Tanda Cinta

Dzikir adalah ibadah yang paling dicintai Allah.

”Tanda cinta Allah adalah menyukai dzikrullah (dzikir kepada Allah). Dan tanda benci Allah adalah membenci dzikrullah azza wajalla.” (HR Baihaqi).

Cinta merupakan suatu fitrah emosional yang dianugerahkan Allah SWT kepada setiap makhluk-Nya. Cinta akan selalu hadir dalam tarikan napas manusia. Cinta pula yang kadang menjadikan orang bahagia atau sengsara. Berbicara serba-serbi cinta, tentu tidak akan ada habisnya. Bahkan, para sastrawan pun kesulitan mengungkap definisi cinta, karena ia begitu relatif dan multimakna, tergantung siapa yang mendefinisikannya. Islam sangat menganjurkan kepada manusia agar mencintai sesama, asalkan cinta tersebut dalam koridor agama dan tidak melebihi cinta kepada Allah SWT.

Ketika seseorang sudah jatuh cinta, ia akan selalu mengingat dan memikirkan yang dicintainya itu. Maka, jatuh cinta kepada Allah adalah suatu keniscayaan yang tak dapat dielakkan bagi diri setiap Muslim. Dengan cinta kepada Allah, tentu kita akan selalu mengingatnya, yang dalam Islam disebut dengan dzikrullah. Karena, dzikir merupakan manifestasi cinta seorang hamba kepada Sang Khalik.

Dzikir adalah ibadah yang paling dicintai Allah. Dzikir merupakan amalan yang paling bersih di sisi-Nya dan sangat tinggi tingkatannya. Lebih dari itu, berdzikir juga lebih baik dan afdhol daripada mendermakan emas, perak, ataupun berlian, serta berperang melawan musuh-musuh Islam. (HR Ahmad).

Ketika Rasulallah ditanya oleh sahabatnya, ”Ibadah manakah yang paling utama di sisi Allah ketika hari kiamat?” Rasulullah menjawab, ”Orang-orang yang banyak berdzikir.” (HR Tirmidzi). Hal ini juga diungkap dalam firman Allah SWT, ”Hai orang-orang yang beriman berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS Al-Achzab [33]: 41).

Dzikir dan cinta adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Seseorang yang mencintai Allah, ia akan selalu berdzikir kepada-Nya. Begitu sebaliknya, orang yang selalu berdzikir kepada Allah, berarti ia sangat mencintai-Nya.

Sejatinya, dzikir tidak harus dengan lisan. Dzikir bisa dengan hati, bahkan dengan tindakan. Dengan berdzikir, manusia akan selalu mengingat Allah, dengan mengingat Allah manusia akan menjadi semakin cinta kepada-Nya, dan dengan mencintai Allah, manusia akan selalu menaati segala perintah dan larangan-Nya.

Oleh: Ali Rif’an

IHRAM

Jangan Lupa Dzikir Ketika Masuk Rumah!

Hendaknya jangan lupa untuk berdzikir setiap kali anda masuk ke rumah. Allah ta’ala berfirman:

فإذَا دَخَلْتُمْ بُيُوتاً فَسَلِّمُوا على أنْفُسِكُمُ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً

“Jika kalian masuk ke rumah, maka ucapkanlah salam atas diri kalian, dengan salam perhormatan yang Allah ajarkan, yang penuh keberkahan dan kebaikan” (QS. An Nur: 61).

Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ، فَذَكَرَ اللهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ، قَالَ الشَّيْطَانُ: لَا مَبِيتَ لَكُمْ، وَلَا عَشَاءَ، وَإِذَا دَخَلَ، فَلَمْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ دُخُولِهِ، قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ، وَإِذَا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ طَعَامِهِ، قَالَ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ

Jika seseorang masuk ke rumahnya, kemudian berdzikir kepada Allah ketika masuk dan juga ketika makan, maka setan akan berkata (kepada teman-temannya) : “tidak ada tempat menginap bagi kalian dan tidak ada makan malam bagi kalian!”.

Namun jika seseorang masuk ke rumahnya, kemudian ia tidak berdzikir kepada Allah, maka setan akan berkata (kepada teman-temannya) : “Kalian telah mendapati tempat menginap”. Dan jika ia tidak berdzikir ketika makan, setan akan berkata: “Kalian telah mendapati tempat menginap dan makan malam!” (HR. Muslim no. 2018).

Ayat dan hadits di atas mengingatkan kita agar senantiasa berdzikir kepada Allah, khususnya ketika masuk ke dalam rumah. Karena jika kita lalai berdzikir ketika masuk rumah, maka setan akan ikut masuk dan menginap di dalam rumah kita. Wal ‘iyyadzu billah.

Dzikir yang hendaknya diucapkan adalah:

1. Ucapan tasmiyah, yaitu “bismillah“.

2. Ucapan salam

Lebih utama jika diucapkan kedua-duanya, atau minimal salah satunya. An Nawawi rahimahullah menjelaskan:

يُستحبّ أن يقول إذا دخلَ بيتَه: باسم الله، وأن يكثرَ من ذكر الله تعالى، وأن يسلّمَ سواء كان في البيت آدميّ أم لا

“Dianjurkan ketika masuk rumah untuk mengucapkan: “bismillah“, dan memperbanyak dzikir kepada Allah ta’ala, serta mengucapkan salam. Baik di rumah ada orang atau tidak” (Al Adzkar hal. 23).

