Keistimewaan Zikir Kalimat Hauqolah yang Luar Biasa

Zikir Kalimat Hauqolah menenangkan hati yang mengamalkannya.

Di antara kalimat istimewa yang diajarkan dalam Islam, yakni kalimat hauqolah, lâ haula wa lâ quwwata illâ billâh, “Tidak ada daya dan kekuatan kecuali milik Allah”. Banyak nas yang menjelaskan keistimewaan kalimat mulia yang satu ini. 

“Ada hadits-hadits yang menyebutkan keistimewaan kalimat ini berbarengan dengan empat kalimat mulia lainnya, yakni tasbih, tahmid, tahlil dan takbir. Ada pula hadits-hadits yang menyebutkan keistimewaan kalimat hauqolah secara khusus,” kata Pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi’i Jember, Ustaz Abdullah Zaen Lc.,MA melalui pesan Telegram.

Berikut beberapa hadits yang menyebutkan keistimewaan kalimat hauqolah berbarengan dengan empat kalimat mulia lainnya:

1. Menghapuskan dosa-dosa

Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,

“مَا عَلَى الْأَرْضِ رَجُلٌ يَقُولُ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، وَسُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ، إِلَّا كُفِّرَتْ عَنْهُ ذُنُوبُهُ، وَلَوْ كَانَتْ أَكْثَرَ مِنْ زَبَدِ الْبَحْرِ”

“Tidaklah seorang di muka bumi mengucapkan la ilaha illallah, Allahu akbar, subhanallah, alhamdulillah dan la haula wa la quwwata illah billah; melainkan dosa-dosanya akan diampuni, walaupun lebih banyak dibanding buih di lautan”. HR. Ahmad dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhu dan dinilai sahih oleh al-Hakim dan adz-Dzahaby.

2. Memenuhi tangan hamba dengan kebaikan

Ibnu Abi Aufa radhiyallahu’anhu bertutur,

أَتَى رَجُلٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: “يَا رَسُولَ اللهِ، إِنِّي لَا أَقْرَأُ الْقُرْآنَ، فَمُرْنِي بِمَا يُجْزِئُنِي مِنْهُ!”، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “قُلْ: الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَسُبْحَانَ اللهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ”. قَالَ: فَقَالَهَا الرَّجُلُ: وَقَبَضَ كَفَّهُ، وَعَدَّ خَمْسًا مَعَ إِبْهَامِهِ، فَقَالَ: “يَا رَسُولَ اللهِ، هَذَا لِلَّهِ تَعَالَى فَمَا لِنَفْسِي؟” قَالَ: “قُلْ: “اللهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي، وَعَافِنِي، وَاهْدِنِي، وَارْزُقْنِي” . قَالَ: فَقَالَهَا وَقَبَضَ عَلَى كَفِّهِ الْأُخْرَى، وَعَدَّ خَمْسًا مَعَ إِبْهَامِهِ، فَانْطَلَقَ الرَّجُلُ وَقَدْ قَبَضَ كَفَّيْهِ جَمِيعًا، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “لَقَدْ مَلَأَ كَفَّيْهِ مِنَ الْخَيْرِ”.

“Suatu hari ada seseorang datang kepada Nabi shallallahu’alaihiwasallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, saya tidak bisa membaca al-Qur’an. Ajarkan padaku bacaan yang bisa menggantikan al-Qur’an (saat aku shalat)”. Maka Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda, “Bacalah alhamdulillah, subhanallah, la ilaha illallah, Allahu akbar, la haula wa la quwwata illa billah”. Maka lelaki mengucapkan kalimat tersebut sambil menggenggam telapak tangannya dan menghitung lima dengan jari-jarinya. Lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, ini yang untuk Allah. Yang untuk diriku mana?”. Nabi menjawab, “Ucapkanlah: Allôhummaghfirlî, warhamnî, wa ‘âfinî, wahdinî, warzuqnî (Ya Allah, ampunilah aku, sayangilah aku, sehatkanlah aku, berilah aku petunjuk dan karuniakanlah padaku rizki)”. Maka lelaki tersebut menggenggam telapak tangannya yang satunya sembari menghitung lima dengan jari-jarinya. Kemudian ia pergi sambil menggenggam kedua telapak tangannya. Nabi shallallahu’alaihiwasallam pun berkomentar, “Sungguh ia telah memenuhi kedua tangannya dengan kebaikan”. HR. Ahmad dan dinilai hasan oleh al-Arna’uth.

Terdapat nas yang menjelaskan keistimewaan dari kalimat hauqolah, lâ haula wa lâ quwwata illâ billâh, “Tidak ada daya dan kekuatan kecuali milik Allah”. Salah satunya di antaranya menjadi amal yang berpahala abadi.

“Terutama nas-nas yang menyebutkan keistimewaan kalimat ini berbarengan dengan empat kalimat mulia lainnya, yakni tasbih, tahmid, tahlil dan takbir,” kata Pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi’i Jember, Ustaz Abdullah Zaen Lc.,MA melalui pesan Telegram.

Berikut di antara Keutamaan kalimat Hauqolah:

3. Kalimat hauqolah merupakan salah satu amal salih yang berpahala abadi

Allah ta’ala berfirman,

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا

Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi al-bâqiyat ash-shâlihat (amal salih yang berpahala abadi) lebih baik di sisi Allah pahalanya dan harapannya”. QS. Al-Kahfi ayat 46.

