Gemar Memakmurkan Masjid, Sifat Orang Beriman

Allah Ta’ala berfirman:

{مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ. إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ}

Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allah, maka merekalah yang termasuk golongan orang-orang yang selalu mendapat petunjuk (dari Allah Ta’ala)” (QS At-Taubah: 18).

Ayat yang mulia ini menunjukkan besarnya keutamaan memakmurkan masjid yang didirikan karena Allah Ta’ala, dalam semua bentuk pemakmuran masjid, bahkan perbuatan terpuji ini merupakan bukti benarnya iman dalam hati seorang hamba.

Imam al-Qurthubi berkata: “Firman Allah Ta’ala ini merupakan dalil yang menunjukkan bahwa mempersaksikan orang-orang yang memakmurkan masjid dengan keimanan adalah (persaksian yang) benar, karena Allah Ta’ala mengaitkan keimanan dengan perbuatan (terpuji) ini dan mengabarkan tentanganya dengan menetapi perbuatan ini. Salah seorang ulama Salaf berkata: Jika engkau melihat seorang hamba (yang selalu) memakmurkan masjid maka berbaiksangkalah kepadanya”1.

Ada hadits dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam yang menyebutkan hal ini, diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi (5/12 dan 277), Ibnu Majah (no. 802), Ahmad (3/68 dan 76) dan al-Hakim (1/322 dan 2/363) dari Abu Sa’id al-Khudri radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Jika engkau melihat seorang hamba yang selalu mengunjungi masjid maka persaksikanlah keimanannya”, kemudian Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam membaca ayat tersebut di atas.

Akan tetapi hadits ini lemah karena dalam sanadnya ada rawi yang bernama Darraj bin Sam’an Abus samh al-Mishri, dia meriwayatkan hadits ini dari Abul Haitsam Sulaiman bin ‘Amr al-Mishri, dan riwayatnya dari Abul Haitsam lemah, sebagaimana penjelasan Imam Ibnu hajar al-‘Asqalani2.

Hadits ini dinyatakan lemah oleh Imam adz-Dzahabi dan Syaikh al-Albani karena rawi di atas3.

Karena hadits ini lemah, maka tentu tidak bisa dijadikan sebagai sandaran dan argumentasi yang menunjukkan keutamaan di atas, tapi cukuplah firman Allah Ta’ala di atas dan hadits-hadits lain yang shahih dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam yang menunjukkan keutamaan tersebut.

Misalnya, hadits riwayat Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy)-Nya pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya… (di antaranya): Seorang hamba yang hatinya selalu terikat dengan masjid4.

Imam an-Nawawi berkata: “Artinya: dia sangat mencintai masjid dan selalu menetapinya untuk melaksanakan shalat berjamaah”5.

Hakikat memakmurkan masjid

Makna memakmurkan masjid adalah menetapinya untuk melaksanakan ibadah di dalamnya dalam rangka mencari keridhaan-Nya, misalnya shalat, berdzikir kepada Allah Ta’ala dan mempelajari ilmu agama. Juga termasuk maknanya adalah membangun masjid, menjaga dan memeliharanya6.

Dua makna inilah yang diungkapkan oleh para ulama Ahli tafsir ketika menafsirkan ayat dia atas. Imam Ibnul Jauzi berkata: “Yang dimaksud dengan memakmurkan masjid (dalam ayat di atas) ada dua pendapat:

  1. Selalu mendatangi masjid dan berdiam di dalamnya (untuk beribadah kepada Allah Ta’ala)
  2. Membangun masjid dan memperbaikinya”7.

Maka hakikat memakmurkan masjid adalah mencakup semua amal ibadah dan ketaatan kepada Allah Ta’ala yang diperintahkan atau dianjurkan dalam Islam untuk dilaksanakan di masjid.

Oleh karena itu, tentu saja shalat berjamaah lima waktu di masjid bagi laki-laki adalah termasuk bentuk memakmurkan masjid, bahkan inilah bentuk memakmurkan masjid yang paling utama.

Imam Ibnu Katsir menukil dengan sanad beliau ucapan shahabat yang mulia, ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu’anhu, beliau berkata: “Barangsiapa yang mendengar seruan adzan untuk shalat (berjamaah) kemudian dia tidak menjawabnya dengan mendatangi masjid dan shalat (berjamaah), maka tidak ada shalat baginya dan sungguh dia telah bermaksiat (durhaka) kepada Allah dan Rasul-Nya”. Kemudian ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu’anhu membaca ayat tersebut di atas8.

Sebaliknya, semua perbuatan yang bertentangan dengan petunjuk Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, meskipun dihadiri oleh banyak orang dan menjadikan masjid penuh dan ramai, maka semua ini tidaklah termasuk memakmurkan masjid. Seperti pelaksanaan acara-acara bid’ah9yang dilakukan di beberapa masjid kaum muslimin oleh orang-orang yang jahil, apalagi jika dalam acara tersebut terdapat unsur kesyirikan (menyekutukan Allah Ta’ala) dan hal-hal yang bertentangan dengan aqidah Islam yang lurus.

Imam Ibnu Katsir berkata: “Bukanlah yang dimaksud dengan memakmurkan masjid-masjid Allah hanya dengan menghiasi dan mendirikan fisik (bangunan)nya saja, akan tetapi memakmurkannya adalah dengan berdzikir kepada Allah dan menegakkan syariat-Nya di dalamnya, serta membersihkannya dari kotoran (maksiat) dan syirik (menyekutukan Allah Ta’ala)”10.