Adapun doa masuk dan keluar rumah, dengan lafadz:

بِسْمِ اللَّهِ وَلَجْنَا، وَبِسْمِ اللَّهِ خَرَجْنَا، وَعَلَى اللَّهِ رَبِّنَا تَوَكَّلْنَا

Dengan nama Allah aku masuk (rumah) dan dengan nama-Nya aku keluar (rumah). Dan hanya kepada Allah aku bertawakal” (HR. Abu Daud no.5096).

Haditsnya dinilai dhaif oleh Syaikh Al Albani (Lihat Silsilah Adh Dha’ifah, 12/731).

Namun yang mengamalkan doa ini pun tidak diingkari, karena sebagian ulama seperti Syaikh Ibnu Baz menghasankan haditsnya.

Wallahu a’lam.

Penulis: Yulian Purnama

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/14461-jangan-lupa-dzikir-ketika-masuk-rumah.html

Perbanyak Zikir di Waktu Utama

Bismillah.

Musim-musim terbaik untuk beramal di antaranya adalah 10 hari pertama Zulhijah. Sebagaimana hal itu telah disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى الله من هذه الأيام العشر فقالوا يا رسول الله، ولا الجهاد في سبيل الله؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم ولا الجهاد في سبيل الله، إلا رجل خرج بنفسه وماله فلم يرجع من ذلك بشيء

Tidak ada amal saleh yang lebih dicintai oleh Allah daripada beramal pada sepuluh hari ini (yaitu 10 hari awal Zulhijah).” Mereka (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah jihad di jalan Allah juga tidak bisa mengalahkan keutamaan beramal pada hari-hari itu?” Lalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali bagi orang yang berangkat jihad dengan membawa jiwanya dan hartanya, lalu tidak kembali sedikit pun darinya.” (HR. Tirmidzi dari Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma)

Dalam riwayat Bukhari, hadis ini dibawakan dengan redaksi,

ما العَمَلُ في أيَّامٍ أفْضَلَ منها في هذه قالوا ولا الجِهادُ؟ قالَ ولا الجِهادُ، إلَّا رَجُلٌ خَرَجَ يُخاطِرُ بنَفْسِه ومالِه، فلَمْ يَرْجِعْ بشَيءٍ

Tidak ada amal yang lebih utama daripada beramal pada hari-hari ini (yaitu sepuluh hari awal Zulhijah).” Mereka (para sahabat) bertanya, “Apakah jihad (di waktu lain) juga kalah keutamaannya dengan beramal pada hari-hari itu?” Beliau pun menjawab, “Tidak pula jihad, kecuali bagi orang yang berangkat perang dengan mengorbankan jiwa dan hartanya lalu tidak kembali dengan membawa apa-apa/alias meninggal dalam keadaan syahid dan hartanya habis.

Hadis ini menunjukkan kepada kita betapa besar keutamaan amal saleh yang dilakukan pada hari-hari di antara 10 hari pertama bulan Zulhijah. Sebagaimana kita ketahui, di bulan itulah ditunaikan ibadah haji, rukun Islam yang kelima. Sebagaimana juga disyariatkan ibadah kurban dan salat Iduladha. Sebagaimana juga dianjurkan untuk berpuasa pada tanggal 9 Zulhijah atau puasa Arafah. Selain itu, secara umum beramal pada sepuluh hari itu sejak tanggal 1 Zulhijah sampai 10 Zulhijah merupakan amal-amal yang paling utama.

Sungguh, ini merupakan nikmat dan anugerah yang Allah berikan kepada umat ini, kalaulah mereka mau menyadarinya. Sebagaimana kaum muslimin bersemangat untuk mengejar keutamaan Lailatulqadar pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan, maka sudah semestinya mereka pun bersemangat untuk menabung pahala kebaikan pada sepuluh hari pertama di bulan Zulhijah.

Keutamaan zikir

Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ’anhu berkata, “Tidak ada sesuatu yang lebih menyelamatkan dari azab Allah, selain berzikir kepada Allah.” (lihat Sunan Tirmidzi tahqiq Syekh Ahmad Syakir, 5: 459)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Zikir bagi hati laksana air bagi seekor ikan. Lantas apakah yang akan menimpa seekor ikan jika dia memisahkan diri dari air?” (lihat Al-Wabil Ash-Shayyib Min Al-Kalim Ath-Thayyib oleh Imam Ibnul Qayyim, hal. 71)

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Hal itu (zikir) adalah ruh dalam amal-amal saleh. Apabila suatu amal tidak disertai dengan zikir, maka ia hanya akan menjadi ‘tubuh’ yang tidak memiliki ruh. Wallahu a’lam.” (lihat Madarij As-Salikin, 2: 441)

Berzikir kepada Allah merupakan jalan untuk meraih kehidupan hati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perumpamaan orang yang mengingat Rabbnya dengan orang yang tidak mengingat Rabbnya adalah seperti perbandingan antara orang yang hidup dengan orang yang sudah mati.” (HR. Bukhari) (lihat Al-‘Ibadat Al-Qalbiyah, hal. 49)

