Ashabul Kahfi dan Anjing yang Masuk Surga

KISAH tujuh pemuda yang melarikan diri dari seorang raja yang kejam. Ketujuh pemuda yang melarikan diri bersama seekor anjing kedalam gua, Allah menjawab doa pemuda-pemuda Ashabul kahfi yang memohon perlindungan-Nya. Sungguh, Allah adalah sebaik-baiknya pelindung.

“Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusanmu.” ( Al-Kahf: 16)

Dan ketujuh pemuda itu akhirnya berlindung di dalam gua, mereka tidur dan menghabiskan waktu berlindung di dalamnya. Saat mereka terbangun, mereka saling bertanya mengenai waktu yang telah mereka habiskan di dalam gua.

Dan ternyata mereka tinggal di dalam gua selama tiga ratus tahun di tambah sembilan tahun. Dan Allah berfirman,

“Dan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, barang siapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barang siapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir.” Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghapuskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (Al-Kahf :29)

Kisah para pemuda Ashabul Kahfi mengajarkan kita untuk yakin berada di jalan Allah, sekalipun nyawa taruhannya. Sungguh Allah akan selalu melindungi hamba-Nya yang beriman pada-Nya. Menurut beberapa sejarahwan Islam, ketujuh pemuda tersebut bernama: Maxalmena, Martinus, Kastunus, Bairunus, Danimus, Yathbunus dan Thamlika. Serta seekor anjing bernama Kithmir, yang dipercaya sebagai satu-satunya anjing yang masuk Surga.

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2298117/ashabul-kahfi-dan-anjing-yang-masuk-surga#sthash.ubnhKW7a.dpuf

Kenali Islam, Warga Jerman Kunjungi Masjid

Sekelompok warga Jerman yang ingin belajar tentang Islam mengunjungi masjid yang dipimpin oleh Masyarakat Islam Nasional (IGMG) di Cologne, Jerman, pada 18 April lalu.

Selama kunjungan, para kelompok ini mengajukan beberapa pertanyaan tentang Islam. Mereka mewawancarai Muslim di masjid tentang Nabi Muhammad SAW, Bulan Suci Ramadhan, dan kehidupan sehari-hari umat Islam.

Presiden sekaligus pendiri Asosiasi Masjid dan anggota dari Forum Harmonisasi Cologne, Ali Esen, menyambut baik kunjungan ini dan mengucapkan terima kasih atas kunjungan tersebut. Namun, Esen mengatakan beberapa kalangan sering tidak adil dalam mendeskripsikan Islam dan Muslim, yang rentan memunculkan Islamofobia.

Esen melanjutkan, pada akhir kunjungan, beberapa tamu, termasuk pria dan perempuan dari segala usia, mengatakan kepadanya mereka melihat Islam secara berbeda dan telah tercerahkan tentang citra Islam yang sebenarnya.

Setelah serangan teroris yang menargetkan Eropa, terutama Prancis, kelompok xenofobia mengalami peningkatan di Jerman. Mereka menuduh Angela Merkel menghancurkan tanah air mereka dengan menerima 1,1 juta pencari suaka tahun lalu.

Meskipun citra negatif yang sedang disebarkan media Barat setelah ISIS dan kelompok-kelompok ekstremis lainnya yang mengatasnamakan Islam, jumlah Muslim diperkirakan akan meningkat, terutama pada akhir abad ini.

Menurut Pew Research Center yang dipublikasikan pada Desember tahun lalu, Islam adalah agama besar yang tumbuh paling cepat di dunia.

 

sumber:Republika Online

Begini Islam Memandang tentang Hakim Penerima Suap

Dunia hukum Indonesia kembali tercoreng. Salah satu hakim yang seharusnya memberikan rasa adil mencederai rasa keadilan dengan menerima suap. Kasus suap yang melibatkan oknum penegak hukum seolah terus berulang. Ancaman sanksi tinggi dalam penindakan korupsi seolah tak mempan bagi para mafia peradilan ini.

