan, rewel, pencemburu, suka marah-marah, malas. Namun kekurangan suami bukanlah suatu harga mati yang tidak bisa diubah lagi.

Menyikapi kekurangan suami, bukan sekadar pasrah menerimanya apa adanya atau menerima mentah-mentah tanpa berbuat apa-apa. Sebab sikap seperti itu terkadang mengandung unsur terpaksa dan menyisakan kekecewaan yang sewaktu-waktu meledak, menyimpan ketidak ikhlasan yang memunculkan penyesalan dan kemarahan.

Kekurangan yang bersifat fisik seperti penampilan kurang menarik atau cacat harus dikembalikan kepada penciptanya yaitu Allah SWT. Artinya semua yang diciptakan oleh Allah SWT adalah yang terbaik dan mengandung hikmah di baliknya sehingga harus ikhlas dan sabar menerimanya. Jika tidak menerima atau mencela ciptaan Allah SWT, bisa terjebak dalam perbuatan tercela karena mencela Allah SWT secara tidak langsung.

Kemudian kekurangan yang berhubungan dengan perilaku atau sikap, bisa diubah dengan senantiasa berlatih dan mengingatkan. Mungkin perlu waktu dan kesabaran untuk mengubah sebuah prilaku yang sudah menjadi kebiasaan lamanya.

Kekurangan suami bukan harga mati yang seolah tidak bisa diubah atau diperbaiki. Suami adalah laki-laki biasa yang jika ada usaha dan doa dengan ijin Allah SWT maka karakter, sikap akan bisa diperbaiki dengan bertahap.

Pada dasarnya suami ingin memberikan yang terbaik kepada istrinya. Tapi terkadang kurang tahu dan kurang mampu bagaimana caranya. Sehingga istri bisa membuka hati dan wawasan suami dengan tanpa mengguruinya tentang sikap-sikap positif yang harus dimiliki oleh seorang suami.

Selanjutnya yang juga penting adalah tidak mengumbar kekurangan suami kepada orang lain. Entah keluarga, saudara, sahabat apalagi ke teman atau tetangga. Lebih parah lagi jika diumbar ke media sosial yang akan menjadi bulan-bulanan nitizen.

Kekurangan Suami Bukan Titik Lemah

Semua manusia memiliki kekurangan dan keterbatasan, termasuk suami dan istri. Kesempurnaan itu hanya dalam mimpi, keinginan dan bayangan. Dalam realita kehidupan berkeluarga akan menemukan banyak titik-titik kekurangan pasangan.

Menikah adalah menyatukan ketidaksempurnaan laki-laki dan ketidaksempurnaan perempuan dalam ikatan pernikahan untuk sinergi membangun rumah tangga dengan saling bekerja sama dalam melengkapi ketidaksempurnaannya.

Sehingga kekurangan suami jangan menjadi sasaran tembak atau titik lemah yang selalu dibuat senjata untuk disalahkan. Seolah suami tertuduh dan menjadi tersangka setiap permasalahan yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga.

Memang terasa pahit dan getir saat melihat kekurangan suami. Apalagi melihatnya dengan kacamata minus, berlipatlah kekurangannya tersebut. Namun jika kekurangan itu dilihat dari kacamata positif sebagai kesempatan untuk meningkatkan derajat sabar istri, atau sebagai kesempatan untuk  berperan mentarbiyah diri dan suami. Maka kekurangan suami menjadi keberkahan dan ladang amal seorang istri.

oleh Abdul Ghofar Hadi, Pengajar di Hidayatullah Ummul Qura Balikpapapan

HIDAYATULLAH

Jika Pandemi dan Resesi Membuat Dakwahmu Berhenti

Jika pandemi dan resesi membuat dakwahmu berhenti. Tak lagi merekrut, tidak pula membina. “Bagaimana aku bergerak, bahkan ekonomi saja sulitnya seperti ini,” barangkali demikian alasannya.

Maka, lihatlah pemuda tampan itu. Sorot matanya teduh meski bajunya lusuh. Wajahnya cerah meski hidupnya tak lagi mewah. Setiap hari ia bergerak dari rumah ke rumah. Dari kampung ke kampung hingga meluas ke seluruh Madinah.

Dulu ia pemuda paling kaya. Sekelas sultan, istilah millenial sekarang. Pewaris harta Khunas. Apa pun bisa dibelinya.

Dulu pakaiannya paling mewah. Impor, bukan buatan Makkah atau Madinah. Sandalnya dari Hadrami. Parfumnya paling wangi. Tak ada duanya di Tanah Suci. Bahkan beberapa lama setelah ia berlalu, orang tahu kalau Mush’ab tadi lewat situ.

Dulu ia paling dimanja. Berbagai fasilitas di tangannya. Kuda paling mahal dikoleksinya. Kalau saja saat itu sudah ada gadgetsmartphone tercanggih pasti ia punya. Tak pernah ia didera lapar. Kuliner paling lezat selalu terhidang. Bahkan saat ia tidur, di kamarnya terhidang susu dan anggur. “Agar ketika Mush’ab terjaga dan merasa lapar, ia bisa langsung menyantapnya,” kata sang ibunda.