Syekh Abdurrazzaq Al-Badr hafizhahullah berkata, “Oleh sebab itu, zikir kepada Allah Jalla wa ‘Ala merupakan hakikat kehidupan hati. Tanpanya, hati pasti menjadi mati.” (lihat Fawa’id Adz-Dzikri Wa Tsamaratuhu, hal. 16)

Zikir juga merupakan obat bagi kerasnya hati. Suatu saat, ada seorang lelaki yang mengadu kepada Hasan Al-Bashri rahimahullah. Lelaki itu berkata, “Wahai Abu Sa’id, aku mengadukan kepadamu kerasnya hatiku.” Maka beliau berkata, “Lunakkanlah ia dengan zikir.” (lihat Tazkiyatun Nufus Wa Tarbiyatuha oleh Dr. Ahmad Farid, hal. 46)

Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata, “Sesungguhnya zikir kepada Allah akan menanamkan pohon keimanan di dalam hati, memberikan pasokan gizi, dan mempercepat pertumbuhannya. Setiap kali seorang hamba semakin menambah zikirnya kepada Allah, niscaya akan semakin kuat pula imannya.” (lihat At-Taudhih Wa Al-Bayan Li Syajarat Al-Iman, hal. 57)

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Banyak di antara hamba yang lebih mendapatkan manfaat dengan zikir pada masa-masa permulaan daripada membaca (ilmu). Karena zikir akan memberikan pasokan keimanan baginya, sedangkan Al-Qur’an memberikan pasokan ilmu. Namun, terkadang ilmu itu tidak bisa dia pahami. Sementara dirinya lebih membutuhkan pasokan iman daripada pasokan ilmu dikarenakan ia masih berada pada jenjang permulaan. Meskipun demikian, membaca Al-Qur’an dengan disertai pemahaman bagi orang yang cukup mapan imannya jauh lebih utama dengan kesepakatan (para ulama).” (lihat Qawa’id Wa Dhawabith Fiqh Da’wah ‘Inda Syaikhil Islam, hal. 202)

Syekh Abdurrazzaq Al-Badr hafizhahullah berkata, “Tidaklah samar bagi setiap muslim tentang urgensi zikir dan begitu besar faedah darinya. Sebab, zikir merupakan salah satu tujuan termulia dan tergolong amal yang paling bermanfaat untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Allah telah memerintahkan berzikir di dalam Al-Qur’an Al-Karim pada banyak kesempatan. Allah memberikan dorongan untuk itu. Allah memuji orang yang tekun melakukannya dan menyanjung mereka dengan sanjungan terbaik dan terindah.” (lihat dalam Fiqh Al-Ad’iyah Wa Al-Adzkar, 1: 11)

Tsabit Al-Bunani rahimahullah berkata, “Apakah susahnya bagi salah seorang dari kalian jika dia hendak memanfaatkan waktu satu jam setiap harinya untuk berzikir kepada Allah sehingga dengan sebab itu sepanjang hari yang dilaluinya dia akan meraih keberuntungan.” (lihat At-Tahdzib Al-Maudhu’i Li Hilyat Al-Auliya’, hal. 346)

‘Aun bin Abdullah bin ‘Utbah rahimahullah berkata, “Majelis-majelis zikir adalah obat bagi hati.” (lihat At-Tahdzib Al-Maudhu’i Li Hilyat Al-Auliya’, hal. 348)

‘Atha’ bin Maisarah Al-Khurasani rahimahullah mengatakan, “Majelis-majelis zikir adalah majelis-majelis yang membahas hukum halal dan haram (majelis ilmu, pent).” (lihat At-Tahdzib Al-Maudhu’i Li Hilyat Al-Auliya’, hal. 348)

Makhul rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa yang menghidupkan malamnya dengan zikir kepada Allah, niscaya pada pagi harinya dia akan berada dalam keadaan suci seperti ketika dilahirkan oleh ibunya.” (lihat At-Tahdzib Al-Maudhu’i Li Hilyat al-Auliya’, hal. 347)

Semoga kumpulan tulisan ini bermanfaat bagi kami dan segenap pembaca. Barakallahu` fiikum.

***

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/76731-perbanyak-dzikir-di-waktu-utama.html

Langkah Awal Mengajarkan Dzikir pada Anak

Setiap orang yang beriman diperintahkan untuk berdzikir kepada Allah SWT.

Setiap orang yang beriman diperintahkan untuk berdzikir kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Ahzab:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوا اللّٰهَ ذِكْرًا كَثِيْرًاۙ  *وَّسَبِّحُوْهُ بُكْرَةً وَّاَصِيْلًا

Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah (berdzikirlah) kepada Allah dengan mengingat-Nya sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang. (Alquran surat Al Ahzab ayat 41-42).

Sebab itu hendaknya setiap orang tua sejak dini mengajarkan kepada anak-anak agar terbiasa berdzikir kepada Allah. Pengurus Majelis Zawiyah ar Raudhah Ustadz Azka Fuadi Abdillah Akbar menjelaskan berdzikir idealnya dilakukan setiap waktu. Sehingga setiap gerak dan diamnya seorang hamba yang beriman senantiasa diliputi dengan mengingat kepada Allah SWT. 

