Refleksi Hari Sumpah Pemuda: Pemuda Pemimpin Masa Depan

Hari Sumpah Pemuda merupakan salah satu momen penting dalam sejarah Indonesia. Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda dari berbagai suku, agama, dan golongan berkumpul untuk menyatakan ikrar Sumpah Pemuda. Nah berikut dalam momentum Sumpah Pemuda kali ini kembali menancapkan diri bahwa Pemuda Pemimpin masa depan.

Seokarno pernah berpesan dalam satu kesempatan tentang peran strategis pemuda;“Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Bung Karno

Jika kita merenung dan merefleksikan kalimat pidato Bung Karno, maka sejatinya jumlah besar saja tidaklah cukup untuk bisa membawa bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan diperhitungkan di kancah dunia.

Sebab, Bung Karno tak perlu menunggu bonus demografi untuk bisa memberikan kehormatan yang layak bagi bangsa dan negaranya. Akan tetapi, Bung Karno hanya membutuhkan pemuda-pemudi unggul yang memiliki kualitas dan visi yang besar dalam menatap dunia.

Syahdan, peran pemuda dalam soal kepemimpinan sangatlah besar dan penting. Bagaimana tidak! Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik untuk saat ini maupun masa datang.

Artinya, dalam hal kepemimpinan, walaupun secara mental mayoritas pemuda masih belum mempunyai mental yang kuat, namun tak sedikit pemuda yang sukses dalam menjalankan amanah sebagai pemimpin. Misalnya kepemimpinan Umar ibn Abd Al-Aziz yang menjadi gubernur Madinah pada usia yang belum genap 24 tahun. Kemudian setelah enam tahun menjadi seorang khalifah Bani Umayyah.

Rupa-rupanya, faktor yang melatarbelakangi kesuksesan Umar adalah rasa adil dan amanah yang diterapkannya dalam setiap memberikan suatu kebijakan. Di antaranya kebijakan yang dilakukan Umar dalam bidang politik adalah memecat para pejabat yang zalim, dan mengganti dengan pejabat baru yang adil dan benar walaupun bukan dari golongan Umayyah sendiri. Bahkan, menghapuskan hak-hak istimewa yang diberikan kepada keluarganya tidak pilih kasih terhadap semua rakyatnya.

Misalnya, dalam penarikan pajak, Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz telah menekankan bahwa pajak harus dikumpulkan dengan adil. Dan dalam pengambilannya, haruslah bersikap lemah lembut tanpa adanya tindak kekerasan. Pun juga jangan sampai melebihi kemampuan orang yang dibebani.

Tak hanya itu, Umar melakukan pembersihan di kalangan keluarga Bani Umayyah. Tanah-tanah atau harta lain yang pernah diberikan kepada orang tertentu di masukan ke dalam Baitul Mal. Terhadap para gubernur dan pejabat yang bertindak sewenang-wenang, ia tidak ragu-ragu untuk mengambil tindakan tegas. Ia juga memecat Yazid bin Abi Muslim (Gubernur Irak) dan As Saqafi dari jabatannya sebagai pemungut pajak di Mesir.

Tak kalah menariknya beberapa alasan dipilihnya Umar adalah, selain dia dari kalangan Bani Umayyah karena merupakan menantu dari Khalifah sebelumnya, ia dikenal juga sebagai sosok pemimpin yang bijaksana, adil, jujur, sederhana, alim, wara’ dan tawadhu’ serta zuhud.

Contoh lain kesuksesan pemuda dalam memimpin adalah pada diri Sultan al-Fatih. Ia adalah putra dari Sultan Murad II yang merupakan raja keenam Daulah Utsmaniyah, dan hidup di masa setelah Sultan Salahuddin al Ayyubi (pahlawan perang Salib). Ia memerintah Daulah Ustmaniyah dalam usia kurang lebih 22 tahun setelah Sultan Murrad II wafat.

Lebih dari itu, ia mempunyai kepribadian yang cemerlang, kekuatan dan keadilan telah tercermin dalam pribadinya sebagaimana ia sangat unggul dalam segala bidang ilmu. Ia mengikuti jejak ayahnya dalam memperoleh beberapa kemenangan. Kepribadiannya sangat mencerminkan seorang pemimpin yang luar biasa dari segi salehnya dan keilmuannya yang tinggi. 

Pemuda Pemimpin Masa Depan

Kita tahu, bahwa generasi muda adalah pemimpin masa depan. Seperti ungkapan bahwa “masa depan bangsa terletak pada genggaman generasi pemuda”. Artinya, baik buruk suatu umat atau bangsa tergantung pada pemudanya.Yusuf Qardawi mengatakan “apabila ingin melihat suatu negara di masa depan, maka lihatlah para pemudanya hari ini.”

Ungkapan ini menjadi standarisasi dan barometer dalam pembinaan dan pendidikan generasi muda, untuk melanjutkan perjuangan dan menjadi pilar kebangkitan. Dengan kata lain, generasi muda dituntut untuk mendidik dirinya menjadi generasi muda yang memiliki jiwa kepemimpinan.

Tentu tidak diragukan lagi bahwa banyak peran pemuda bagi bangsa ini. Sejarah telah mencatat bagaimana Sutan Syahrir berperan besar dalam sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia. Bagaimana Mark Zuckerberg, Lary Page dan Sergey Brin yang begitu memiliki peranan besar dalam merubah peradaban dunia. Pun demikian kisah pemuda Ibrahim yang berani memberontak dan bertindak revolusioner untuk memperbaiki tatanan sistem masyarakat yang sudah rusak.

Kisah Ashabul Kahfi adalah bukti nyata bahwa, pemuda selalu punya peran dalam merubah kondisi suatu bangsa yang tertindas oleh kesewenang-wenangan penguasa. Selain itu, para Nabi dan Rasul adalah contoh teladan peran pemuda dalam merubah suatu bangsa.

Seperti yang dikatakan Michael H. Hart seorang penulis Barat terkenal dalam bukunya “The 100 a Ranking of The Most Influential Persons in History” menuliskan bahwa Nabi Muhammad sebagai pemimpin yang paling berpengaruh di dunia.

Di dalam al-Quran banyak sekali ayat-ayat yang menyinggung tentang kepemimpinan. Misalnya adalah surah An-Nisa’ ayat 58. Allah Swt berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰۤى اَهْلِهَا ۙ وَاِ ذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا

Artinya: “Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. An-Nisa’ [4]: 58).

Ayat ini memerintahkan tentang kewajiban memegang amanat dan memberikan amanat kepada orang-orang yang pantas (ahli). Pada kenyataanya, banyak sekali bermuculan generasi muda yang memegang peran penting berbagai sektor. Terutama dalam hal kepemimpinan. Dengan demikian, harus di yakini bahwa pemuda layak menjadi pemimpin.

Pengikut Jejak Nabi

Generasi pertama pengikut Rasulullah Saw. kebanyakan dari kalangan pemuda, bahkan sebagian masih anak-anak. Mereka mendapatkan transfer pemikiran (thaqafah) Islam dari Rasulullah Saw. Adalah Ali bin Abi Thalib dan Zubaer bin Awwam (8 tahun), Thalhah (11 tahun), Al-Arqam (12 tahun ), Abdullah bin Mas’ud (14 tahun), Saad bin Abi Waqqas (17 tahun), Ja’far bin Abi Thalib (18 tahun), Zaid bin Haritsah (20 tahun), Ustman (20 tahun), Mushab bin Umair (24 tahun), Umar bin Khattab (24 tahun) dan generasi lainnya.