Demikian pula, perbuatan yang dilakukan oleh sebagian dari orang-orang awam ketika mendirikan masjid, dengan berlebih-lebihan menghiasi dan meninggikannya, sehingga mengeluarkan biaya yang sangat besar, bukan untuk memperluas masjid sehingga bisa menampung jumlah kaum muslimin yang banyak ketika shalat berjamaah, tapi hanya untuk menghiasi dan mempertinggi bangunan fisiknya.

Perbuatan ini jelas-jelas bertentangan dengan petunjuk Allah Ta’ala yang diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya Shallallahu’alaihi Wasallam, sebagaimana yang dinyatakan dalam beberapa hadits shahih berikut:

Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Tidaklah terjadi hari kiamat sampai manusia berbangga-bangga dengan masjid11.

Arti “berbangga-bangga dengan masjid” adalah membanggakan indahnya bangunan, hiasan, ukiran dan tinggi bangunan masjid, supaya terlihat lebih indah dan megah dibandingkan dengan masjid-masjid yang lain12.

Hadits ini menunjukkan bahwa perbuatan ini diharamkan dalam Islam karena perbuatan ini dikaitkan dengan keadaan di akhir jaman sebelum terjadinya hari kiamat, yang waktu itu tersebar berbagai macam kerusakan dan keburukan, sebagaimana yang diterangkan dalam hadits-hadits shahih lainnya13.

Dalam hadits lain, dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Aku tidak diperintahkan untuk menghiasi (atau meninggikan bangunan) masjid (secara berlebihan)”. ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu’anhu berkata: (Artinya) menghiasinya seperti orang-orang Yahudi dan Nashrani menghiasi (tempat-tempat ibadah mereka)14.

Hadits ini menunjukkan bahwa perbuatan tersebut di atas haram hukumnya dalam Islam, karena menyerupai perbuatan orang-orang Yahudi dan Nashrani dan ini dilarang oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam sabda beliau Shallallahu’alaihi Wasallam: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk (bagian) dari mereka15.

Bahkan perbuatan ini bertentangan dengan petunjuk sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan termasuk bid’ah, ditambah lagi dengan pemborosan harta untuk biaya hiasan dan peninggian bangunan tersebut, serta hilangnya kekhusyu’an dalam ibadah akibat dari hiasan-hiasan yang melalaikan hati tersebut, padahal khusyu’ adalah ruh ibadah16.

Berdasarkan keterangan di atas, maka yang sesuai dengan sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam mendirikan masjid adalah memilih yang sederhana dalam bangunan dan hiasan masjid.

Imam Ibnu Baththal dan para ulama lain berkata: “Dalam hadits di atas terdapat dalil (yang menunjukkan) bahwa (yang sesuai dengan) sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam mendirikan masjid adalah (bersikap) sederhana dan tidak berlebih-lebihan dalam menghiasinya. Sungguh ‘Umar bin al-Khattab radhiallahu’anhu di jaman (kekhalifahan) beliau, meskipun banyak negeri musuh yang ditaklukkan dan ada kelapangan harta, tapi beliau radhiallahu’anhu tidak merubah Masjid Nabawi dari keadaannya semula… Lalu di jaman (kekhalifahan) ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu’anhu yang waktu itu harta lebih banyak, tapi beliau radhiallahu’anhu hanya memperindah (menambah luas) Masjid Nabawi tanpa menghiasinya (secara berlebihan)”17.

Bercermin pada Masjidil haram dan Masjid Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam

Sebaik-baik masjid yang ada di muka bumi ini adalah dua masjid yang berada di dua kota suci dan paling dicintai oleh Allah Ta’ala, yaitu Mekkah dan Madinah.

Masjidul haram dan Masjid Nabawi adalah dua masjid yang paling dirindukan oleh orang-orang yang beriman dan paling pantas untuk dimakmurkan dengan berbagai macam ibadah yang disyariatkan dalam Islam, seperti thawaf dan sa’i ketika melaksanakan ibadah haji atau ‘umrah di Masjidil haram, melaksanakan shalat di kedua masjid tersebut, dan ibadah-ibadah agung lainnya.

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Shalat di masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih utama daripada seribu (kali) shalat di masjid lain kecuali Masjidil haram”18. Dalam riwayat lain dari Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu’anhu ada tambahan: “… Dan shalat di Masjidil haram lebih utama daripada seratus seribu (kali) shalat di masjid lain”19.

Bahkan kerinduan untuk mengunjungi dan memakmurkan dua masjid mulia ini merupakan bukti benarnya iman yang ada di hati seorang hamba.

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya iman akan selalu kembali (berkumpul) di kota Madinah sebagaimana ular yang selalu kembali ke lubang (sarang)nya”20. Dalam riwayat lain dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “… Agama Islam akan selalu kembali (berkumpul) di dua masjid (Masjidul haram dan Masjid Nabawi) sebagaimana ular yang selalu kembali ke lubang (sarang)nya”21.

Khusus yang berhubungan dengan “memakmurkan masjid”, sebagian dari para ulama mengatakan bahwa ibadah ‘umrah secara bahasa asalnya diambil dari kata “memakmurkan Masjidil haram”22, ini menunjukkan bahwa masjid inilah yang paling pantas untuk selalu dikunjungi dan dimakmurkan dengan ibadah-ibadah yang disyariatkan dalam Islam.