Ustadz Fuadi mengatakan setiap setiap rutinitas yang dikerjakan seorang hamba sehari-hari sejatinya bisa menjadi dzikir bila pekerjaan itu diawali dengan niat. Tetapi untuk mengajarkan dzikir secara khusus kepada anggota keluarga dan anak-anak memerlukan tahapan-tahapan terlebih bila orang tua memiliki rutinitas pekerjaan yang padat.

Maka, menurutnya, untuk mengajarkan dzikir kepada anak-anak, orang tua dapat memulainya dengan mengajak agar anak terbiasa dan istiqamah melaksanakan sholat berjamaah. Sebab dengan melalui sholat, orang tua sejatinya mengajarkan keluarganya berdzikir. Bila orang tua memiliki rutinitas yang padat pada siang hari, Ustadz Azka menyarankan agar mengupayakan berjamaah subuh dengan anak-anak. 

“Jadi orang tua yang mengajarkan dan mendidik keluarganya untuk menegakkannya (sholat), maka ia telah mengajarkan keluarganya berdzikir. Minimal mengajak keluarganya sholat subuh berjamaah, karena setelah itu mereka akan bekerja dan di luar rumah,” kata Ustadz Azka kepada Republika.co.id pada Rabu (15/6/2022).

Ustadz Azka mengatakan langkah selanjutnya yang dapat dilakukan orang tua adalah mengenalkan dzikir ringan kepada anak-anaknya. Orang tua dapat membimbing anak membaca dzikir singkat setelah melaksanakan sholat atau pada waktu-waktu tertentu. 

“Setelah menegakkan tiang agama yaini sholat dalam sebuah keluarga, orang tua dapat mengenalkan dzikir ringan kepada anggota keluarganya dan membiasakannya. Karena tubuh dan jiwa ibarat perangkat yang butuh istirahat sejenak untuk menambah daya, yaitu dengan sholat dan dzikir,” kata ustaz Azka.

Ustadz Azka mengatakan faktor dasar yang dapat mendukung sebuah keluarga terbiasa berdzikir adalah dengan mencontohkan dan mempratikkan. Menurutnya orang tua dapat mengajak anak ke majelis dzikir.

Sebab, menurutnya, dengan berkumpul bersama orang-orang yang ingin berdzikir akan membawa diri ikut berdzikir. Berdzikir secara berjamaah telah dilakoni oleh para ulama terdahulu. Sebagaimana Syaikh Ibrahim al Kurani dalam Nasyru zahri fi dzikri bil Jahri telah mendokumentasikan riwayat-riwayat yang menunjukkan para salafussalih pun berdzikir secara berjamaah.

Menurut Ustadz Azka, dzikir adalah simpanan daya dan kekuatan bagi seorang hamba. Sehingga orang yang berdzikir tidak akan merasa kehilangan kekuatan, atau sendirian dalam menjalani hidup karena selalu  selalu bersama dengan Allah. Ustadz Azka mengatakan bagi seseorang yang  belum mempunyai guru yang dapat membimbing dan mengajarkan untuk berdzikir, maka hendaknya memulai dengan dzikir yang dicontohkan Rasulullah SAW sebagaimana dalam yang diriwayatkan dalam hadits-hadits nabi SAW.

Selain itu, hendaknya seorang hamba juga memperbanyak bershalawat kepada Rasulullah SAW. Dengan cara tersebut, Allah akan mempertemukan hamba tersebut dengan guru-guru yang dapat membimbingnya dan keluarganya menjadi orang-orang ahli dzikir. 

“Dan yang terpenting adalah ketersambungan silsilah sanad keilmuan dari seorang guru hingga kepada Rasulullah SAW. Hal tersebut untuk menjaga dari terjadinya penyimpangan dari pokok-pokok ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW,” katanya. 

Banyak majelis-majelis dzikir yang dapat diikuti yang terkumpul dalam wadah Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah (JATMAN). Misalnya, Jatman Idaroh Ulya bertempat di Pekalongan Jawa Tengah dan Jatman Idaroh Wustho DKI Jakarta bertempat di Zawiyah Arraudhah Ihsan Foundation Tebet.

KHAZANAH REPUBLIKA

Ringan di Lisan Berat di Timbangan

Sebuah dzikir yang mudah dirutinkan setiap saat, namun berat di timbangan amalan. Dzikir tersebut adalah bacaan “Subhanallah wa bi hamdih, subhanallahil ‘azhim”.

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu “Subhanallah wa bi hamdih, subhanallahil ‘azhim” (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung). (HR. Bukhari no. 6682 dan Muslim no. 2694)

Dalam Muqoddimah Al Fath (Fathul Bari), Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan keutamaan hadits tersebut sebagai berikut:

Maksud “dua kalimat” adalah untuk memotivasi berdzikir dengan kalimat yang ringan.

Maksud “dua kalimat yang dicintai” adalah untuk mendorong orang berdzikir karena kedua kalimat tersebut dicintai oleh Ar Rahman (Allah Yang Maha Pengasih).

Maksud “dua kalimat ringan” adalah untuk memotivasi untuk beramal (karena dua kalimat ini ringan dan mudah sekali diamalkan).

Maksud “dua kalimat yang berat di timbangan” adalah menunjukkan besarnya pahala.

