Kejujuran dapat menyelamatkan dari perkara-perkara sulit. Hal ini telah dibuktikan seorang wali bernama Abu Amr az-Zujajy rah seperti dikisahkan Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny dalam bukanya “198 Kisah Haji Wali-Wali Allah”.
Abu Amar Az-Zujajy menceritakan ketika dia ditinggal meninggal dunia ibunya ia bersedih. Meski demikian ibunya mewarisi sebuah rumah miliknya. Abu Amr menjual rumah warisan ibunya untuk berangkat haji.
“Rumah itu ia jual seharga 50 dinar. Uang itu digunakan untuk menunaikan ibadah haji,” katanya.
Dalam perjalanan haji tersebut, ketika tiba di Babilonia dia dicegah oleh seorang penggali saluran air. Kepada Az-Zujay ia bertanya kepadanya.
“Apakah yang engkau bawa?”
Dalam hatinya berkata “Jujur adalah yang terbaik,”
Dengan santai Abu Amr menjawab.
“Uang 50 dinar. “
Penggali saluran air itu meminta uang itu diserahkan kepadanya.
“Serahkanlah uang itu kepadaku,” pinta dia.
Karena dia memaksa, akhirnya Abu Amr menyerahkan kepadanya berserta kantongnya. Perampok itu menghitung jumlah semua uang yang ada di dalamnya. Ternyata benar 50 dinar dan setelah menghitung uang itu ia malah mengembalikannya kembali kepada Abu Amr.
“Ambilah kembali uang ini! Kejujuranmu telah menyentuh hatiku,” katanya sambil melemparkan kantong uang itu kembali.
Lalu dia turun dari kudanya dan berkata.
“Naiklah kudaku!”
“Tidak aku tidak menginginkannya,” kata Abu Amr
“Harus! Engkau mesti menaikinya, katanya dengan memaksa.
Abu Amar pun menaiki kudanya, dia berkata aku akan berada di belakangmu. Satu tahun kemudian dia berhasil menyusul Amr dan tinggal bersamanya hingga akhir hayat. Abu Amr az-Zujajy wafat pada tahun 381 Hijriyah. Â