Tata Cara Shalat Gerhana Bulan

Berikut ini tata cara shalat Gerhana bulan. Di fikih hukum meleksanakan shalat gerhana bulan adalah sunah muakadah. Ini sebagaimana dijelaskan ulama berdasarkan hadis Nabi Muhamad SAW;

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَا يَكْسِفَانِ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ تَعَالَى فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَقُومُوا وَصَلُّوا

Artinya: Sungguh, gerhana matahari dan bulan tidak terjadi sebab mati atau hidupnya seseorang, tetapi itu merupakan salah satu tanda kebesaran Allah Ta’ala. Karenanya, bila kalian melihat gerhana matahari dan gerhana bulan, bangkit dan shalatlah kalian. (HR Bukhari-Muslim).

Adapun tata cara shalat Gerhana Bulan, sebagai berikut:

  1. Niat.

أُصَلِّيْ سُنَّةً لِخُسُوْفِ الْقَمَرِ رَكْعَتَيْنِ إِمَاماً/ مَأْمُوْماً لِلّٰهِ تَعَالَى 

 Ushalli sunnatan likhusufil qamari rak’ataini imaman / makmuman lillahi ta’ala

 Artinya, “Saya niat shalat sunnah gerhana Bulan dua rakaat sebagai imam atau makmum karena Allah ta’ala.”

2. Takbiratul ihram. mengangkat tangan sambil mengucapkan Allahu akbar. Makmum melakukan takbiratul ihram setelah imam melakukannya.

3. Membaca doa iftitah

اللهُ اَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا. اِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَ لِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ .

Allahu akbar kabiro wal hamdu lillahi katsiro, wa subhanallohi bukrotaw wa ashila inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharos samawati wal ardho hanifam muslimaw wa ma ana minal musyrikin. Inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil ‘alamin. La syarika lahu wa bidzalika umirtu wa ana minal muslimin.

Artinya; Allah Maha Besar, Maha Sempurna pujian bagi Allah, dan Maha Suci Allah di pagi dan petang hari. Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan lurus, sebagai muslim, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.

Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Dengan demikian aku diperintahkan, dan aku adalah orang yang berserah diri.

4. kemudian membaca Al Fatihah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)

Bismillahir rohmanir Rohim (1) alhamdu lillahi robbil ‘alamin (2) arrohmanir rohim (3) maliki yaumid din (4) iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in (5) ihdinas shirotol mustaqim (6) shirotol ladzina an’amta ‘alaihim ghoiril maghdubi ‘alaihim wa lad dhollin (7)

5. Kemudian membaca surah  dari Al-Qur’an.

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ. اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ. وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ

Qul huwallāhu, aḥadallāhuṣ-ṣamad, lam yalid wa lam yụlad, wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad.

6. kemudian ruku’;

سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ

Subhana rabbiyal ‘adhimi wa bihamdihi.

7. Kemudian bangkit dari ruku’ (iktidal);

سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

Sami’allahu liman hamidah.

Artinya: “ Aku mendengar orang yang memuji-Nya.”

8. Kemudian saat berdiri dilanjutkan membaca: 

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ

Rabbanaaa lakal hamdu mil-ussamaawaati wa mil-ul-ardhi wa mil-u maa syik-ta min syai-im ba’du.

Artinya: “ Ya Allah Tuhan Kami, Bagi-Mu lah segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh barang yang Kau kehendaki sesudah itu.”

9. Sujud,

سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ

Subhana rabbiyal a’laa wa bi hamdih

Artinya: Mahasuci Rabbku Yang Mahatinggi dan pujian untuk-Nya

10. Duduk di antara dua sujud sambil membaca:

بِّ اغْفِرْلِىْ وَارْحَمْنِىْ وَاجْبُرْنِىْ وَارْفَعْنِىْ وَازُقْنِىْ وَاهْدِنِىٌ وَعَا فِنِىْ وَاعْفُ عَنِّىْ

Rabighfirlii, Warhamnii, Wajburnii, Warfa’ni, Warzuqnii, Wahdini, Wa’aafinii, Wa’fuannii

11. Sujud kembali

سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ

Subhana rabbiyal a’laa wa bi hamdih

Artinya: Mahasuci Rabbku Yang Mahatinggi dan pujian untuk-Nya

12. Kembali  namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat lain. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama;

13. Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya;

14. Kemudian bangkit dari ruku’ (iktidal);

15. Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali;

16. Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan rakaat kedua sebagaimana rakaat pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya;

17. Tahiyat akhir

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ السَّلَامُ عَلَيْك أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ, أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ, اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ،

‎وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِ نَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِ نَا إِبْرَاهِيمَ، وَ بَارِكْ عَلٰى مُحَمَّدٍ  وَعَلَى آلِ  سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِ نَا إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلٰى آلِ  سَيِّدِ نَا إِبْرَاهِيمَ،  فِى الْعَا لَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Attahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thoyyibaatulillaah. Assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh, Assalaamu’alaina wa’alaa ibaadillaahishaalihiin. Asyhaduallaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammad Rasuulullaah. Allahumma shalli ‘alaa sayyidinaa muhammad. Wa alaa aali sayyidina muhammad.

Kamaa shallaita ‘alaa sayyidinaa Ibraahim wa’alaa aali sayyidinaa ibraahim wabaarik ‘alaa sayyidinaa muhammad wa ‘alaa aali sayyidina muhammad. Kamaa baarakta ‘alaa sayyidinaa ibraahiim wa ‘alaa aali sayyidina Ibraahiim fil’aalamiina innaka hamiidum majiid.

Artinya; Segala kehormatan, dan keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan itu punya Allah. Keselamatan atas Nabi Muhammad, juga rahmat dan berkahnya. Keselamatan dicurahkan kepada kami dan atas seluruh hamba Allah yang sholeh. Aku bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad.

Ya Allah. Limpahilah rahmat atas keluarga Nabi Muhammad. Sebagaimana pernah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahilah berkah atas Nabi Muhammad beserta para keluarganya. Sebagaimana Engkau memberi berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Diseluruh alam semesta Engkaulah yang terpuji, dan Maha Mulia.

18. Salam.

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ

Assalaamu alaikum wa rahmatullah

Artinya: “Semoga keselamatan dan rahmat Allah dilimpahkan kepadamu.

19. Setelah itu imam menyampaikan khotbah kepada para jamaah yang berisi anjuran untuk berzikir, berdoa, beristigfar, dan bersedekah.

Demikian tata cara shalat gerhana bulan. Semoga Allah SWT mengabulkan doa kita dan memberikan keselamatan kepada kita semua. Semoga tutorial tata cara shalat gerhana bulan bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Gerhana Bulan Diprediksi Terjadi 29 Oktober, Kemenag Ajak Umat Salat Khusuf

Gerhana bulan sebagian (GBS) diprediksi akan terjadi pada Minggu, 29 Oktober 2023 atau bertepatan dengan 14 Rabiulakhir 1445 H. Menghadapi fenomena alam tersebut, Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kementerian Agama Kamaruddin Amin mengajak umat Islam untuk melaksanakan Salat Gerhana Bulan atau Salat Khusuf.

“Pada Minggu, 29 Oktober 2023 di sebagian wilayah Indonesia akan mengalami gerhana bulan,” kata Kamaruddin Amin di Jakarta, Jumat (27/10/2023).

“Karenanya, kami mengajak umat Islam yang mengalami gerhana bulan sebagian untuk melakukan Salat Sunah Khusuf sesuai tuntunan syariah,” imbuhnya.

Kamaruddin juga menjelaskan, selama terjadi peristiwa GBS, umat muslim disunahkan untuk melakukan beberapa amalan. “Dianjurkan untuk bertakbir terlebih dahulu, memperbanyak zikir, istighfar, sedekah, dan amal-amal kebajikan lainnya,” kata Kamaruddin.

Adapun rincian daerah yang dapat melihat GBS, sebagai berikut:

a. Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Jambi, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Kalimantan
Tengah dapat melihat Gerhana Bulan Sebagian (GBS) pada kontak Umbra 1 (U1) pada pukul 02:34 WIB sampai kontak Umbra 4 (U4) pukul 03:53 WIB;

b. Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Gorontalo dapat melihat
Gerhana Bulan Sebagian (GBS) pada kontak Umbra 1 (U1) pada pukul 03:34 WITA sampai kontak Umbra 4 (U4) pukul 04:53 WITA;

c. Maluku Utara dan sebagian besar Maluku dapat melihat Gerhana Bulan Sebagian (GBS) pada kontak Umbra 1 (U1) pada pukul 04:34 WIT sampai kontak Umbra 4 (U4) pukul 05:53 WIT;

d. Papua, sebagian besar Papua Barat, dan sebagian Maluku dapat melihat Gerhana Bulan Sebagian (GBS) pada kontak Umbra 1 (U1) pada pukul 04:34:37 WIT sampai waktu Bulan terbenam di wilayah setempat.