Alur pembicaraan dalam hadits di atas sangat bagus sekali. Hadits tersebut  menunjukkan bahwa cinta Rabb mendahului hal itu, kemudian diikuti dengan dzikir dan ringannya dzikir pada lisan hamba. Setelah itu diikuti dengan balasan dua kalimat tadi pada hari kiamat. Makna dzikir tersebut disebutkan dalam akhir do’a penduduk surga yang disebutkan dalam firman Allah,

دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ وَآَخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Do’a mereka di dalamnya adalah: “Subhanakallahumma”, dan salam penghormatan mereka adalah: “Salam”. Dan penutup doa mereka adalah: “Alhamdulilaahi Rabbil ‘aalamin”.” (QS. Yunus: 10)

Sumber: Muqqodimah Al Fath, Ibnu Hajar Al Asqolani, hal. 474.

***

Sungguh sangat mengesankan, setiap kami berjalan di kampus KSU (King Saud University), baik di tangga, di lift, dan tempat lainnya terdapat stiker (tempelan) yang berisi motivasi untuk membaca dzikir tersebut. Sungguh faedahnya memang amat luar biasa. Tidak merugi untuk mengamalkannya, apalagi begitu ringan, disukai Ar Rahman dan berat di timbangan.

Semoga Allah mudahkan lisan kita ini mudah untuk mengamalkan dzikir yang sederhana ini.

(*) Dzikir “Subhanallah”, artinya Maha Suci Allah, maksudnya adalah mensucikan Allah dari berbagai macam kekurangan dan aib yang ada pada-NYa. Dzikir “wa bihamdihi”, artinya segala puji bagi Allah, artinya kita memuji Allah karena Dialah yang pantas mendapatkan pujian dan sanjungan disebabkan nama dan sifat-Nya yang sempurna. Dzikir “al ‘azhim”, maksudnya Yang Maha Agung.

Worth note while 3 days before Wuquf in Arofah, 6 Dzulhijjah 1431 H, KSU, Riyadh, KSA

Muhammad Abduh Tuasikal

Sumber https://rumaysho.com/1394-ringan-di-lisan-berat-di-timbangan.html

Dzikir Miliki Banyak Keutamaan, Apa Saja?

Mantan Mufti Mesir yang juga Anggota Dewan Ulama Senior Mesir, Syekh Ali Jum’ah mengatakan, berdzikir itu posisinya lebih besar dari sholat dan dzikir itulah yang menjadi tiang agama. Dzikir juga lebih besar dari puasa dan haji.

“Dalam artian, dzikir adalah ibadah yang mencakup semua ibadah. Dzikir adalah awal dari sholat,” kata dia dilansir Elbalad, Jumat (7/1).

Syekh Ali Jum’ah mengutip perkataan Abu Amr Al-Awza’i yang berkata:

“Tidak ada satu jam pun di dunia kecuali dipersembahkan kepada seorang hamba pada Hari Kiamat kelak hari demi hari dan jam demi jam. Tidak ada satu jam pun yang berlalu ketika tidak berdzikir selama waktu itu, kecuali jiwanya terputus oleh patahnya hati. Jadi bagaimana supaya jam demi jam dan hari demi hari berlalu?”

Begitu pentingnya dzikir sehingga sudah sepatutnya seorang Muslim dalam setiap waktunya diisi dengan dzikir. Allah SWT berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya.” (QS Al-Ahzab ayat 41)

Allah SWT juga berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu pasukan (musuh), maka berteguh hatilah dan sebutlah (nama) Allah banyak-banyak (berzikir dan berdoa) agar kamu beruntung.” (QS Al-Anfal ayat 45)

“Berdzikir tentu mudah dikerjakan oleh semua orang. Dan dzikir adalah salah satu amal sholeh yang paling utama dan mulia. Semakin seseorang memiliki keimanan dan keterikatan kepada Sang Pencipta, maka semakin banyak ia berdzikir dan memuji-Nya,” kata Syekh Ali Jum’ah menjelaskan.

KHAZANAH REPUBLIKA

Perbanyak Dzikir untuk Tingkatkan Emosi Positif

Umat Islam perlu mengelola emosi dengan dzikir.

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia menjadi ujian yang perlu dihadapi dengan bijaksana. Virus tersebut bukan hanya menyerang jasmani, namun juga menguji pikiran dan emosi.

Ustazah Aisah Dahlan dalam virtual Zikir Nasional 2021 yang diselenggarakan Republika dengan tema “Terus Membersamai Kebaikan”, Jumat (31/12), memyampaikan pentingnya bagi umat Islam untuk mengelola emosi. Terlebih di dalam kondisi yang masih tegang akibat pandemi Covid-19.

“Kita harus menyadari betapa sangat pentingnya mengelola emosi agar kita dapat menjalani ujian sebaik-baiknya,” kata Ustazah Aisah. 

Bicara emosi, kata dia, di di bagian tengah otak manusia berfungsi sebagai sebuah sistem yang mengatur emosi. Sistem ini mengatur berbagai macam emosi, yang mana para ilmuwan sering menyebutnya sebagai otak mamalia. 

Di dalam otak tengah inilah beragam emosi diatur. Mulai dari emosi negatif seperti marah, prasangka, sombong, dan lainnya. Kemudian ada juga emosi positif seperti damai dan pencerahan. Kedua emosi ini sejatinya menurut dia dapat dikelola. 