Lalu, bagaimanakah hukum Islam melihat perbuatan para oknum penegak hukum yang melacurkan hukum dengan menerima suap? Suap dalam hukum Islam dikenal dengan istilah risywah. Hukum memberi, menjadi perantara dan penerima suap adalah haram.  

Ibnu Abidin menjelaskan, suap adalah sesuatu yang diberikan oleh seseorang kepada hakim ataupun orang lain agar dia memberi keputusan yang memihak kepada orang yang menyuap atau agar keputusannya sesuai dengan apa yang diinginkan si penyuap.

Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz menerangkan, lewat pengertian tersebut, menjadi jelas bahwa bentuk suap lebih umum dari sekadar harta maupun jasa yang bisa dijadikan atau digunakan suap. Sementara itu, yang dimaksud dengan hakim di dalam pengertian tadi adalah seorang yang berprofesi hakim ataupun orang lain yang bisa diharapkan memenuhi kepentingan orang yang menyuap baik itu pemimpin negara, karyawan-karyawannya, atau staf.

Sedangkan yang dimaksud dengan memberi keputusan yang memihak orang yang menyuap adalah menjadikan keputusan tersebut sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang yang menyuap, baik maksud tersebut benar maupun salah.

Suap termasuk di antara dosa-dosa besar yang diharamkan Allah SWT. Rasulullah SAW pun telah melaknat pelaku suap. Dalam suap terdapat kerusakan yang amat hebat, dosa yang besar, dan mengakibatkan dampak yang sangat buruk. Suap termasuk kriteria saling tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran yang dilarang oleh Allah SWT dalam firman-Nya, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS al-Maidah [5]:2)

Allah SWT juga melarang memakan harta orang lain dengan cara yang batil. Allah SWT berfirman, “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS al-Baqarah [2]: 188)

Al Haitsami memberikan tafsir ayat di atas dengan larangan seseorang memberikan pemberian kepada hakim dengan cara menyuap mereka, dengan harapan mereka akan memberikan hak orang lain kepada penyuap, sedangkan yang menyuap mengetahui hal itu tidak halal baginya. 

Suap termasuk kriteria memakan harta orang lain dengan cara yang batil yang paling berbahaya, karena ia adalah memberikan harta kepada orang lain dengan tujuan menyelewengkan kebenaran.

Rasulullah SAW juga melaknat orang-orang yang terlibat dalam kasus suap. Bukan hanya pemberi dan penerima saja, orang yang menjadi perantara suap pun turut dalam murka Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW bersabda, “Allah melaknat orang yang menyuap, orang yang menerima suap dan orang yang menjadi perantara antara keduanya.” (HR Imam Ahmad dan ath-Thabrani).

Laknat Allah adalah terlemparnya seseorang dari rahmat Allah SWT. Padahal tidaklah seseorang bisa selamat di hari Akhir atau masuk ke surga Allah melainkan bersebab dari rahmat Allah SWT. Kerasnya larangan dari Alquran dan sunah membuat para ulama sepakat jika suap adalah termasuk salah satu dosa besar. Al Haitsami memasukkan suap sebagai dosa besar ke-32.

Suap juga menjadi indikasi hancurnya sebuah negara. Dalam sebuah hadis  yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Amr bin Ash RA, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidaklah riba merajalela pada suata bangsa, melainkan mereka akan ditimpa tahun-paceklik (krisis ekonomi). Dan tidak pula suap-menyuap merajalela, melainkan mereka suatu saat akan ditimpa rasa ketakutan’.”

Ancaman yang keras terhadap praktik suap membuat seseorang yang menjadi hakim harus memiliki kualifikasi yang tinggi. Syekh Abu Bakar Jabir al-Jaza memberikan beberapa syarat bagi mereka yang berhak diangkat menjadi hakim. Seorang hakim dalam hukum Islam mestilah Muslim, berakal, baligh, merdeka, memahami Alquran dan sunah, mengetahui dengan apa ia memutus perkara, dapat mendengar, melihat, dan berbicara.