Prediksi Gerhana bulan ini merujuk kepada hasil keputusan Sinkronisasi Hisab Taqwim
Standar Indonesia tahun 2021 yang dilaksanakan pada tanggal 20 s.d. 22 Oktober
2021 bertepatan tanggal 13 s.d. 15 Rabiulawal 1443 H di Bogar, Jawa Barat. Adapun, puncaknya terjadi pada pukul 20:14 UT bertepatan dengan 03:14 WIB, 04:14 WITA, dan 05:14 WIT.

BINCANG SYARIAH

Saudia Travel Fair 2023, Banyak Diskon Paket Umroh dan Wisata

Travel menawarkan diskon harga ke sejumlah negara.

Saudia Airlines menggelar Saudia Travel Fair 2023 di Atrium Senayan City, Jakarta, pada Jumat (27/10/2023). Dalam pameran ini, belasan travel menawarkan beragam diskon harga tiket wisata ke beberapa negara, termasuk diskon paket ibadah umroh dan haji khusus.

Setidaknya ada 16 biro travel yang mengikuti pameran pertama yang digelar Saudia Airlaines di Jakarta ini. Dalam sambutannya, Saudia Country Manager untuk Indonesia, Singapore, Australia, dan New Zealand, Faisal Alallah, mengajak masyarakat Indonesia untuk menikmati berbagai diskon yang ditawarkan travel.  

“Silahkan bergabung dengan booth kami, dan juga dapatkan promosi diskon tiket kami,” ujar Faisal dalam sambutan singkatnya. 

Salah satu travel yang menawarkan diskon dalam Travel Fair 2023 ini adalah Travel Dwidayatour dengan diskon Rp 1,5 juta. 

Travel umroh  ini menawarkan perjalanan ibadah umroh reguler untuk keberangkatan 15 November dan 10 Desember 2023 dengan harga Rp 35,5 juta. Sedangkan, umroh  eksklusif dibandrol dengan harga Rp 50 juta. 

Sementara itu, Travel Haji dan Umroh “Nur Ramadhan” menawarkan diskon umroh  untuk musim liburan akhir tahun dengan Saudi Airline. Tagline yang mereka usung adalah “Harga lebih hemat hotel tetap dekat”.

Namun, menurut Faisal, di dalam pameran ini tidak hanya semata-mata menawarkan paket perjalanan ibadah, tapi juga menawarkan paket wisata ke destinasi lainnya yang ada di kerajaan Arab Saudi. 

“Dalam hal ini lah Saudia Airlines menyelenggarakan pameran ini untuk memperkenalkan destinasi lain Saudia Airlines, baik itu di Saudi Arabia maupun di luar negeri di mana ada jaringan rute Saudia Airlines,” kata Faisal. 

Berdasarkan pantauan Republika.co.id di lokasi, memang banyak travel yang juga menawarkan diskon untuk berwisata ke berbagai negara. Seperti Bayu Buana Travel Sevices, mereka menawarkan potongan diskon tour hingga Rp 5 juta dengan kuota terbatas dan cicilan nol persen hingga enam bulan. 

Untuk paket wisata ke Turki misalnya, Bayu Buana Travel Sevices memasang tarif biaya Rp 16,9 jutaan. Dengan harga ini, wisatawan sudah bisa berkunjung ke Istanbul, Bursa, Kusadasi, Pamukkale, Konya, Cappadocia, dan Ankara. Harga tersebut telah dipotong dari harga normal sebesar Rp 19,9 juta. 

Dalam acara pembukaan Travel Fair 2023 ini, Saudia Airlaines juga melaunching brand dan corak baru mereka. Peluncuran dilakukan secara simbolis oleh Faisal Alallah, Duta Besar Arab Saudi Faisal Abdulah Amoudi, dan Direktur Distribusi & Sales BSI Anton Sukarna, serta Direktur Utama PT Ayu Berga GSA Saudi Arabian Airlines Indonesia Andri Bermawi. 

Pameran ini akan berlangsung selama tiga hari pada 27-29 Oktober 2023. Dengan menyelenggarakan Saudia Travel Fair ini, Saudia Airlines memperkuat posisinya sebagai maskapai penerbangan global terkemuka di Indonesia, menampilkan rangkaian layanan dan produk yang didedikasikan untuk memenuhi kebutuhan pasar Indonesia.   

IHRAM

Nasihat untuk Para Pencari Kerja

Rezeki merupakan salah satu ketetapan yang setiap manusia memiliki jatahnya masing-masing. Bahkan, telah Allah tetapkan sebelum ia lahir di dunia. Dan tidak ada satu pun rezeki yang Allah tetapkan untuk mereka, melainkan semua akan ditunaikan, tidak lebih dan tidak kurang dari apa yang sudah menjadi bagian dari takdirnya. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda,

أنَّ خَلْقَ أحَدِكُمْ يُجْمَعُ في بَطْنِ أُمِّهِ أرْبَعِينَ يَوْمًا أوْ أرْبَعِينَ لَيْلَةً، ثُمَّ يَكونُ عَلَقَةً مِثْلَهُ، ثُمَّ يَكونُ مُضْغَةً مِثْلَهُ، ثُمَّ يُبْعَثُ إلَيْهِ المَلَكُ فيُؤْذَنُ بأَرْبَعِ كَلِماتٍ، فَيَكْتُبُ: ِزْقَهُ، وأَجَلَهُ، وعَمَلَهُ، وشَقِيٌّ أمْ سَعِيدٌ، ثُمَّ يَنْفُخُ فيه الرُّوحَ، فإنَّ أحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بعَمَلِ أهْلِ الجَنَّةِ حتَّى لا يَكونُ بيْنَها وبيْنَهُ إلَّا ذِراعٌ، فَيَسْبِقُ عليه الكِتابُ، فَيَعْمَلُ بعَمَلِ أهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُ النَّارَ، وإنَّ أحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بعَمَلِ أهْلِ النَّارِ، حتَّى ما يَكونُ بيْنَها وبيْنَهُ إلَّا ذِراعٌ، فَيَسْبِقُ عليه الكِتابُ، فَيَعْمَلُ عَمَلَ أهْلِ الجَنَّةِ فَيَدْخُلُها.

Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama 40 hari berwujud nuthfah (mani), kemudian menjadi ‘alaqah (gumpalan darah) selama itu juga, kemudian menjadi mudghah (gumpalan daging) selama itu juga. Kemudian diutus seorang malaikat, lalu dia meniupkan roh kepadanya, dan dia (malaikat tadi) diperintah untuk menulis 4 kalimat (perkara): tentang rezekinya, amalannya, ajalnya, dan (apakah) dia termasuk orang yang sengsara atau bahagia.

Demi Allah, Zat yang tidak ada sesembahan yang hak selain Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian, benar-benar beramal dengan amalan penduduk jannah (surga) sehingga jarak antara dia dengan jannah itu tinggal sehasta. Namun, dia didahului oleh al-kitab (catatan takdirnya) sehingga dia beramal dengan amalan penduduk neraka, maka dia pun masuk ke dalamnya. Dan sungguh, salah seorang dari kalian beramal dengan amalan penduduk neraka hingga jarak antara dia dengan neraka tinggal satu hasta. Namun, dia didahului oleh catatan takdir, sehingga dia pun beramal dengan amalan penduduk jannah, maka dia masuk ke dalamnya.” (HR. Bukhari no. 7454)

Hadis ini mengajarkan kepada kita bahwa rezeki adalah jatah dari Allah ‘Azza Wajalla yang akan tetap menjadi bagian bagi seorang hamba, mudah atau sulit jalannya. Namun, di zaman ini seringkali sebagian kita diuji oleh Allah ‘Azza Wajalla dengan kesulitan mencari nafkah atau pekerjaan untuk menghidupi keluarga dan bahkan untuk menghidupi diri mereka sendiri. Sebagian tetap kukuh dan sebagian yang lain berguguran dari jalan Allah dengan sebab jalan ini.

Lantas, bagaimana sikap yang baik dari seorang muslim yang hendaknya dipupuk ketika mencari pekerjaan? Berikut ulasannya.