Akhirnya, dari pemuda-pemuda inilah maka terbentuk cikal-bakal generasi terbaik yang berhasil membongkar struktur paganis dan stagnasi pemikiran, kebodohan adat jahiliyah yang telah mengakar di Jazirah Arab. Sehingga menjadikan Jazirah Arab sebagai pusat peradaban dunia dan berhasil menempatkan umat Islam di posisi puncak peradaban selama berabad-abad lamanya.

Selain itu, jika menelisik sejarah, Indonesia sendiri mempunyai banyak pahlawan yang pada masa mudanya sudah menjadi pemimpin. Misalnya seperti Hamengkubawana IX dinobatkan sebagai Raja pada usia 28 Tahun pada maret 1940. Sutomo dengan kawan-kawannya yang berusia 20-25 Tahun mendirikan Budi Utomo.

Catatan akhir

Tak bisa dipungkiri bahwa peran pemuda semakin hari semakin berkembang dalam masa modernisasi ini. Hampir setiap sektor dalam dimensi kehidupan menyertakan kontribusi dan peran para pemuda-pemudi. Begitu juga dalam hal kepemimpinan, baik dalam skala kecil seperti pemimpin organisasi, usaha, perusahaan, dan lainnya. Maupun dalam skala besar seperti Negara dan agama.

Tentunya, ini adalah sebuah perubahan dan kesempatan emas yang baik bagi para pemuda-pemudi. Selain diberikan kepercayaan sebagai pemimpin, nantinya pemuda akan banyak tahu dan berpengalaman dalam hal gerak, karena gerakan pemuda memanglah sangat dibutuhkan di era Milenial ini. Disinilah peran-peran pemuda dibutuhkan.

Namun demikian, pemuda bukan hanya sekedar menjadi perubahan, akan tetapi harus menjadi kekuatan sebuah kebijakan jika nantinya beberapa sektor dan kuasa ada di tangan pemuda. Layaknya Rasulullah Saw. yang mampu mengemban amanat tepat pada Umur 25 tahun. Tentunya, sifat yang wajib ditanamkan oleh pemuda adalah Siddiq, Amanah, Tabliq dan Fathanah.

Sebagai generasi muda, kita harus bangga dengan sejarah bangsa kita dan Sumpah Pemuda. Kita harus melanjutkan perjuangan para pemuda terdahulu untuk membangun bangsa Indonesia yang lebih maju dan sejahtera. Pemuda mempersiapkan diri untuk menjadi pemimpin masa depan yang dapat membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Wallahu a’lam bisshawaab.

BINCANG SYARIAH

Baik Menurut Kita itu Belum Tentu Baik Menurut Allah

Kita selaku makhluk hanya bisa berencana dan berusaha sebisa dan semampu mungkin. Hasil akhir kita pasrahkan penuh kepada Allah Zat Yang Maha Menentukan. Rencana atau planing yang baik merupakan langkah awal untuk mendapatkan hasil yang baik pula. Berusaha merupakan kewajiban yang harus kita tekuni untuk mendapatkan hasil dari rencana awal yang kita canangkan.

Masalah hasil akhir dan pendapatan kita semua adalah ketentuan dan takdir Allah. Sikap yang kita ambil selaku hamba setelah perencanaan dan berusaha, adalah tawakal dan pasrah penuh akan hasil akhir kepada Allah selaku penentu. Syekh Ibnu Atha’illah as-Sakandari (w. 709 H) dalam kitabnya al-Hikam menegaskan:

رُبَّـمَــا اَفَـادَكَ فِى لَيْـلِ اْلقَبْضِ مَـالَمْ تَسْــتَفِدْ فِى اِشْرَاقِ نَهَـارِ اْلبَسْـطِ لَاتَـدَ رُوْنَ اَيُّهُـمْ اَقْـرَبُ لَكُـمْ نَفْعٌـا

Kadang-kadang engkau mendapatkan faedah di kala kelamnya malam, apa yang tidak engkau peroleh faedah di waktu hari terang benderang. Kalian sendiri tidak dapat mengetahui mana yang paling berfaedah bagimu.”

Dalam kutipan teks mutiara yang diambil dari kitab al-hikam karya Ibnu Athaillah seakan mewakili dan memperjelas sikap yang harus kita ambil selaku makhluk, terkadang suatu hal yang menurut pendapat kita baik belum tentu itu baik menurut Allah, begitupun sebaliknya.

Buruk menurut kita bukan berarti buruk menurut Allah. Dalam surah al-Baqarah ayat 216 Allah menjelaskan akan hal ini. Allah Swt. berfirman:

Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal sejatinya itu buruk dan merugikan bagi kalian, seperti tidak berangkat ke medan jihad. Tindakan ini dapat mendatangkan kehinaan dan penjajahan oleh musuh. Dan Allah benar-benar mengetahui secara pasti mana perkara yang baik dan mana perkara yang buruk, sedangkan kalian tidak mengetahuinya. Maka sambutlah perintah-Nya, karena perintah-Nya itulah yang berisi kebaikan bagi kalian.

Bagi seorang hamba yang sudah makrifat pada Allah akan memiliki pandangan yang berbeda dengan pandangan umum. Dalam menyikapi datangnya nikmat dan terkena musibah, tidak hanya dipikirkan ini baik atu tidak, semua yang dialami dipikirkan dan diyakini itulah yang terbaik. Hikmah dan kehendak Allah sebagai Tuhan pencipta semesta juga diyakini akan membawa kebaikan kepada kita.

Sebagian orang ketika melihat temannya mendapatkan nikmat yang lebih dari pada dia. Lebih kaya, lebih tampan, lebih populer, lebih pintar, maka ia akan berucap “Kenapa aku tidak sama seperti dia andai aku sama seperti dia betapa beruntungnya diriku ini”. Mereka anggap mendapatkan nikmat yang lebih dari Allah sebagai puncak kebahagiaan. Mereka tidak sadar dalam keadaan melarat dan posisi sedang berada di bawah, justru terkadang yang bisa membawa kita pada jalur yang lebih baik untuk mendapatkan ridha Allah, dengan bersabar dan menerima ketetapan Allah.

BINCANG SYARIAH

Ikhlas: Pintu Kesejukan Jiwa dan Karunia yang Mulia

Ikhlas, sebuah kata yang simpel tapi membawa makna yang dalam dan kuat dalam perjalanan hidup kita. Kata ini berasal dari bahasa Arab, diterjemahkan sebagai “ketulusan” atau “kesucian hati”. Ikhlas adalah sebuah konsep penting dalam agama, filsafat, dan nilai yang dihargai di berbagai budaya di seluruh dunia. Tapi, apakah sebenarnya ikhlas itu dan mengapa ia memiliki begitu banyak arti dalam hidup kita?

Ikhlas adalah suatu keadaan hati di mana seseorang bertindak atau berbuat dengan niat yang tulus dan murni, tanpa memikirkan keuntungan pribadi atau rasa puji dari orang lain. Ini adalah tindakan yang dilakukan semata-mata karena cinta atau tanggung jawab yang tulus, tanpa mengharapkan imbalan apa pun.

Dalam al-Qur’an, Allah berfirman: “Dan mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan tulus ikhlas kepada-Nya.” (Q.S. Al-Bayyinah, 98:5).

Ikhlas adalah inti dari kebaikan moral dan spiritual. Ia adalah sifat yang mendorong seseorang untuk berbuat baik, bahkan ketika tak ada yang melihat atau memberikan pujian. Ikhlas adalah tindakan yang dilakukan dengan penuh kesadaran bahwa hanya Tuhan yang menyaksikan dan menghargai usaha tersebut. Dengan kata lain, ikhlas adalah hubungan yang penuh cinta dan tulus antara individu dan Tuhan.