Dan memang pada kenyataannya, dari dulu sampai sekarang, kedua masjid inilah yang selalu menjadi teladan dalam ‘kemakmuran masjid’ karena banyaknya kegiatan-kegiatan ibadah agung yang dilaksanakan di dalamnya. Seperti maraknya majelis ilmu yang bermanfaat di beberapa tempat di dalam dua masjid tersebut, dengan nara sumber para ulama yang terpercaya dalam ilmu mereka. Demikian pula halaqah-halaqah tempat para penghafal al-Qur’an maupun orang-orang yang belajar membacanya dengan benar, di hampir setiap sudut masjid. Belum lagi kegiatan ibadah seperti shalat-shalat sunnah, berdzikir kepada Allah Ta’ala, membaca al-Qur’an hanya marak dilakukan di siang dan malam hari, dalam rangka mencari keutamaan yang berlipat ganda yang Allah Ta’ala khususkan bagi dua masjid mulia ini.

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mendatangi masjidku ini, tidak lain kecuali untuk mempelajari atau mengamalkan kebaikan maka dia akan mendapatkan kedudukan seperti orang yang berjihad di jalan Allah”23.

Khususnya di Masjidil haram, kegiatan ibadah thawaf dan sa’i yang bisa dikatakan tidak pernah terputus dilakukan, baik ketika musim haji ataupun di waktu lain untuk ‘umrah. Bahkan kegiatan thawaf sunnah hanya terhenti ketika dikumandangkan iqamah untuk pelaksanaan shalat berjamaah lima waktu.

Bagi orang yang pernah melaksanakan ibadah ‘umrah dan mengunjungi dua masjdi tersebut di bulan Ramadhan, tentu akan selalu terkenang dengan sifat dermawan yang ditunjukkan di dua masjid tersebut, utamanya di Masjid Nabawi, berupa suguhan berbagai macam makanan lezat untuk berbuka puasa yang memenuhi seluruh masjid dari depan sampai belakang, mulai dari kurma, air zam-zam, roti, yogurt, Haisah24 dan lain-lain. Khusus untuk di halaman Masjid, makanan berupa nasi ‘Arab denga lauk ayam bakar, daging kambing dan lain-lain.

Bahkan lebih dari itu, para penyedia makanan untuk berbuka puasa tersebut menugaskan beberapa orang, biasanya anak-anak kecil, untuk memanggil dan membujuk orang-orang yang berada di masjid tersebut atau orang-orang yang lewat untuk bersedia berbuka puasa di tempat yang mereka sediakan.

Subhanallah! Mereka benar-benar ingin mengamalkan sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam: “Barangsiapa yang memberi makan orang lain untuk berbuka puasa maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun25.

Dan masih banyak kegiatan-kegiatan ibadah agung lain yang marak terlihat di dua masjid mulia ini dan tentu tidak bisa dipaparkan semua.

Masjid yang tidak boleh dimakmurkan bahkan wajib dijauhi dan dihancurkan

Allah Ta’ala berfirman:

{وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِمَنْ حَارَبَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ مِنْ قَبْلُ وَلَيَحْلِفُنَّ إِنْ أَرَدْنَا إِلا الْحُسْنَى وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ. لا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ}

Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan keburukan (pada orang-orang mu’min), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mu’min serta menunggu/membantu kedatangan orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sungguh bersumpah: “Kami tidak meng-hendaki selain kebaikan”, dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pen-dusta. Janganlah kamu shalat dalam mesjid itu selama-lamanya!” (QS At-Taubah: 107-108).

Dalam ayat ini, Allah Ta’ala menyebutkan keberadaan masjid-masjid yang didirikan untuk tujuan yang buruk dan bukan untuk mencari keridhaan Allah Ta’ala. Inilah yang disebut sebagai “Masjid dhirar”.

Maka Allah Ta’ala melarang Rasul-Nya Shallallahu’alaihi Wasallam dan seluruh umat Islam untuk shalat di masjid seperti itu selama-lamanya26.

Inilah masjid yang tidak boleh dikunjungi dan dimakmurkan bahkan wajib dijauhi dan dihancurkan27, karena didirikan untuk tujuan yang buruk, seperti memecah belah kaum muslimin, menyebarkan ajaran sesat dan amalan bid’ah, serta tujuan-tujuan buruk lainnya28.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Termasuk dalam kandungan (ayat) di atas adalah orang yang mendirikan bangunan yang menyerupai masjid-masjid kaum muslimin, (tapi) bukan untuk melaksanakan ibadah-ibadah yang disyariatkan (dalam Islam), seperti kuburan-kuburan yang dikeramatkan dan lain-lain. Terlebih lagi jika di dalamnya terdapat keburukan, kekafiran, (upaya) memecah belah kaum mu’minin, tempat yang disediakan untuk orang-orang munafik dan ahli bid’ah yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, dan hal-hal yang mendukungnya. Maka bangunan (masjid) ini serupa dengan “Masjid dhirar”29.

Penutup

Semoga Allah Ta’ala menjadikan tulisan ini bermanfaat dan menjadi motivasi bagi kita semua untuk selalu bersegera dalam kebaikan dalam rangka mencari keridhaan-Nya.

Akhirnya, kami menutup tulisan ini dengan memohon kepada Allah Ta’ala dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna, agar Dia Ta’ala menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang selalu memakmurkan masjid-masjid Allah Ta’ala dan meraih kesempurnaan iman dengan taufik-Nya. Sesungguhnya Dia Ta’ala maha mendengar lagi maha mengabulkan do’a.

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Kota Kendari, 6 Muharram 1437 H

***

Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim, Lc., MA.