Bertawakal yang benar kepada Allah ‘Azza Wajalla

Sebagian kita menyangka bahwa tawakal adalah diam tanpa berusaha. Sebagian yang lain sama sekali tidak melibatkan keyakinan bahwa Allah yang menjamin rezeki mereka. Maka, seorang muslim yang baik berada di tengah-tengah di antara keduanya. Yaitu, tetap berusaha mencari rezeki dan meyakini itu semua hanyalah perantara. Sementara pemberi rezeki mereka yang sesungguhnya adalah Allah ‘Azza Wajalla. Sebagaimana digambarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama,

لو توكلتم على اللهِ حقَّ توكُّلِه لرزقكم كما تُرْزَقُ الطيرُ تَغْدُوا خِماصًا وتَرُوحُ بِطانًا

Seandainya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah, maka Allah akan berikan kalian rezeki sebagaimana seekor burung diberi rezeki. Mereka beterbangan di waktu pagi dalam kondisi perut kosong dan kembali dalam keadaan kenyang.

Tawakal juga merupakan identitas keimanan seorang muslim. Sebagaimana disebutkan oleh Allah ‘Azza Wajalla dalam firman-Nya,

وَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗوَكَفٰى بِاللّٰهِ وَكِيْلًا

Bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah sebagai pemelihara.” (QS. Al-Ahzab: 3)

Siapa saja di antara kita yang tengah mencari pekerjaan, maka hendaknya ia menyerahkan urusannya kepada Allah semata. Bukan kepada kemampuan dirinya, ijazahnya, kenalannya, dan lain-lain. Dan siapa saja yang benar-benar bersandar kepada Allah, maka Allah yang akan menjaminnya. Sebagaimana dalam firman-Nya,

وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa saja yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. At-Thalaq: 3)

Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dy rahimahullahu menjelaskan,

في أمر دينه ودنياه، بأن يعتمد على الله في جلب ما ينفعه ودفع ما يضره، ويثق به في تسهيل ذلك {فَهُوَ حَسْبُهُ} أي: كافيه الأمر الذي توكل عليه به، وإذا كان الأمر في كفالة الغني القوي [العزيز] الرحيم، فهو أقرب إلى العبد من كل شيء

Yakni, hendaknya seorang muslim bertawakal kepada Allah dalam urusan agama dan dunianya. Yaitu, bersandar hanya kepada-Nya dalam mencari sesuatu yang bermanfaat baginya dan menghindar dari segala sesuatu yang membahayakannya. Serta yakin akan Allah mudahkan semuanya. Dengan demikian, maka Allah ‘Azza Wajalla akan mencukupinya. Jika Zat yang Mahakaya dan kuat menjamin kebutuhan seorang hamba, maka hal tersebut (pengabulannya) akan lebih dekat dengan seorang hamba dibandingkan segala sesuatu.” (Tafsir As-Sa’diy, hal. 869)

Tidaklah salah ketika seseorang mencari pekerjaan dengan menghubungi orang-orang terdekatnya. Hanya saja, hendaknya ia menjadikan Allah ‘Azza Wajalla sebagai tempat bersandar yang pertama sebelum yang lainnya.

Meningkatkan ketakwaan kepada Allah ‘Azza Wajalla

Di antara faktor yang mendekatkan seseorang dengan pertolongan Allah adalah dengan ketakwaan. Sebagaimana firman Allah ‘Azza Wajalla,

فَاِذَا بَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَاَمْسِكُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ فَارِقُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ وَّاَشْهِدُوْا ذَوَيْ عَدْلٍ مِّنْكُمْ وَاَقِيْمُوا الشَّهَادَةَ لِلّٰهِ ۗذٰلِكُمْ يُوْعَظُ بِهٖ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ەۗ وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Apabila mereka telah mendekati akhir idahnya, rujuklah dengan mereka secara baik atau caraikanlah mereka secara baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil dari kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Yang demikian itu dinasihatkan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Siapa saja yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa saja yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. At-Thalaq: 2-3)

Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullahu menjelaskan,

فكل من اتقى الله تعالى، ولازم مرضاة الله في جميع أحواله، فإن الله يثيبه في الدنيا والآخرة. ومن جملة ثوابه أن يجعل له فرجًا ومخرجًا من كل شدة ومشقة، وكما أن من اتقى الله جعل له فرجًا ومخرجًا، فمن لم يتق الله، وقع في الشدائد والآصار والأغلال، التي لا يقدر على التخلص منها والخروج من تبعتها

“Setiap orang yang bertakwa kepada Allah ‘Azza Wajalla dan melakukan amalan-amalan yang mendatangkan rida Allah dalam setiap keadaannya, maka Allah yang akan membalasnya, baik di dunia maupun di akhirat. Di antara bentuk balasan Allah adalah kemudahan atau jalan atas setiap masalah yang menderanya. Sebaliknya, orang-orang yang tidak bertakwa kepada Allah, maka ia akan tetap dalam kubangan masalah yang tidak akan mungkin orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya bisa keluar dari masalah-masalah tersebut.” (Tafsir As-Sa’diy, hal. 869)

Di antara bentuk amalan ketaatan yang bisa menjadi sebab terbukanya pintu rezeki adalah memperbanyak istigfar dan menyambung tali persaudaraan yang terputus. Terakhir, semoga dua solusi sederhana ini menjadi bekal bagi siapapun yang kini tengah berjuang mencari lapangan pekerjaan. Yang dengannya, semoga Allah Ta’ala berikan jalan keluar yang baik dan berikan keteguhan untuk tetap menempuh rida Allah ‘‘Azzza Wajalla di dalam mencari rezeki.

***

Penulis: Muhammad Nur Faqih, S.Ag.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/88833-nasihat-untuk-para-pencari-kerja.html

7 Kewajiban Anak Laki-laki kepada Ibu Setelah Menikah

KEWAJIBAN anak laki-laki kepada ibu meskipun telah menikah anak laki-laki harus terus taat kepada ibunya. Kita sebagai anak wajib berbuat baik kepada orang tua, layaknya orang tua yang telah menyayangi dan memenuhi hak hak anaknya sewaktu masih kecil.

Dan kewajiban anak laki-laki terhadap orang tuanya (khususnya adalah ibu) akan terus berlanjut walaupun anak laki-laki tersebut sudah memiliki istri, oleh sebab itu anak laki-laki harus terus mengabdi kepada ibunya, dan memenuhi kewajiban anak laki-laki terhadap ibunya.

Apa saja kewajiban anak laki-laki kepada ibunya? Berikut 7 kewajibannya:

Kewajiban anak laki-laki: Berbakti Kepada Ibu

Dalam QS. Maryam: 14, Allah SWT sudah berfirman: “Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka”

Berbakti bisa juga diwujudkan dengan menghormati, menyayangi dengan sepenuh hati, bersikap sopan, dan lain sebagainya. Seorang laki-laki yang telah menikah, seringkali mengesampingkan, bahkan melupakan ibunya hanya karena sudah memiliki keluarga sendiri.

Padahal kalau kita mau menyadari, kewajiban anak laki-laki meski sudah menikah adalah, tetap memerhatikan kedua orang tuanya dengan baik apabila hal ini terabaikan, maka insyaallah. Allah SWT akan memberikan peringatan kepada kita (suami).

Oleh sebab itu, janganlah mengabaikan kewajiban sebagai anak laki laki kepada orang tuanya. Supaya ridho Allah selalu menyertai keluarga saudaraku semuanya.

Kewajiban anak laki-laki: Menyayangi dengan sepenuh hati

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al Israa’:24)

Perjuangan seorang ibu untuk membesarkan anaknya tidaklah mudah. Maka itu, anak wajib membalas kebaikan-kebaikan ibunya ketika ia telah dewasa. Salah satunya dengan cara menyayangi.

Bahkan walau sudah menikah, anak laki-laki tetap berkewajiban mencintai ibunya melebihi cinta kepada istrinya.

Apabila hal ini memicu rasa iri di hati istri, cobalah berikan pengertian kepadanya bahwa ibu adalah hal yang utama dalam islam. Sebisa mungkin, berusahalah menciptakan kedamaian diantara istri dan ibumu.

Kewajiban anak laki-laki: Meringankan Beban Ibunya

Seorang ibu berhak mendapatkan perlindungan dari anak laki lakinya, sekalipun orang tua laki laki kita masih hidup dan masih sehat Apabila kita mampu meringankan beban seorang ibu.

Maka insyaallah, Allah SWT akan memudahkan jalan dari saudaraku semuanya, supaya kebutuhan orangtua kita bisa terpenuhi Kalaupun tidak bisa dengan kekayaan, setidaknya bisa kita lakukan dengan kasih sayang.

Karena sedikit sekali orangtua yang menginginkan kekayaan dari anaknya orangtua justru akan merasa senang apabila melihat anak anaknya bisa menjadi orang yang sukses. Sukses dalam bekerja dan sukses dalam agama.