Ayat di atas menjelaskan bahwa harta dan anak tidaklah kekal. Yang akan bermanfaat dan kekal untuk manusia adalah al-bâqiyât ash-shâlihât.

Al-bâqiyât ash-shâlihât adalah seluruh amal ketaatan, baik yang hukumnya wajib maupun yang sunnah. Entah itu yang berkaitan dengan hak Allah maupun hak para hamba-Nya. (Tafsîr as-Sa’diy)

Di antaranya adalah mengucapkan kalimat tasbih, tahmid, tahlil, takbir dan hauqolah. Demikian penafsiran yang disampaikan beberapa sahabat Nabi shallallahu’alaihiwasallam. Seperti Utsman bin Affan dan Ibnu Umar radhiyallahu’anhum.

Di atas adalah sebagian nas yang menyebutkan keistimewaan kalimat ini berbarengan dengan empat kalimat mulia lainnya, yakni tasbih, tahmid, tahlil dan takbir. Adapun hadits-hadits yang menyebutkan keistimewaan kalimat hauqolah secara khusus, antara lain: 

4. Kalimat hauqolah merupakan salah satu harta karun surga

Abu Musa al-Asy’ary radhiyallahu’anhu bertutur,

كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَكُنَّا إِذَا عَلَوْنَا كَبَّرْنَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا وَلَكِنْ تَدْعُونَ سَمِيعًا بَصِيرًا”. ثُمَّ أَتَى عَلَيَّ وَأَنَا أَقُولُ فِي نَفْسِي لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ فَقَالَ: “يَا عَبْدَ اللهِ بْنَ قَيْسٍ قُلْ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ فَإِنَّهَا كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ”

“Pada suatu hari kami bepergian bersama dengan nabi shallallahu’alaihiwasallam. Setiap kali melewati jalan menanjak kami bertakbir (dengan suara keras). Maka Nabi shallallahu’alaihiwasallam pun bersabda, “Wahai para manusia, kasihanilah diri kalian. Sungguh kalian tidaklah sedang memanggil dzat yang tuli atau sesuatu yang tidak ada. Namun kalian sedang memanggil Dzat Yang Maha mendengar dan Maha melihat!”. Kemudian beliau mendatangiku, dan saat itu aku sedang membaca dengan lirih, “La haula wa la quwwata illa billah”. Maka beliaupun berkata, “Wahai Abdullah bin Qais, ucapkanlah La haula wa la quwwata illa billah. Sungguh ia merupakan salah satu harta karun surga”. HR. Bukhari dan Muslim. 

Dalam hadits di atas Nabi shallallahu’alaihiwasallam ingin menjelaskan berbagai amal salih kepada para sahabatnya. Saat beliau melihat mereka mengerjakan amal salih, yakni takbir, beliau menginginkan mereka agar menambahkan amal salih lainnya. Yaitu mengucapkan kalimat hauqolah.

IQRA REPUBLIKA

Bacaan Zikir 10 Hari Pertama Dzulhijjah

Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Agama RI telah menetapkan 1 Dzulhijjah jatuh pada hari Selasa, 20 Juni 2023. Bulan Dzulhijjah adalah bulan yang sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal. Bulan Dzulhijjah adalah bulan terakhir dalam kalender Islam dan merupakan bulan yang penuh dengan keutamaan. Nah berikut ini Bacaan zikir 10 hari pertama Dzulhijjah.

Dalam hadis Riwayat yang bersumber dari Imam Bukhari dan Muslim, Nabi Saw bersabada bahwa bulan Dzulhijjah termasuk bulan haram [asyhurul haram], yang dianjurkan untuk memperbanyak ibadah. Sebagaimana sabda berikut;

إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ  وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى  وَشَعْبَانَ

“Artinya; Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram serta satu bulan yang terpisah yaitu Rajab Mudhar, yang terdapat di antara bulan Jumada Akhirah dan Sya’ban.”

Bacaan Zikir 10 Hari Pertama Dzulhijjah

Doa yang bersumber dari hadis yang termaktub dalam Shahih Muslim, dari sahabat Sa’ad bin Abi Waqash, bahwa ada seorang laki-laki menemui Nabi dan memohon diajarkan amalan, lantas Rasulullah bersabda;

لاَ إله إلاَّ اللَّه وحدَهُ لا شرِيكَ لهُ، اللَّه أَكْبَرُ كَبِيرًا، والحمْدُ للَّهِ كَثيرًا، وسُبْحانَ اللَّه ربِّ العالمِينَ، وَلاَ حوْل وَلا قُوَّةَ إلاَّ باللَّهِ العَزيز الحكيمِ، قَالَ: فَهؤلاء لِرَبِّي، فَما لِي؟ قَالَ: قُل: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وارْحمني، واهْدِني، وارْزُقْني

Lā ilāha illallahu wahdahu lā syariika lahu, Allahu akbaru kabīran, walhamdulillahi katsīran, wasubhanallahu Rabbil ‘ālamiin. Walā haula walā quwwata illā billahil ‘azīzil hakīm.  Qāla; Fahaulāi li Rabbī; Qāla; qul; allahumma ‘igfirlī warhamnī wahdinī warzuqnī

Artinya: Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah satu-satunya, tidak ada sekutu bagi-Nya, Allah Maha Besar dengan sebenar-benarnya, dan segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah Rabb semesta alam, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana. Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku, berilah aku petunjuk dan berilah aku rizki.