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/27267-gemar-memakmurkan-masjid-sifat-orang-beriman.html

Boros Tak Disukai Allah, Cegah Perilaku Boros Dengan 7 Cara Ini

BOROS adalah gaya hidup gemar berlebih-lebihan, baik dalam mempergunakan uang, harta, atau sumber daya yang dimiliki untuk kesenangan semata. Islam sangat jelas melarang umatnya bersifat boros. Dalam salah satu ayat-Nya, Allah menyamakan orang yang berbuat boros sebagai saudaranya setan. Islam justru mengajarkan kita untuk hidup hemat, tidak berlebih-lebihan, dan selalu berbagi kepada sesama.

Lalu, bagaimanakah caranya agar kita bisa terlepas dari perilaku menyia-nyiakan harta? Berikut beberapa kiatnya.

1.Membuat Anggaran Pengeluaran.

Dengan membuat anggaran pengeluaran, kita bisa memilah dan memilih barang atau jasa apa saja yang kita butuhkan. Kita bisa membuat skala prioritas terhadap kebutuhan kita. Selain itu, dengan membuat anggaran pengeluaran, kita akan terbiasa hidup teratur. Hal ini akan menjadi pengingat agar kita tidak membeli barang atau jasa yang dirasa kurang atau tidak penting.

2.Jangan Mudah Tertarik Melihat Bagus atau Diskon.

Sering sekali kita mengalami lapar mata. Seperti apakah lapar mata itu? Lapar mata dalam kehidupan sehari-hari misalnya kerap membeli barang atau jasa bukan karena kebutuhan yang mendesak, namun lebih pada barang yang terlihat bagus dan bermerk. Atau, lapar mata juga bisa terjadi karena kita tertarik dengan barang atau jasa yang tengah didiskon. Padahal, kita sama sekali tidak membutuhkannya dan memang tidak ada dalam list anggaran pengeluaran. Tentunya, sebagai umat Islam yang bertakwa, kita harus mampu mengendalikan lapar mata ini. Kita harus memiliki tekad yang kuat untuk tidak membeli barang atau jasa yang memang tidak kita butuhkan.

3.Pandai-pandailah Kebutuhan dan Keinginan.

Butuh dan ingin. Sepintas keduanya nampak sama. Padahal, sebenarnya keduanya sangat berbeda. Kebutuhan adalah sesuatu yang mendesak harus dipenuhi. Karena jika tidak terpenuhi akan mempengaruhi keberlangsungan hidup kita. Misalnya membeli sembako, membayar listrik, membayar tagihan telpon atau PDAM. Sementara, keinginan contohnya membeli motor baru atau handphone baru padahal barang-barang tersebut tidak begitu dibutuhkan karena kita sudah memilikinya. Kita pun harus cerdik membedakan kebutuhan primer dan sekunder. Tekan nafsu berbelanja kita agar suatu saat kita tidak menyesal.

4.Hindari Kartu Kredit

Selain karena kelak akan menimbulkan beban pada kita setiap bulannya, penggunaan kartu kredit yang tidak bijak mampu membuat kita semakin boros. Jangan hanya karena ingin simpel, setiap barang atau jasa kita beli dengan menggunakan kartu kredit. Kartu kredit memang praktis dan fleksibel, hanya tinggal gesek. Tapi, coba tekanlah penggunaan kartu kredit seminimal mungkin agar pengeluaran kita tidak semakin membengkak.

5.Jauhi Hutang

Setiap muslim dianjurkan untuk menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran, juga uang pendapatan dan uang belanja, agar tidak terpaksa berutang yang nantinya hanya akan menjadi beban. Jika tidak dalam kondisi sangat genting, usahakanlah kita agar tidak berutang. Mengapa kita harus menjauhi berutang? Karena orang yang berutang akan selalu dihantui kegundahan, kegelisahan sehingga hidup terasa tidak tenang. Ketika Rasulullah ditanya mengapa demikian, Nabi menjawab, “Jika seorang berutang, ia tidak segan-segan berbohong dan mengingkari janji.” Namun, jika kita tengah terbelit utang, berdoalah seperti pada doa Nabi:  “Ya Allah! Jauhkanlah saya dari kegundahan dan kesedihan, kelemahan dan kemalasan, kebodohan dan kebakhilan, keberatan utang, serta tekanan dan paksaan orang.” (H.R. Muttafaqun ‘alaihi dikutip dari Yusuf Qardhawi, 1997: 150).

6.Menabung Dan Berinvestasilah

Kita harus pikirkan juga pendidikan anak, biaya pernikahan, atau bahkan tabungan kesehatan kita. Belajarlah untuk menganggarkan pendapatan yang kita dapatkan untuk ditabung di bank yang terpercaya dan diinvestasikan untuk masa depan kita. Pilihlah lahan investasi yang halal dan menjanjikan karena kelak investasi kita akan menghasilkan pemasukan tambahan. Jadi, mulailah menabung dan berinvestasi sekarang juga!

7.Ingat Zakat, Infak Dan Sedekah

Salah satu kiat agar dapat menghilangkan perilaku boros adalah selalu ingat saudara-saudara kita yang kekurangan. Sehingga, perlu ditumbuhkan kepekaan sosial pada diri kita. Dengan berzakat, infak, dan sedekah, selain dapat membantu saudara seiman, kita pun Insyallah akan mendapatkan pahala dari-Nya.[]

ISLAMPOS

Boros, Hati-hati, Ini Akibatnya!

SEBAGAI seorang manusia biasa, tentunya kita senang berbelanja untuk memenuhi kebutuhan kita selama hidup ini. Namun yang seringkali keliru adalah ketika kita bersikap boros terhadap harta yang telah Allah anugrahkan. Boros sendiri merupakan bujuk rayu dari setan yang harus kita kendalikan. Bersikap boros hanya akan membuat kita merasa senang untuk sementara. Ketika kita menghambur-hamburkan harta yang kita punya, esok lusa kita akan terdiam putus asa karena harta yang kita punya telah habis dihambur-hamburkan.