Kewajiban anak laki-laki: Menghormati dan sopan

Menghormati juga merupakan kewajiban anak laki-laki terhadap ibunya setelah menikah. Anak diperintahkan untuk bertutuk kata yang sopan kepada orang tua. Apabila orang tua melakukan kesalahan, seorang anak tidak boleh membentaknya.

Ingatkan mereka dengan ucapan yang lembut. Dan sebagai suami, bimbinglah istrimu untuk turut menghormati ibumu. Sebab bagi seorang istri, mertua adalah ibunya. Jadi harus dihormati dan disayangi layaknya ibu sendiri.

Kewajiban anak laki-laki: Selalu menjaga perasaan ibu

Dari Abdullah bin ‘Amru radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

“Ridho Allah tergantung pada ridho orang tua, dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” (HR. Tirmidzi dan Al-Hakim).

Dikala kondisi orang tua sudah tidak muda lagi. seorang anak hendaknya selalu menjaga perasaan orang tuanya, terutama adalah perasaan seorang ibu Meski kita dalam kondisi tidak baik sekalipun, sebisa mungkin tunjukkanlah senyum terindah saat bertemu orangtua kita.

Hal ini semata mata kita lakukan hanyalah untuk menentramkan hatinya. Dikala hati orangtua tenteram, pikiran menjadi tenang, dan doa kebaikan dari orangtua akan terus mengalir kepada kita Kalaupun itu menjadi senyum terakhir yang bisa kita berikan kepada orangtua kita.

Setidaknya kita tidak memberikan beban kepada orangtua kita saat hendak menghadap kepada Sang Pencipta. Saya berharap kepada semua saudaraku (terutama laki-laki) khususnya yang sudah menikah.

Sebisa mungkin untuk terus menjaga dan memerhatikan orangtua kita Karena penyesalan si anak adalah ketika orang tuanya meninggal, dan anak belum bisa membahagiakan orangtuanya Semoga Allah selalu melindungi dan menjaga kedua orang tua kita, seperti mereka menjaga kita diwaktu kecil.

Kewajiban anak laki-laki: Bersikap adil terhadap nafkah ibu dan istri

Perihal masalah menafkahi, hal ini seringkali menjadi pemicu konflik dalam keluarga. Siapakah yang harus didahulukan oleh suami? Kebutuhan istri dan anak-anak atau kebutuhan ibunya? Islam memang mewajibkan seorang suami untuk menafkahi istri secara lahir dan batin.

Dan jika kebutuhan pokok istri telah tercukupi, suami harus memenuhi kebutuhan ibunya. Ingatlah bahwa seorang anak tidak boleh menelantarkan ibunya. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadist:

Diriwayatkan bahwa Aisyah Ra bertanya kepada Rasulullah ﷺ, ”Siapakah yang berhak terhadap seorang wanita?” Rasulullah menjawab, “Suaminya” (apabila sudah menikah). Aisyah Ra bertanya lagi, ”Siapakah yang berhak terhadap seorang laki-laki?” Rasulullah menjawab, “Ibunya” (HR. Muslim)

Seorang istri yang melarang suaminya memberikan nafkah kepada mertua, maka perbuatan itu bisa jadi memicu dosa. Namun apabila ia turut merelakannya insyaAllah rezeki suaminya bertambah dan ia memperoleh pahala.

Kewajiban anak laki-laki: Merawat dengan baik

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (Q.S Luqman:14)

Perintah untuk berbuat baik dan merawat orang tua telah dituliskan secara jelas dalam Al-Quran. Sebagai seorang anak, kita wajib merawat orang tua yang telah lanjut usia. Jangan malah mengirimkannya ke panti jompo.

Perlakukan orang tua dengan baik, sayangi mereka, berikan tempat tinggal yang layak. Apabila kondisi mereka sudah lemah dan tidak ada yang merawatnya, cobalah berbicara dengan istri untuk mengajak orang tua tinggal bersama-sama dalam satu rumah. []

SUMBER: UMMA | MANTRASUKABUMI

Kisah Mualaf: Islam Menjadikan Saya ‘Yahudi’ yang Lebih Baik

Kali ini kami akan membagikan kisah mualaf seorang wanita mantan penganut Yahudi yang bahkan sangat pro terhadap Zionis ‘Israel’ yang akhirnya masuk Islam.

Melalui akun Youtubenya @Alhamddd, mualaf wanita bercerita dirinya lahir di Montreal, Kanada.

Sampai berusia empat tahun, Alhamdd dibesarkan dalam keluarga Yahudi Hasidic.

Hal itu terjadi karena kedua orang tuanya beragama Yahudi.

Sang ayah adalah Yahudi Ashkenazi yang berasal dari Eropa utara. Sementara sang ibu adalah Yahudi Mizrahi yang berasal dari Maroko.

Meski beragama Yahudi, sang ibu sebenarnya lahir di wilayah Palestina yang diduduki atau yang kini disebut ‘Israel’. Jadi bisa disebut bahwa Alhamdd adalah Yahudi baik secara agama maupun etnis.

Selama remaja dia jarang sekali mengenal orang selain Yahudi, karena saat menginjak bangku SMP maupun SMA, dia belajar di sekolah Yahudi.

Bahkan kala itu, Alhamdd merupakan pendukung kuat Zionis yang mengklaim Palestina adalah tanah yang dijanjikan untuk Bangsa Ibrani.

Semua berubah saat Alhamdd lulus SMA dan dia pun mulai bertemu orang-orang non Yahudi. Banyak dari mereka bertanya tentang ajaran Yudaisme kepadanya.

Seringkali Alhamdd berhasil menjawab pertanyaan mereka. Namun, tak jarang pula dia gagal.

Sehingga ia sendiri pun mulai mempertanyakan ajaran Yudaisme dan mulai menjauhi agama yang dianutnya.

Keraguan terhadap Yahudi, membuat Alhamdd berani melanggar ajaran agamanya dengan bermain ponsel saat Shabbat.

Padahal pada Shabbat, atau hari Sabtu, orang Yahudi dilarang menyentuh ponsel dan akan beristirahat dari semua kegiatan. Keadaan ini terjadi selama beberapa bulan.

Hingga suatu saat, Alhamdd merasa hatinya hampa tanpa agama dan merasa harus kembali mendekatkan diri kepada Tuhan.

Diapun mulai membaca salah satu kitab Yahudi, yaitu kitab Mazmur yang ditulis Raja Daud dengan harapan hal tersebut dapat meningkatkan keimanannya.

Dalam kitab itu, Alhamdd menemukan ada satu kata yang terus menerus diulang oleh Raja Daud yaitu kata “sujud” dan “menyembah” Tuhan.

“Lantas mengapa Yahudi tidak sujud saat beribadah?” tanya Alhamdd dalam hati.

Ia lantas melakukan berbagai cara untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut

Mulai dari google, membaca buku Yahudi hingga bertanya kepada Rabi.

Hingga akhirnya Alhamdd menemukan sebuah jawaban, yaitu bahwa ajaran Yudaisme yang dianut orang Yahudi saat ini berasal dari penafsiran para Rabi terdahulu terhadap Taurat.

Bahkan ada sejumlah larangan dan aturan yang ada dalam ajaran Yahudi padahal dalam kitab Taurat tidak ada.

Setelah itu, menurut Alhamdd, semua pertanyaan yang ada benaknya mulai terjawab satu per satu.

Ia pun mulai beralih mempelajari Islam, agama yang menurutnya paling dekat dengan Yahudi.

“Mereka (Muslim) meyakini Taurat, mereka meyakini Injil, mereka percaya para Nabi Yudaisme yang juga dipercayai orang Yahudi,” ujar Alhamdd dalam video Youtubenya.

Yang membedakan dari orang Yahudi, orang Islam meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah penutup para Nabi dan Al-Quran adalah wahyu Tuhan yang diturunkan untuk melengkapi kitab-kitab suci sebelumnya.

Dulu ia heran mengapa ajaran Islam meniru ajaran Yahudi. Ternyata itu bukanlah meniru, melainkan “update” atau pembaruan terhadap ajaran-ajaran Yahudi dan Kristen.

Alhamdd kembali teringat bahwa cara beribadah yang disebutkan dalam kitab Taurat adalah dengan “bersujud”, seperti yang dilakukan umat Islam.

Menurut Alhamdd, dalam Taurat juga dikisahkan bahwa Moses atau Nabi Musa diperintahkan untuk melepas alas kakinya saat menyembah Tuhan, itu seperti yang dilakukan umat Islam saat mereka beribadah di Masjid, mereka melepas alas kaki mereka saat sholat.