Maka sejatinya, kata dia, umat Islam perlu belajar untuk mengelola emosi agar dapat menaikkan level emosinya ke tingkat yang lebih positif. Sebab dalam Islam diketahui bahwa orang yang pandai mengelola emosinya maka dia juga pandai mengelola hawa nafsunya. 

Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai jihad apakah yang paling besar, maka beliau bersabbda, “Jihadunnafsi,”. Yang artinya, “Jihad (memerangi) hawa nafsu,”. 

Ustazah Aisah menyampaikan, salah satu cara untuk dapat menaikkan level emosi ke tingkat yang lebih positif adalah dengan memperbanyak tahlil maupun zikir. “Ternyata dengan menyebut kalimat-kalimat tersebut maka emosi kita naik kembali ke level yang positif, yaifu yang muthmainnah (tenang dan damai),” ujar dia. 

KHAZANAH REPUBLIKA

Ini Bacaan Dzikir untuk Memperoleh 1000 Kebaikan dalam Sehari

Perlu diketahui bahwa dengan dzikir tertentu kita bisa meraih 1000 kebaikan dalam sehari dengan membaca suatu amalan yang begitu mudah. Dzikir yang dibaca adalah dzikir yang langsung diajarkan oleh Rasulullah (ma’tsur) berikut ini, minimal membaca dzikir ini sebanyak seratus kali dalam sehari. Pertanyaannya adalah seperti apa dzikir yang diajarkan oleh Nabi tersebut? Mari kita simak ulasan berikut.

Allah Ta’ala adalah Dzat yang Maha Penyayang terhadap seluruh makhluk dan hamba-Nya. Ia memberikan cara agar semua makhluk ciptaan-Nya bisa dengan mudah mendapat kebaikan serta menghapus dosa-dosa kita. Akan tetapi, ternyata kadang banyak orang yang lupa bahkan tidak tahu bahwa ada cara mudah yang dianjurkan untuk menggapai seribu kebaikan jumlahnya.

Caranya adalah dengan istiqamah (continue) mengucapkan dzikir tasbih sebanyak seratus kali setiap hari. Apabila dzikir tersebut senantiasa kita dawamkan, maka Allah akan memberikan seribu kebaikan untuk mereka yang selalu mengingat-Nya. Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad dalam salah satu hadisnya sebagaimana berikut,

وَعَنْ سَعْدٍ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَكْسِبَ فِي كُلِّ يَوْمٍ أَلْفَ حَسَنَةٍ ! فَسَأَلَهُ سَائِلٌ مِنْ جُلَسَائِهِ : كَيْفَ يَكْسِبُ أَلْفَ حَسَنَةٍ ؟ قَالَ : يُسَبِّحُ مِئَةَ تَسْبِيحَةٍ فَيُكْتَبُ لَهُ أَلْفُ حَسَنَةٍ ، أَوْ يُحَطُّ عَنْهُ أَلْفُ خَطِيئَةٍ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Artinya: Dari  sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash, berkata,“Kami berada di sisi Rasulullah setelah itu Rasulullah bertanya, “Apakah salah satu dari kalian mampu memperoleh seribu kebaikan dalam sehari” kemudian ada seorang sahabat lain bertanya “Wahai Rasulullah bagaimana mungkin seseorang akan mampu meraih seribu kebaikan dalam sehari?” Rasulullah menjawab, “Ketahuilah bahwa orang yang membaca tasbih seratus kali akan dicatat seribu kebaikan untuknya dan dihapus seribu kesalahan darinya.” (HR. Muslim)

berdasarka hadis di atas kita dapat mengetahui bahwa amalan seribu kebaikan dalam sehari yaitu dengan cara membaca dzikir tasbih yang berbunyi سبحان الله  “Subhaanallah”, yang artinya Maha Suci Allah.

Bacaan dzikir tasbih ini memiliki makna yaitu Allah Mah a Suci dan bersih dari berbagai persangkaan dan tuduhan orang-orang musyrik yang mengatakan bahwa Allah memiliki anak dan sekutu. Dzikir tasbih ini juga memiliki tujuan yang lebih dalam bagi manusia untuk lebih merasakan keagungan sang Pencipta.

Dalam riwayat yang lain milik Imam Muslim juga disebutkan,

غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ

Artinya:  Maka kesalahannya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan. (HR. Muslim)

Kalimat tasbih “Subhanallah” ini sangat mudah sekali diucapkan, namun dalam praktiknya terkadang masih susah dijalankan bahkan malah banyak yang sering lupa.

‘Alakullihal, janganlah menilai kebaikan hanya dengan menghitung angka-angka yang ada di dunia saja. Sehingga kita menjadi lupa kalau sebenarnya kita juga membutuhkan bekal saat menuju akhirat yang kekal dan abadi. Semoga bermanfaat. Wallahua’lam.