Demikian penjelasan terkait bacaan zikir 10 Hari pertama Dzulhijjah. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Tanda Cinta

Dzikir adalah ibadah yang paling dicintai Allah.

”Tanda cinta Allah adalah menyukai dzikrullah (dzikir kepada Allah). Dan tanda benci Allah adalah membenci dzikrullah azza wajalla.” (HR Baihaqi).

Cinta merupakan suatu fitrah emosional yang dianugerahkan Allah SWT kepada setiap makhluk-Nya. Cinta akan selalu hadir dalam tarikan napas manusia. Cinta pula yang kadang menjadikan orang bahagia atau sengsara. Berbicara serba-serbi cinta, tentu tidak akan ada habisnya. Bahkan, para sastrawan pun kesulitan mengungkap definisi cinta, karena ia begitu relatif dan multimakna, tergantung siapa yang mendefinisikannya. Islam sangat menganjurkan kepada manusia agar mencintai sesama, asalkan cinta tersebut dalam koridor agama dan tidak melebihi cinta kepada Allah SWT.

Ketika seseorang sudah jatuh cinta, ia akan selalu mengingat dan memikirkan yang dicintainya itu. Maka, jatuh cinta kepada Allah adalah suatu keniscayaan yang tak dapat dielakkan bagi diri setiap Muslim. Dengan cinta kepada Allah, tentu kita akan selalu mengingatnya, yang dalam Islam disebut dengan dzikrullah. Karena, dzikir merupakan manifestasi cinta seorang hamba kepada Sang Khalik.

Dzikir adalah ibadah yang paling dicintai Allah. Dzikir merupakan amalan yang paling bersih di sisi-Nya dan sangat tinggi tingkatannya. Lebih dari itu, berdzikir juga lebih baik dan afdhol daripada mendermakan emas, perak, ataupun berlian, serta berperang melawan musuh-musuh Islam. (HR Ahmad).

Ketika Rasulallah ditanya oleh sahabatnya, ”Ibadah manakah yang paling utama di sisi Allah ketika hari kiamat?” Rasulullah menjawab, ”Orang-orang yang banyak berdzikir.” (HR Tirmidzi). Hal ini juga diungkap dalam firman Allah SWT, ”Hai orang-orang yang beriman berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS Al-Achzab [33]: 41).

Dzikir dan cinta adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Seseorang yang mencintai Allah, ia akan selalu berdzikir kepada-Nya. Begitu sebaliknya, orang yang selalu berdzikir kepada Allah, berarti ia sangat mencintai-Nya.

Sejatinya, dzikir tidak harus dengan lisan. Dzikir bisa dengan hati, bahkan dengan tindakan. Dengan berdzikir, manusia akan selalu mengingat Allah, dengan mengingat Allah manusia akan menjadi semakin cinta kepada-Nya, dan dengan mencintai Allah, manusia akan selalu menaati segala perintah dan larangan-Nya.

Oleh: Ali Rif’an

IHRAM

Jangan Lupa Dzikir Ketika Masuk Rumah!

Hendaknya jangan lupa untuk berdzikir setiap kali anda masuk ke rumah. Allah ta’ala berfirman:

فإذَا دَخَلْتُمْ بُيُوتاً فَسَلِّمُوا على أنْفُسِكُمُ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً

“Jika kalian masuk ke rumah, maka ucapkanlah salam atas diri kalian, dengan salam perhormatan yang Allah ajarkan, yang penuh keberkahan dan kebaikan” (QS. An Nur: 61).

Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ، فَذَكَرَ اللهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ، قَالَ الشَّيْطَانُ: لَا مَبِيتَ لَكُمْ، وَلَا عَشَاءَ، وَإِذَا دَخَلَ، فَلَمْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ دُخُولِهِ، قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ، وَإِذَا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ طَعَامِهِ، قَالَ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ

Jika seseorang masuk ke rumahnya, kemudian berdzikir kepada Allah ketika masuk dan juga ketika makan, maka setan akan berkata (kepada teman-temannya) : “tidak ada tempat menginap bagi kalian dan tidak ada makan malam bagi kalian!”.

Namun jika seseorang masuk ke rumahnya, kemudian ia tidak berdzikir kepada Allah, maka setan akan berkata (kepada teman-temannya) : “Kalian telah mendapati tempat menginap”. Dan jika ia tidak berdzikir ketika makan, setan akan berkata: “Kalian telah mendapati tempat menginap dan makan malam!” (HR. Muslim no. 2018).

Ayat dan hadits di atas mengingatkan kita agar senantiasa berdzikir kepada Allah, khususnya ketika masuk ke dalam rumah. Karena jika kita lalai berdzikir ketika masuk rumah, maka setan akan ikut masuk dan menginap di dalam rumah kita. Wal ‘iyyadzu billah.