Boros mempunyai pengertian membelanjakan harta/uang secara berlebih-lebihan. Ini tidak diperkenankan dalam Islam. Karena akan membuat pelakuknya merugi. Berbelanjalah sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Wajar ketika seorang manusia mempunyai keinginan, namun sebagai manusia yang telah dianugrahi akal oleh Allah, kita harus menggunakan akal kita dengan baik. Yaitu dengan menggunakan akal tersebut untuk mengendalikan keinginan yang tumbuh tak terkendali.

Pemborosan merupakan bagian dari apa yang diperintahkan oleh hawa nafsu dan dilarang oleh akal. Sebagi-baik pendidikan dalam hal ini adalah pendidikan dari Allah Swt. ketika Allah berfirman, “Janganlah kamu sekali-kali berbuat boros.” (QS. Al-Isra: 26).

Ketahuilah bahwa manusia seringkali diberi rizki pada satu hari dan untuk satu bulan. Maka apabila pada hari itu ia menghamburkan hartanya, ia akan berduka selama satu bulan. Sebaiknya jika ia mampu mengaturnya, maka selama satu bulan ia akan mengalami hidup cukup.

Sikap boros ini adalah salah satu penyakit hati. Maka kita harus mengobati penyakit hati yang bisa tumbuh kapan saja ini. Adapun obat untuk menyembuhkannya adalah dengan mempertimbangkan berbagai akibat yang mungkin terjadi, dan takut dirinya bergantung kepada orang lain.

Dengan begitu, seseorang yang akan bersikap boros akan berpikir dua kali, karena sikap borosnya tersebut hanya akan mendatangkan kerugian baginya maupun orang lain. Semoga kita mampu mengendalikan hawa nafsu kita dan tidak terjerumus ke dalam sikap boros. []

Sumber : Mengobati Jiwa yang lelah/Ibnu Al-Jauzy/Mirqat

ISLAMPOS

Boros, Bujuk Rayu Setan

SEBAGAI seorang manusia biasa, tentunya kita senang berbelanja untuk memenuhi kebutuhan kita selama hidup ini. Namun yang seringkali keliru adalah ketika kita bersikap boros terhadap harta yang telah Allah anugrahkan. Boros sendiri merupakan bujuk rayu dari setan yang harus kita kendalikan.

Bersikap boros hanya akan membuat kita merasa senang untuk sementara. Ketika kita menghambur-hamburkan harta yang kita punya, esok lusa kita akan terdiam putus asa karena harta yang kita punya telah habis dihambur-hamburkan.

Boros mempunyai pengertian membelanjakan harta/uang secara berlebih-lebihan. Ini tidak diperkenankan dalam Islam. Karena akan membuat pelakuknya merugi. Berbelanjalah sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Wajar ketika seorang manusia mempunyai keinginan, namun sebagai manusia yang telah dianugrahi akal oleh Allah, kita harus menggunakan akal kita dengan baik. Yaitu dengan menggunakan akal tersebut untuk mengendalikan keinginan yang tumbuh tak terkendali.

Pemborosan merupakan bagian dari apa yang diperintahkan oleh hawa nafsu dan dilarang oleh akal. Sebagi-baik pendidikan dalam hal ini adalah pendidikan dari Allah Swt. ketika Allah berfirman, “Janganlah kamu sekali-kali berbuat boros.” (QS. Al-Isra: 26).

Ketahuilah bahwa manusia seringkali diberi rezeki pada satu hari dan untuk satu bulan. Maka apabila pada hari itu ia menghamburkan hartanya, ia akan berduka selama satu bulan. Sebaiknya jika ia mampu mengaturnya, maka selama satu bulan ia akan mengalami hidup cukup.

Sikap boros ini adalah salah satu penyakit hati. Maka kita harus mengobati penyakit hati yang bisa tumbuh kapan saja ini. Adapun obat untuk menyembuhkannya adalah dengan mempertimbangkan berbagai akibat yang mungkin terjadi, dan takut dirinya bergantung kepada orang lain.

Dengan begitu, seseorang yang akan bersikap boros akan berpikir dua kali, karena sikap borosnya tersebut hanya akan mendatangkan kerugian baginya maupun orang lain. Semoga kita mampu mengendalikan hawa nafsu kita dan tidak terjerumus ke dalam sikap boros. []

Sumber : Mengobati Jiwa yang lelah/Ibnu Al-Jauzy/Mirqat

ISLAMPOS

Orang Boros, Saudaranya Setan

SAUDARAKU, perlu diketahui bahwa senang membuang-buang harta untuk hal yang sia-sia termasuk meniru perbuatan setan.

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27).

Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini.

Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.”

Mujahid mengatakan, “Seandainya seseorang menginfakkan seluruh hartanya dalam jalan yang benar, itu bukanlah tabdzir (pemborosan). Seandainya seseorang menginfakkan satu mud saja (ukuran telapak tangan) pada jalan yang keliru, itulah yang dinamakan tabdzir (pemborosan).”