Ikhlas juga memiliki keistimewaan yang tinggi dalam Islam, seperti yang dinyatakan dalam hadis Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Allah SWT berfirman, ‘Aku adalah Yang paling merdeka dari kesyirikan. Barangsiapa yang beramal untuk selain-Ku bersama-Ku dalam suatu perbuatan, maka Aku tinggalkan dia dan syiriknya.’”

Ketika seseorang hidup dengan ikhlas, hatinya menjadi ringan dan damai. Ikhlas membantu kita melepaskan ego dan keserakahan. Ia memungkinkan kita merasakan kedamaian dalam tindakan kita, karena kita tak lagi terpaku pada keinginan untuk mendapatkan pengakuan atau materi. Sebaliknya, kita berusaha untuk memberikan yang terbaik tanpa menuntut imbalan.

Namun, mencapai ikhlas bukanlah hal yang mudah. Ego dan nafsu sering menghalangi kita untuk bertindak dengan tulus. Namun, dengan usaha dan kesadaran diri, kita dapat mengembangkan sifat ikhlas dalam hidup kita. Di sini beberapa langkah yang dapat membantu:

Introspeksi: Renungkan niat dan motivasi di balik tindakan kita. Apakah kita melakukan sesuatu hanya untuk mencari penghargaan atau keuntungan pribadi, ataukah kita melakukannya karena keyakinan dan cinta yang tulus?

Praktik Kebaikan: Cobalah untuk melakukan tindakan-tindakan kecil yang tulus untuk orang lain, tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Ini dapat membantu memperkuat ikhlas dalam diri kita.

Doa dan Meditasi: Berbicara kepada Tuhan atau merenungkan kebijaksanaan dalam ketenangan dapat memperkuat hubungan ikhlas kita.

Ikhlas adalah kunci menuju kesejahteraan jiwa. Ketika kita hidup dengan niat yang tulus, kita merasa lebih bahagia dan puas dengan hidup kita. Kita tidak lagi terbebani oleh perasaan ketidakpuasan dan ketidakmampuan untuk mencapai apa yang kita inginkan. Ikhlas adalah jalan menuju kedamaian batin, dan ketika kita menemukan ikhlas dalam hidup kita, kita mendekati tujuan sejati kehidupan manusia: mencapai kedamaian dan kesejahteraan sejati.

ISLAMKAFFAH

7 Adab Menjaga Lisan yang Sering Dilupakan Seorang Muslim

Sebuah pepatah bahasa Arab menyatakan bahwa keselamatan seseorang bergantung pada cara bagaimana ia menjaga lisannya. Pepatah itu berbunyi:

سَلَامَةُ اْلإِنْسَانِ فِي حِفْظِ اللِّسَانِ

Artinya: “Keselamatan manusia terletak dalam menjaga lisannnya.”

Pepatah itu mengingatkan sedemikian kuat hubungan antara keselamatan seseorang dengan kemampuan menjaga lisannya. Dalam kaitan ini Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam kitab beliau berjudul Risâlatul Mu‘âwanah wal Mudhâharah wal Muwâzarah (Dar Al-Hawi, 1994, hal. 83-84) menasihatkan tujuh adab menjaga lisan sebagai berikut:

Pertama, Tidak Terlibat dalam hal yang tidak ada gunanya

(وَإِيَّاكَ) وَاْلخَوْضَ فِيْمَا لَا يَعْنِيْكَ

“Hendaklah Anda tidak melibatkan diri dalam hal-hal yang tidak ada gunanya bagi anda.”

Bergaul adalah baik dan dianjurkan, tetapi dalam pergaulan harus dihindari hal-hal yang tak ada gunanya dan apalagi mendatangkan madharat, seperti ghibah atau menggunjing. Mencampuri urusan orang lain yang jelas-jelas bukan kewenangan kita juga termasuk hal-hal yang semestinya dihindari sebab tidak jarang menimbulkan ketidak senangan dari pihak yang merasa dilangkahi atau dicampuri urusannya.

Kadang-kadang kita menerima curhat dari seseorang. Kita tentu saja boleh memberikan masukan-masukan agar permasalahan yang dihadapi segera terselesaikan. Tetapi kita harus sadar sejauh mana kita boleh memberikan masukan agar tidak terlalu jauh masuk ke wilayah orang lain. Hal seperti ini bisa menimbulkan masalah baru jika ada pihak-pihak yang merasa telah diganggu wilayah kewenangannya.

Kedua, Tidak Sering-Sering Bersumpah Demi Allah

(وَإِيَّاكَ) وإكثَارَ اْلحَلْفِ بِاللهِ وَلَا تَحْلِفْ بِهِ تَعَالَى إِلَّا صَادِقً عِنْدَ اْلحَاجَةِ.

” Jangan sering-sering bersumpah demi Allah, dan jangan bersumpah demi nama-Nya kecuali memang benar-benar mendesak.”

Sering menyebut nama Allah tentu saja baik sebab merupakan dzikir. Tetapi jika penyebutannya merupakan sumpah yang bersifat main-main, hal ini tentu saja tidak baik. Sumpah dengan berucap والله “Demi Allah” dapat dibenarkan jika bersifat sungguh-sungguh. Imam al-Harits al-Muhasibi dalam kitabnya berjudul Risâlah al-Mustarsyidin, halaman 136, mengingatkan kita untuk tidak sering-sering bersumpah sebagaimana kutipan berikut:

وَلَا تُكْثِرِ الْأَيْمَانَ وَإِنْ كُنْتَ صَادِقًا

Artinya, “Dan janganlah sering bersumpah meskipun engkau benar.”

Jadi sekalipun kita jujur dan dalam posisi benar, janganlah kita mengobral sumpah apalagi disertai dengan ucapan والله “Demi Allah”. Namun dalam keadaan genting atau mendesak, seperti dalam proses hukum di pengadilan, bersumpah “Demi Allah” adalah tepat.

Ketiga, Jangan Berbohong

وَاحْذَرْ اْلكَذِبَ بِجَمِيْعِ أَنْوَاعِهِ فَإِنَّهُ مَنَاقِضٌ لِلْإِيْمَانِ

Hindarilah segala macam kebohongan sebab hal itu berlawanan dengan iman.”

Secara umum berbohong adalah dosa kecuali keadaan memaksa demi kemaslahatan bersama yang lebih luas. Artinya sebagian besar kebohongan adalah haram sehingga sebanyak mungkin harus dihindari. Sudah banyak terbukti kebobongan sebetulnya tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga kepada orang lain yang mempercayainya. Kekacauan bisa timbul akibat kebobongan berupa fitnah yang tersebar dan dipercayai masyarakat. Tidak jarang terjadi kerusuhan dalam masyarakat bermula dari maraknya kabar bohong atau hoaks.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda bahwa kebohongan merupakan salah satu tanda orang munafik sebagaimana hadits berikut:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Artinya, “Pertanda orang munafiq ada tiga: Apabila berbicara bohong, apabila berjanji mengingkari janjinya dan apabila dipercaya berbuat khianat” (HR al-Bukhari).

Keempat, Jangan Suka Menggunjing

وَاْلغِيْبَةَ وَالنَّمِيْمَةَ وَاْلإكْثَارَ مِنَ اْلمُزَاحِ

Jauhkan dirimu dari pergunjingan dan fitnahan serta bercanda secara keterlaluan.”