Namun kini, bahkan baju baru saja Mush’ab tidak punya. Hanya yang melekat di tubuhnya dan selembar baju ganti yang kondisinya sama. Usang, dengan beberapa tambalan. Bahkan kelak saat ia syahid di medan Uhud, ia tak punya kafan. Hanya ada kain yang jika ditutupkan ke kepalanya, kakinya kelihatan. Jika ditutupkan ke kakinya, kepalanya kelihatan.

Mush’ab tidak menolak saat Rasulullah mengutusnya ke Madinah. Ia tidak beralasan, “Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin aku bisa berdakwah sementara aku mengalami krisis ekonomi. Biarkan saat ini aku bekerja. Nanti kalau sudah kaya, aku siap berdakwah ke mana saja.”

Mush’ab tetap berangkat. Karena bekalnya adalah iman, ilmu dan ketaqwaan. Keterbatasan ekonomi tidak menjadi penghalang. Atribut duniawi tak pernah menjadi hambatan.  

Kekuatan iman yang terpancar dari setiap ucapan Mush’ab pada akhirnya membuat orang-orang Yatsrib berbondong-bondong mengikrarkan syahadat. Bahkan para pemimpin Aus dan Khazraj mendapat hidayah melalui Mush’ab. Sejarah mencatat, tokoh seperti Usaid bin Hudhair dan Sa’ad bin Muadz pun tidak memperhatikan baju usang Mush’ab, tetapi fokus pada dakwahnya.

Maka Yatsrib berubah menjadi negeri Islam. Siap menjadi Madinatun Nabi. Peradaban gemilang pun bermula dari sini. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

BERSAMA DAKWAH

Sholatku dan Seluruh Aktivitas Hidupku Hanya untuk Allah!

Allah swt berfirman,

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS.Al-An’am:162)

Tentu ayat ini tak asing ditelinga kita. Sebuah ayat yang bagi sebagian kaum muslimin dijadikan sebagai doa pembuka ketika memulai solatnya. Ayat yang mungkin telah kita hafal begitu lama, tapi pernahkah kita merenungkan maknanya?

“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.”

Ayat ini menggabungkan antara ibadah dan seluruh aktifitas kehidupan, bahkan detik-detik akhir dalam hidup kita hendaknya diniatkan untuk Allah swt. Dengan penuh keikhlasan dan ketulusan.

Ya, hanya untuk Allah swt ! Bukan untuk mengikuti trend, adat ataupun pemikiran manusia !

Ayat ini ingin membongkar pemikiran sempit yang menganggap agama hanya ada di mimbar-mimbar dan masjid-masjid…

Ayat ini secara gamblang ingin mengajarkan bahwa :

Dimanapun aku berada…
Solatku…
Ibadahku…
Seluruh aktifitas hidupku…
Bahkan detik-detik akhir kematianku…

Hanya untuk Allah swt…
Akan selalu berada dijalan Allah swt…
Dan tidak pernah lepas dari syariat Allah swt…

Karena Islam bukan hanya mengajarkan kepada kita cara solat dan berpuasa. Tapi Islam sedang membimbing dan mengajarkan dalam seluruh aspek kehidupan agar kita menjadi manusia yang benar-benar layak disebut manusia.

Semoga bermanfaat…

KHAZANAH ALQURAN

Sudahkah Kita Bertawakkal Hari Ini?

Bertawakkal adalah salah satu sikap terpuji. Kata “tawakkal” atau berserah diri kepada Allah sering muncul di mana-mana. Sebenarnya, apa makna kata tersebut dan bagaimana implikasinya dalam diri seorang Muslim dan Muslimah?

Arti Kata Tawakkal

Asal kata tawakkal dalam Bahasa Indonesia adalah dari bahasa Arab at-tawakkul yang dibentuk dari kata وكل yang berarti mewakilkan atau menyerahkan diri.

Kata tawakkal juga bisa berarti menyerahkan segala perkara, ihktiar, dan usaha yang dilakukan kepada Allah swt serta berserah diri sepenuhnya kepada Allah untuk mendapatkan manfaat atau menolak yang mudarat.

Kata tawakkal secara istilah bisa diartikan sebagai sikap menyandarkan diri kepada Allah Swt. apabila menghadapi suatu kepentingan.

Muhammad Alghazali dalam Jawahir al-Quran (1992) menuliskan bahwa tawakkal atau bertawakkal adalah bersandar kepada-Nya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.

Tawakkal juga bisa diartikan sebagai sikap bersandar dan mempercayakan diri kepada Allah Swt., Tuhan Yang Maha Esa. Tawakkal adalah implikasi langsung dari iman seorang hamba kepad Allah Swt.

Saat membahas tentang maqamat dalam tasawuf, Harun Nasution menyatakan bahwa tawakkal adalah menyerahkan diri kepada qada dan keputusan Allah Swt.

Dalam konteks Tasawuf, sebelum seorang calon sufi menjadi sufi, maka ia harus terlebih dahulu harus melewati jenjang atau maqamat yang tujuannya adalah untuk membersihkan jiwa agar mudah berhubungan dengan Allah.

Tawakkal atau berserah diri kepada Allah adalah jenjang keenam sebelum sampai ke jejang berikutnya yaitu Ridha. Ada bebepa jenjang atau maqamat yang harus dilalui seorang sufi: Taubat, Zuhud, Wara’, Fakir, Sabar, Tawakkal, Ridha.