BINCANG MUSLIMAH

Doa dan Zikir, Cara Mengatasi Kecemasan Tanpa Cemas

Perasaan cemas akan muncul kalau ada sesuatu yang memengaruhi seseorang, bisa berupa fisik atau ilusi yang berkaitan dengan naluri tersebut. Misalnya, muncul rasa cemas ketika diancam, takut ketika akan ujian, cemas akan kegagalan dalam kehidupan, atau cemas karena kekhawatiran yang berlebihan. Bila rasa cemas berubah menjadi ketakutan yang berlebihan ini menimpa seseorang, akan timbul kekacauan dalam berpikir dan hilangnya kemampuan untuk memutuskan sesuatu.

Kondisi cemas yang akut pada akhirnya menghilangkan konsentrasi dan kemampuan mengidentifikasikan sesuatu. Rasa cemas yang paling berbahaya adalah rasa takut yang berasal dari suatu bayangan atau ilusi atau sesuatu yang diada-adakan. Kepada sipapun yang hatinya sedang dipenuhi kecemasan, yang hidupnya sedang di lingkari dengan cobaan, yang mungkin sedang di uji dengan penyakit di tubuhnya, atau kehilangan hartanya, atau sedang bermasalah dengan keluarganya, maka sesungguhnya Islam sudah memberikan resep dan obatnya.

Usahakan selalu tenang dalam menghadapi sesuatu, berdoa sebelum memulainya dan serahkan semuanya pada Allah Subhanahu wa ta’ala. Yakinlah, bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. Mendekatlah terus pada Allah Ta’ala dengan zikir dan doa . Kita juga bisa melakukan amalan-amalan sunnah, seperti salat tahajud, membiasakan membaca Al-Qur’an, menghafal ayat-ayat, mempelajari dan mengajinya. 

Insya Allah sifat-sifat buruk berupa cemas akan berangsur akan berkurang dan kemudian hilang. Sifat pesimis, kurang percaya diri biasanya muncul karena adanya rasa cemas, was-was, dan takut. Jadi kalau seseorang ingin memiliki rasa kepercayaan diri yang tinggi maka mau tidak mau rasa cemas dan was-was harus dihilangkan. Orang tidak punya kepercayaan diri karena selalu khawatir, was-was dengan kemampuan yang dimilikinya. Padahal belum tentu Anda tidak mampu berbuat seperti apa yang dilakukan orang lain.

Selain harus selalu ingat bahwa setiap masalah akan ada akhirnya, seseorang harus selalu berzikir, berdo’a agar Allah Ta’ala memberi jalan keluar. Jika cemas melanda, bisa mencoba untuk mengingat ayat-ayat berikut ini. Baca sebagai zikir dan doa agar kita kembali sadar dan yakin bahwa Allah mampu untuk menghilangkan semua itu dalam waktu singkat dan tidak ada kasih sayang yang lebih besar melebihi kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.

Sebagaimana Allah Ta’ala menyelamatan para Nabi-Nya, Dia pun pasti akan menyelamafkan kaum mukminin juga.

(1). Ingatlah Siapa yang menurunkan air dari langit setelah manusia putus asa karena dahsyatnya paceklik dan kekeringan?

وَهُوَ ٱلَّذِي يُنَزِّلُ ٱلۡغَيۡثَ مِنۢ بَعۡدِ مَا قَنَطُواْ وَيَنشُرُ رَحۡمَتَهُۥۚ وَهُوَ ٱلۡوَلِيُّ ٱلۡحَمِيدُ

“Dan Dialah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Maha Pelindung, Maha Terpuji.” (QS.Asy-Syura:28).

(2). Siapa yang menyelamatkan Nabi Ibrahim alaihisalam setelah beliau di lemparkan ke tengah api yang menyala-nyala?

قُلۡنَا يَٰنَارُ كُونِي بَرۡدٗا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ

Kami (Allah) berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!” (QS.Al-Anbiya’:69).

(3). Siapa yang mengangkat kesusahan Nabi Ayyub as ketika beliau memohon?

۞وَأَيُّوبَ إِذۡ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّي مَسَّنِيَ ٱلضُّرُّ وَأَنتَ أَرۡحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ – فَٱسۡتَجَبۡنَا لَهُۥ فَكَشَفۡنَا مَا بِهِۦ مِن ضُرّٖۖ وَءَاتَيۡنَٰهُ أَهۡلَهُۥ وَمِثۡلَهُم مَّعَهُمۡ رَحۡمَةٗ مِّنۡ عِندِنَا وَذِكۡرَىٰ لِلۡعَٰبِدِينَ

Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang. Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami.” (QS.Al-Anbiya’:83-84).

(4). Siapa yang menyelamatkan Nabi Musa as dan yang berjalan bersama beliau dari kejaran pasukan Fir’aun?

فَأَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰ مُوسَىٰٓ أَنِ ٱضۡرِب بِّعَصَاكَ ٱلۡبَحۡرَۖ فَٱنفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرۡقٖ كَٱلطَّوۡدِ ٱلۡعَظِيمِ – وَأَزۡلَفۡنَا ثَمَّ ٱلۡأٓخَرِينَ – وَأَنجَيۡنَا مُوسَىٰ وَمَن مَّعَهُۥٓ أَجۡمَعِينَ – ثُمَّ أَغۡرَقۡنَا ٱلۡأٓخَرِينَ

Lalu Kami wahyukan kepada Musa, “Pukullah laut itu dengan tongkatmu.” Maka terbelahlah lautan itu, dan setiap belahan seperti gunung yang besar. Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain. Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang bersamanya. Kemudian Kami tenggelamkan golongan yang lain.” (QS.Asy-Syu’ara:63-66).