Menggunjing, memfitnah, dan bercanda yang kelewatan adalah tidak baik. Seorang Muslim hendaklah selalu berusaha menghindari ketiga hal ini karena berpotensi besar menimbulkan ketidak nyamanan dan bahkan permusuhan.

Dalam Islam menggunjing diibaratkan memakan bangkai saudara sendiri yang telah mati. Fitnah, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, adalah lebih kejam dari pada pembunuhan. Allah subhanu wa ta’ala berfirman: “Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan” (Al-Baqarah: 91).

Demikina pula becanda yang keterlaluan atau kelewat batas tidak hanya sia-sia tetapi juga bisa membuat orang lain marah karena merasa tersinggung.

Kelima, Hindari Berucap Keji

وَاجْتَنِبْ سَائِرَ اْلكَلَامِ اْلقَبِيْحِ

“Hindarilah setiap ucapan keji.”

Berbicara kepada orang lain adalah salah satu cara berkomunikasi dalam kerangka silaturrahim. Hal ini tentu saja baik. Tetapi jika dalam pembicaraan itu mengandung ucapan-ucapan keji sudah pasti tidak baik sebab Islam justru menganjurkan supaya kita berbicara yang baik.

Oleh karena itu, ucapan-ucapan keji seperti misuh-misuh dan hujatan-hujatan dengan menggunakan kata-kata kotor harus dihindari sebanyak mungkin demi kerukunan dan perdamaian bersama. Hal ini berlaku untuk semua pihak karena pada dasarnya persoalan kerukunan dan perdamaian menjadi tanggung jawab bersama.Keenam,.

وَأمْسِكْ عَنْ رَدِيءِ اَلكَلَامِ كَمَا تُمْسِكُ عَنْ مَذْمُوْمٍ

“Jagalah lisanmu dari ucapan yang kurang baik apalagi yang tercela.”

Ucapan yang kurang baik dan apalagi yang tercela harus dihindari sebanyak mungkin. Contoh dari ucapan yang kurang baik adalah penggunaan kata-kata yang menghina atau merendahkan orang lain. Atau ungkapan-ungkapan yang menampakkan kesombongan baik di mata manusia, dan apalagi di hadapan Allah subhanhu wa ta’ala.

Untuk menghindari hal seperti, sebaiknya kita membiasakan diri bertawadhu’ atau berendah hati kapanpun dan dimanapun kita berada. Kebiasaan yang baik seperti itu akan lebih menjamin keselamatan dan nama baik kita baik hadapan manusia maupun di hadapan Allah subhanu wa ta’ala. Di akhirat pun kita akan selamat dari ancaman api neraka karena neraka adalah tempat yang sesuai bagi orang-orang sombong.

Ketujuh, Berpikirlah Sebelum Berucap

وَتَفَكَّرْ فِيْمَا تَقُوُلُ قَبْلَ أَنْ تَقُوُلَ فَإِنْ كَانَ خَيْرًا فَقُلْ وَإِلَّا فَاصْمُتْ

“Pikirkan baik-baik apa yang akan Anda ucapkan sebelumnya. Jika itu baik menurut Anda, katakanlah. Jika tidak, diamlah.”

Sebuah pepatah berbunyi, “Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna.” Pepatah ini sejalan dengan apa yang dinasihatkan oleh Allamah Sayyid Abdullah al-Haddad di atas. Jadi pada prinsipnya kita tidak boleh grusa-grusu dalam berucap atau menucapkan sesuatu tanpa mempertimbagkan tentang manfaat dan madharatnya.

Harus pula kita pertimbangkansebelumnya tentang dampak atau risiko terhadap diri sendiri atau orang lain dari apa yang akan kita katakan. Sekiranya tidak ada manfaat dan bahkan membawa madharat baik bagi diri sendiri maupun orang lain, maka sebaiknya kita urungkan niat kita untuk mengatakan sesuatu tersebut. Sikap memilih diam demi menjaga semua pihak seperti ini sangat berharga karena diam adalah emas sebagaimana kata pepatah.

Demikianlah ketujuh adab menjaga lisan sebgaiamana nasihat Allah Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad yang patut kita perhatikan baik-baik. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mendapat rahmat dan pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala sehingga dapat melaksanakan ketujuh adab tersebut dengan sebaik-baiknya. Dengan cara ini insya Allah lisan kita akan terhaga dari hal-hal yang dapat mengacam keselamatan kita baik di dunia maupun di akhirat.

ISLAMKAFFAH

Amal Apa yang Bisa Dilakukan setelah Umrah di Makkah?

Fatwa di Islamweb.com

Musyrif ‘Amm: Syekh Muhammad Shalih Al-Munajjid

Pertanyaan:

Aku berniat berangkat umrah, insyaAllah. Dari bacaan saya di situs ini, ibadah umrah tidak lebih dari beberapa jam saja atau kurang dari itu. Pertanyaan saya, jika saya akan berada di Makkah kurang lebih 5 hari, amal apa yang bisa saya lakukan setelah menunaikan umrah dalam hari-hari tersebut?

Jawaban:

Alhamdulillah.

Pertama, kami memohon kepada Allah agar memberikan kemudahan kepada Anda untuk melaksanakan umrah, menolongmu agar dapat menunaikan dan menerima amal tersebut.

Kedua, jika Anda akan tinggal beberapa hari setelah melaksanakan umrah di Makkah, nasihatku untukmu, perbanyak amal saleh sesuai kadar kemampuan Anda. Sehingga Anda memperoleh manfaat dari keutamaan tempat yang mulia (Makkah). Kebaikan dilipatgandakan di tempat dan waktu yang utama, sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama rahimahullah.

Ar-Rahibani rahimahullah berkata, “Kebaikan dan keburukan akan dilipatgandakan di tempat yang mulia seperti Makkah, Madinah, dan Baitil Maqdis, di masjid-masjid, dan juga di waktu yang utama, seperti hari Jumat, bulan-bulan haram, Ramadan.” (Muthalib Ulinnuha, 2: 385)

Syeikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Salat di Makkah lebih utama dibandingkan salat di tempat lain. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam ketika tinggal di Hudaibiyah dalam peperangan Hudaibiyah, beliau salat masuk ke dalam tanah haram. Hal ini menunjukkan bahwa salat di tanah haram, yakni masuk lokasi tanah haram, itu lebih utama dibandingkan di luarnya. Inilah keutamaan tempat. Ulama mengambil kaidah dalam hal ini, mereka berkata,

إن الحسنات تضاعف في كل مكان أو زمان فاضل,

Sesungguhnya kebaikan dilipatgandakan di tempat atau waktu yang mulia/utama.‘” (Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin, 2: 168)

Terdapat ibadah yang mempunyai keutamaan khusus di Masjidilharam, di antaranya adalah salat. Salat di Masjidilharam lebih baik 100.000 kali dibandingkan salat di masjid selainnya. Berusahalah agar dapat melaksanakan salat 5 waktu secara berjemaah di Masjidilharam.

Kemudian amal lainnya adalah tawaf.

Para ulama berpendapat bahwa memperbanyak tawaf bagi orang asing (bukan orang Saudi) di Makkah lebih afdal dibandingkan salat sunah. Karena salat dalam dilaksanakan oleh seorang muslim di mana saja. Adapun tawaf, tempatnya hanya satu, yaitu sekitar Ka’bah saja.