Dalam buku Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah (1995), Harun Nasution menuliskan bahwa penerapan tawakkal terdiri atas tiga tingkatan yaitu: Hati selalu senantiasa merasa tenang dan tenteram terhadap apa yang di janjikan Allah Swt.

Keyakinan utama yang mendasari tawakkal adalah keyakinan sepenuhnya akan kekuasaan dan kebesaran Allah Swt. Tawakkal adalah bukti nyata seberapa besar kadar keimanan kepada Allah Swt.

Bertawakkal atau berserah diri kepada Allah adalah menanam iman yang kuat bahwa segala sesuatu terletak di tangan Allah Swt., tidak seorangpun dapat berbuat dan menghasilkan sesuatu tanpa izin dan kehendak Allah Swt.

Tawakkal kepada Allah Swt. setelah mengambil keputusan penting adalah hal yang mestinya dilakukan oleh seorang Muslim/Muslimah tiap kali memutuskan sesuatu.

Hal ini tercantum dalam Q.S. Ali Imran ayat 159 sebagai berikut:

 فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ

Fa bimā raḥmatim minallāhi linta lahum, walau kunta faẓẓan galīẓal-qalbi lanfaḍḍụ min ḥaulika fa’fu ‘an-hum wastagfir lahum wa syāwir-hum fil-amr, fa iżā ‘azamta fa tawakkal ‘alallāh, innallāha yuḥibbul-mutawakkilīn

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.S. Ali Imran (3): 159)

Menurut Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi dalam Almu’jam al-Mufahrasy Lil fazlil Qur’anil Karim, Qohirah, Darul Kitab al-Misyriyah, ayat tersebut adalah ayat Madaniyah.

Ibnu Katsir mencatat bahwa ayat tersebut menjelaskan tentang firman Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw., mengingat karunia telah diberikan kepadanya dan kepada orang-orang beriman.

Tatkala Allah Swt. menjadikan hati Rasulullah lembut kepada umatnya yang mengikuti perintah dan meninggalkan larangannya dan menjadikan Nabi Muhammad  Saw. bertutur kata baik kepada mereka.

Rasulullah senantiasa mengajak para sahabatnya bermusyawarah jika ada persoalan yang terjadi. Hal tersebut bertujuan untuk menjadikan hati mereka senang dan agar hati lebih semangat dalam berbuat.

Rasulullah selalu bermusyawarah dengan para sahabatnya baik dalam masalah perang atau masalah-masalah lainnya. Lalu, hasil musyawarah tersebut akan dikembalikan kepada Sang Pencipta, Allah Swt.

Apabila telah bermusyawarah dan berhasil memecahkan sebuah masalah, lalu sudah benar-benar yakin pada keputusan yang dihasilkan, maka bertawakkallah kepada Allah Swt.

Berserah diri kepada Allah Swt. setelah mengambil keputusan oenting adalah hal yang terpuji mengingat berapa besarnya kekuasaan Allah Swt. dan sesungguhnya nasib hidup seluruh umat manusia hanya Dia yang bisa menentukan.

Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah (2001) juga menjelaskan pesan terakhir dalam ayat Ali Imran 159 bahwa apabila setelah musyawarah selesai yaitu telah bulat tekad (laksanakanlah) dan berserah dirilah kepada Allah Swt.

Kita boleh berusaha, tapi semua hal kembali lagi kepada Allah Swt. Meski begitu, usaha yang dilakukan pun harus ekstra dan maksimal, tanpa menghilangkan tujuan untuk mencapai Ridho-Nya.

Ayat-ayat Al-Qur’an Tentang Tawakkal

Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah mencatat bahwa term tawakkal atau berserah diri kepada Allah dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 38 kali. Penyebutan tersebut meletakkan tawakkal sebagai hal penting yang seyogiyanya dilakukan oleh Muslim dan Muslimah dalam hidupnya.

Kata tawakkal (berserah diri kepada Allah) yang menjelaskan tentang penyerahan diri kepada Allah dapat di jumpai pada ayat-ayat berikut:

Pertama, surat Ali Imran (3) dalam ayat 122, ayat 159, dan ayat 160.

Kedua, surat an-Nisa (4) ayat 81

Ketiga, surat al-Maidah (5) ayat 11 dan ayat 23

Keempat, surat al-A’raf (7) ayat 89.

Kelima, al-Anfal (8) ayat 2 dan ayat 49.

Keenam, at-Taubah (9) ayat 51 dan ayat 129.

Ketujuh, surat Yunus (10) ayat 71, ayat 84, dan ayat 85.

Kedelapan, surat Hud (11) ayat 56, ayat 88, dan ayat 123.

Kesembilan, surat Yusuf (12) ayat 67.

Kesepuluh, surat ar-Ra’du (13) ayat 30.

Kesebelas, surat Ibrahim (14) ayat 11 dan ayat 12.

Keduabelas, surat an-Nahal (16) ayat 42 dan ayat 99.

Ketigabelas, surat al-Furqan (25) ayat 58.

Keempatbelas, surat asy-Syu’ara (26) ayat 217.