Syekh Abu Bakar juga mewanti-wanti kepada siapa pun yang menjabat sebagai hakim agar menjauhi hal-hal berikut. Pertama, tidak memutus sebuah perkara dalam keadaan emosi, lapar, sakit, atau malas. Sabda Nabi SAW, “Seorang hakim tidak boleh memutus perkara di antara dua orang yang berperkara dalam keadaan marah.” (HR Bukhari Muslim).

Seorang hakim juga tak boleh memutus perkara tanpa adanya saksi, tidak boleh memutus perkara yang ada kaitan dengan dirinya seperti perkara anaknya, bapaknya, atau istrinya. Tidak boleh menerima suap dalam menetapkan hukuman. Nabi SAW bersabda, “Laknat Allah terhadap penyuap dan penerimanya dalam menetapkan  hukuman.” (HR Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi).

Ia juga tidak boleh menerima hadiah dari seseorang yang tidak pernah memberinya hadiah sebelum diangkat menjadi hakim. Sabda Rasulullah SAW, “Barang siapa yang kami angkat untuk mengerjakan suatu pekerjaan, kemudian kami memberinya rezeki (gaji), maka sesuatu yang didapatkannya setelah itu adalah pengkhianatan.” (HR Abu Daud dan Hakim).

Oleh Hafiz Muftisanny

Sumber : Pusat Data Republika

Bolehkan Lihat Gambar Porno Demi Kepuasan Seksual?

“Apakah saya boleh membaca (cerita seks) atau melihat gambar porno sebelum melakukan hubungan intim suami istri, dengan tujuan untuk membangkitkan syahwat? Saya tidak mendapatkan kelezatan dalam hubungan intim suami istri kecuali dengan cara itu,” kata seorang penanya.

Atas pertanyaan itu, sang ustaz pun menjawab, tidak boleh melihat gambar porno dan aktivitas seks tersebut, (meskipun) dengan alasan agar bisa merangsang dan membangkitkan syahwat untuk melakukan hubungan intim (suami-istri). Dalam perbuatan tersebut terdapat perbuatan menyaksikan dosa (tanpa mengingkarinya), melihat aurat orang lain, serta melihat zina yang Allah dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam (sangat) benci.

Jadi (dalam kasus di atas), melihat adegan-adegan seks tersebut tidak boleh sama sekali. Adapun masalah membaca cerita seks, maka ini (adalah suatu keburukan juga, namun) lebih ringan keburukannya dibandingkan dengan melihat foto porno tersebut.

Akan tetapi meskipun demikian, membaca cerita seks merupakan bagian dari langkah-langkah setan. Dan cerita-cerita seks itu tidaklah kosong dari (dua kemungkinan),

– Bisa jadi menceritakan tentang (seks) para pezina laki-laki ataupun perempuan, dan ini adalah perkara yang diharamkan.

– Bisa jadi pula, menceritakan tentang pasangan suami-istri (pasutri) tertentu yang mengabarkan tentang aktivitas seks mereka, maka inipun termasuk dalam sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,

“Sesungguhnya manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari Kiamat adalah orang lelaki yang berhubungan dengan istrinya (jima` dan muqodimahnya) dan istrinyapun berhubungan dengannya, kemudian laki-laki tersebut menyebarkan rahasia (hubungan dengan) istrinya tersebut” (HR. Muslim (1437), dari Abi Said Al-Khudri radhiyallahu anhu).

Demikian pula, dalam seluruh cara-cara yang kotor tersebut, terdapat perkara yang menodai rasa malu, menipu daya dan berdampak buruk, sehingga hasilnya pun menjadi kebalikan dari apa yang diharapkan, (yaitu) seorang istri menjadi tidak selera dengan suaminya. Demikian pula suaminya menjadi tidak selera dengan istrinya.[]

Sumber : Tanggal Fatwa: 29-12-1430 H fatwa Syaikh Khalid Al Mushlih yang diambil dari: ar.Islamway.net/fatwa/41033)

Demikianlah wahai para pembaca, terkadang setan menipu manusia dengan cara membawakan alasan pembenaran perbuatan dosa, sampai manusia memandang dan meyakini bahwa dosa yang dilakukannya itu benar, ketahuilah, inilah yang dinamakan dengan syubhat (kerancuan pikiran/keyakinan).

