Dari keterangan sebelumnya, kita dapat memahami bahwa berbuat baik (ihsan) merupakan sebab bertambahnya keimanan seorang hamba, bahkan bentuk ibadah yang paling tinggi kepada Allah Ta’ala.
Merasakan manisnya iman
Berlaku baik kepada sesama makhluk Allah, khususnya hamba-hamba Allah yang shalih, akan menumbuhkan rasa mencintai mereka karena Allah. Bahkan, seseorang itu tidak mungkin berbuat baik sampai hatinya tenang karena iman kepada Allah, dan penuh dengan cinta kepada sesama hamba Allah.
Inilah yang menyebabkan seseorang tersebut merasakan manisnya iman, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ: مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
“Tiga hal yang jika seseorang berada padannya, maka ia akan merasakan manisnya Iman:
Orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi cintanya kepada yang lain, orang yang mencintai seseorang yang tidak dia cintai kecuali karena Allah, dan orang dia benci kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya darinya sebagaimana dia benci jika dilemparkan ke dalam api Neraka.” (HR. Muslim).
Merasakan manisnya ibadah
Ketika Anda beribadah seakan-akan melihat Allah, jika Anda tidak bisa melihat-Nya, maka Dia Maha Melihatmu, sehingga pasti Anda akan melaksanakan ibadah dengan sebenar-benarnya.
Beribadah mempunyai kenikmatan dan kelezatan tersendiri, yang akan dirasakan oleh siapa saja yang melaksanakannya sesuai rukun dan adabnya.
Banyak sekali kisah-kisah kaum salaf yang menjadi bukti atas apa yang kami sampaikan. Di antaranya yang diriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu Anhu, ia berkata,
”Kami ikut keluar bersama Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam perang Dzat Ar-Riqa’. Salah seorang di antara kami membunuh seorang istri kaum musyrikin, sang suami bersumpah tidak akan berdamai, sampai bisa melukai salah satu shahabat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.