Kelimabelas, surat an-Namal (27) ayat 79.

Keenambelas, surat al-Ankabut (29) ayat 59.

Ketujuhbelas, surat al-Ahzab (33) ayat 3 dan ayat 48.

Kedelapanbelas, surat al-Zumar (39) ayat 38.

Kesembilanbelas, surat asy-Syuura (42) ayat 10 dan ayat 36.

Keduapuluh, surat al-Mujadalah (58) ayat 10.

Keduapuluh satu, surat al-Mumtahanah (60) ayat 40.

Keduapuluh dua, surat at-Thaghabun (64) ayat 13.

Keduapuluh tiga, surat athThalaq (65) ayat 3.

Keduapuluh empat, surat al-Mulk (67) ayat 29.

Semoga, 24 ayat yang menjadi landasan tawakkal memberikan motivasi bagi kita untuk senantiasa bertawakkal kepada-Nya. Sebab dengan bertawakkal, Insya Allah hidup akan menjadi lebih tenang sebab hanya Allah-lah yang mampu memudahkan segalanya.[]

BINCANG SYARIAH

Doa-Doa yang Dianjurkan untuk Muslim Menghadapi Hujan

Doa yang dipanjatkan selama hujan agar dijauhkan dari petaka.

Hujan pada dasarnya adalah anugerah dan rahmat dari Allah bagi seluruh makhluk di muka bumi. Karenanya ketika turun hujan, dianjurkan untuk membaca doa. 

Sebab, seorang Muslim seyogianya memohon kepada Allah agar ketika turun hujan menjadi bermanfaat dan tidak mendatangkan bahaya. 

Rasulullah SAW, bahwa berdoa di waktu turunnya hujan disebut menjadi waktu yang mustajab. Imam Syafi’i telah meriwayatkan dalam kitab al-Umm dengan sanad yang mursal, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Carilah doa yang dikabulkan, yaitu ketika bertemunya dua pasukan, waktu ikamah, serta ketika turunnya hujan. 

Imam an-Nawawi juga mengatakan, bahwa doa pada saat hujan tidak ditolak atau jarang ditolak karena pada saat itu tengah turun rahmat, khususnya curahan hujan pertama di awal musim.  Berikut ini sejumlah doa yang bisa dibaca tatkala hujan turun: 

Doa ketika turun hujan 

اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا

“Allahumma shayyiban nafi’an. (Ya Allah, curahkanlah air hujan yang bermanfaat).” (HR Bukhar dari Aisyah RA).   

Ketika takut bahaya hujan lebat, dianjurkan membaca doa ini:

اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا ، اللَّهُمَّ عَلَى الآكَامِ وَالظِّرَابِ ، وَبُطُونِ الأَوْدِيَةِ ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

“Allahumma hawalaina wala ‘alaina, Allahumma ‘alal akami wa adhirabi, wa buthunil auwdiyati, wamanabitisyajari. (Ya Allah turunkan hujan ini di sekitar kami jangan di atas kami. Ya Allah curahkanlah hujan ini di atas bukit-bukit, di hutan-hutan lebat, di gunung-gunung kecil, di lembah-lembah, dan tempat-tempat tumbuhnya pepohonan.” (HR Bukhari Muslim) 

Sementara doa setelah turun hujan: 

مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللـهِ ورَحْمَتِهِ

“Muthirnaa bifadhlillahi wa rahmatihi (Diturunkan kepada kami hujan berkat anugerah Allah dan rahmat-Nya).” (HR Bukhari)

KHAZANAH REPUBLIKA

Tafsir Surah As-Sajadah Ayat 1-2: Kebenaran Al-Qur’an Sebagai Kitab Suci

Surah as-Sajadah ayat 1-2, sejatinya menguraikan tentang kebenaran Alquran sebagai kitab suci yang diturunkan oleh Allah yang tak terhingga pengetahuan-Nya. Pengetahuan Tuhan meliputi pelbagai hal; zahir dan batin. Tak ada yang luput dari pengetahuan Allah.

Demikian itu tersurat dalam Alquran, Q.S. as-Sajadah; 1-2. Allah berfirman;

الٓمّٓ . تَنۡزِيۡلُ الۡكِتٰبِ لَا رَيۡبَ فِيۡهِ مِنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِيۡنَؕ

Alif-Laaam-Miiim, Tanziilul Kitaabi ‘laaraiba fiihi mir rabbil ‘aalamiin

Artinya; “Alif Lam Mim. Penurunan Al-Kitab tidak ada keraguan padanya, dari Tuhan semesta alam. 

Dalam Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (2017), Profesor M. Quraish Shihab mengatakan penafsiran Surah As-sajadah Ayat 1-2, menjelaskan Kebenaran Alquran Sebagai Kitab Suci.  Selanjut, ia menerangkan setidaknya terdapat  tiga  sisi unik unik yang terdapat dalam surah as-Sajadah ini. Lebih lanjut

Pertama, ayat ini dimulai dengan alfabetis (muqattha’ah). Lihat saja ayat pertama ; الٓمّٓ (alif, lam, mim). Lantas mengapa Allah memulai as-sajadah dengan ayat alfabetis? Apa hikmahnya?

