Mengapa Lafal Adzan Ada yang Diulang-ulang dan Ada yang Tidak?

Adzan secara etimologi bermakna memberi informasi (I’lam). Adapun secara terminologi, adzan berarti kalimat yang jamak diketahui oleh khalayak yang dikumandangkan sebelum shalat. Definisi adzan dan iqomah sama saja, yang membedakan adalah kalimat yang dikumandangkan (Fath Al-muin bi syarh qurrat al-ain bi muhimmat ad-din). Mengapa Lafal Adzan Ada yang Diulang-ulang dan Ada yang Tidak?

Lafadz adzan diulangi itu berdasar pada perintahnya Rasulullah SAW terhadap sahabat Bilal bin Rabbah, berikut adalah redaksi hadisnya;

عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: «أُمِرَ بِلَالٌ أَنْ يَشْفَعَ الْأَذَانَ وَيُوتِرَ الْإِقَامَةَ»

Dari Anas yang bercerita bahwa Bilal diperintah (oleh Rasulullah SAW) untuk menggenapkan (bacaan) adzan, dan mengganjilkan (bacaan) iqamah” (HR Muslim No.378)

Jadi adzan diulangi dan iqomah tidak, itu berdasar pada perintahnya Rasulullah SAW. Imam An-nawawi (676 H) ketika mengomentari hadis ini, beliau menjelaskan mengenai hikmah diperintahkannya mengulangi lafadz adzan dan mensatu kali kan lafadz iqamah, berikut adalah penjelasan beliau yang tertera dalam kitab Al-minhaj syarah sahih muslim;

وَالْحِكْمَةُ فِي إِفْرَادِ الْإِقَامَةِ وَتَثْنِيَةِ الْأَذَانِ أَنَّ الْأَذَانَ لِإِعْلَامِ الْغَائِبِينَ فَيُكَرِّرُ لِيَكُونَ أَبْلَغَ فِي إِعْلَامِهِمْ وَالْإِقَامَةُ لِلْحَاضِرِينَ فَلَا حَاجَةَ إِلَى تَكْرَارِهَا وَلِهَذَا قَالَ الْعُلَمَاءُ يَكُونُ رَفْعُ الصَّوْتِ فِي الْإِقَامَةِ دُونَهُ فِي الْأَذَانِ

“Hikmah diperintahkannya mengulangi lafadz adzan adalah karena adzan diserukan guna memberi informasi kepada segenap masyarakat (bahwa waktu sholat sudah masuk), maka dari itu adzan diulangi. Agar informasi ini terdengar oleh mereka. Adapun iqamah, tidak ada kebutuhan untuk mengulanginya (sebab masyarakat sudah berada di masjid). Oleh karena itu, ada ulama’ yang berpendapat bahwasanya volume iqamah itu seyogyanya lebih rendah dari volume adzan” (Imam An-nawawi, Al-minhaj Syarah Sahih Muslim, juz 4 halaman 79)

Meski demikian, ada pengecualian tersendiri. Baik dalam lafadz adzan, maupun iqomah. Maka dari itu, memang tidak semua lafadz adzan diulangi dua kali dan lafadz iqomah tidak diulangi. Hanya saja mayoritas lafadz adzan itu dua kali, sebab takbir di awal adzan itu terjumlah 4 kali. Dan kalimat penutupnya (Tauhid), berjumlah 1 kali. Adapun iqomah, tidak semuanya dikumandangkan satu kali saja. Takbir di awal dan pra akhir, serta lafadz “qad qamat as-shalat” itu diserukan sebanyak dua kali. (Sulaiman Al-bujairimi, Tuhfat al-habib ala syarah al-khatib, juz 2 halaman 49). Jika dikalkulasikan, lafadz adzan berjumlah 19, dan lafadz iqamah berjumlah 11. (Khatib Syarbini, Iqna’ fi hall alfadz abi syuja’, juz 1 halaman 140)

Fungsi Adzan dikumandangkan adalah untuk memberikan informasi bahwa ibadah shalat hendak didirikan. Setiap hari adzan pasti dikumandangkan sebanyak 5 kali, namun meski sudah sering kali didengar, agaknya makna dan filosofi adzan belum banyak diketahui.

Menurut Qadhi Iyad, kalimat adzan itu sudah mencakup teologi keimanan secara komprehensif, baik yang berupa aqliyyat maupun samiyyat (perkara yang diketahui dari media pendengaran, seperti hari kebangkitan dan pembalasan). Adzan diawali dengan kalimat “Allahu Akbar”, yang  mana dengan itu kita berikrar atas eksistensi Allah, sekaligus penetapan dzatnya Allah Azza wa jalla. Di samping itu, kalimat ini merupakan bentuk pujian atas kesempurnaan-Nya, yakni Allah itu lebih agung dari makhluk yang lainnya dalam segi kemuliaannya, bukan jasmaninya.

Kemudian pada lafadz “Asyhadu an la ilaha illa Allah, saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah” dan “Asyhadu anna muhammadan rasulullah, saya bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad adalah utusan Allah” adalah sebuah persaksian mengenai keesaan Allah SWT serta persaksian atas kerasulannya Nabi Muhammad SAW.

Lafadz “Hayya Ala As-shalat, mari menunaikan shalat” adalah sebuah bentuk ajakan untuk menunaikan shalat dengan tanpa adanya rasa malas, apalagi merasa terbebani. Lalu pada lafadz “Hayya Ala Al-falah, marilah menuju keberuntungan”, filosofinya adalah bahwa untuk menuju keberuntungan atau kebahagiaan, maka tunaikanlah kewajiban shalat. Atas izin Allah SWT, pasti akan diberikan jalan menuju keberuntungan. Di samping itu, melalui lafadz ini, kita juga harus percaya dengan perkara akhirat seperti halnya hari kebangkitan dan pembalasan.

Kemudian takbir yang kedua, lafadz ini diulangi karena untuk mengagungkan (Ta’dzim) Allah SWT. Lantas ditutup dengan kalimat tauhid, sebab porosnya perkara itu ada padanya.

Demikianlah filosofi dan makna adzan yang Disarikan dari kitab I’anah At-thalibin fi hall alfadz  fath al-muin (juz 1 halaman 265).

BINCANG SYRAIAH