Fitnah, Ghibah dan Namimah, Lahan Subur di Medsos

TIGA perilaku negatif dalam judul di atas adalah senjata ampuh untuk meruntuhkan kehormatan dan harga diri seseorang. Ada banyak tokoh yang tidak mempan dibunuh dengan senjata tajam namun bisa roboh dengan tiga senjata bermodalkan mulut itu.

Kalau pada masa dulu, dibutuhkan banyak tenaga dan waktu untuk memfitnah, mengghibah dan menamimah, saat ini hanya butuh beberapa menit dengan menarikan jemarinya di keyboard media sosialnya. Dengan segera, fitnah, ghibah dan namimah itu menyebar.

Dengan tiada sadar, ada banyak orang yang termakan oleh senjata-senjata itu dengan semakin menggemari isu-isu yang tidak jelas dan ikut men-viralkan seviral-viralnya. Samakah dosa sang menebar fitnah dan penyebarnya? Pertanyaan ini tak perlu dijawab karena hati nurani kita pasti sudah menjawabnya sendiri. Masalahnya bukan lagi masalah hukum, melainkan masalah manfaat dan madlaratnya. Umat Islam harus cerdas dalam konsiderasi masalah yang terakhir ini.

Saatnya kita kini berpikir tentang ummat sebagai keseluruhan, bukan sebagai pribadi saja. Kemaslahatan ummat harus benar-benar menjadi perhatian utama. Tanpa begini, maka kesatuan dan kemaslahatan ummat akan mudah tercabik dan terceraiberaikan. Berhati-hatilah menulis dan menyebarkan status atau berita. Tanyakan dulu apa ada muatan kemaslahatan di dalamnya ataukah justru kemadlaratan.

Bukan tidak mungkin bahwa kita sebenarnya tengah diadudomba, namun kita tidak pernah sadar. Ceklah kebenaran berita dan tabayyun lah sebelum dijadikan sebagai bahan berpikir dan berkeyakinan. Tidak semua hati tulus sebagaimana tidak semua lisan lurus. Tidak semua berita itu benar sebagaimana tidak semua cerita itu nyata.

Cerdas dan pintarlah dalam beragama dan bermasyarakat. Jangan mau diadodomba dan diceraiberaikan. Tolak fitnah, ghibah dan naminah, maka kita akan senantiasa kuat dalam persatuan.

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

 

INILAH MOZAIK