Qotadah mengatakan, “Yang namanya tabdzir (pemborosan) adalah mengeluarkan nafkah dalam berbuat maksiat pada Allah, pada jalan yang keliru dan pada jalan untuk berbuat kerusakan.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 8/474-475)

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya Allah meridlai tiga hal bagi kalian dan murka apabila kalian melakukan tiga hal. Allah ridha jika kalian menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan (Allah ridla) jika kalian berpegang pada tali Allah seluruhnya dan kalian saling menasehati terhadap para penguasa yang mengatur urusan kalian. Allah murka jika kalian sibuk dengan desas-desus, banyak mengemukakan pertanyaan yang tidak berguna serta membuang-buang harta.” (HR. Muslim no.1715)

Termasuk perbuatan boros (tabdzir) adalah apabila seseorang menghabiskan harta pada jalan yang keliru. Semisal seseorang berjam-jam duduk di depan internet, lalu membuka Facebook, blog, email dan lainnya, lantas dia tidak memanfaatkannya untuk hal yang bermanfaat, namun untuk hal-hal yang mengandung maksiat. Na’udzu billahi min dzalik. Cobalah internet kita manfaatkan untuk berdakwah atau untuk mempelajari Islam lebih dalam.

Semoga Allah memudahkan kita untuk mengisi waktu kita di setiap tempat dengan hal-hal yang bermanfaat dan berguna bagi orang lain terutama dalam masalah agama dan akhirat. []

SUMBER: RUMAYSHO/ISLAMPOS



Apa Aku Menikah dengan Pasangan yang Salah?

ANDA suami seperti apa? Maka seperti itulah istri Anda, sebab istri adalah gambaran dari seorang suami. Sebaiknya jangan selalu mengeluhkan keadaan karena istri anda tidak seperti yang anda harapkan. Toh, pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna. Bijaksanalah dalam menghadapi kekurangan istri dan istri juga akan menerima kekurangan suami. Perlakukanlah istri anda dengan tegas dan lembut. Berikut cerita seseorang yang mengisahkan temannya sendiri yang dikutip dari laman seduhkopi:

Seorang teman merasa istrinya semakin lama semakin egois dan kasar. Karena itu, mereka bertengkar setiap hari. Akhirnya teman saya memiliki selingkuhan karena merasa sudah tidak nyaman berada di rumah. Tak lama setelah itu, mereka bercerai dan sang suami menikah lagi dengan selingkuhannya. Sang mantan istri pun tak lama kemudian menikah lagi. Pernikahan baru keduanya masing masing berjalan dengan sangat lancar.

Setelah beberapa bulan menikah, istri baru dari teman saya semakin lama kelembutannya semakin pudar. Rumah tangga mereka berakhir sama seperti yang dulu, sering terjadi pertengkaran. Istri barunya bahkan tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah, teman saya terpaksa membersihkan rumah sendiri. Teman saya merasa nasibnya dia tidak baik, mengapa ia selalu memilih istri yang kurang baik, setiap hari ia mengeluh.

Sampai suatu hari, di suatu acara makan malam ia secara kebetulan bertemu dengan suami baru mantan istrinya. Pada awalnya kedua lelaki ini tidak berbicara apa apa, tetapi setelah saling menyapa merekapun minum bersama. Akhirnya teman saya tak bisa menahan diri lagi dan bertanya bagaimana keadaan rumah tangga mereka. Suami baru mantan istrinya ini tidak tampan, tetapi sangat teliti dalam berbicara. Ia berkata, “Istri saya adalah wanita yang sangat hebat, sangat perhatian dan lembut, ia mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tanpa mengeluh. Juga sangat menyayangi saya, ia selalu bersikap baik ke orangtua, saudara, dan teman-teman saya. Saatnya jujur dia akan jujur, saatnya butuh perhatian, dia akan memberi perhatian penuh. Wanita seperti ini, sudah sedikit sekali.”

Setelah mendengar pernyataan suami dari mantan istrinya, teman saya merasa bingung, dan berpikir, “apa dia memang sebaik itu?. Mengapa dulu saya sama sekali tidak menyadarinya?. Pasti semua itu cuma omong kosong suami barunya untuk membuat saya bingung,” dalam benaknya. Tak lama kemudian, kebetulan sekali, teman saya pergi berbelanja ke supermarket dan melihat mantan istri dan suami barunya sedang berbelanja. Ia membuntutinya dan memperhatikan, akhirnya ia menyadari pasangan itu benar-benar bahagia. Kebahagian itu bisa ia lihat dari senyuman mantan istrinya yang selalu bermekaran. Juga bisa dilihat dari pelukan lembut yang diberikan oleh lelaki itu di sampingnya itu.

Sebenarnya, di bermacam situasi, istri berubah menjadi malaikat atau berubah menjadi nenek sihir, semua tergantung pada lelaki. Didetik wanita memutuskan untuk menikah, ia juga memutuskan untuk menjalani hidup dengan baik bersama suaminya. Walaupun dalam pernikahan, kesabaran merupakan suatu kebajikan, tetapi jika ada cinta maka ada toleransi. Saat anda merasa tidak puas dengan istri anda, istri pun tidak peduli lagi. Jadi, jika anda menginginkan wanita baik seperti malaikat, terlebih dahulu perlakukan dia sebagai malaikat. Karena semua wanita di dunia yang sudah menjadi “istri seseorang” memiliki potensi menjadi malaikat. Saat anda bisa melakukannya dengan baik, anda akan menyadari bahwa perubahan sikap anda dapat membentuk sesosok malaikat yang sempurna.