(5). Siapa yang menyelamatkan Yunus as dari dalam perut Ikan dalam gelapnya malam dan dalamnya lautan?

وَذَا ٱلنُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَٰضِبٗا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقۡدِرَ عَلَيۡهِ فَنَادَىٰ فِي ٱلظُّلُمَٰتِ أَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبۡحَٰنَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ – فَٱسۡتَجَبۡنَا لَهُۥ وَنَجَّيۡنَٰهُ مِنَ ٱلۡغَمِّۚ وَكَذَٰلِكَ نُـۨجِي ٱلۡمُؤۡمِنِينَ

Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia yakin bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ”Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zhalim.”. Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. (QS.Al-Anbiya’:87-88).

(6). Siapa yang memberikan kepada Nabi Zakaria as anak keturunan setelah umurnya yang telah lanjut dan rambutnya yang telah memutih?

وَزَكَرِيَّآ إِذۡ نَادَىٰ رَبَّهُۥ رَبِّ لَا تَذَرۡنِي فَرۡدٗا وَأَنتَ خَيۡرُ ٱلۡوَٰرِثِينَ – فَٱسۡتَجَبۡنَا لَهُۥ وَوَهَبۡنَا لَهُۥ يَحۡيَىٰ وَأَصۡلَحۡنَا لَهُۥ زَوۡجَهُۥٓۚ

“Dan (ingatlah kisah) Zakaria, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan) dan Engkaulah ahli waris yang terbaik. Maka Kami kabulkan (doa)nya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya (dapat mengandung).” (QS.Al-Anbiya’:89-90).

(7). Dan siapa yang menyelamatkan Nabi Muhammad Saw setelah dikepung oleh musuh di gua Tsur. Dan siapa yang menyelamatkan beliau di setiap peperangan-peperangan yang seringkali tak seimbang jumlahnya?

وَإِن يُرِيدُوٓاْ أَن يَخۡدَعُوكَ فَإِنَّ حَسۡبَكَ ٱللَّهُۚ هُوَ ٱلَّذِيٓ أَيَّدَكَ بِنَصۡرِهِۦ وَبِٱلۡمُؤۡمِنِينَ

“Dan jika mereka hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu. Dialah yang memberikan kekuatan kepadamu dengan pertolongan-Nya dan dengan (dukungan) orang-orang mukmin.” (QS.Al-Anfal:62).

Itulah beberapa ayat yang yang perlu kita renungkan. Yakinilah selalu bahwa sebagaimana Allah tidak akan meninggalkan Nabi-Nya, begitupula Allah tidak akan menelantarkan kaum mukminin . Hapus semua rasa cemas dan terus berusaha dan jangan lupa berdoa kepada Allah Ta’ala.

Wallahu A’lam

KALAM SINDO

Jangan Remehkan Dzikir!

Renungkan ayat ini dan perhatikan dimana letak kata “banyak”

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَات

Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim

ِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَات

laki-laki dan perempuan yang mukmin

ِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ

laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya

وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَات

laki-laki dan perempuan yang benar

ِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَات

laki-laki dan perempuan yang sabar

ِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَات

laki-laki dan perempuan yang khusyu’

ِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَات

laki-laki dan perempuan yang bersedekah

ِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَات

laki-laki dan perempuan yang berpuasa

ِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَات

laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya

ِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَات

laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah

ِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar (QS.al-Ahzab:35)

Pada ayat diatas hanya satu kalimat yang disifati dengan kata “Banyak”. Bukan banyak bersedekah ataupun banyak berpuasa, namun Allah berfirman

“laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah”

Semua tujuan dalam ibadah adalah dzikir, mengingat Allah SWT. Solat, puasa, haji, sedekah dan sebagainya berusaha mengantarkan kita untuk selalu berhubungan dengan Allah dan mengingat-Nya.

Seperti dalam ayat lain Allah memerintahkan kita untuk banyak menyebut dan mengingat-Nya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا

“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS.al-Ahzab:41)

وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

“Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang.” (QS.al-Insan:25)

Maka sebaliknya orang-orang munafik adalah mereka yang tidak mengingat Allah kecuali sedikit.

Dzikir adalah :

– Ibadah yang tidak memerlukan wudhu’.

– Tidak perlu menghadap Kiblat.

– Tidak perlu mengeluarkan harta.

– Tidak perlu berjihad.

– Tidak dibatasi oleh waktu.

– Bahkan tidak memerlukan modal apapun

Namun dzikir membutuhkan Taufiq dari Allah. Begitu mudah mengingat Allah tapi tidak semua orang tergerak untuk melakukannya.

Padahal sering mengingat Allah adalah tanda kesuksesan seorang hamba.

وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“dan banyaklah mengingat Allah supaya kamu beruntung.” (QS.al-Mu’minun:10)

Siapa yang banyak mengingat Allah akan dicintai-Nya, siapa yang dicintai Allah akan selalu diberi Taufik dan hidayah-Nya.

Semoga Allah memberi Taufik kepada kita untuk selalu mengingat-Nya.

KHAZANAH ALQURAN