Menghilangkan lintasan-lintasan pikiran yang muncul ketika shalat
Perkara penting untuk meraih khusyuk dalam shalat adalah hadir atau fokusnya hati. Terkait ini, setan berusaha untuk memalingkan seseorang dari kekhusyukan dengan memunculkan berbagai lintasan pikiran ketika shalat, bahkan lintasan-lintasan pikiran yang tidak ada faedahnya sedikit pun. Ketika selesai shalat, lintasan pikiran itu pun cepat pergi, karena tujuan setan memang mengganggu fokus manusia ketika shalat.
Inilah yang dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa ketika seseorang berdiri untuk mendirikan shalat, setan pun mendatangi orang tersebut dan mengatakan,
اذْكُرْ كَذَا، اذْكُرْ كَذَا، لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ لاَ يَدْرِي كَمْ صَلَّى
“Ingatlah (perkara) ini, ingatlah (perkara) itu. Setan terus-menerus mengingatkan perkara itu, sampai orang tersebut tidak tahu berapa raka’at yang dia sudah kerjakan.” (HR. Bukhari no. 608)
Disebutkan bahwa seseorang mendatangi Imam Abu Hanifah rahimahullahu Ta’ala dan berkata kepadanya, “Wahai syaikh, aku lupa perkara ini dan itu.”
Maksudnya, dia terlupa beberapa perkara penting dan urgen dalam hidupnya.
Imam Abu Hanifah berkata, “Pergilah untuk shalat, niscaya Engkau akan ingat.”
Orang tersebut pun pergi, dan ketika dia mulai mendirikan shalat, dia pun teringat perkara yang sebelumnya dia lupa. (Syarh Shahh Bukhari 2: 237, karya Ibnu Bathal)
Namun, alhamdulillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan kepada kita bagaimanakah obat untuk mengatasi gangguan setan tersebut. ‘Utsman bin Abu Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu mengadukan perkara tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata,
ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خَنْزَبٌ، فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللهِ مِنْهُ، وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلَاثًا
“Itu adalah (karena) gangguan setan yang disebut dengan Khanzab. Bila Engkau diganggunya, mintalah perlindungan Allah darinya dan meludahlah ke kiri tiga kali.”
‘Utsman bin Abu Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu kemudian berkata,
فَفَعَلْتُ ذَلِكَ فَأَذْهَبَهُ اللهُ عَنِّي
“Lalu aku pun melakukan hal itu, godaan itu pun hilang dengan ijin Allah.” (HR. Muslim no. 2203)
Berdasarkan hadits tersebut, obat yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:
Pertama, mengucapkan ta’awudz, yaitu dengan mengucapkan,
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
(Aku berlindung kepada Allah, dari godaan setan yang terkutuk.)
Kedua, meludah ke kiri tiga kali.
“Obat” yang diberikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu manjur, karena kuatnya keimanan sahabat ‘Utsman bin Abu Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu.
Menoleh ke kiri dalam kondisi seperti ini tidaklah mengapa, karena termasuk dia menoleh karena kebutuhan (hajat). Namun, jika di sebelah kirinya ada orang shalat, maka hendaknya mencukupkan diri dengan doa ta’awudz. Karena jika dia meludah ke kiri tiga kali, hal itu akan mengganggu orang shalat yang ada di sebelahnya.
Perlu kami sampaikan juga bahwa meludah di masjid pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu memang memungkinkan. Karena pada saat itu, lantai masjid masih berupa tanah (pasir). Sehingga jika seseorang telah meludah, dia bisa menutup ludah tersebut dengan pasir, sehingga tidak mengganggu atau membuat jijik orang lain setelahnya.
Adapun pada zaman sekarang, lantai masjid itu berupa karpet, sehingga akan mengotori masjid, meskipun tidak najis. Sehingga saran kami bagi orang-orang yang mudah terkena penyakit seperti ini, untuk membawa semacam tisu ketika shalat. Ketika muncul gangguan tersebut, dia ber-ta’awudz dan meludah ke kiri dan ditutup dengan tisu yang dibawa, lalu tisu tersebut dimasukkan ke dalam kantong baju, dan bisa dibuang setelah shalat. Wallahu a’lam.
Baca selengkapnya https://muslim.or.id/45157-kiat-kiat-meraih-shalat-khusyuk-bag-2.html