Cinta wanita muncul karena kasih sayang pria, Kebencian wanita muncul karena kebohongan pria. Keluhan wanita muncul karena kedinginan pria. Kebahagiaan wanita muncul karena kehangatan pria. Kecantikan wanita muncul karena dimanjakan pria. Kerusakan wanita adalah hutang pria. Ibaratkan Wanita adalah sebuah piano, jika bertemu dengan seorang pianis handal, suara yang dihasilkan adalah lagu kelas dunia, jika dimainkan oleh orang biasa, maka akan menghasilkan lagu pop, tetapi apabila dimainkan oleh orang sembarangan, pasti tidak akan membentuk sebuah lagu. [*]

INILAH MOZAIK

Perang Pertama Rasulullah setelah Hijrah

SEBELUM ini Nabi shallallahu alaihi wa sallam hanya mengirim utusan perang yang disebut dengan sariyah sedang beliau di Madinah. Adapun pada kesempatan ini, beliau sendiri yang berangkat memimpin pasukan perang yang disebut dengan Perang Abwa atau Waddan.

Pada bulan Shafar tahun ke-2 Hijriah Nabi shallallahu alaihi wa sallam keluar untuk menghadang rombongan dagang Quraisy dan juga bermaksud memerangi Bani Dhamrah hingga beliau tiba di Abwa namun tidak terjadi pertempuran.

Ini merupakan kesempatan bagi Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk berdamai dengan Bani Dhamrah dari Suku Kinanah agar tidak memerangi beliau dan tidak membantu musuh dalam memerangi beliau. Nabi shallallahu alaihi wa sallam menulis perjanjian ini dan diserahkan kepada pemimpin mereka, Mahsyi bin Amr adh-Dhamri. Inilah perang pertama kali yang diikuti oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Hajar (Al-Fath, 15:142)

INILAH MOZAIK

Laki-Laki adalah Pemimpin Rumah Tangga (Bag. 4)

Baca Pembahasan sebelumnya Laki-Laki adalah Pemimpin Rumah Tangga (Bag. 3)

Konsekuensi Kepemimpinan Laki-Laki dalam Rumah Tangga

Ketika seorang laki-laki menjadi pemimpin rumah tangga, tidak lantas dia hanya memikirkan hak-haknya saja sebagai suami sekaligus kepala rumah tangga. Akan tetapi, dia juga harus memperhatikan tanggung jawab yang harus dia tunaikan.

Mendidik Keluarga dengan Ajaran Islam

Tanggung jawab laki-laki yang terbesar adalah membimbing dan mendidik keluarganya agar terhindar dari api neraka. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu (dan anakmu) dan istrimu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim [66]: 6)

Berkaitan dengan firman Allah Ta’ala (yang artinya), “peliharalah dirimu (dan anakmu) dan istrimu dari api neraka”, sahabat ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata,

أدبوهم وعلموهم

“Didiklah dan ajarkanlah mereka (perkara agama).”

Sedangkan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,

اعْمَلُوا بطاعة الله واتقوا معاصي الله، وأمروا أهليكم بالذكر ينجكم اللَّهُ مِنَ النَّارِ

“Berbuatlah ketaatan kepada Allah dan takutlah dari bermaksiat kepada Allah. Perintahkanlah keluargamu (anak dan istrimu) untuk berdzikir, semoga Allah menyelamatkan kalian dari neraka.”

Mujahid rahimahullah berkata,

اتَّقُوا اللَّهَ وَأَوْصُوا أَهْلِيكُمْ بتقوى الله

“Bertakwalah kepada Allah dan berwasiatlah kepada keluarga kalian agar mereka bertakwa kepada Allah.”

Demikian pula yang dikatakan oleh Adh-Dhahhak dan Muqatil,

حَقٌّ عَلَى الْمُسْلِمِ أَنْ يُعَلِّمَ أَهْلَهُ مِنْ قَرَابَتِهِ وَإِمَائِهِ وَعَبِيدِهِ مَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَمَا نَهَاهُمُ اللَّهُ عَنْهُ

“Menjadi kewajiban seorang muslim (laki-laki) untuk mengajarkan kewajiban yang Allah tetapkan dan larangan-larangan Allah kepada kerabat, budak perempuan, dan budak laki-lakinya.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 8: 188-189)

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ، وَالعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ، أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Amir (kepala Negara), dia adalah pemimpin manusia secara umum, dan dia akan diminta pertanggungjawaban atas mereka. Seorang suami dalam keluarga adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dia akan dimintai pertanggungjawaban atasnya. Ketahuilah, bahwa setiap kalian adalah pemimipin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas siapa yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari no. 2554 dan Muslim no. 1829)

Perintahkan Anak untuk Mendirikan Shalat

Dan di antara contoh tanggung jawab seorang kepala rumah tangga adalah memerintahkan anak-anaknya untuk mendirikan shalat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مُرُوا الصَّبِيَّ بِالصَّلَاةِ إِذَا بَلَغَ سَبْعَ سِنِينَ، وَإِذَا بَلَغَ عَشْرَ سِنِينَ فَاضْرِبُوهُ عَلَيْهَا

“Perintahkanlah anak kecil untuk melaksanakan shalat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun. Dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun, maka pukullah apabila dia tidak melaksanakannya.” (HR. Abu Dawud no. 494)

Mendidik Anak Tanggung Jawab Suami dan Istri

Di antara kesalahan suami adalah dia menyerahkan semua urusan pendidikan anak kepada istri. Dia menganggap bahwa urusan dia adalah mencari nafkah (saja). Sedangkan urusan mendidik anak, itu adalah urusan sang istri. Ini adalah sebuah kekeliruan yang besar. Jika ada istilah “istri adalah madrasah pertama bagi anak-anak”, maka ingatlah bahwa madrasah itu memiliki kepala sekolah. Dan siapa lagi kepala sekolah madrasah anak-anaknya selain sang suami (sang bapak) itu sendiri.