Hal-hal kecil itulah yang membuat Alhamdd semakin sadar dan meyakini bahwa Islam adalah agama yang masuk akal dan sempurna.

Meski meyakini Islam, Alhamdd belum berani berpindah agama. Hal tersebut lantaran ia merasa belum siap untuk benar-benar meninggalkan semua budaya dan tradisi yang selama ini ia yakini. Karena semua itu telah menjadi bagian dari diri dan identitasnya.

Namun, akhirnya Alhamdd menyadari bahwa dengan masuk Islam dia sebenarnya tidak meninggalkan ajaran Yudaisme. Malahan, menurut Alhamdd, memeluk Islam dan menjadi Muslim membuatnya menjadi seorang “Yahudi” yang lebih baik.

“(Dengan masuk Islam) saya tidak meninggalkan ajaran Yudaisme. Itu (Islam dan Yahudi) menyembah Tuhan yang sama,” kata Alhamdd.

Alhamdd pun akhirnya bersyahadat dan masuk Islam pada bulan suci Ramadhan tahun 2017.

Tak seperti orang dari agama lain, Alhamdd telah terbiasa berpuasa saat perayaan Yahudi, Yom Kippur sehingga ia tak merasa kesulitan mengerjakan salah satu rukun Iman tersebut.

Alhamdd mengaku, Allah SWT banyak memberinya kemudahan dalam hidupnya. Seperti saat ia belajar untuk sholat. Alhamdd tak pernah belajar bahasa Arab, namun ia dengan cepat dapat menghafal bacaan sholat.

Mari kita doakan semoga Allah SWT terus menguatkan iman Alhamdd yang kini bercadar, Amiiiin.*

HIDYATULLAH

Allah Wujud Sebelum Adanya Ada, Ini Penjelasan Quraish Shihab

Allah wujud sebelum adanya ada adalah salah satu sifat wajib Allah SWT. Ini berarti bahwa Allah SWT sudah ada sebelum adanya semua yang diciptakan, termasuk alam semesta, waktu, dan ruang. Allah SWT tidak diciptakan oleh siapapun dan tidak memiliki awal atau akhir. Nah berikut penjelasan Profesor Quraish Shihab tentang Allah wujud sebelum adanya ada. 

Sudah mafhum bahwa, Allah Swt. tidak terpaku dengan waktu, karena Allah Swt. adalah pencipta dari waktu itu sendiri, sehingga tidak ada masa lalu, masa kini atau masa depan bagi Allah Swt. Berkaitan dengan waktu, Allah Swt. mempunyai dua nama yang dinisbahkan pada-Nya, yaitu Ya Awwalu dan Ya Akhiru. Keduanya sangat berkaitan dengan wujud Allah Swt. sebelum dan sesudah adanya ada.

Pertanyaannya adalah, bagaimana makna dari kedua nama Allah itu? Apakah dua nama ini bisa kita teladani? Syahdan, secara umum orang berkata bahwa Tuhan tidak mengalami waktu, karena waktu adalah gerak (seperti geraknya matahari dan bulan itu adalah waktu. Sehari, seminggu, sebulan dan setahun adalah waktu dan gerak). Sedangkan Allah Swt. sudah wujud sebelum wujudnya gerak. Jadi tidak mempunyai waktu.

Itu sebabnya, dalam al-Qur’an misalnya ada ayat-ayat yang menggunakan kata masa lalu, past tense dan madhi. Akan tetapi, ketika dinisbahkan kepada Allah Swt., buat kita itu adalah masa datang (padahal buat Allah Swt. itu sudah masa lalu). Allah berfirman dalam al-Qur’an surah An-Nahl ayat 1:

اَتٰۤى اَمۡرُ اللّٰهِ فَلَا تَسۡتَعۡجِلُوۡهُ‌ ؕ سُبۡحٰنَهٗ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشۡرِكُوۡنَ

Artinya: “Ketetapan Allah pasti datang, maka janganlah kamu meminta agar dipercepat (datang)nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. An-Nahl [16]: 1).

Telah datang ketetapan Allah Swt., karena itu jangan minta cepat-cepat didatangkan. Quraish Shihab mengatakan ini adalah kontradiksi. Akan tetapi, ketika dinisbahkan kepada Allah Swt., dikatakan sudah terjadi itu. Kenapa demikian? Karena Tuhan tidak mengenal dari sisi Dzat-Nya waktu. Tidak mengenal tempat. Namun, kepada makhluk, tidak bisa ada wujud makhluk tanpa ada tempat dan tanpa berkaitan dengan waktu.

Tentang waktu

Buat manusia, waktu itu bermacam-macam. Ada masa lalu, masa kini dan ada masa datang. Masa lalu buat kita sudah dilewati, masa datang belum tentu kita temui, dan sekarang adalah masa kini.

Syahdan, dalam bahasa Indonesia, waktu mempunyai banyak arti. Pertama, seluruh saat yang lalu, yang sekarang, atau masa datang itulah namanya waktu. Misalnya jika ada pertanyaan, kapan waktunya dia datang? Bisa sebelum kita wujud dan bisa sesudah kita wujud. Inilah yang dalam bahasa al-Qur’an dinamai dengan dahr. Dalam al-Qur’an surah Al-Insan ayat 1 dikatakan:

هَلۡ اَتٰى عَلَى الۡاِنۡسَانِ حِيۡنٌ مِّنَ الدَّهۡرِ لَمۡ يَكُنۡ شَيۡـٴً۬ـا مَّذۡكُوۡرًا

Artinya: “Bukankah pernah datang kepada manusia waktu dari masa, yang ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?” (QS. Al-Insan [76]: 1).

Kata Quraish Shihab, pernah kan kita belum wujud? Yang umur 60 tahun dan 70 tahun yang lalu dia belum wujud. Sebelum manusia diciptakan Allah Swt., sudah ada waktu. Itulah dahr.

Tak hanya itu, lanjut Quraish Shihab, bisa juga dalam bahasa Indonesia, waktu itu peluang, kesempatan. Misalnya, “tolong dong datang kerumah saya. Maaf ya, saya tergesa-gesa tidak ada waktu, tidak ada kesempatan, tidak ada peluang.”

Bahkan, waktu juga bisa bermakan periode, masa tertentu. Kita misalkan berkata, kalau dalam studi Islam ada Periode Nabi. Masa yang ada awalnya dan akhirnya itulah periode yang dalam bahasa al-Qur’an dinamau ashr.

Waktu dalam bahasa al-Qur’an, dan ini juga salah satu makna dari waktu dalam bahasa Indonesia, semua ia namai waktu. Itu masa dimana disiapkan untuk memulai pekerjaan dan mengakhirinya. Itulah waktu sebenarnya. Misalnya ada waktu salat? Memulai dan mengakhiri. Ini sebenarnya bermakna waktu.

اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا 

Artinya: “Sungguh, salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa’ [4]: 103).

Ya, ada waktunya. Misalnya ada waktu untuk kita menyelesaikan studi (dan ini sudah dibagi. Ada waktu ini dan ini). Ada juga satu dalam arti waktu ajal (batas akhir dari sesuatu). Misalnya, “oh ini sudah tiba waktunya, sudah tiba ajalnya, sudah berakhir.”

Waktu tersingkat yang digambarkan oleh al-Qur’an kepada manusia adalah kedipan mata. Allah Swt. melukiskan kuasanya dalam melakukan sesuatu dengan sekedipan mata. Allah Swt. berfirman:

وَمَاۤ اَمۡرُنَاۤ اِلَّا وَاحِدَةٌ كَلَمۡحٍۢ بِالۡبَصَرِ

Artinya: “Dan perintah Kami hanyalah (dengan) satu perkataan seperti kejapan mata.” (QS. Al-Qamar [54]: 50).

Waktu Nabi Sulaiman As. meminta agar supaya didatangkan singgasana ratu Balqis dinyatakan dalam al-Qur’an:

قَالَ الَّذِيْ عِنْدَهٗ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتٰبِ اَنَا۠ اٰتِيْكَ بِهٖ قَبْلَ اَنْ يَّرْتَدَّ اِلَيْكَ طَرْفُكَۗ فَلَمَّا رَاٰهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهٗ قَالَ هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْۗ لِيَبْلُوَنِيْٓ ءَاَشْكُرُ اَمْ اَكْفُرُۗ وَمَنْ شَكَرَ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ

Artinya: “Seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, Maha Mulia.” (QS. An-Naml [27]: 40).