Imam Ibn Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir, menjelaskan, bahwa terjadi perselisihan pendapat ulama mengenai fawatihus suwar (baca; huruf alfabetis) di dalam Alquran. Para ulama ini kemudian merangkum pendapat mereka dalam kitab tafsirnya masing-masing.

Ibn Jarir Thabari, dalam  Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, menyebut bahwa alfabetis di dalam Alquran disebut sebagai pengenalan permulaan suroh.  Hikmah dibuat huruf-huruf alfabetis di awal, tambah Ibn Jarir  seyogianya sebagai strategi  awal pengenalan Alquran kepada orang kafir dan musyrik. Dengan mendengar kata-kata itu diharapkan timbul penasaran dalam hati mereka dan adanya dialog antara mereka terkait ayat pendek itu. Itulah strategi mereka. Kemudian, setelah mereka sudah siap untuk mendengar semuanya, barulah dibacakan kepada ayat selanjutnya.

Pendapat ini memiliki  sisi kelemahan. Hal itu bisa dilihat dari susunan awal Alquran, tak semua awal surah diawali dengan alfabetis. Selain itu, surah Ali Imron, dan al-Baqarah  yang menerapkan alfabetis diawal adalah suroh Madaniyah—yang notabenennya berisi perintah (khitob), dan bukan ditujukan kepada orang musyrik Mekah.

Fakhruddin ar-Razi dalam tafsir Mafatih al-Ghayb, berpendapat, bahwa Alif Lam Mim diletakkan di awal suroh berfungsi sebagai argumen untuk menunjukkan kehebatan Alquran. Dengan kata lain, tak ada makhluk yang bisa membuat Alquran, meskipun dengan huruf-huruf alfabetis, padahal kata-kata itu sering mereka gunakan dalam percakapan sehari-hari.

Pendapat ini didukung pula oleh Imam Zamakhsayari, dalam tafsir al- kasysyaf. Ia berkata, sesungguhnya huruf-huruf alfabetis itu diulang-ulang, tujuannya adalah untuk menunjukkan makna tantangan dan cemoohan kepada orang orang yang meragukan Alquran.

Pendapat Ini pula merupakan pendapat yang sangat kuat. Bagaimana tidak? Lihat saja pelbagai ayat-ayat yang dimulai dengan alfabetis, niscaya sesudahnya pasti menjelaskan keagungan Alquran.

Keunikan kedua mengenai surah as-Sajadah adalah ayat ini berkaitan erat dengan awal surah al-Baqarah. Sejatinya ayat ini menegaskan tentang kedahsyatan Alquran. Dengan tegas Allah dalam berbicara bahwa Alquran itu bukan produk manusia, Alquran itu firman Tuhan. Dan itu tak ada keraguan di dalamnya.

Tentang ke dahsyatan Alquran ini, Abdul Qadir Jailani dalam Tafsir al-Jailani  mengatakan bahwa Alquran sejatinya berasal dari Allah. Isi Alquran itu berisi tentang pelbagai peraturan agama Islam. Tak ada juga keraguan dalam Alquran, ia berasal dari Tuhan sekalian alam.

Bagi orang yang meragukan Alquran, Syekh Abdul Qadir menyebutnya sebagai orang sesat. Ia menulis;

يشكون و يترددون في نزوله من عنده سبحانه اولئك الطاعنون الضالون

Artinya: Orang-orang yang ragu dan menolak tentang Alquran bersumber dari Allah, maka mereka orang yang sangat sesat.

Terkait kata robbul Alamin yang ada dalam ayat as-Sajadah 1-2, Quraish Shihab dengan mengutip pendapat Thabathabai, menjelaskan kata di atas  menunjukkan sebagai bantahan terhadap masyarakat jahiliyah—mereka percaya pada Allah sebagai pencipta— tetapi mereka meyakini bahwa Allah memberikan wewenang kepada Tuhan yang lain untuk mengatur alam semesta.  Dan Allah tidak mencampuri urusan Tuhan-Tuhan yang lain.

Dengan adanya robbul alamin dalam ayat di atas, jelaslah bahwa segala yang ada di alam berada dalam cakupan pemeliharaan dan pengaturan Allah.

Keunikan ketiga dari ayat awal as-Sajadah adalah, meskipun ada persamaan di awal dengan surah al-Baqarah, namun  terdapat juga beberapa perbedaan pada kedua surah ini. Perbedaan itu terdapat pada ujung ayat ini.  Bila dalam al-Baqarah berbunyi: hudal lil muttaqin, sedangakan dalam as-Sajadah menggunakan Min Robbil Alamin.

Mengenai persoalan ini, Quraish Shihab menjelaskan, sejatinya surah Al-Baqarah adalah surah Madaniah— turun setelah Nabi hijrah—, pada saat ayat ini turun komunitas muslim telah terbentuk di Madinah. Masyarakat Islam telah ada dalam sebuah komunitas utuh. Nah, penggunaan kata “hudal  lil muttaqin” sebagai pemantik agar masyarakat yang belum Islam, berpindah kepada Islam dan tertarik kepada ajarannya yang mulia.

