Pernahkah terbayang, kehidupan rumah tangga yang semuanya gemar berzikir kepada-Nya? Mulai dari ayah, ibu, hingga anakanaknya. Bagaimana penilaian kita terhadap rumah tangga itu?
Rumah tangga yang demikian tentu akan hidup dalam ketenangan dan ketenteraman hati karena senantiasa zikrullah (mengingat Allah). Bahkan, sekiranya rumah tangga itu belum sempurna menjalankan rukun Islam, maka zikrullah adalah sarana terbaik untuk mendapatkan ridha-Nya. Dari Abdullâh bin Busr RA, “Seorang badui datang kepada Nabi SAW kemudian berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya syariatsyariat Islam sudah banyak pada kami.
Beritahukanlah kepada kami sesuatu yang kami bisa berpegang teguh ke pa danya.’ Nabi SAW bersabda, ‘Hen dak lah lidahmu senantiasa berzikir kepada Allah Azza wa Jalla.” (HR Ahmad). Amru Khalid menerangkan bahwa dengan zikrullah perilaku dan akhlak kita akan teratur. Zikrullah akan menjadikan ibadah-ibadah kita yang lainnya menjadi teratur pula.
Menariknya, zikrullah ini bisa kita lakukan kapan dan di mana pun dalam setiap aktivitas. Dalam kondisi seperti itu, membaca istighfar, tasbih, dan tahmid mampu dilakukan setiap Muslimin. Bahkan, zikrullah bisa dilakukan wanita yang haid sekalipun. Jadi, zikrullah adalah ibadah yang mudah diamalkan. Hanya tinggal niat, tekad, dan kesungguhan yang luar biasa yang harus dihadirkan di dalam jiwa. Sebab, zikrullah utama di sisi Allah Taala.
Imam Ghazali dalam kitab Dzikrullah menulis, “Jika Anda bertanya, mengapa zikir kepada Allah yang dikerjakan secara samar oleh lisan dan tanpa memerlukan tenaga yang besar menjadi lebih utama dan lebih ber man faat dibandingkan dengan sejumlah ibadah yang dalam pelaksanaannya banyak mengandung kesulitan?”
Al-Ghazali menjelaskan, zikrullah mengharuskan adanya rasa suka dan cinta kepada Allah Taala. Maka, tidak akan ada yang mengamalkannya ke cuali jiwa yang dipenuhi rasa suka dan cinta untuk selalu mengingat dan kembali kepada-Nya.
Orang yang mencintai sesuatu akan banyak mengingatnya, dan orang yang banyak mengingat sesuatu (meskipun pada mulanya ini adalah bentuk pembebanan) pasti akan mencintainya. Begitu halnya dengan orang yang berzikir kepada Allah Taala.
Pantas jika kemudian Allah Taala me negaskan, “Karena itu, ingatlah ka mu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.” (QS al-Baqarah [2]: 152). Dalam hadis qudsi, “Allah Taala berfirman, ‘Aku akan bersama hamba- Ku selama ia mengingat-Ku dan kedua bibirnya bergerak karena Aku.'” (HR Baihaqi & Hakim).
Jadi, betapa meruginya rumah tangga yang meninggalkan zikir. Ibn Taymiyah berkata, “Zikir diibaratkan air yang di dalamnya hidup banyak ikan. Bagaimana nasib ikan-ikan itu jika terpisah dari airnya?” Wallahu a’lam.
Oleh: Imam Nawawi