Terdapat banyak calon haji yang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia Mekkah karena malas minum air sehingga mengalami kendala kesehatan. “Mayoritas yang dirawat adalah karena sesak nafas, kurang minum dan malas makan. Ketika datang ke UGD, jamaah dalam keadaan lemah dan kami tangani,” kata Direktur KKHI Makkah Nirwan Satria, Kamis (2/8).
Dia mengatakan calhaj Indonesia banyak yang berisiko kesehatan tinggi (risti) sehingga harus bisa menjaga kesehatannya. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah dengan rajin minum, makan tepat waktu dan mengurangi aktivitas yang tidak penting.
Khusus untuk minum, dia mengatakan calhaj membutuhkan banyak cairan karena di Arab Saudi memiliki cuaca yang panas dan kering sehingga hidrasi diri menjadi penting. Dengan kebugaran yang baik, kata dia, calhaj bisa mempersiapkan fisik untuk amalan ibadah haji berdiam diri atau wukuf di Arafah.
Amalan tersebut tergolong berat karena JCH harus tinggal di tenda dengan bentang alam padang tandus yang panas dan kering. “Karena haji itu wukuf di Padang Arafah maka kita siapkan fisik untuk menyambut wukuf pada saatnya nanti,” kata dia.
Suhu yang tergolong ekstrim di Saudi, Nirwan mengingatkan jamaah untuk juga menggunakan alat pelindung diri (APD) standar. “Siang hari bisa 46 derajat Celcius. Sehingga kita melindungi jamaah dengan membagikan alat pelindung diri.
“Tim promotif preventif (TPP) kita ada di garda depan untuk mengingatkan jamaah gunakan alat-alat seperti masker, payung, semprotan wajah sehingga jamaah kita tidak kekurangan cairan,” katanya.
Temperatur panas, kata dia, bisa memicu jamaah terkena dehidrasi sehingga bisa mengalami kejang panas atau heatstroke, kesadaran berkurang, berbicara sendiri bahkan kehilangan kesadaran.
Untuk menangani itu, Nirwan mengatakan rekan calhaj lain bisa membantu penderita membaringkan jamaah, melonggarkan pakaian dan menyiram tubuh korban dengan air dingin sebanyak-banyaknya. Penting juga untuk menghindarkan calhaj bersangkutan dari sengatan matahari secara langsung dan membawanya ke tempat teduh.