Sedang berbeda dengan surah as-Sajadah, Allah menggunakan kata “Robbul Alamin (tuhan sekalian alam)”,  penyebabnya adalah ayat itu diturunkan kepada masyarakat Mekah, yang notabenenya  adalah orang-orang musyrik yang  tak mengesakan Allah, dan percaya adanya aneka Tuhan di alama raya mengendalikan bagian-bagian alam raya.

Secara umum ayat ini Tafsir Surah As-sajadah Ayat 1-2: Kebenaran Alquran Sebagai Kitab Suci. Sebagai kitab suci yang berasal dari Tuhan, tak ada keraguan di dalamnya. Kemukjizatan Alquran pun telah banyak terbukti.

BINCANG SYARIAH

Cinta Kepada Allah Adalah Fondasi Islam

Cinta kepada Allah Swt. bisa diwujudkan dengan banyak hal, bahkan hal yang sangat sederhana. Sesungguhnya cinta kepada Allah Swt. adalah fondasi yang mendasari ajaran agama Islam.

Adanya cinta kepada Allah Swt. itulah yang membuat agama seorang Muslim menjadi sempurna. Apabila cinta kepada Allah Swt. seorang Muslim berkurang, maka ketauhidan seseorang pun menjadi berkurang. Allah Swt. berfirman:

Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 165:

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ ٱللَّهِ ۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓا۟ إِذْ يَرَوْنَ ٱلْعَذَابَ أَنَّ ٱلْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعَذَابِ

Wa minan-nāsi may yattakhiżu min dụnillāhi andāday yuḥibbụnahum kaḥubbillāh, wallażīna āmanū asyaddu ḥubbal lillāhi walau yarallażīna ẓalamū iż yaraunal-‘ażāba annal-quwwata lillāhi jamī’aw wa annallāha syadīdul-‘ażāb

Artinya: “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).

Wujud Cinta Kepada Allah

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari hadits Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda: Tiga perkara yang apabila terdapat pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya keimanan: Allah dan RasulNya lebih dicintainya dari selain keduanya, tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah dan benci kembali kepada kekpuruan sama seperti kebencian dirinya dicapakkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ibnu Qoyyim menyebutkan bahwa ada sepuluh perkara yang bisa mendatangkan kecintaan kepada Allah Swt. di mana salah satunya adalah dengan membaca Al-Qur’an dan memaknainya, memahami dan merenungkan makna ayat-ayatnya dan apa-apa yang dimaksudkan oleh ayat-ayat tersebut.

Allah Swt. berfirman dalam dua ayat berikut:

Qur’an Surat Shad Ayat 29:

 كِتَٰبٌ أَنزَلْنَٰهُ إِلَيْكَ مُبَٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوٓا۟ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ

Kitābun anzalnāhu ilaika mubārakul liyaddabbarū āyātihī wa liyatażakkara ulul-albāb

Artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.”

Qur’an Surat Muhammad Ayat 24:

 أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلْقُرْءَانَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَآ

A fa lā yatadabbarụnal-qur`āna am ‘alā qulụbin aqfāluhā

Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?”

Abdulah bin Mas’ud berkata: “Janganlah kalian menaburkannya (membaca al quran) sama seperti menaburkan biji-bijian (gandum), dan jangan pula melantunkannya sama seperti melantunkan syai’ir, berhentilah pada keajaiban-keajaibannya, getarkanlah hati dengannya dan janganlah semangat kalian hanya tertuju untuk mengakhiri suatu surat”. (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: 2/256 no: 8733).

Cinta kepada Allah Swt, bisa dibuktikan dengan membaca dan memaknai Al-Qur’an. Tak heran apabila banyak ulama yang menganjurkan agar kita senantiasa membaca Al-Qur’an di mana pun dan kapan pun.

Kebiasaan membaca Al-Qur’an mesti diterapkan kepada anak-anak sejak dini, terutama di waktu setelah shalat Subuh dan usai shalat Maghrib. Saat bulan Ramadhan, membaca Al-Qur’an adalah salah satu ibadah yang diutamakan.

Namun selain membaca Al-Qur’an, seperti apa yang diuraikan di atas, membaca Al-Qur’an juga mesti disertai dengan pemaknaan dan pemahamannya. Membaca Al-Qur’an memang mendapatkan pahala, tapi mambaca sekaligus memahaminya tentu lebih utama.

Caranya sangat mudah. Kita hanya butuh kitab tafsir yang tepat. Pilih salah satu mufasir atau ahli tafsir Qur’an yang mumpuni sehingga bisa membimbing kita untuk memahami Al-Qur’an lebih dalam.