Dan obat hal itu adalah sebagaimana Allah sebutkan dalam firman-Nya,
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan (ulama) jika kamu tidak mengetahui” (QS. An-Nahl:43). Wallahu alam.[muslimorid]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2298575/bolehkan-lihat-gambar-porno-demi-kepuasan-seksual#sthash.MfH37nbd.dpuf

Contoh Kecemburuan Istri Rasulullah

DISEBUTKAN dalam sebuah riwayat, Anas Radhiyallahu anhu berkata:

“Suatu ketika Nabi di rumah salah seorang isteri beliau. Tiba-tiba isteri yang lain mengirim mangkuk berisi makanan. Melihat itu, isteri yang rumahnya kedatangan Rasul memukul tangan pelayan pembawa makanan tersebut, maka jatuhlah mangkuk tersebut dan pecah.

Kemudian Rasul mengumpulkan kepingan-kepingan pecahan tersebut serta makanannya, sambil berkata: “Ibu kalain sedang cemburu,” lalu Nabi menahan pelayan tersebut, kemudian beliau memberikan padanya mangkuk milik isteri yang sedang bersama beliau untuk diberikan kepada pemiliki mangkuk yang pecah.

Mangkuk yang pecah beliau simpan di rumah isteri yang sedang bersama beliau” (HR Bukhari)

Ibnu Hajar menjelaskan bahwa isteri Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang memecahkan mangkuk adalah Aisyah Ummul Muminin, sedangkan yang mengirim makanan adalah Zainab binti Jahsy. (Fathul Bari)

Dalam hadist yang lain diriwayatkan:

Dari Aisyah : “Aku tidak cemburu kepada seorang wanita terhadap Rasulullah sebesar cemburuku kepada Khadijah, sebab beliau selalu menyebut namanya dan memujinya” (HR Bukhari)

Dalam sebuah riwayat disebutkan, Aisyah berkata: “Tatkala pada suatu malam yang Nabi berada di sampingku, beliau mengira aku sudah tidur, maka beliau keluar. Lalu aku (pun) pergi mengikutinya. (Aku menduga beliau pergi ke salah satu isterinya dan aku mengikutinya sehingga beliau sampai di Baqi).

Beliau belok, aku pun belok. Beliau berjalan cepat, aku pun berjalan cepat, akhirnya aku mendahuluinya. Lalu beliau bersabda: “Kenapa kamu, hai Aisyah, dadamu berdetak kencang?”

Lalu aku mengabarkan kepada beliau kejadian yang sesungguhnya, beliau bersabda: “Apakah kamu mengira bahwa Allah dan Rasul-Nya akan menzhalimimu?” (HR Muslim) []

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2298426/contoh-kecemburuan-istri-rasulullah#sthash.nc9UQN6y.dpuf

Hati yang Tulus

DALAM salah satu haditsnya, Rasulullah Saw bersabda, “Sungguh, dalam jasad adasekerat daging. Jika ia baik, akan baik seluruh jasad. Sebaliknya jika buruk, seluruh jasad akan menjadi buruk. Sekerat daging itu adalah qolbu (hati).”(HR. Bukhari Muslim)

Saudaraku, jadikanlah hati kita senantiasa tulus dalam setiap amal perbuatan. Jadikanlah ia hanya tertuju kepada Allah Swt semata. Karena jika amal perbuatan yang kita lakukan tidak berdasar ketulusan mengharap ridha-Nya, melainkan mengharapkan pujian manusia, maka rusaklah nilai atau kualitas dari amal tersebut.

Demikian pula dalam hal menjemput rezeki. Jagalah hati agar senantiasa tulus dalam menjemputnya. Niatkan bekerja sebagai ibadah kepada Allah Swt. Jangan risaukan rezeki, karena sesungguhnya itu sudah diatur oleh-Nya. Kewajiban kita adalah berikhtiar sebagai wujud ketaatan kita kepada-Nya.