Dzikir yang hendaknya diucapkan adalah:

1. Ucapan tasmiyah, yaitu “bismillah“.

2. Ucapan salam

Lebih utama jika diucapkan kedua-duanya, atau minimal salah satunya. An Nawawi rahimahullah menjelaskan:

يُستحبّ أن يقول إذا دخلَ بيتَه: باسم الله، وأن يكثرَ من ذكر الله تعالى، وأن يسلّمَ سواء كان في البيت آدميّ أم لا

“Dianjurkan ketika masuk rumah untuk mengucapkan: “bismillah“, dan memperbanyak dzikir kepada Allah ta’ala, serta mengucapkan salam. Baik di rumah ada orang atau tidak” (Al Adzkar hal. 23).

Adapun doa masuk dan keluar rumah, dengan lafadz:

بِسْمِ اللَّهِ وَلَجْنَا، وَبِسْمِ اللَّهِ خَرَجْنَا، وَعَلَى اللَّهِ رَبِّنَا تَوَكَّلْنَا

Dengan nama Allah aku masuk (rumah) dan dengan nama-Nya aku keluar (rumah). Dan hanya kepada Allah aku bertawakal” (HR. Abu Daud no.5096).

Haditsnya dinilai dhaif oleh Syaikh Al Albani (Lihat Silsilah Adh Dha’ifah, 12/731).

Namun yang mengamalkan doa ini pun tidak diingkari, karena sebagian ulama seperti Syaikh Ibnu Baz menghasankan haditsnya.

Wallahu a’lam.

Penulis: Yulian Purnama

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/14461-jangan-lupa-dzikir-ketika-masuk-rumah.html

Perbanyak Zikir di Waktu Utama

Bismillah.

Musim-musim terbaik untuk beramal di antaranya adalah 10 hari pertama Zulhijah. Sebagaimana hal itu telah disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى الله من هذه الأيام العشر فقالوا يا رسول الله، ولا الجهاد في سبيل الله؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم ولا الجهاد في سبيل الله، إلا رجل خرج بنفسه وماله فلم يرجع من ذلك بشيء

Tidak ada amal saleh yang lebih dicintai oleh Allah daripada beramal pada sepuluh hari ini (yaitu 10 hari awal Zulhijah).” Mereka (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah jihad di jalan Allah juga tidak bisa mengalahkan keutamaan beramal pada hari-hari itu?” Lalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali bagi orang yang berangkat jihad dengan membawa jiwanya dan hartanya, lalu tidak kembali sedikit pun darinya.” (HR. Tirmidzi dari Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma)

Dalam riwayat Bukhari, hadis ini dibawakan dengan redaksi,

ما العَمَلُ في أيَّامٍ أفْضَلَ منها في هذه قالوا ولا الجِهادُ؟ قالَ ولا الجِهادُ، إلَّا رَجُلٌ خَرَجَ يُخاطِرُ بنَفْسِه ومالِه، فلَمْ يَرْجِعْ بشَيءٍ

Tidak ada amal yang lebih utama daripada beramal pada hari-hari ini (yaitu sepuluh hari awal Zulhijah).” Mereka (para sahabat) bertanya, “Apakah jihad (di waktu lain) juga kalah keutamaannya dengan beramal pada hari-hari itu?” Beliau pun menjawab, “Tidak pula jihad, kecuali bagi orang yang berangkat perang dengan mengorbankan jiwa dan hartanya lalu tidak kembali dengan membawa apa-apa/alias meninggal dalam keadaan syahid dan hartanya habis.

Hadis ini menunjukkan kepada kita betapa besar keutamaan amal saleh yang dilakukan pada hari-hari di antara 10 hari pertama bulan Zulhijah. Sebagaimana kita ketahui, di bulan itulah ditunaikan ibadah haji, rukun Islam yang kelima. Sebagaimana juga disyariatkan ibadah kurban dan salat Iduladha. Sebagaimana juga dianjurkan untuk berpuasa pada tanggal 9 Zulhijah atau puasa Arafah. Selain itu, secara umum beramal pada sepuluh hari itu sejak tanggal 1 Zulhijah sampai 10 Zulhijah merupakan amal-amal yang paling utama.

Sungguh, ini merupakan nikmat dan anugerah yang Allah berikan kepada umat ini, kalaulah mereka mau menyadarinya. Sebagaimana kaum muslimin bersemangat untuk mengejar keutamaan Lailatulqadar pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan, maka sudah semestinya mereka pun bersemangat untuk menabung pahala kebaikan pada sepuluh hari pertama di bulan Zulhijah.

Keutamaan zikir

Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ’anhu berkata, “Tidak ada sesuatu yang lebih menyelamatkan dari azab Allah, selain berzikir kepada Allah.” (lihat Sunan Tirmidzi tahqiq Syekh Ahmad Syakir, 5: 459)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Zikir bagi hati laksana air bagi seekor ikan. Lantas apakah yang akan menimpa seekor ikan jika dia memisahkan diri dari air?” (lihat Al-Wabil Ash-Shayyib Min Al-Kalim Ath-Thayyib oleh Imam Ibnul Qayyim, hal. 71)

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Hal itu (zikir) adalah ruh dalam amal-amal saleh. Apabila suatu amal tidak disertai dengan zikir, maka ia hanya akan menjadi ‘tubuh’ yang tidak memiliki ruh. Wallahu a’lam.” (lihat Madarij As-Salikin, 2: 441)