Rasa Cinta Kepada Allah

Ada banyak cara untuk menanam cinta kepada Allah Swt. Pertama, bisa dengan cara bertaqarrub kepada Allah Swt. dengan ibadah-ibadah yang sunnah usai melaksanakan yang wajib. Ada sebuah riwayat dari Imam Bukhari dalam kitab shahihnya sebagai berikut:

“Nabi saw bersabda: Allah Swt. berfirman barangsiapa yang memusuhi hambaKu maka aku telah mengumumkan perang terhadapnya, dan tidaklah seorang hamba bertaqarrub kepadaku dengan suatu ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang telah aku wajibkan baginya,

dan hambaku senantisa beribadah kepadaku dengan ibadah-ibadah yang sunnah sehingga aku mencintainya, maka jika aku mencintainya maka aku menjadi pendengaran yang dipergunakannya untuk mendengar, menjadi pandangannya yang dipergunakannya untuk melihat,

menjadi tangannya yang dipergunakan untuk memegang, dan menjadi kaki yang dipergunakan untuk melangkah, jika dia meminta kepadaku niscaya aku mengasihinya dan jika meminta ampun kepadaKu niscaya Aku akan mengampuninya dan jika dia berlindung denganKu niscaya Aku pasti melindunginya,

dan tidaklah aku pernah ragu melakukan sesuatu seperti keraguan diriku mengambil nyawa seorang yang beriman, dia membenci kematian dan Aku tidak suka berbuat buruk kepadanya.” (H.R. Bukhari Muslim: 6502)

Kedua, selalu melaksanakan dzikir kepada Allah Swt. dalam setiap kesempatan baik dengan lisan dan hati disertai dengan amal perbuatan. Maka, ia akan mendapatkan kecintaan dari Allah Swt. sesuai dengan firmanNya sebagai berikut:

Qur’an Surat Ar-Ra’d Ayat 28

 ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

Allażīna āmanụ wa taṭmainnu qulụbuhum biżikrillāh, alā biżikrillāhi taṭmainnul-qulụb

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”

Ketiga, mengutamakan apa yang dicintaiNya ketimbang apa yang engkau cintai pada saat hawa nafsu menguasai. Allah Swt. berfirman:

Qur’an Surat At-Taubah Ayat 24

 قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَٰسِقِينَ

Qul ing kāna ābāukum wa abn</i></em><em><i>ā</i></em><em><i>ukum wa ikhwānukum wa azwājukum wa ‘asyīratukum wa amwāluniqtaraftumụhā wa tijāratun takhsyauna kasādahā wa masākinu tarḍaunahā aḥabba ilaikum minallāhi wa rasụlihī wa jihādin fī sabīlihī fa tarabbaṣụ ḥattā yatiyallāhu biamrih, wallāhu lā yahdil-qaumal-fāsiqīn

Artinya: “Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”

Seseorang mesti mengutamakan apa-apa yang dicintai dan diinginkan oleh Allah Swt. dari apa-apa yang dicintai dan diinginkan oleh seorang hamba sebagai bentuk cinta kepada Allah Swt. Seorang hamba harus mencintai apa yang dicintai oleh Allah Swt. dan membenci apa-apa yang dibenci oleh Allah Swt.

Keempat, cinta kepada Allah Swt. bisa diwujudkan dengan hati yang menyadari makna dalam asma dan sifat Allah Swt., dan bersaksi atas kebenaran dari Allah Swt. serta melandasi hidupnya dengan kesadaran dan cakupan asma dan sifat ini. Allah Swt. berfirman:

Qur’an Surat Al-A’raf Ayat 180

 وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا۟ ٱلَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِىٓ أَسْمَٰٓئِهِۦ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Wa lillāhil-asmāul-ḥusnā fad'ụhu bihā wa żarullażīna yul-ḥidụna fī asmāih, sayujzauna mā kānụ ya’malụn

Artinya: “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”[]

BINCANG SYARIAH

Agar Ibadah Tetap Bermakna di Hidup yang Serba Cepat

Gaya hidup yang serba cepat dapat mengancam kehidupan manusiawi dan iman kita.

Sekarang menjadi tetap sibuk merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Istirahat sejenak dianggap hanya sebagai hadiah setelah seharian bekerja keras.

Ini tidak baik. Coba ingat kapan terakhir kali Anda fokus ketika berdoa? Hidup serba cepat merampas banyak kebajikan Islam dari kita.

Rasa syukur

Rasulullah SAW berkata, “Siapa pun yang tidak bersyukur untuk hal-hal kecil tidak akan bersyukur untuk hal-hal besar.” (Shahih At-Targheeb oleh Al-Albani 976).

Para ahli menemukan jika kita sibuk dengan pekerjaan kita dan menerapkan hidup serba cepat terlalu sering, kita hanya berfokus pada kerjaan. Ini berarti, kita tidak lagi memperoleh kesenangan yang sama dari hubungan dan pengalaman yang lebih kecil.

Refleksi yang dalam

Para peneliti mencatat dorongan hidup serba cepat dapat mengubah cara berpikir orang. Ini mengarah pada pembodohan dalam menerima informasi sehingga orang-orang cenderung tidak menggalinya lebih dalam.

Sementara banyak ayat Alquran memanggil kita untuk iqraa atau membaca dan merenungkan. Kehidupan modern telah membuat kita percaya kemajuan itu sama dengan cepat dan sukses. Misal, orang kota berjalan lebih cepat bukan untuk berolahraga, tapi untuk menghemat waktu.

Penelitian menunjukkan jika dikaitkan dengan peningkatan depresi, kecemasan, dan psikosis, sebanyak 39 persen orang menderita gangguan mood dan gangguan kecemasan 21 persen.


Rentang perhatian kita lebih buruk daripada ikan mas

Bayangkan ketika duduk di taman sambil menatap burung, berapa lama Anda akan melakukannya sampai berkata, “Aku bosan ayo lakukan sesuatu?”