[Bersambung]

***

Penulis: M. Saifudin Hakim

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/52693-pemimpin-rumah-tangga-4.html

Museum Rasulullah akan Gunakan Teknologi Terkini

Teknologi artificial intelligence akan disematkan pada Museum Rasulullah.

Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Syafruddin menyatakan Museum Rasulullah SAW yang akan dibangun di Indonesia akan menggunakan teknologi terkini. Dia pun telah melihat langsung kecanggihan teknologi tersebut di Madinah, Arab Saudi.

“Jadi ya kecanggihan yang ada sekarang, yaitu sudah menggunakan G5, digital teknologi, dan ada juga artificial intelligence. Dan saya sudha melihat secara langsung di Madinah,” tutur Syafruddin.

Dia menambahkan, miniatur museum ini sudah ada di Madinah, tepatnya di lingkungan Istana Gubernur Madinah. Konsep museum ini didesain secara modern sehingga pengunjung dengan hanya menyentuh layar pada hologram dapat melihat sejarah Rasulullah SAW dari belum lahir, kehidupannya, hingga benda-benda yang digunakan semasa hidup.

“Untuk target selesainya, tentu karena ini kerja sama, kita akan bicara, jadi tidak semata-mata target dari kita dan dari mereka. Jadi kita akan hitung-hitungan. Perhitungan kita dan perhitungan Liga Muslim Dunia, tentu kita akan temukan,” ucapnya.

Namun, Syafruddin memperkirakan pembangunan museum ini akan dilakukan dalam waktu dekat, setelah pertemuan teknis dengan Yayasan Wakaf Assalam pada Senin (4/11) awal pekan depan. “(Mulai dibangunnya) sesegera mungkin setelah pertemuan teknis besok, ya paling tidak di awal tahun depan, Januari.

Untuk diketahui, pembangunan Museum Rasulullah SAW ini didasarkan pada nota kesepahaman (MoU) antara DMI, Liga Muslim Dunia dan Yayasan Wakaf Assalam. Museum Rasulullah ini dibangun dengan biaya dari Liga Muslim Dunia.

“Dananya akan di-founding oleh Liga Muslim Dunia, tapi kita juga punya tugas dan kewajiban-kewajiban,” tutur dia.

Lokasi pembangunan Museum Rasulullah SAW bersebelahan dengan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) yang sedang dibangun di Depok Jawa Barat. Museum yang berdiri di atas tanah milik negara seluas 80 hektare itu berlokasi di luar area kampus sehingga mudah diakses masyarakat. 

KHAZANAH REPUBLIKA


Meremehkan Salat Allah Akan Kirim 15 Bencana

SALAT adalah tiang agama. Seorang muslim yang tidak meyakini kewajiban salat maka gugurlah keislamannya.

Kewajiban yang disebut sebagai amal terbaik ini memiliki posisi yang amat tinggi didalam Islam. Bagaimana tidak, salat adalah hubungan langsung antara seorang hamba dengan Tuhannya.

Namun, melakukan salat saja tidaklah cukup. Kelompok yang celaka menurut Alquran bukan hanya mereka yang tidak salat, orang yang rajin salat pun bisa celaka.

“Maka celakalah orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya.” (Al-Maun 4-5)

Sebelumnya, dalam Tafsir Surat Al-Maun telah kita bahas maksud dari orang yang melalaikan salat, yaitu mereka yang meremehkan waktu salatnya.

Berikut ini adalah dialog antara Sayyidah Fatimah Azzahra dengan Rasulullah saw tentang apa yang akan didapat oleh seorang yang melalaikan salat. Sayyidah Fatimah Az-Zahra, putri tercinta Rasulullah saw pernah bertanya pada ayahnya.

“Duhai ayahku, apa yang akan menimpa seorang lelaki atau wanita yang meremehkan salat?”

Rasulullah saw menjawab,” Wahai Fatimah, siapa yang meremehkan salat dari lelaki maupun wanita, Allah akan mengirimkan 15 bencana kepadanya. Ia akan mendapat enam bencana di dunia, tiga di hari kematiannya, tiga di dalam kuburnya dan tiga di hari kiamat ketika ia keluar dari kuburnya.”

“Adapun yang akan ia terima di dunia adalah,

– Allah akan mencabut keberkahan dari umurnya.

– Allah akan mencabut keberkahan dari rezekinya.

– Allah akan menghapus cahaya orang saleh dari wajahnya.

– Seluruh amal baik yang ia perbuat tidak akan mendapat imbalan.

– Doanya tidak akan dikabulkan.

– Dia tidak mendapat bagian dari doa orang-orang saleh.

Adapun yang akan ia terima di hari kematiannya adalah,

– Dia akan mati dalam keadaan terhina.

– Dia akan mati dalam keadaan kelaparan.

– Dia akan mati dalam kehausan. Walaupun dia diberi minum dari sungai-sungai dunia, tidak akan menghilangkan dahaganya.

Adapun yang akan ia terima di kuburannya adalah,

– Allah akan mengirimkan malaikat yang akan membuatnya ketakutan di dalam kuburnya.

– Allah akan mempersempit kuburnya.

– Allah akan memenuhi kuburannya dengan kegelapan.

Dan yang akan dia terima di Hari Kiamat ketika ia keluar dari kuburnya adalah,

– Allah akan memberikannya pada malaikat yang akan menyeret wajahnya sementara seluruh makhluk memandang kepadanya.

– Dia akan dihisab dengan hisab yang sangat sullit.

– Allah tidak akan melihatnya dan tidak akan mensucikannya. Dan baginya azab yang pedih. []

Sumber : khazanahalquran, dikutip dari kitab Syawahidul Muballighin

INILAH MOZAIK