Al-Buhuti rahimahullah berkata, “Disunahkan memperbanyak tawaf di setiap waktu. Imam Ahmad berkata, ‘Tawaf bagi orang asing (bukan penduduk Makkah) lebih utama dibandingkan salat di Masjidilharam.’” (Kasyaf Al-Kina’, 2: 485)

Perkataan beliau rahimahullah juga, “Imam Ahmad menyatakan bahwa tawaf bagi orang asing (bukan penduduk Makkah) lebih utama baginya daripada salat di Masjidilharam. Oleh karena kekhususan (tawaf) yang tidak dapat dilakukan selain di sana, berbeda dengan salat.” (Syarah Muntahal Iradat, 1: 237)

Terdapat Fatwa Lajnah Daimah, (Majmu’ Tsaniyah, 10:335) berbunyi, “Disyari’atkan bagi yang mendatangi Makkah, setelah menunaikan manasiknya, dengan memperbanyak tawaf, membaca Al-Qur’an, salat, sedekah, dan ibadah lainnya.”

Syekh Bin Baz rahimahullah pernah ditanya, “Mana yang afdal, memperbanyak tawaf atau salat sunah?”

Jawaban beliau adalah, “Terdapat khilaf tentang manakah yang afdal di antara keduanya. Akan tetapi, yang lebih afdal adalah menggabungkan keduanya, memperbanyak salat dan tawaf, dia bisa menggabungkan dua kebaikan sekaligus. Sebagian ulama mengutamakan tawaf bagi orang asing (bukan penduduk Makkah). Oleh karena mereka tidak mendapati ka’bah di negeri-negeri mereka. Disunahkan memperbanyak tawaf selama berada di Makkah. Dan sebagian ulama lebih mengutamakan salat, oleh karena salat lebih utama dibandingkan tawaf.”

“Menurut saya, lebih utama memperbanyak tawaf dan juga salat, jika orang asing (bukan penduduk Makkah), sehingga tidak kehilangan kedua keutamaan ini.” (Majmu’ Fatawa Ibn Baz, 17: 225)

Kesimpulannya adalah hendaknya seorang muslim ketika di tempat yang mulia tersebut (Makkah) menyibukkan diri dengan beramal saleh, salat, tawaf, menuntut ilmu, membaca Al-Qur’an, zikir, dan berdoa. Hari-hari yang sedikit, namun balasannya bagi yang ikhlas niatnya dan paling baik amalnya sangat banyak, insyaAllah. Allahu a’lam.

***

Penerjemah: dr. Abdiyat Sakrie, Sp.JP, FIHA

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/88764-amal-apa-yang-bisa-dilakukan-setelah-umrah-di-makkah.html

Motivasi untuk Bekerja dan Tercelanya Meminta-minta

Diriwayatkan dari sahabat Zubair bin Al-‘Awwam radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَأْتِيَ بِحُزْمَةِ الْحَطَبِ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا فَيَكُفَّ اللَّهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوهُ

Sungguh salah seorang dari kalian yang mengambil talinya, dia mencari seikat kayu bakar dan dibawa dengan punggungnya, kemudian dia menjualnya, lalu Allah mencukupkannya dengan (menjual) kayu bakar itu, maka itu lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada manusia, baik manusia itu memberinya atau menolaknya.” (HR. Bukhari no. 1471)

Kandungan hadis

Hadis ini mengandung motivasi untuk bekerja dan mencari penghasilan, dan tidak suka meminta-minta (mengemis) kepada sesama manusia. Karena bekerja dan berusaha mencari nafkah itu lebih afdal daripada meminta-minta, baik orang lain itu memberi atau menolaknya (tidak memberi). Hal ini karena meminta-minta itu pada hakikatnya adalah bentuk kehinaan dan perendahan diri. Tidak selayaknya bagi seorang muslim menghinakan dirinya sendiri di hadapan manusia, padahal dia mampu terbebas dari hal itu dengan bersungguh-sungguh bekerja dan mencari nafkah, meskipun dia merasakan kelelahan dan keletihan, serta menghadapi berbagai macam tantangan dan kesulitan.

Perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

خَيْرٌ لَهُ

“lebih baik baginya … “,

tidaklah dimaknai bahwa “meminta-minta atau mengemis itu memiliki kebaikan, namun lebih baik bekerja”. Karena tidak ada kebaikan sama sekali dari perbuatan meminta-minta, padahal dia memiliki kemampuan untuk bekerja. Bahkan, sebagian ulama berpendapat bahwa perbuatan meminta-minta dalam kondisi tersebut hukumnya haram.

Ada juga kemungkinan bahwa “lebih baik baginya” di sini adalah baik menurut keyakinan si peminta-minta. Karena ketika dia diberi, dia menganggap pemberian dari hasil meminta-minta itu sebagai sebuah kebaikan.

Penyebutan bentuk pekerjaan mencari kayu bakar dalam hadis ini hanya sekedar sebagai contoh. Yang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maksudkan adalah mencari nafkah dan bekerja dengan semua bentuk profesi yang mubah, bukan yang haram. Hal ini karena setiap orang itu akan dimudahkan sesuai jalan atau keahliannya masing-masing. Ada yang berbakat dan ahli dalam berdagang, berbisnis, atau ahli di bidang-bidang lain yang mubah.

Sebagian ulama memang berpendapat manakah jenis pekerjaan yang paling afdal. Akan tetapi, pendapat yang lebih kuat, wallahu Ta’ala a’lam, adalah pendapat yang menyatakan bahwa hal itu berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan keadaan masing-masing orang. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعك وَاسْتَعِنْ بِاَللَّهِ وَلَا تَعْجِز

Bersungguh-sungguhlah dalam menuntut apa yang bermanfaat bagimu. Mohonlah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu), serta janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah.” (HR. Muslim no. 6945)

Oleh karena itu, seorang muslim hendaknya berjalan di muka bumi untuk mencari keutamaan dari Allah Ta’ala. Seorang muslim hendaknya mengetahui dengan sepenuhnya bahwa apapun pekerjaannya, meskipun dipandang remeh dan hina oleh sebagian orang, itu lebih baik daripada mengemis dan meminta-minta. Tentunya, selama pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang halal. Lebih-lebih lagi bagi seorang pemuda yang masih kuat secara fisik dan akalnya yang masih bisa berpikir dengan cerdas. Bekerja mencari nafkah adalah jalan yang ditempuh oleh para Rasul dan juga jalan para sahabat dan tabi’in.

Demikian pembahasan singkat ini, semoga bermanfaat. Wallahu Ta’ala a’lam.

***

Penulis: M. Saifudin Hakim

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/88933-motivasi-untuk-bekerja-dan-tercelanya-meminta-minta.html

Obat bagi Hati yang Gelisah

Hati adalah hal yang sulit dikendalikan. Sehingga sering kita jumpai, orang-orang yang ketika di pagi hari dalam kondisi tertawa, namun wajahnya bermuram durja di sore hari. Pun sebaliknya, ada di antara manusia yang matanya sembab ketika bangun dari tidur, namun berubah menjadi guratan bahagia ketika datang waktu sore. Hal ini merupakan tanda bahwa kita hanyalah hamba. Kalaulah bukan karena pertolongan Allah, niscaya hati kita akan senantiasa terombang-ambing dalam kegamangan.