Berzikir kepada Allah merupakan jalan untuk meraih kehidupan hati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perumpamaan orang yang mengingat Rabbnya dengan orang yang tidak mengingat Rabbnya adalah seperti perbandingan antara orang yang hidup dengan orang yang sudah mati.” (HR. Bukhari) (lihat Al-‘Ibadat Al-Qalbiyah, hal. 49)

Syekh Abdurrazzaq Al-Badr hafizhahullah berkata, “Oleh sebab itu, zikir kepada Allah Jalla wa ‘Ala merupakan hakikat kehidupan hati. Tanpanya, hati pasti menjadi mati.” (lihat Fawa’id Adz-Dzikri Wa Tsamaratuhu, hal. 16)

Zikir juga merupakan obat bagi kerasnya hati. Suatu saat, ada seorang lelaki yang mengadu kepada Hasan Al-Bashri rahimahullah. Lelaki itu berkata, “Wahai Abu Sa’id, aku mengadukan kepadamu kerasnya hatiku.” Maka beliau berkata, “Lunakkanlah ia dengan zikir.” (lihat Tazkiyatun Nufus Wa Tarbiyatuha oleh Dr. Ahmad Farid, hal. 46)

Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata, “Sesungguhnya zikir kepada Allah akan menanamkan pohon keimanan di dalam hati, memberikan pasokan gizi, dan mempercepat pertumbuhannya. Setiap kali seorang hamba semakin menambah zikirnya kepada Allah, niscaya akan semakin kuat pula imannya.” (lihat At-Taudhih Wa Al-Bayan Li Syajarat Al-Iman, hal. 57)

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Banyak di antara hamba yang lebih mendapatkan manfaat dengan zikir pada masa-masa permulaan daripada membaca (ilmu). Karena zikir akan memberikan pasokan keimanan baginya, sedangkan Al-Qur’an memberikan pasokan ilmu. Namun, terkadang ilmu itu tidak bisa dia pahami. Sementara dirinya lebih membutuhkan pasokan iman daripada pasokan ilmu dikarenakan ia masih berada pada jenjang permulaan. Meskipun demikian, membaca Al-Qur’an dengan disertai pemahaman bagi orang yang cukup mapan imannya jauh lebih utama dengan kesepakatan (para ulama).” (lihat Qawa’id Wa Dhawabith Fiqh Da’wah ‘Inda Syaikhil Islam, hal. 202)

Syekh Abdurrazzaq Al-Badr hafizhahullah berkata, “Tidaklah samar bagi setiap muslim tentang urgensi zikir dan begitu besar faedah darinya. Sebab, zikir merupakan salah satu tujuan termulia dan tergolong amal yang paling bermanfaat untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Allah telah memerintahkan berzikir di dalam Al-Qur’an Al-Karim pada banyak kesempatan. Allah memberikan dorongan untuk itu. Allah memuji orang yang tekun melakukannya dan menyanjung mereka dengan sanjungan terbaik dan terindah.” (lihat dalam Fiqh Al-Ad’iyah Wa Al-Adzkar, 1: 11)

Tsabit Al-Bunani rahimahullah berkata, “Apakah susahnya bagi salah seorang dari kalian jika dia hendak memanfaatkan waktu satu jam setiap harinya untuk berzikir kepada Allah sehingga dengan sebab itu sepanjang hari yang dilaluinya dia akan meraih keberuntungan.” (lihat At-Tahdzib Al-Maudhu’i Li Hilyat Al-Auliya’, hal. 346)

‘Aun bin Abdullah bin ‘Utbah rahimahullah berkata, “Majelis-majelis zikir adalah obat bagi hati.” (lihat At-Tahdzib Al-Maudhu’i Li Hilyat Al-Auliya’, hal. 348)

‘Atha’ bin Maisarah Al-Khurasani rahimahullah mengatakan, “Majelis-majelis zikir adalah majelis-majelis yang membahas hukum halal dan haram (majelis ilmu, pent).” (lihat At-Tahdzib Al-Maudhu’i Li Hilyat Al-Auliya’, hal. 348)

Makhul rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa yang menghidupkan malamnya dengan zikir kepada Allah, niscaya pada pagi harinya dia akan berada dalam keadaan suci seperti ketika dilahirkan oleh ibunya.” (lihat At-Tahdzib Al-Maudhu’i Li Hilyat al-Auliya’, hal. 347)

Semoga kumpulan tulisan ini bermanfaat bagi kami dan segenap pembaca. Barakallahu` fiikum.

***

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/76731-perbanyak-dzikir-di-waktu-utama.html

Langkah Awal Mengajarkan Dzikir pada Anak

Setiap orang yang beriman diperintahkan untuk berdzikir kepada Allah SWT.

Setiap orang yang beriman diperintahkan untuk berdzikir kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Ahzab:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوا اللّٰهَ ذِكْرًا كَثِيْرًاۙ  *وَّسَبِّحُوْهُ بُكْرَةً وَّاَصِيْلًا

Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah (berdzikirlah) kepada Allah dengan mengingat-Nya sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang. (Alquran surat Al Ahzab ayat 41-42).