Jangan takut tidak memperoleh rezeki, tapi takutlah tidak punya syukur manakala sudah mendapat rezeki. Jangan takut tidak memperoleh rezeki, tapi takutlah tidak punya sabar ketika rezeki kita ditunda. Jangan pula takut tidak memperoleh rezeki, tapi takutlah tidak punya ridha ketika Allah Swt mengambilnya kembali.

Oleh karena itu, janganlah gentar menghadapi hidup ini, sedahsyat apapun masalah yang kita hadapi, sesulit apapun masalah ekonomi yang kita alami, Allah Swt sudah tahu dan sudah mengukur masalah kita itu. Allah Swt akan memberikan pertolongan-Nya kepada kita, sebagaimana ketika kita masih berada di dalam rahim ibu atau saat kita bayi dulu.

Jika hati kita tulus dan bersih, Allah Swt berfirman, “..Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar dari setiap kesulitan, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan, barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya..”(QS. Ath Thalaaq [65]: 2-3).

Jika kita sudah yakin bahwa Allah Swt yang menjamin rezeki kita maka kita tidak akan pernah ketergantungan kepada makhluk-Nya. Kita juga tidak akan bekerja dengan mencari pujian, sanjungan dan penghargaan dari sesama manusia. Karena manusia tidak pernah bisa memberikan rezeki kepada sesamanya. Manusia hanyalah perantara atau jalan semata.

Pemberi rezeki itu tetaplah Allah Swt. Seperti contoh saat kita bayi dahulu. Orang tua bukanlah yang memberikan rezeki kepada kita. Mereka hanyalah perantara saja atas rezeki yang datang dari kasih sayang Allah Swt kepada kita.

Oleh karena itu, jika kita ingin rezeki kita diurus oleh Allah, lepaskanlah hati kita dari unsur-unsur keinginan dipuji dan disanjung oleh manusia. Lepaskanlah niat menguasai duniawi. Tetapkanlah niat kita dalam mencari rezeki itu hanya karena ibadah kepada Allah Swt semata.

Lakukanlah hal yang benar dan baik hanya karena mengharap ridha Allah Swt. Berharaplah imbalan hanya dari Allah Swt semata. Jika Allah Swt berkehendak untuk menyegerakan rezeki kita, maka tidak ada sesuatu apapun dan makhluk apapun yang bisa menghalang-halanginya.

Allah Swt berfirman, “..Dan jikalau Allah menghendaki kebaikan (rezeki) untukmu maka tidak ada yang dapat menghalangi-Nya, kebaikan itu diberikan oleh-Nya kepada orang yang dikehendaki dari hamba-hamba-Nya. Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “.(QS. Yunus [10]: 107). [*]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2298377/hati-yang-tulus#sthash.RBmBPEGx.dpuf

Mukmin Kaya dan Mukmin Fakir Terpisah 500 Tahun

DIRIWAYATKAN dari Anas bin Malik, Berkata bahwa para fukara (orang-orang fakir dari kalangan para pendatang/urban) mengutus seseorang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata,

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku adalah utusan para fukara yang diperintahkan untuk menghadapmu.” Rasulullah bersabda, “Selamat datang kamu dan orang-orang yang mengutusmu. Kamu datang dari suatu kaum yang dicintai Allah.”

Utusan itu berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya para fukara mengatakan kepadamu, bahwa orang-orang yang kaya telah berlalu dengan seluruh kebaikan (dalam riwayat lain: mereka telah berlalu menuju surga), mereka melakukan ibadah haji sedangkan kami tidak mampu peri haji.

Mereka bersedekah sedangkan kami tidak mampu bersedekah, mereka menjamu tamu sedangkan kami tidak mampu melakukannya, dan bila sakit, mereka dapat mengeluarkan sebagian harta sebagai simpanan bagi mereka.”

Rasulullah bersabda, “Sampaikan kepada para fukara dariku, bahwa siapa yang bersabar di antara mereka dan ikhlas maka akan mendapatkan tiga hal yang tidak sedikit pun didapat oleh orang-orang yang kaya.