Namun, yang membedakan antara kesedihan orang beriman dan tidak beriman adalah penyikapannya. Sebagai orang yang beriman kepada Allah dan semua ketetapan-Nya, maka kesedihan yang kita lewati merupakan salah satu fase di mana Allah bukakan pintu ampunan. Sebagaimana dalam sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama,

ما يُصِيبُ المُسْلِمَ، مِن نَصَبٍ ولَا وصَبٍ، ولَا هَمٍّ ولَا حُزْنٍ ولَا أذًى ولَا غَمٍّ، حتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بهَا مِن خَطَايَاهُ

Tidaklah seorang muslim ditimpa letih, lelah, galau, kesedihan, dan derita, bahkan duri yang menancap di kulitnya, kecuali Allah ‘Azza Wajalla akan ampuni kesalahan-kesalahannya.” (HR. Bukhari no. 5641)

Dengan kondisi zaman seperti saat ini. Kesedihan dan kegalauan adalah sesuatu yang hampir menimpa banyak pemuda muslim. Dan hendaknya tidaklah mereka mencari solusi, kecuali solusi-solusi yang Allah ‘Azza Wajalla berikan dalam Al-Qur’an dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama ajarkan dalam hadis-hadisnya. Ini juga diajarkan oleh para salaf kita ketika mereka mengatakan,

عجبت لمن اغتم ولم يفزع إلى قول الله تعالى: (أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ)[الأنبياء:87]، فإني وجدت الله يعقبها بقوله: (فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ) [الأنبياء:88]، فهي ليست لنبي الله يونس عليه وعلى نبينا الصلاة والسلام، ولكنها للمؤمنين في كل زمان ومكان إذا ذكروا الله بهذا الذكر المبارك: (وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ)

Aku teramat heran orang-orang yang tertimpa kegundahan, kemudian tidak tergerak hatinya menghayati firman Allah ‘Azza Wajalla,

 اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ

‘Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.’ (QS. Al-Anbiya: 87)

Sungguh aku mendapati di dalam ayat ini, Allah ‘Azza Wajalla mengakhiri firman-Nya dengan janji,

فَاسْتَجَبْنَا لَهۙ وَنَجَّيْنٰهُ مِنَ الْغَمِّۗ وَكَذٰلِكَ نُـْۨجِى الْمُؤْمِنِيْنَ

Kami lalu mengabulkan (doa)-nya dan Kami menyelamatkannya dari kedukaan. Demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang mukmin.’ (QS. Al-Anbiya: 88)

Janji terkabulnya doa dan keselamatan ini tidak dikhususkan untuk Nabi Yunus ‘alaihis salam semata, melainkan untuk orang-orang yang beriman secara keseluruhan di mana pun dan kapan pun jika mereka berzikir dengan zikir yang disebutkan.”

Sehingga, ketika orang-orang yang beriman kepada Allah ditimpa kegalauan dan kegundahan, mereka akan menjadi semakin dekat dengan Rabbnya. Karena tidak ada yang mampu menyingkirkan sempitnya hati, kecuali Allah ‘Azza Wajalla. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah ‘Azza Wajalla,

وَلَقَدْ نَعْلَمُ اَنَّكَ يَضِيْقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُوْلُوْنَۙ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِّنَ

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/88835-obat-bagi-hati-yang-gelisah.html

Sumpah Pemuda, Imam Besar Istiqlal: Pemuda Indonesia Harus Terus Perjuangan Persatuan di Tengah Perbedaan

Para pemuda Indonesia diminta tidak pesimistis memandang bangsanya sendiri. Para pemuda justru harus terus memperjuangkan persatuan di tengah perbedaan dan kemajemukan.

“Saya berharap betul, pemuda Indonesia jangan kerjanya hanya menjelekkan bangsa sendiri dan mengagumi bangsa lain. Dengan segala kekurangan bangsa kita, kita tetap harus menghargai bangsa sendiri,” kata Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA.

Pernyataan itu diucapkan Nasaruddin dalam webinar internasional bertemakan “Sumpah Pemuda dan Literasi Keagamaan Lintas Budaya: Memperkuat Kohesi Sosial dalam Masyarakat Plural” yang diadakan Institut Leimena bersama Pondok Pesantren As’adiyah Pusat Sengkang Sulawesi Selatan dan Sekolah Kristen Tritunggal Semarang, Jumat (27/10/2023), dikutip dari Republika.co.id.

Ia mengibaratkan Indonesia sebagao kepingan surga karena memiliki alam yang sangat subur serta masyarakat dan budaya yang beragam. Alquran juga menyebut tentang keberagaman bahwa Allah menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Itulah sebabnya, pemuda Indonesia masa kini menghadapi tantangan untuk mengembangkan perbedaan menjadi sebuah kekuatan, bukan kelemahan.

Untuk itu, ia mendorong para pemuda untuk mempelajari sejarah bangsa dengan baik. Indonesia memiliki modal sosial di masa lalu karena pernah mengalami penjajahan selama berabad-abad. Faktor tersebut seharusnya memudahkan anak-anak bangsa untuk bekerja sama sekalipun berbeda agama, suku, dan budaya.

“Agama apa pun pernah merasakan dijajah di Indonesia, etnik apa pun pernah merasakan bagaimana susahnya menjadi orang yang dijajah. Jadi persamaan sejarah membuat kita lebih solid sebagai warga bangsa,” kata Nasaruddin yang juga ketua umum pengurus pusat Ponpes As’adiyah Sengkang.

Menurut dia, Sumpah Pemuda adalah contoh bahwa semenjak zaman dahulu keinginan menyatu sebagai sebuah bangsa sudah diproklamirkan oleh para wakil pemuda dari berbagai daerah. Menurutnya, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam juga menghargai kepemimpinan pemuda, salah satunya dengan menunjuk panglima perang Usamah bin Zaid yang baru berusia 19 tahun.

Nasaruddin juga mengingatkan pentingnya persatuan bangsa menjelang pesta demokrasi 2024. Dia mengimbau para santri dan civitas akademika di mana pun agar menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, serta menjadi pemuda tangguh yang optimistis terhadap diri sendiri dan bangsanya.

“Kita boleh berbeda partai, berbeda pilihan, tapi tetap cita-cita bangsa ke depan Insyaallah kita tetap mendukung panji-panji Negara Kesatuan Republik Indonesia. Siapa pun pemimpin terpilih, kita berikan dukungan sepenuhnya. Siapa pun yang kalah, terimalah itu menjadi suatu takdir kenyataan. Jika cara berpikir kita seperti itu, Indonesia akan menjadi negara sangat kokoh di masa datang,” kata Nasaruddin.

ISLAMKFFAH.id

Khutbah Jumat: Enam Langkah Cerdas Membantu Rakyat Palestina yang Teraniaya

Terus berdoa, menyiapkan diri, menginfakkan sebagian harta kita untuk membebaskan Baitul Maqdis adalah di antara langkah cerdas membantu Palestina, demikian kutipan khutbah Jumat kali ini

Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil

Hidayatullah.com | JANGAN PERNAH melemahkan perjuangan dan barisan kaum Muslimin, apalagi saling mengolok, menghina, memfitnah faksi-faksi pembebasan Palestina dan Masjidil Aqsha. Sebab itu adalah salah satu keberhasilan propaganda zionisme dan penjajah ‘Israel’ kepada umat Islam.

Di bawah ini naskah lengkap naskah khutbah Jumat kali ini;

Khutbah Jumat Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Kaum Muslimin Jamaah Jumat Hafidzakumullah

Perjuangan rakyat Palestina masih panjang dan penuh pengorbanan. Sampai saat ini rakyat Palestina masih terus menghadapi serangan bertubi-tubi siang dan malam, tanpa jeda, tanpa melihat apakah korbannya masyarakat sipil atau bukan. Negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan Inggris terus memberikan suplai persenjataan dan dukungan lainnya bagi kaum penjajah, ‘Israel’.

Tujuh puluh persen korban meninggal didominasi kalangan perempuan dan anak-anak. Bahkan baru-baru ini sebuah rumah sakit Kristen di Gaza dirudal oleh pesawat tempur.