Sebab itu hendaknya setiap orang tua sejak dini mengajarkan kepada anak-anak agar terbiasa berdzikir kepada Allah. Pengurus Majelis Zawiyah ar Raudhah Ustadz Azka Fuadi Abdillah Akbar menjelaskan berdzikir idealnya dilakukan setiap waktu. Sehingga setiap gerak dan diamnya seorang hamba yang beriman senantiasa diliputi dengan mengingat kepada Allah SWT. 

Ustadz Fuadi mengatakan setiap setiap rutinitas yang dikerjakan seorang hamba sehari-hari sejatinya bisa menjadi dzikir bila pekerjaan itu diawali dengan niat. Tetapi untuk mengajarkan dzikir secara khusus kepada anggota keluarga dan anak-anak memerlukan tahapan-tahapan terlebih bila orang tua memiliki rutinitas pekerjaan yang padat.

Maka, menurutnya, untuk mengajarkan dzikir kepada anak-anak, orang tua dapat memulainya dengan mengajak agar anak terbiasa dan istiqamah melaksanakan sholat berjamaah. Sebab dengan melalui sholat, orang tua sejatinya mengajarkan keluarganya berdzikir. Bila orang tua memiliki rutinitas yang padat pada siang hari, Ustadz Azka menyarankan agar mengupayakan berjamaah subuh dengan anak-anak. 

“Jadi orang tua yang mengajarkan dan mendidik keluarganya untuk menegakkannya (sholat), maka ia telah mengajarkan keluarganya berdzikir. Minimal mengajak keluarganya sholat subuh berjamaah, karena setelah itu mereka akan bekerja dan di luar rumah,” kata Ustadz Azka kepada Republika.co.id pada Rabu (15/6/2022).

Ustadz Azka mengatakan langkah selanjutnya yang dapat dilakukan orang tua adalah mengenalkan dzikir ringan kepada anak-anaknya. Orang tua dapat membimbing anak membaca dzikir singkat setelah melaksanakan sholat atau pada waktu-waktu tertentu. 

“Setelah menegakkan tiang agama yaini sholat dalam sebuah keluarga, orang tua dapat mengenalkan dzikir ringan kepada anggota keluarganya dan membiasakannya. Karena tubuh dan jiwa ibarat perangkat yang butuh istirahat sejenak untuk menambah daya, yaitu dengan sholat dan dzikir,” kata ustaz Azka.

Ustadz Azka mengatakan faktor dasar yang dapat mendukung sebuah keluarga terbiasa berdzikir adalah dengan mencontohkan dan mempratikkan. Menurutnya orang tua dapat mengajak anak ke majelis dzikir.

Sebab, menurutnya, dengan berkumpul bersama orang-orang yang ingin berdzikir akan membawa diri ikut berdzikir. Berdzikir secara berjamaah telah dilakoni oleh para ulama terdahulu. Sebagaimana Syaikh Ibrahim al Kurani dalam Nasyru zahri fi dzikri bil Jahri telah mendokumentasikan riwayat-riwayat yang menunjukkan para salafussalih pun berdzikir secara berjamaah.

Menurut Ustadz Azka, dzikir adalah simpanan daya dan kekuatan bagi seorang hamba. Sehingga orang yang berdzikir tidak akan merasa kehilangan kekuatan, atau sendirian dalam menjalani hidup karena selalu  selalu bersama dengan Allah. Ustadz Azka mengatakan bagi seseorang yang  belum mempunyai guru yang dapat membimbing dan mengajarkan untuk berdzikir, maka hendaknya memulai dengan dzikir yang dicontohkan Rasulullah SAW sebagaimana dalam yang diriwayatkan dalam hadits-hadits nabi SAW.

Selain itu, hendaknya seorang hamba juga memperbanyak bershalawat kepada Rasulullah SAW. Dengan cara tersebut, Allah akan mempertemukan hamba tersebut dengan guru-guru yang dapat membimbingnya dan keluarganya menjadi orang-orang ahli dzikir. 

“Dan yang terpenting adalah ketersambungan silsilah sanad keilmuan dari seorang guru hingga kepada Rasulullah SAW. Hal tersebut untuk menjaga dari terjadinya penyimpangan dari pokok-pokok ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW,” katanya. 

Banyak majelis-majelis dzikir yang dapat diikuti yang terkumpul dalam wadah Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah (JATMAN). Misalnya, Jatman Idaroh Ulya bertempat di Pekalongan Jawa Tengah dan Jatman Idaroh Wustho DKI Jakarta bertempat di Zawiyah Arraudhah Ihsan Foundation Tebet.

KHAZANAH REPUBLIKA

Ringan di Lisan Berat di Timbangan

Sebuah dzikir yang mudah dirutinkan setiap saat, namun berat di timbangan amalan. Dzikir tersebut adalah bacaan “Subhanallah wa bi hamdih, subhanallahil ‘azhim”.

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu “Subhanallah wa bi hamdih, subhanallahil ‘azhim” (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung). (HR. Bukhari no. 6682 dan Muslim no. 2694)

Dalam Muqoddimah Al Fath (Fathul Bari), Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan keutamaan hadits tersebut sebagai berikut:

Maksud “dua kalimat” adalah untuk memotivasi berdzikir dengan kalimat yang ringan.

Maksud “dua kalimat yang dicintai” adalah untuk mendorong orang berdzikir karena kedua kalimat tersebut dicintai oleh Ar Rahman (Allah Yang Maha Pengasih).