Pertama, sesungguhnya di surga itu terdapat kamar-kamar dari yakut berwarna merah. Penghuni surga melihatnya seperti penghuni dunia melihat bintang-bintang, tidak ada yang memasukinya, kecuali nabi yang fakir atau syahid yang fakir atau mukmin yang fakir.

Kedua, para fukara masuk ke surga separuh hari sebelum orang-orang yang kaya, yaitu selama 500 tahun. Ketiga, jika seorang fakir membaca zikir dengan ikhlas, dan orang kaya mengucapkannya pula maka orang kaya tidak akan menyamai orang fakir dalam keutamaan dan berlipatnya pahala.

Walaupun orang yang kaya bersamaan dengan ucapan itu menginfakkan sepuluh ribu dirham. Begitu pula dalam semua amal kebajikan.” Utusan itu kembali kepada mereka dan memberitahukan hal tersebut maka mereka berucap, “Kami rida.” []

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2298328/mukmin-kaya-dan-mukmin-fakir-terpisah-500-tahun#sthash.Ot7rbDdi.dpuf

Empat Sebab Seseorang Wafat dalam Keadaan Buruk

DIKISAHKAN bahwa seorang lelaki masuk negeri Romawi, ia melihat seorang wanita dan ia pun tertarik maka dilamarnya.

Namun, mereka enggan mengawinkannya hingga ia mau pindah agama Nasrani. Ia pun menerima tawaran mereka, sehingga dihadirkan para pendeta dan dibaptis menjadi Nasrani.

Keluarlah wanita itu dan meludah di wajahnya seraya berkata,

“Celaka kamu, kamu tinggalkan agama yang benar sekadar untuk syahwat, sungguh aku tinggalkan agama yang batil untuk mendapatkan kenikmatan yang kekal. Aku bersaksi tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah.”

Kisah di atas menunjukkan salah satu kelembutan Allah dan keluasan rahmat-Nya bahwa perubahan manusia dari buruk menuju baik banyak terjadi, sedangkan perubahan mereka dari baik menuju buruk sangatlah sedikit dan jarang terjadi. Tidaklah terjadi, kecuali orang yang terus-menerus dalam perbuatan dosa besarnya.

Seorang ulama berkata, “Sebab-sebab seseorang mendapat akhir yang buruk, ada empat hal, yakni meremehkan shalat, artinya bermalas-malasan dalam mengerjakannya, minum khamr, mengganggu kaum muslimin dan durhaka kepada orang tua.”

Semoga Allah melindungi kita dari akhir kehidupan yang buruk. Amin.

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2298129/empat-sebab-seseorang-wafat-dalam-keadaan-buruk#sthash.pCut4lef.dpuf

Jangan Khawatir, Islam Terjaga dengan Baik

Janganlah merisaukan Agama Islam, bagaimanapun usaha kaum kafirin, kaum munafikin, dan siapapun yang mengikuti jejak mereka untuk menjatuhkan dan menghinakan Islam.

Sungguh Islam takkan terpengaruh, Islam akan tetap terjaga dengan baik, karena Allah telah menjamin untuk menjaganya. Allah telah berfirman (yang artinya): “Sungguh Kami telah menurunkan Adz-Dzikr (Alquran), dan Kami pula yang benar-benar akan menjaganya”. (QS. Al-Hijr: 9).

Sebagaimana Allah menjaga kemurnian Alquran, Allah juga akan menjaga kemurnian Islam, karena kandungan Alquran, tidak lain adalah Islam yang murni. Kita lihat hari-hari ini, seringkali sosok yang ditokohkan merendahkan sebagian syariat Islam, seperti: jenggot, cadar, celana di atas mata kaki, Alquran disebut kitab paling porno, teknologi zaman ini disebut lebih hebat dari mukjizat nabi, haji sebaiknya dihentikan karena pemborosan, dan statement-statement lainnya.

Tentu kita sebagai muslim geram dengan itu semua, tapi tenanglah, sejukkan hati anda, dan yakinlah bahwa usaha mereka akan sia-sia, mereka semua akan hilang sebagaimana para pendahulunya, dan Islam akan tetap tegak berdiri di muka bumi ini.