500 jiwa melayang seketika. Gaza benar-benar hancur lebur oleh serangan udara yang menyasar rakyat tidak berdosa.

Bagi kita, umat Islam di Indonesia, tidak boleh berhenti menggaungkan dukungan untuk rakyat Palestina. Menurut Ustad Salim A. Fillah, ada enam hal yang bisa kita lakukan dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina.

Pertama, mendoakan perjuangan rakyat Palestina dalam merebut kemerdekaan. Doa adalah senjata orang beriman. Doa adalah senjata canggih yang harus kita gunakan dalam mendatangkan kebaikan dan menolak keburukan.

Doa sering kali digunakan oleh para nabi, khususunya, pada saat-saat yang genting. Kita bisa belajar dari sejarah Perang Badar.

Kala itu jumlah pasukan kaum musyrikin 1000 dengan perlengkapan yang lebih memadai. Sementara jumlah kaum muslimin hanya 319 pasukan.

Melihat ketimpangan yang ada, Rasul ﷺ berdoa kepada Allah dengan mengeraskan suaranya, beliau mengangkat kedua tangannya, menghadap ke arah kiblat. Beliau terus berdoa tak henti-henti hingga kain selempangnya terjatuh.

اللهم أنجز لي ما وعدتني، اللهم آت ما وعدتني، اللهم إن تهلك هذه العصابة من أهل الإسلام لا تعبد في الأرض

“Ya Allah, berikanlah apa yang kau janjikan kepadaku. Ya Allah, atangkanlah apa yang kau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika perkumpulan umat Islam ini dihancurkan, maka engkau tak akan disembah di muka bumi ini.”

Sayidina Abubakar yang berada di belakang Nabi ﷺ, berkata, “Cukuplah doamu, Allah akan memenuhi janji-Nya.” (HR. Muslim).

Oleh karena itu, mari terus panjatkan doa terbaik kita untuk keselamatan dan kemenangan para pejuang Palestina. Kita lakukan qunut nazilah di tiap shalat. Kita gelorakan terus dukungan moral lewat doa-doa yang kita kirimkan untuk mereka.

Kaum Muslimin Jamaah Jumat Hafidzakumullah

Kedua, menyebarkan ilmu atau informasi yang sahih tentang Baitul Maqdis. Masih banyak dari umat Islam  seutuhnya mengetahui keadaan sebenarnya yang terjadi di Palestina.

Bahkan ada yang mendukung dan bersimpati kepada negara penjajah, ‘Israel’. Mereka menganggap bahwa ‘Israel’ berhak untuk membangun negara, padahal itu mereka lakukan dengan menumpahkan darah rakyat Palestina, merampok tanah-tanah mereka, mengusir dari rumah-rumah.

Sungguh di luar nalar sehat, jika ada yang mendukung perampok dan menyalahkan korban perampokan, yaitu rakyat Palestina. Karena itu, perang informasi seperti ini harus kita menangkan dengan membaca buku-buku tentang sejarah Baitul Maqdis, sejarah tanah Palestina agar kita tidak salah menempatkan simpati dan dukungan.

Ketiga, menyiapkan diri untuk berjihad dan berkontribusi untuk membebaskan Baitul Maqdis. Sekecil apa pun kontribusi, mari kita persembahkan untuk perjuangan rakyat Palestina.

Persiapan fisik, misalnya, perlu kita lakukan jika suatu saat kita ditakdirkan untuk berangkat membela orang-orang yang teraniaya di sana. Semoga Allah Ta’ala izinkan kita melaksanakan shalat di Masjidil Aqsha dalam keadaan terbebas dari penjajahan kaum Zionis ‘Israel’.

Kaum Muslimin Jamaah Jumat Hafidzakumullah

Keempat, menginfakkan sebagian harta kita untuk membebaskan Baitul Maqdis serta membantu perjuangan saudara-saudara kita di Palestina yang terjajah. Negara-negara pendukung ‘Israel’ utamanya Amerika Serikat menggelontorkan bantuan untuk mendukung serangan ke Gaza yang nominalnya 3,8 miliar dolar.

Belum lagi bantuan dari Inggris, Jerman, Prancis, dan Australia yang mendukung penuh serangan ke Gaza. Jika Amerika, Inggris, dan sekutunya terang-terangan membantu Zionis ‘Israel’, kenapa negara-negara Islam masih takut untuk terang-terangan membantu Palestina.

Mari kita bantu dengan harta yang bisa kita infakkan. Rasul ﷺ bersabda :

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعَسِّرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِيْ الدُّنْيَا وَالآَخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمَاً سَتَرَهُ اللهُ فِيْ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَاللهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ

“Siapa yang menghilangkan satu kesulitan seorang mukmin dari  kesulitannya di dunia, niscaya Allah akan menghilangkan darinya satu kesulitan pada hari kiamat. Siapa yang meringankan orang yang kesusahan (dalam hutangnya), niscaya Allah akan meringankan baginya (urusannya) di dunia dan akhirat. Siapa yang menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah  akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut mau menolong saudaranya.” (HR. Muslim).

Kelima, jangan melemahkan perjuangan dan barisan kaum Muslimin dengan saling mengolok dan menghina. Dalam kondisi seperti ini apakah pantas kita masih saling sikut dan sikat karena berbeda dalam memandang faksi-faksi di Palestina.

Padahal, masalah yang menimpa rakyat Palestina bukan hanya masalah bagi umat Islam saja. Sebab, ia juga masalah kemanusiaan. Maka, tak perlu menjadi muslim untuk membela Palestina. Cukup kita menjadi manusia!

Selain itu, Bapak Proklamator Ir. Soekarno pernah mengatakan, selama kemerdekaan Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itu pula bangsa Indonesia berdiri menentang penjajah ‘Israel’.

Mari kita ingat kembali firman Allah SWT :

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ  وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat : 10).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Keenam, jangan memperkuat musuh dengan membeli produk-produk yang secara langsung atau tidak, terang-terangan atau tidak, membantu musuh dalam melanggengkan penjajahan terhadap Baitul Maqdis.

Mari kita hindari membeli dan menggunakan produk-produk, apakah itu berupa makanan, minuman, pakaian, kosmetik, atau aplikasi, yang mendukung penjajahan ‘Israel’. Sikap ini sesuai sabda Rasul ﷺ:

انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَذَا نَنْصُرُهُ مَظْلُومًا، فَكَيْفَ نَنْصُرُهُ ظَالِمًا؟ قَالَ: تَأْخُذُ فَوْقَ يَدَيْهِ.

“Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim dan yang dizalimi. Mereka bertanya: ‘Wahai Rasul, jelas kami paham menolong orang yang dizalimi, tapi bagaimana kami harus menolong orang yang berbuat zalim?’ Beliau bersabda: “Pegang tangannya (hentikan ia agar tidak berbuat zalim).” (HR. Bukhari)

Hadits ini mengajarkan sikap untuk menghentikan perbuatan jahat orang zalim yang dalam konteks penjajahan ‘Israel’, kita berhenti membeli produk-produk yang mendukung kezaliman negara ilegal ‘Israel’ terhadap rakyat Palestina, agar ia tidak lagi berbuat zalim.

Demikianlah enam langkah jitu dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina. Bersama-sama kita berdoa kepada Allah SWT, menyampaikan informasi yang benar, menyiapkan diri untuk membela perjuangan rakyat Palestina, menginfakkan harta, merapatkan barisan, dan berhenti menggunakan produk-produk dari perusahaan di bidang apa pun yang mendukung kaum penjajah ‘Israel’.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Jumat Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ :

فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.

وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهم في يوم الجمعة، اجعل نار المسلمين تحرق الأعداء، اللهم احرس المسجد الأقصى من مكر الماكرين، اللهم اقتل من قتل المسلمين. اللهم انصر شعب فلسطين على أعدائك، اللهم اجعل لأهل فلسطين النصرة والعزة والغلبة والقوة والهيبة في قلوب أعدائهم، اللهم اشف جرحاهم وأطلق أسر أسراهم، اللهم انصر مجاهديهم في سبيلك في برك وبحرك وجوك، يا رب العالمين.

اللهمَّ اجعل الأقصى محررًا من الاحتلال واجمع أهله تحت راية الإسلام والعدل، اللهمَّ اجعل فلسطين بلدًا آمنًا ومزدهرًا، حيث يعيش أهلها في سلام واستقرار.

يارب في يوم الجمعة كن العَون والنّصر لأهلنا في فلسطين المُحتلة، اللهم قد ضاقت بهم الأرض بما رحبت. اللهم إنا لا نملك لفلسطين إلا الدعاء فيارب لا ترد لنا دعاء ولا تخيب لنا رجاء وأنت أرحم الراحمين. اللهم انتصر لهم واربط على قلوبهم وردَّهم إلى ديارهم ومسجدهم آمنين، اللهم واشدد على أعدائهم حتى يروا العذاب الأليم. اللهم احرس أهل غزة بعينك التي لا تنام.

اللهم حرر المسجد الأقصى، واجبر كسرهم، واشف مرضاهم، وتقبل شهدائهم برحمتك. اللهمَّ انصر الإسلام والمسلمين في فلسطين وأعزَّهم، اللهم اجعل النصر قريبًا واجعل الفرجَ يأتيهم. اللهمَّ اجعل فلسطين ملاذًا آمنًا لأهلها، وارفع عنهم الظلم والاضطهاد، وانصرهم على أعدائهم. اللهم ارفع الأذى عن أهل فلسطين وانصرهم على الظالمين، واجعلهم يعيشون في سلام وعدل وحرية.

اللهم ارحم شهداءَ فلسطين واجعلهم في عليين، واشفِ صدورَ أهلها وأنزل السكينةَ عليهم، اللهم اجعلهم أُمةً واحدة تتكاتف في وجه العدو وتحقق النصر المؤزر، يا مُجيب الدعاء يا كريم. نستودعك يا الله بأهلنا وأحبابنا في فلسطين الحبيبة، تلك الدّيار المُقدّسة التي باركت بها وما حولها أن تحفظها من كل سوء وشر.

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Arsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI. Artikel lain tentang keislaman bisa dibuka www.hidayatullah.com. Khutbah Jumat ini kerjasama dengan Rabithah Alawiyah Kota Malang

Berencana Mengarungi Bahtera Pernikahan: Anak Muda Harus Perhatikan Langkah-langkah Berikut

Pernikahan dalam Islam dianggap sebagai ikatan yang suci, penuh berkah, dan sangat dihormati oleh Allah SWT. Hal ini merupakan perjanjian sakral antara seorang pria dan seorang wanita dengan tujuan membentuk keluarga yang harmonis, didasari oleh cinta, pengertian, serta kerjasama. Pandangan Islam tentang pernikahan sangat mendalam, dan dalam pandangan Rasulullah SAW, pernikahan merupakan jalan yang dianjurkan untuk melindungi diri dari perbuatan terlarang.

Rasulullah SAW dengan tegas menekankan bahwa dalam pernikahan, suami dan istri adalah seperti pakaian satu sama lain. Mereka saling melengkapi, melindungi, dan saling mendukung. Rasulullah juga mengajarkan pentingnya berbuat baik kepada pasangan hidup.

Dalam perspektif Islam, pernikahan adalah ibadah, dan tujuan utamanya adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Khusus bagi anak-anak muda Rasulullah SAW bersabda, “Wahai pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu untuk menikah, maka hendaklah dia menikah, karena itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa dapat menjadi perisai baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam konteks ini, terdapat beberapa persiapan kunci yang perlu dilakukan oleh anak muda sebelum memasuki jenjang pernikahan.

  1. Persiapan Mental dan Emosional

Sebelum melangkah ke jenjang pernikahan, persiapan mental dan emosional menjadi langkah awal yang krusial. Hal ini mencakup penilaian kematangan, kesiapan untuk komitmen, serta kemampuan untuk menjalani kehidupan bersama pasangan. Penting untuk merenungkan apakah kita benar-benar siap untuk menjalani komitmen seumur hidup dalam pernikahan.

  1. Keimanan dan Ketakwaan

Rasulullah sangat menekankan pentingnya keimanan dan ketakwaan dalam pernikahan. Hal ini mencakup pemilihan pasangan yang memiliki nilai-nilai agama yang sejalan dan komitmen untuk menjalani kehidupan yang taat kepada Allah. Ini merupakan fondasi yang kuat dalam membangun keluarga yang taat kepada Allah dan berbahagia.

  1. Pemilihan Pasangan

Pemilihan pasangan merupakan keputusan penting dalam pernikahan. Rasulullah menyarankan untuk memilih pasangan berdasarkan keimanan, akhlak, dan agama. Dalam sebuah hadis, Rasulullah menyatakan bahwa wanita dapat dinikahi karena empat faktor, dan faktor pertama adalah agama. Ini menegaskan bahwa faktor agama harus menjadi prioritas utama dalam pemilihan pasangan.

  1. Persiapan Mahar dan Rencana Keuangan

Pemberian mahar adalah kewajiban dalam Islam, dan calon suami harus mempersiapkan mahar yang akan diberikan kepada calon istri. Selain itu, pasangan harus memiliki rencana keuangan yang matang untuk mendukung kehidupan pernikahan dan keluarga yang akan mereka bentuk bersama.

  1. Memahami Tanggung Jawab dan Hak

Sangat penting bagi kedua pasangan untuk memahami hak dan kewajiban masing-masing dalam pernikahan. Rasulullah memberikan panduan yang jelas tentang tanggung jawab suami dan istri dalam pernikahan. Ini mencakup peran suami sebagai pemimpin keluarga dan peran istri dalam mengurus rumah tangga.

  1. Persiapan Fisik

Persiapan fisik mencakup aspek praktis seperti menyewa tempat tinggal, merencanakan resepsi pernikahan, dan persiapan lainnya yang berkaitan dengan upacara pernikahan. Persiapan ini akan membantu kelancaran pernikahan.

  1. Konsultasi dan Doa

Sebelum memutuskan untuk menikah, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan keluarga dan orang-orang yang Anda percayai. Doa juga memiliki peran penting dalam meminta petunjuk dan keberkahan dalam pernikahan yang akan datang.

Penting bagi anak muda untuk memahami bahwa pernikahan adalah suatu komitmen yang mendalam dalam Islam. Sebagaimana dalam Al-Quran, Allah berfirman, “Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka” (Al-Baqarah: 187). Ini mencerminkan betapa pentingnya saling melengkapi, melindungi, dan menjaga satu sama lain dalam pernikahan.

Persiapan sebelum pernikahan tidak hanya mencakup persiapan fisik, tetapi juga persiapan mental, emosional, dan spiritual. Dalam perspektif anak muda, pernikahan harus dipandang sebagai langkah yang akan membimbing mereka dalam membangun keluarga yang taat kepada Allah, bahagia, serta penuh berkah. Dengan komitmen, kerelaan untuk belajar, dan pengertian yang baik, pernikahan dapat menjadi sarana untuk mencapai tujuan akhirat dan kebahagiaan di dunia.

ISLAM KAFFAH