Studi pada 2015 oleh Microsoft Kanada menemukan rentang perhatian rata-rata dalam jumlah waktu terkonsentrasi pada suatu tugas tanpa terganggu adalah 12 detik pada 2008. Lima tahun kemudian, hanya delapan detik atau satu detik kurang dari rentang perhatian ikan mas.

Tanpa fokus, iman kita dalam bahaya

Jika kita memiliki masalah global dengan fokus, doa kita juga bermasalah karena kekurangan kekhusyukan. Khusyuk adalah jiwa dari doa. Ibn Katheer berkata, “Khusyuk terjadi ketika seseorang mengosongkan hatinya untuk itu (ibadah) dan berfokus padanya untuk mengesampingkan yang lainnya …”

Jika kita tidak fokus, khusyuk tidak ada dalam sholat. Jika kita berdoa tanpa khusyuk, kita tidak dapat terhubung dengan Allah dengan benar. Namun, ada cara meningkatkan khusyuk dari perspektif psikologis.

Menurut psikologis, berdoa adalah salah satu bentuk meditasi yang menempatkan otak pada kondisi gelombang otak alfa (khusyuk). Keadaan ini meningkatkan konsentrasi, menginspirasi kreativitas, dan menyebabkan keadaan relaksasi yang dalam.

Klien dalam terapi membutuhkan kondisi mental ini (khusyuk) untuk terhubung dengan pikiran bawah sadar mereka. Terapis memfasilitasi proses ini melalui teknik sederhana.

Keheningan

Tanpa keheningan dan perasaan nyaman, pintu menuju pikiran bawah sadar dan kecerdasannya tetap tertutup. Oleh karena itu, terapis meminimalisir impuls luar yang dapat mengambil perhatian. Sama halnya, kita perlu memilih tempat yang tenang untuk berdoa.

Jadi, Anda bisa memberitahu keluarga untuk mematikan TV ketika akan berdoa atau meminta suami menggendong bayi sampai Anda selesai berdoa. Ciptakan keheningan sebelum berdoa agar Anda lebih khusyuk.

Gerakan lambat

Selama terapi, postur tubuh klien menunjukkan relaksasi. Mereka sering memusatkan perhatian pada titik tertentu, biasanya di suatu tempat di lantai saat mereka menjangkau lebih dalam ke diri mereka. Ucapan dan gerak tubuh mereka juga melambat.

Tanda-tanda ini menunjukkan klien telah memasuki ruangan pikiran bawah sadarnya. Jadi saat Anda berdoa, bergerak perlahan.

Sholat bukanlah rutinitas olahraga. Perbaiki mata Anda pada satu titik di atas sajadah. Luangkan waktu di setiap posisi. Bacalah doa perlahan, rumuskan kata-katanya dengan hati-hati, dan berhentilah untuk mengambil napas dalam-dalam setelah setiap ayat.

Dilansir About Islam, teknik meditasi dalam mengontrol pernapasan juga bisa dilakukan ketika berdoa. Terapis mengajarkan kliennya untuk mengembangkan cara yang sehat dalam merespons stres.

Salah satu cara adalah membangkitkan respons relaksasi. Cara termudah untuk membangkitkan respons dengan menarik napas dalam-dalam.

KHAZANAH REPUBLIKA

Bacaan Dua Kalimat Syahadat dan Keutamaannya

Syahadat berasal dari bahasa Arab syahida yang memiliki arti “ia telah menyaksikan”. Syahadat menduduki posisi penting dalam Islam. Begitu pentingnya syahadat, hingga kalimat kesaksian ini dijadikan rukun Islam yang pertama.Rasulullah SAW bersabda: “Islam dibangun di atas lima perkara: persaksian bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, pergi haji, dan puasa di bulan Ramadhan”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Bacaan Dua Kalimat Syahadat

Seperti yang termaktub dalam Hadis tersebut, syahadat tersusun atas dua kalimat kesaksian yang berbunyi sebagai berikut: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِAsyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullahArtinya:”Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah”.Dengan mengucapkan kalimat syahadat yang pertama, seseorang telah berikrar bahwa ia akan mengabdi sepenuh hati hanya kepada Allah SWT. Sedangkan kalimat syahadat yang kedua menjadi pernyataan seorang muslim bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan utusan Allah yang patut dijadikan teladan dalam kehidupan.

Keutamaan Kalimat Syahadat

Dua kalimat syahadat menjadi syarat mutlak untuk memeluk agama Islam. Selain dibaca saat seseorang hendak masuk Islam, syahadat juga dibaca ketika azan dan sholat. Kalimat syahadat ternyata juga memiliki keutamaan yang luar biasa, yakni sebagai kunci surga. Nabi Muhammad SAW bersabda:”Barang siapa mengucapkan: ‘Saya bersaksi bahwa tidak ada sesembah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah SWT semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, dan bersaksi bahwa Isa adalah hamba Allah dan anak dari hamba-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam serta Ruh dari-Nya dan bersaksi pula bahwa surga adalah benar adanya dan neraka pun benar adanya’, maka Allah pasti akan memasukkannya ke dalam surga dari delapan pintu surga yang mana saja yang dia kehendaki.” (HR. Muslim).


KUMPARAN