Maksud “dua kalimat ringan” adalah untuk memotivasi untuk beramal (karena dua kalimat ini ringan dan mudah sekali diamalkan).

Maksud “dua kalimat yang berat di timbangan” adalah menunjukkan besarnya pahala.

Alur pembicaraan dalam hadits di atas sangat bagus sekali. Hadits tersebut  menunjukkan bahwa cinta Rabb mendahului hal itu, kemudian diikuti dengan dzikir dan ringannya dzikir pada lisan hamba. Setelah itu diikuti dengan balasan dua kalimat tadi pada hari kiamat. Makna dzikir tersebut disebutkan dalam akhir do’a penduduk surga yang disebutkan dalam firman Allah,

دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ وَآَخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Do’a mereka di dalamnya adalah: “Subhanakallahumma”, dan salam penghormatan mereka adalah: “Salam”. Dan penutup doa mereka adalah: “Alhamdulilaahi Rabbil ‘aalamin”.” (QS. Yunus: 10)

Sumber: Muqqodimah Al Fath, Ibnu Hajar Al Asqolani, hal. 474.

***

Sungguh sangat mengesankan, setiap kami berjalan di kampus KSU (King Saud University), baik di tangga, di lift, dan tempat lainnya terdapat stiker (tempelan) yang berisi motivasi untuk membaca dzikir tersebut. Sungguh faedahnya memang amat luar biasa. Tidak merugi untuk mengamalkannya, apalagi begitu ringan, disukai Ar Rahman dan berat di timbangan.

Semoga Allah mudahkan lisan kita ini mudah untuk mengamalkan dzikir yang sederhana ini.

(*) Dzikir “Subhanallah”, artinya Maha Suci Allah, maksudnya adalah mensucikan Allah dari berbagai macam kekurangan dan aib yang ada pada-NYa. Dzikir “wa bihamdihi”, artinya segala puji bagi Allah, artinya kita memuji Allah karena Dialah yang pantas mendapatkan pujian dan sanjungan disebabkan nama dan sifat-Nya yang sempurna. Dzikir “al ‘azhim”, maksudnya Yang Maha Agung.

Worth note while 3 days before Wuquf in Arofah, 6 Dzulhijjah 1431 H, KSU, Riyadh, KSA

Muhammad Abduh Tuasikal

Sumber https://rumaysho.com/1394-ringan-di-lisan-berat-di-timbangan.html

Dzikir Miliki Banyak Keutamaan, Apa Saja?

Mantan Mufti Mesir yang juga Anggota Dewan Ulama Senior Mesir, Syekh Ali Jum’ah mengatakan, berdzikir itu posisinya lebih besar dari sholat dan dzikir itulah yang menjadi tiang agama. Dzikir juga lebih besar dari puasa dan haji.

“Dalam artian, dzikir adalah ibadah yang mencakup semua ibadah. Dzikir adalah awal dari sholat,” kata dia dilansir Elbalad, Jumat (7/1).

Syekh Ali Jum’ah mengutip perkataan Abu Amr Al-Awza’i yang berkata:

“Tidak ada satu jam pun di dunia kecuali dipersembahkan kepada seorang hamba pada Hari Kiamat kelak hari demi hari dan jam demi jam. Tidak ada satu jam pun yang berlalu ketika tidak berdzikir selama waktu itu, kecuali jiwanya terputus oleh patahnya hati. Jadi bagaimana supaya jam demi jam dan hari demi hari berlalu?”

Begitu pentingnya dzikir sehingga sudah sepatutnya seorang Muslim dalam setiap waktunya diisi dengan dzikir. Allah SWT berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya.” (QS Al-Ahzab ayat 41)

Allah SWT juga berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu pasukan (musuh), maka berteguh hatilah dan sebutlah (nama) Allah banyak-banyak (berzikir dan berdoa) agar kamu beruntung.” (QS Al-Anfal ayat 45)

“Berdzikir tentu mudah dikerjakan oleh semua orang. Dan dzikir adalah salah satu amal sholeh yang paling utama dan mulia. Semakin seseorang memiliki keimanan dan keterikatan kepada Sang Pencipta, maka semakin banyak ia berdzikir dan memuji-Nya,” kata Syekh Ali Jum’ah menjelaskan.

KHAZANAH REPUBLIKA

Perbanyak Dzikir untuk Tingkatkan Emosi Positif

Umat Islam perlu mengelola emosi dengan dzikir.

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia menjadi ujian yang perlu dihadapi dengan bijaksana. Virus tersebut bukan hanya menyerang jasmani, namun juga menguji pikiran dan emosi.

Ustazah Aisah Dahlan dalam virtual Zikir Nasional 2021 yang diselenggarakan Republika dengan tema “Terus Membersamai Kebaikan”, Jumat (31/12), memyampaikan pentingnya bagi umat Islam untuk mengelola emosi. Terlebih di dalam kondisi yang masih tegang akibat pandemi Covid-19.

“Kita harus menyadari betapa sangat pentingnya mengelola emosi agar kita dapat menjalani ujian sebaik-baiknya,” kata Ustazah Aisah. 