Kata Quraish Shihab, itulah waktu paling singkat dalam diri kita. Itu sebabnya, setiap kita menghembuskan nafas, maka habislah waktu kita. Itulah waktu manusia. Hal ini juga dilukiskan oleh al-Qur’an dengan kata sa’ah. Jika sa’ah dalam bahasa sehari-hari umumnya orang bilang jam tangan atau 60 menit (1 jam), namun makna sebenarnya adalah kedipan mata.

Lalu apa yang dinamakan awal dan akhir?

Kata Quraish Shihab, awal tidak dapat digambarkan kecuali dengan membandingkannya dengan yang lain. misalnya saya berkata: “dia datang awal”, pasti ada yang lain yang saya bandingkan yang datang sesudahnya. Begitupun akhir yang tidak dapat tergambarkan kecuali jika anda membandingkannya dengan yang lain. Al-Qur’an menyatakan:

هُوَ الۡاَوَّلُ وَالۡاٰخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالۡبَاطِنُ‌ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيۡمٌ

Artinya: “Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Hadid [57]: 3).

Allah Swt. al-awwal. Kenapa dia awal? Apakah anda tahu masanya? Tidak perlu anda tahu masa, dalam konteks memahami awwal, karena tidak tergambar kata awwal itu kecuali ada selainnya. Sekali lagi, Allah Swt. awwal dibanding semua makhluk. Karena semua makhluk ciptaan-Nya.

Jadi, kata Quraish Shihab, ketika saya berkata awwal, maka itu saya harus bandingkan ke depan (misalnya ada ini dan ini). Bahwa apa yang ada di awal tidak dicakup oleh itu. Itulah arti Allah Huwa Al-Awwal. Namun, dia juga akhir. Akhir itu adalah, ketika dibandingkan dengan yang terakhir.

Karena itu Sayyidina Ali berkata: “huwal awwal laa qabla lahu” bahwa “Dia yang awal tidak ada sebelum-Nya.” Sebab, semua yang ada diadakan oleh-Nya. Dengan demikian, tak heran jika ada istlah “Dia wujud sebelum adanya ada”.

Menariknya, orang yang jeli dalam memilih kata tentu saja tidak mau menamai atau mensifati Tuhan dengan kata “ada”, melainkan wujud. Lalu kenapa dia tidak mau menamai “ada”? Karena ada mengesankan sebuah tempat. Misalnya, dimana dompet anda? Maka orang akan menjawab ini ada di saku.

Jadi Allah wujud sebelum adanya ada. Dia al-awwal (yang awal) dan Dia wujud setelah tiadanya ada. Sudah tidak ada yang ada, tetapi Dia masih wujud. Itulah namanya Huwa al-Awwalu wa al-Akhiru.

Penyebaran kata al-awwal dalam al-Qur’an

Dalam al-Qur’an, kata awwal ditemukan 23 kali. Anehnya hanya sekali yang menunjukkan Allah Swt. Dan itu dengan menggunakan alif lam, Huwa al-Awwal, sementara lainnya tidak memakai alif lam. Dalam al-Qur’an dikatakan:

اِنَّ اَوَّلَ بَيۡتٍ وُّضِعَ لِلنَّاسِ لَـلَّذِىۡ بِبَكَّةَ مُبٰرَكًا وَّهُدًى لِّلۡعٰلَمِيۡنَ‌‌ۚ

Artinya: “Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam.” (QS. Ali Imran [3]: 96).

وَاٰمِنُوۡا بِمَآ اَنۡزَلۡتُ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَكُمۡ وَلَا تَكُوۡنُوۡآ اَوَّلَ كَافِرٍۢ بِهٖ‌ وَلَا تَشۡتَرُوۡا بِاٰيٰتِىۡ ثَمَنًا قَلِيۡلًا وَّاِيَّاىَ فَاتَّقُوۡنِ

Artinya: “Dan berimanlah kamu kepada apa (Al-Qur’an) yang telah Aku turunkan yang membenarkan apa (Taurat) yang ada pada kamu, dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya. Janganlah kamu jual ayat-ayat-Ku dengan harga murah, dan bertakwalah hanya kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah [2]: 41).

Kata Quraish Shihab, asmaul husna itu perlu diteladani. Dalam konteks meneladani, ulama-ulama mendapatkan kesan dari ayat-ayat yang berbicara tentang awwal. Jadi katanya, jangan menjadi awwal orang terkemuka dalam kekufuran, melainkan jadilah orang terkemuka dalam hal ibadah. Barulah disebut telah meneladani Allah Swt. dalam sifat-Nya, yaitu al-Awwal.

Demikian juga dengan kata akhir. Apa akhir yang di dalam al-Qur’an?

دَعۡوٰٮهُمۡ فِيۡهَا سُبۡحٰنَكَ اللّٰهُمَّ وَ تَحِيَّـتُهُمۡ فِيۡهَا سَلٰمٌ‌ۚ وَاٰخِرُ دَعۡوٰٮهُمۡ اَنِ الۡحَمۡدُ لِلّٰهِ رَبِّ الۡعٰلَمِيۡنَ

Artinya: “Doa mereka di dalamnya ialah, “Subhanakallahumma” (Mahasuci Engkau, ya Tuhan kami), dan salam penghormatan mereka ialah, “Salam” (salam sejahtera). Dan penutup doa mereka ialah, “Al-Hamdu lillahi Rabbil alamin” (segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam).” (QS. Yunus [10]: 10).

Jadikan segala akhir dari usaha anda bersyukur kepada Allah Swt. Gagal atau tidak gagal, berhasil atau tidak berhasil maka ucapkanlah Alhamdulillah. Beginilah cara meneladani asmaul husna.

Demikian penjelasan terkait Allah wujud sebelum adanya ada. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bisshawab.

BINCANG SYARIAH

Khutbah Jumat: Keutamaan Menuntut Ilmu dalam Kehidupan

Salah satu hal yang sangat ditekankan dalam Islam adalah menuntut ilmu. Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Berikut “Khutbah Jumat: Keutamaan Menuntut Ilmu dan Urgensitasnya dalam Kehidupan”.

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْعِلْمَ مِفْتَاحَ النَّجَاحِ، وَطَرِيْقَ النَّجَاةِ وَالْفَلَاحِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ، جَعَلَ الْعِلْمَ أَسَاسَ كُلَّ نَهْضَةٍ، وَالْمَعْرِفَةَ حِلْيَةَ كُلِّ أُمَّةٍ، ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، رَفَعَ شَأْنَ الْعِلْمَ فَأَقْسَمَ بِالْقَلَمِ، وَامْتَنَّ عَلى الْإنْسَانِ فَعَلَّمَهُ مَا لَمْ يَكُنْ يَعْلَمْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدٌ عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ، أَرْسَلَهُ رَبُّهُ هَادِيًا، وَإِلَى التَّزَوُّدِ بِالمَعْرِفَةِ وَالْعِلْمِ دَاعِيًا، -صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ-، وَعَلى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِي النُّهى وَالْعِلْمِ وَالْعِرْفَانِ، وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحَسَانٍ, أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Pada khutbah Jumat kali ini yang berjudul keutamaan menuntut ilmu, pertama marilah kita selalu meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah SWT. Takwa adalah menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. 

Dengan modal takwa ini, maka kita akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Selain itu, ketakwaan juga menyebabkan seseorang akan mendapatkan ampunan dari Allah dan kepribadiannya akan menjadi lebih baik dan berkah.

Hadirin jamah Khutbah Jumat keutamaan menuntut ilmu yang dirahmati Allah SWT

Tidak bisa dipungkiri bahwa menuntut ilmu merupakan perkara yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Hal ini, karena seseorang dalam menjalani kehidupannya di dunia ini tidak akan bisa terlepas dari kebutuhan terhadap ilmu. 

Semua aktivitas memerlukan ilmu tentang bagaimana melakukan aktivitas yang hendak dilakukan, baik yang menyangkut ibadah maupun muamalah. Semisal untuk melakukan shalat, seseorang harus mempelajari terlebih dahulu hal-hal yang berkaitan dengan shalat, mulai dari rukun, syarat, hal-hal yang membatalkan, dan lain-lain. Tanpa mengetahui hal semacam ini, akan besar kemungkinan shalat seseorang tidak akan sah dalam pandangan syariat. 

Demikian juga halnya dalam berbisnis misalnya, seseorang harus mengetahui tentang bagaimana cara berbisnis, mendistribusikan barang, dan lain-lain. Ini artinya semua aspek dalam kehidupan ini memerlukan ilmu. 

Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT.

Al-Qur’an sebagai sumber primer hukum Islam telah banyak berbicara tentang keutamaan ilmu dan orang yang menuntut ilmu.  Dalam surah al-Mujadalah ayat 11, Allah SWT berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.

Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Niscaya Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Diantara hal yang dijelaskan dalam ayat di atas adalah tentang bagaimana keutamaan yang diperoleh orang yang memiliki ilmu. Derajat dan kedudukan mereka akan diangkat oleh Allah SWT. 

Hal ini bisa kita lihat dalam realita kehidupan sehari-hari, dimana seorang guru misalnya mendapatkan kemulian di hadapan muridnya, sebab ilmu yang dimilikinya. Dan memang, orang yang berilmu tidak akan sama dengan orang yang tidak berilmu. Dengan ilmu yang dimiliki, seseorang akan mudah untuk mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.

Selain al-Qur’an, Hadits Nabi juga telah banyak menyebutkan tentang keutamaan menuntut ilmu. Rasulullah SAW memotivasi umatnya agar menuntut ilmu, sebab keutamaannya yang begitu luar biasa. Diantara Hadits yang berbicara tentang keutamaan menuntut ilmu adalah Hadits Nabi berikut:

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلُمًا، سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلآئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ، وَالْحِيْتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَمًا، وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ 

Artinya: “Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan menyediakan baginya jalan menuju surga. Sesungguhnya para Malaikat meletakkan sayap-sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu karena ridha kepadanya. Orang yang berilmu akan dimintakan ampunan oleh semua makhluk yang ada di langit dan bumi, bahkan ikan yang ada di laut. 

Keutamaan orang alim atas orang ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan atas bintang pada malam purnama. Para ulama merupakan pewaris para Nabi. Mereka tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan ilmu. Oleh karena itu, barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka ia telah mengambil bagian yang sempurna”.

Hadits di atas menunjukkan betapa besar keutamaan ilmu dan orang yang menuntut ilmu. Selain derajat tinggi yang diperoleh, orang yang menuntut ilmu akan dipermudah jalannya menuju syurga, didoakan oleh semua makhluk, dan lain-lain.

Oleh karena itu, jangan sampai waktu yang ada ini kosong dan hampa dari menuntut ilmu. Sebab sangat merugi orang yang membiarkan waktunya berlalu begitu saja tanpa ada pengetahuan yang didapat. Ilmu sangat penting dalam kehidupan ini. 

Hadirin Jamaah Khutbah Jumat keutamaan menuntut ilmu yang dirahmati Allah SWT.

Kemudian tentang urgensitas ilmu dalam kehidupan sehari-hari, maka kita bisa melihat bagaimana para ulama salaf pada masa lalu sangat memperhatikan urusan ilmu. Ilmu yang pertama kali mereka ajarkan kepada anak-anak mereka adalah al-Qur’an dan Hadits. Selain itu, ilmu-ilmu lain pun diajarkan juga kepada mereka, karena setiap ilmu saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. 

Akhlak juga mereka tanamkan dalam jiwa dan kepribadian anak-anak mereka dengan tujuan agar pada diri mereka terhimpun dua hal, yaitu ilmu dan akhlak. Hal ini, karena seseorang selain harus diberikan nutrisi ilmu yang cukup, ia juga harus ditopang dengan akhlak yang baik.

Sehingga, jika kedua hal ini ada pada diri seseorang maka akan terbentuk manusia yang berkualitas dan bermanfaat. Ia tidak hanya bermanfaat pada dirinya sendiri, melainkan juga bermanfaat kepada yang lain.

 Ilmu akan dapat membuat seseorang memiliki rasa takut yang tinggi kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Abu Ishak al-Huwaini berikut:

فَالْعِلْمُ هُوَ الَّذِيْ يَحْمِلُكَ عَلَى خَشْيَةِ اللهِ، وَمَنْ زَادَ عِلْمُهُ زَادَتْ خَشْيَتُهُ لِلّهِ، وَمَنْ خَشِيَ اللهَ لَمْ يَعْصِهِ

Artinya: “Ilmu akan menjadikanmu sebagai orang yang memiliki rasa takut kepada Allah. Barangsiapa yang bertambah ilmunya, maka bertambah rasa takutnya kepada Allah. Dan Barangsiapa yang takut kepada-Nya maka ia tidak akan maksiat kepada-Nya”.

Ilmu ibarat sebuah pohon yang menghasilkan buah. Buah dari ilmu adalah terbentuknya kepribadian dan akhlak yang baik. Semoga kita semua tetap bisa istikamah dalam menuntut ilmu, dan ilmu yang diperoleh bermanfaat dan barokah.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْاٰنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاَٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ  الْعَلِيْمِ، وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: (وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر(ِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ

Demikian penjelasan terkait Khutbah Jumat: keutamaan menuntut ilmu dan urgensitasnya dalam Kehidupan. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Keutamaan Menjaga Lisan

Lisan adalah salah satu anggota tubuh yang paling penting bagi manusia. Dengan lisan, kita dapat berkomunikasi dengan orang lain, menyampaikan ide dan gagasan, serta mengungkapkan perasaan. Namun, lisan juga dapat menjadi senjata yang berbahaya jika tidak digunakan dengan baik. Nah berikut ini penjelasan keutamaan menjaga lisan.

Umat muslim hendaknya menjaga dan mengawasi lisan mereka. Sebab lisan laksana pisau yang tajam, apabila salah menggunakannya maka dapat melukai hati banyak orang. Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari bersabda bahwa, Rasulullah SAW juga bersabda:

سلامة الإنسان في حفظ اللسان

“Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan.” (H.R. al-Bukhari).

Islam Melarang Umatnya Banyak Berbicara Keburukan

Allah SWT berfirman: 

لَا خَيْرَ فِيْ كَثِيْرٍ مِّنْ نَّجْوٰىهُمْ اِلَّا مَنْ اَمَرَ بِصَدَقَةٍ اَوْ مَعْرُوْفٍ اَوْ اِصْلَاحٍۢ بَيْنَ النَّاسِۗ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ اَجْرًا عَظِيْمًا

“Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan di antara manusia. Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kami akan memberinya pahala yang besar.” (Q.S. an-Nisaa'[4]: 114).

Kemudian dalam riwayat lain dari Abu Hurairah disebutkan, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau lebih baik diam (jika tidak mampu berkata baik)” (HR: al-Bukhari dan Muslim).

Rasulullah SAW jugaberpesan pada umatnya:

عليك بطول الصمت فإنه مطردة الشيطان وعون لك علي أمردينك

“Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab diam dapat menyingkirkan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu.” (H.R. Ahmad).

Allah memperingatkan bahwa terdapat malaikat yang mencatat setiap ucapan manusia, yang baik maupun yang buruk. 

Allah Ta’ala berfirman,

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf [50]: 18)

Surga Bagi yang Menjaga Lisannya dan Neraka Bagi yang Tidak

Dalam riwayat Muslim disebutkan:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat.” (HR. Muslim no. 2988).

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no. 6474 dari Sahl bin Sa’id bahwa Rasulullah bersabda:

مَنْ يَضْمَنَّ لِي مَابَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga”.

Yang dimaksud dengan apa yang ada di antara dua janggutnya adalah mulut. Sedangkan apa yang ada di antara kedua kakinya adalah kemaluan.

Demikian penjelasan tentang keutamaan menjaga lisan. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Solusi Saat Anggapan Sial Menghampiri

Saat ini kita hidup di zaman yang maju dan serba modern, di mana perkembangan teknologi dan informasi berlangsung begitu cepat, berubah dan bertransformasi. Zaman di mana diri kita mendapatkan banyak kemudahan karena pesatnya teknologi yang berkembang.

Seiring dengan kemajuan teknologi dan kemodernan dalam hidup ini, jauh-jauh hari sebelumnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengabarkan kepada kita bahwa akan tetap ada keyakinan-keyakinan dan pemikiran terbelakang lagi primitif (jahiliah) yang bersarang di dalam hati masyarakat modern ini. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

أَرْبَعٌ فِى أُمَّتِى مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لاَ يَتْرُكُونَهُنَّ الْفَخْرُ فِى الأَحْسَابِ وَالطَّعْنُ فِى الأَنْسَابِ وَالاِسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ وَالنِّيَاحَةُ ». وَقَالَ النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ

“Empat hal yang terdapat pada umatku yang termasuk dalam perbuatan jahiliah yang susah untuk ditinggalkan: (1) membangga-banggakan kebesaran leluhur, (2) mencela keturunan, (3) mengaitkan turunnya hujan kepada bintang tertentu, dan (4) meratapi mayit (niyahah).” Lalu, beliau bersabda, “Orang yang meratapi mayit, apabila ia wafat sebelum bertobat, maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dan dikenakan pakaian yang berlumuran dengan cairan tembaga, serta mantel yang bercampur dengan penyakit gatal.” (HR. Muslim no. 934)

Di dalam hadis tersebut disebutkan bahwa di antara sifat-sifat primitif dan terbelakang (jahiliah) yang tidak mudah untuk dihilangkan dan ditinggalkan masyarakat adalah tathayyur atau biasa disebut juga dengan ‘anggapan sial’.