Allah telah berfirman (yang artinya): “Mereka ingin memadamkan ‘cahaya Allah’ dengan mulut mereka, namun Allah menolak kecuali menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang orang kafir membencinya”. (QS. Attaubah: 32).

Yang dimaksud “cahaya Allah” dalam ayat ini adalah petunjuk dan agama hak yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam (Tafsir Ibnu Katsir: 4/136).

Lihatlah bagaimana agungnya agama ini, agama yang dijamin Allah akan selalu hidup sempurna di muka bumi, sehingga tidak perlu kita mengkhawatirkannya lagi.

Justru yang perlu kita takutkan adalah diri kita, sudahkah kita menerapkan agama ini dalam hidup kita? sudahkah kita peduli dengan agama kita? Sungguh Islam tidak akan rugi tanpa kita, namun kita akan rugi total tanpa Islam.

Justru mereka yang berusaha merendahkan Islam itulah yang harusnya waspada, karena tindakan mereka itu hanya merugikan dan membinasakan diri mereka sendiri, Allah taala berfirman (yang artinya): “Maka harusnya orang-orang yang menyelisihi perintah Rasul itu takut akan tertimpa bencana atau terkena adzab yang pedih”. (QS. Annur: 63).

Terakhir, yang harus digaris bawahi di sini, bahwa ketika kita tidak merisaukan Islam, bukan berarti kita tidak membela dan memperjuangkan Islam. Namun, harusnya kita tetap berusaha mendakwahkan Islam, karena Allah telah memerintahkan kita untuk terus berdakwah memperjuangkan Islam.

Sepantasnya kita berusaha menjadikan diri sebagai pejuang Islam, karena kalau bukan kita, pasti Allah memilih orang lain untuk mengisinya. Dan ingatlah bahwa semakin kita berjuang untuk Islam, maka semakin banyak kemuliaan yang kita dapatkan darinya, wallohu alam. [Ustaz Musyaffa Ad Darini Lc., MA/muslimorid]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2298372/jangan-khawatir-islam-terjaga-dengan-baik#sthash.RO9TchbB.dpuf

Membangun Rumah Bersama di Dunia dan Akherat

ADA seorang raja yang berkunjung ke rumah seorang alim. Rumahnya sangat sederhana. Sang raja tak menghina dan meremehkannya, cuma meraba iba kepada beliau sambil berkata: “Rumah ini saya bangun ulang untuk engkau ya syekh.” Orang alim itu tersenyum dan berkata: “Bagaimana kalau kita bangun bersama saja dan untuk kita bersama pula.”

Sang raja sempat mengernyitkan dahi dan berpikir sejenak maksud orang alim itu. Lalu rajapun paham bahwa rumah bersama untuk keperluan hidup di akhirat itu lebih penting daripada rumah untuk keperluan hidup di dunia yang cuma sementara saja. Rajapun membangunkan masjid dan lembaga pendidikan untuk orang alim itu.

Pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua. Raja sebagai penguasa atau kepala pemerintahan menjenguk rakyatnya dan memberikan perhatian akan kehidupan rakyatnya. Sementara rakyatnya memiliki pemikiran yang berorientasi pada kemaslahatan umum ketimbang kemaslahatan dirinya sendiri.

Sungguh kami merindukan hadirnya pemimpin yang senantiasa menyapa dan memperhatikan rakyatnya, terutama rakyat yang tulus ikhlas untuk kebahagiaan rakyat secara umum, kebahagiaan yang sesungguhnya, kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sungguh pula kami merindukan para alim yang sibuk membangun “tempat tinggal” ummatnya ketimbang hanya membangun tempat tinggal jasad dirinya.

Marilah kita bersama memiliki semangat bersama-sama membangun rumah untuk kita bersama yang bisa menjadi rumah kita bukan hanya di dunia ini melainkan pula rumah kita di akhirat kita. Sudah kita membangun rumah untuk akhirat kita? Salam, AIM. [*]

 

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2298765/membangun-rumah-bersama-di-dunia-dan-akherat#sthash.169CO3b0.dpuf