Bicara emosi, kata dia, di di bagian tengah otak manusia berfungsi sebagai sebuah sistem yang mengatur emosi. Sistem ini mengatur berbagai macam emosi, yang mana para ilmuwan sering menyebutnya sebagai otak mamalia. 

Di dalam otak tengah inilah beragam emosi diatur. Mulai dari emosi negatif seperti marah, prasangka, sombong, dan lainnya. Kemudian ada juga emosi positif seperti damai dan pencerahan. Kedua emosi ini sejatinya menurut dia dapat dikelola. 

Maka sejatinya, kata dia, umat Islam perlu belajar untuk mengelola emosi agar dapat menaikkan level emosinya ke tingkat yang lebih positif. Sebab dalam Islam diketahui bahwa orang yang pandai mengelola emosinya maka dia juga pandai mengelola hawa nafsunya. 

Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai jihad apakah yang paling besar, maka beliau bersabbda, “Jihadunnafsi,”. Yang artinya, “Jihad (memerangi) hawa nafsu,”. 

Ustazah Aisah menyampaikan, salah satu cara untuk dapat menaikkan level emosi ke tingkat yang lebih positif adalah dengan memperbanyak tahlil maupun zikir. “Ternyata dengan menyebut kalimat-kalimat tersebut maka emosi kita naik kembali ke level yang positif, yaifu yang muthmainnah (tenang dan damai),” ujar dia. 

KHAZANAH REPUBLIKA

Ini Bacaan Dzikir untuk Memperoleh 1000 Kebaikan dalam Sehari

Perlu diketahui bahwa dengan dzikir tertentu kita bisa meraih 1000 kebaikan dalam sehari dengan membaca suatu amalan yang begitu mudah. Dzikir yang dibaca adalah dzikir yang langsung diajarkan oleh Rasulullah (ma’tsur) berikut ini, minimal membaca dzikir ini sebanyak seratus kali dalam sehari. Pertanyaannya adalah seperti apa dzikir yang diajarkan oleh Nabi tersebut? Mari kita simak ulasan berikut.

Allah Ta’ala adalah Dzat yang Maha Penyayang terhadap seluruh makhluk dan hamba-Nya. Ia memberikan cara agar semua makhluk ciptaan-Nya bisa dengan mudah mendapat kebaikan serta menghapus dosa-dosa kita. Akan tetapi, ternyata kadang banyak orang yang lupa bahkan tidak tahu bahwa ada cara mudah yang dianjurkan untuk menggapai seribu kebaikan jumlahnya.

Caranya adalah dengan istiqamah (continue) mengucapkan dzikir tasbih sebanyak seratus kali setiap hari. Apabila dzikir tersebut senantiasa kita dawamkan, maka Allah akan memberikan seribu kebaikan untuk mereka yang selalu mengingat-Nya. Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad dalam salah satu hadisnya sebagaimana berikut,

وَعَنْ سَعْدٍ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَكْسِبَ فِي كُلِّ يَوْمٍ أَلْفَ حَسَنَةٍ ! فَسَأَلَهُ سَائِلٌ مِنْ جُلَسَائِهِ : كَيْفَ يَكْسِبُ أَلْفَ حَسَنَةٍ ؟ قَالَ : يُسَبِّحُ مِئَةَ تَسْبِيحَةٍ فَيُكْتَبُ لَهُ أَلْفُ حَسَنَةٍ ، أَوْ يُحَطُّ عَنْهُ أَلْفُ خَطِيئَةٍ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Artinya: Dari  sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash, berkata,“Kami berada di sisi Rasulullah setelah itu Rasulullah bertanya, “Apakah salah satu dari kalian mampu memperoleh seribu kebaikan dalam sehari” kemudian ada seorang sahabat lain bertanya “Wahai Rasulullah bagaimana mungkin seseorang akan mampu meraih seribu kebaikan dalam sehari?” Rasulullah menjawab, “Ketahuilah bahwa orang yang membaca tasbih seratus kali akan dicatat seribu kebaikan untuknya dan dihapus seribu kesalahan darinya.” (HR. Muslim)

berdasarka hadis di atas kita dapat mengetahui bahwa amalan seribu kebaikan dalam sehari yaitu dengan cara membaca dzikir tasbih yang berbunyi سبحان الله  “Subhaanallah”, yang artinya Maha Suci Allah.

Bacaan dzikir tasbih ini memiliki makna yaitu Allah Mah a Suci dan bersih dari berbagai persangkaan dan tuduhan orang-orang musyrik yang mengatakan bahwa Allah memiliki anak dan sekutu. Dzikir tasbih ini juga memiliki tujuan yang lebih dalam bagi manusia untuk lebih merasakan keagungan sang Pencipta.

Dalam riwayat yang lain milik Imam Muslim juga disebutkan,

غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ

Artinya:  Maka kesalahannya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan. (HR. Muslim)

Kalimat tasbih “Subhanallah” ini sangat mudah sekali diucapkan, namun dalam praktiknya terkadang masih susah dijalankan bahkan malah banyak yang sering lupa.

‘Alakullihal, janganlah menilai kebaikan hanya dengan menghitung angka-angka yang ada di dunia saja. Sehingga kita menjadi lupa kalau sebenarnya kita juga membutuhkan bekal saat menuju akhirat yang kekal dan abadi. Semoga bermanfaat. Wallahua’lam.

BINCANG MUSLIMAH