Sejarah tathayyur dan keberagamannya di Indonesia

Tathayyur berasal dari kata tha’ir yang artinya burung. Anggapan sial diistilahkan dan dikaitkan dengan burung karena dahulu kala, orang Arab jahiliyah apabila hendak melakukan perjalanan, mereka akan melihat pergerakan burung terlebih dahulu. Apabila ada burung yang terbang ke arah kanan, maka itu adalah pertanda baik untuk melakukan perjalanan. Namun, apabila mereka mendapati burung terbang ke arah kiri, maka mereka tidak akan memulai perjalanan tersebut. Karena mereka menganggap hal tersebut adalah pertanda buruk atau kesialan.

Di lingkungan masyarakat Indonesia, anggapan sial sangatlah merebak dan perlu diwaspadai. Dimulai dari anggapan bahwa seseorang yang kejatuhan cicak, maka ia akan mendapatkan musibah pada hari tersebut. Atau ketika mendengar burung gagak, seseorang beranggapan akan mendapatkan kesialan atau bahkan kematian. Banyak juga yang beranggapan bahwa angka tiga belas adalah angka sial, sampai-sampai lift-lift di gedung-gedung tinggi tidak memuat angka tiga belas di dalamnya.

Parahnya lagi, keyakinan dan anggapan-anggapan batil tersebut seringkali menjadi bahan pertimbangan sebagian masyarakat kita di dalam menentukan tanggal dan bulan pernikahan. Bahkan, sebagian masyarakat menunda pernikahan atau bahkan menggagalkan pernikahan hanya karena perselisihan dan perbedaan pendapat di dalam menentukan tanggal pernikahan tersebut.

Sungguh ini semua adalah perbuatan syirik yang harus kita waspadai dan kita jauhi. Kesyirikan karena mengaitkan sesuatu bukan pada sebab hakikinya, meyakini bahwa sesuatu dapat menimbulkan mara bahaya tanpa seizin Allah Ta’ala.

Manfaat dan mudarat adalah ketetapan Allah Ta’ala

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengajarkan sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu yang ketika itu masih kecil,

وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ ، وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتْ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ

“Ketahuilah, sesungguhnya jika seluruh makhluk (di langit dan di bumi) berkumpul untuk mendatangkan suatu manfaat untukmu, niscaya mereka tidak dapat memberikan manfaat untukmu, kecuali apa yang Allah tetapkan untukmu. Dan seandainya mereka berkumpul untuk mendatangkan bahaya untukmu, niscaya mereka tidak dapat mendatangkan suatu pun bahaya untukmu, kecuali apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Pena (penulis takdir) telah diangkat dan catatan (takdir) telah mengering.” (HR. Tirmizi no. 2516, dinyatakan sahih oleh Al-Albani dalam Shahih Tirmizi)

Saat kita membutuhkan atau mengkhawatirkan sesuatu, maka yang kita perlukan hanyalah bertawakal dan bersandar kepada Allah Ta’ala. Memasrahkan seluruh urusan kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman di dalam surah At-Thalaq,

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. At-Thalaq: 3)

Allah Taala juga berfirman,

قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ

“Katakanlah (hai Muhammad kepada orang-orang musyrik), ‘Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudaratan kepadaku, apakah berhala-berhala itu dapat menghilangkan kemudaratan itu? Atau jika Allah menghendaki untuk melimpahkan suatu rahmat kepadaku, apakah mereka mampu menahan rahmat-Nya?’ Katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagiku, hanya kepada-Nyalah orang orang yang berserah diri bertawakkal.’” (QS. Az-Zumar: 38)

Bahaya menganggap sial sesuatu

Menganggap sial sesuatu minimalnya akan mengurangi kadar ketauhidan dan keimanan seorang hamba. Lebih parah lagi, menganggap sial sesuatu dapat meniadakan tauhid dan iman secara total. Pertama, karena orang tersebut tidak memiliki rasa tawakal kepada Allah Ta’ala dan justru bergantung kepada selain Allah. Dan kedua, ia bergantung kepada sesuatu yang tidak ada hakikatnya dan merupakan sesuatu yang termasuk takhayyul, dikarang-karang, dan hasil dari keragu-raguan.

Thiyarah, menganggap sial sesuatu termasuk perbuatan syirik yang menafikan kesempurnaan tauhid. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وَمَا مِنَّا إِلاَّ، وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ.

“Thiyarah (anggapan sial) itu syirik. Thiyarah itu syirik. Thiyarah itu syirik dan setiap orang pasti (pernah terlintas dalam hatinya sesuatu dari hal ini). Hanya saja, Allah menghilangkannya dengan tawakal kepada-Nya.” (HR. Abu Dawud no. 3910, Tirmidzi no. 1614, Ibnu Majah no. 3538, dan Ahmad no. 3687)

Di hadis yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ

“Barangsiapa mengurungkan niatnya dari menunaikan sebuah kebutuhan karena thiyarah (anggapan sial), maka ia telah berbuat syirik.” (HR. Ahmad no. 7045 dan At-Thabrani 14: 35 no. 14622)

Ibnul Qayyim rahimahullah pernah menuturkan,

“Orang yang melakukan tathayyur itu tersiksa jiwanya, sempit dadanya, tidak pernah tenang, buruk akhlaknya, dan mudah terpengaruh oleh apa yang dilihat dan didengarnya. Mereka menjadi orang yang paling penakut, paling sempit hidupnya, dan paling gelisah jiwanya. Banyak memelihara dan menjaga hal-hal yang tidak memberi manfaat dan justru memberikan mudarat kepadanya. Tidak sedikit dari mereka yang kehilangan peluang dan kesempatan (untuk berbuat kebaikan-pent.).” (Miftah Daris Sa’adah, 3: 273)

Orang yang terbiasa menganggap sial sesuatu, maka akan menjadi orang yang pesimis, mudah putus asa, dan pada akhirnya sering melewatkan kesempatan untuk berbuat baik atau mendapatkan kebaikan. Hanya karena kejatuhan cicak misalnya, ia pun menunda keluar untuk bekerja atau melakukan ibadah. Padahal keduanya jelas merupakan kebaikan bagi dirinya. Ini menunjukkan betapa buruknya anggapan sial terhadap sesuatu.

Solusi saat anggapan sial menghampiri

Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa salah seorang sahabat radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Di antara kami ada orang-orang yang bertathayyur (di masa jahiliah).”

Lalu, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ذاكَ شيءٌ يَجِدُهُ أحَدُكُمْ في نَفْسِهِ، فلا يَصُدَّنَّكُمْ

“Itu adalah sesuatu yang akan kalian temui dalam diri kalian. Akan tetapi, janganlah engkau jadikan hal tersebut sebagai penghalang bagimu (untuk melakukan sesuatu).” (HR. Muslim no. 537)

Beliau mengabarkan bahwa rasa sial dan nasib malang yang ditimbulkan dari sikap tathayyur ini hanya ada pada diri dan keyakinan orang tersebut. Perasaan semacam ini mungkin saja timbul di hati kita. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam hadis ini memberikan solusi agar diri kita tidak terjatuh ke dalam kesyirikan. Yaitu, dengan tidak menjadikan hal tersebut sebagai penghalang bagi diri kita untuk melakukan suatu perbuatan.

Di hadis yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya perihal tebusan yang harus dilakukan oleh seseorang yang terpengaruh oleh thiyarah sehingga mengurungkan niatnya untuk melakukan sesuatu. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَنْ يَقُوْلَ أَحَدُهُمْ :اَللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ.

“Hendaklah ia mengucapkan, ‘Ya Allah, tidak ada kebaikan, kecuali kebaikan dari Engkau. Tiadalah burung itu (yang dijadikan objek tathayyur) melainkan makhluk-Mu. Dan tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau.’” (HR. Ahmad no. 7045 dan At-Thabrani 14: 35 no. 14622)

Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan hidayah dan taufik-Nya kepada kita semua. Menjadikan kita salah satu hamba yang tidak bergantung kepada siapapun selain Allah Ta’ala. Karena hanya Allahlah satu-satunya yang dapat memberikan manfaat dan menimpakan kemudaratan.

Wallahu A’lam bis-shawab.

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.