Kapankah Perbedaan Pendapat Diakui dalam Islam?

PERTAMA-TAMA perlu diketahui, bahwa perbedaan pendapat di kalangan ulama umat Islam ini adalah yang terlahir dari ijtihad, karena itu, tidak membahayakan bagi yang tidak mencapai kebenaran. Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Jika seorang hakim memutuskan lalu berijtihad, kemudian ia benar, maka ia mendapat dua palaha. Dan jika ia memutuskan lalu berijtihad kemudian salah, maka ia mendapat satu pahala.”

Maka, bagi seseorang yang telah jelas baginya mana yang benar (dari argumentasi yang disampaikan), maka ia wajib mengikutinya. Perbedaan pendapat yang terjadi di antara para ulama umat Islam tidak boleh menyebabkan perbedaan hati, karena perbedaan hati bisa menimbulkan kerusakan besar, sebagaimana Firman Allah, “Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal: 46)

Perbedaan pendapat yang diakui oleh para ulama, yang kadang dinukil (dikutip) dan diungkapkan, adalah perbedaan pendapat yang kredibel dalam pandangan. Adapun perbedaan pendapat di kalangan orang-orang awam yang tidak mengerti dan tidak memahami, tidak diakui. Karena itu, hendaknya orang awam merujuk kepada ahlul ilmi, sebagaimana ditunjukkan oleh Firman Allah Subhanahu wa Taala,

“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43)

Kemudian pertanyaannya, apakah perbedaan ini terjadi dalam setiap masalah? Jawabnya: Tidak demikian. Perbedaan ini hanya pada sebagian masalah. Sebagian masalah disepakati, tidak ada perbedaan, alhamdulillah, tapi sebagian lainnya ada perbedaan pendapat karena hasil ijtihad, atau sebagian orang lebih tahu dari yang lainnya dalam menganalisa nash-nash Alquran dan sunah. Di sinilah terjadinya perbedaan pendapat. Adapun dalam masalah-masalah pokok, sedikit sekali terjadi perbedaan pendapat. (dari fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin yang beliau tanda tangani)

[Sumber: Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 2, Darul Haq Cetakan VI]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2357111/kapankah-perbedaan-pendapat-diakui-dalam-islam#sthash.XGibokwU.dpuf

Jasa Besar Ustmaniyah Selamatkan Peninggalan Rasulullah

Di era modern, Istana Topkapi di Istanbul, Turki, merupakan salah satu tempat pe nyimpanan benda-benda asli peninggalan Nabi Muhammad SAW . Di sana, warisan berharga ini disimpan secara baik dan terawat.

Istana Topkapi dibangun pada zaman Kesultanan Ottoman yang berkuasa selama empat abad. Pada 1985, Badan PBB untuk Kebudayaan (UNESCO) mendaulat Istana Topkapi sebagai Situs Warisan Dunia.

Selama empat abad, istana ini merupakan rumah bagi kalangan sultan Ottoman sampai Abdul Majid I (1839- 1860). Pembangunannya dimulai pada masa Sultan Mahmud II.

Tepatnya setelah Konstantinopel takluk di bawah kekuasan pasukan Islam pada 1453. Luas kompleks Istana Topkapi adalah 700 meter persegi. Gerbang utamanya berhadapan persis dengan Haghia Sofia.

Bagian dari Istana Topkapi yang menyimpan benda-benda peninggalan Nabi Muhammad mulai berfungsi sejak masa Sultan Salim I pada 1517.

Saat itu, pasukannya berhasil menguasai Mesir. Seperti dijelaskan dalam situs billkent.edu.tr, kompleks tempat penyimpanan itu terdiri atas beragam ruangan yang beratapkan kubah.

Dindingnya dihiasi corak Iznik dari abad ke-16. Selain itu, benda-benda historis itu ditampilkan dalam kotak kayu dengan jendela bening. Di sini, antara lain, dipamerkan beberapa artefak, seperti busur panah milik Nabi serta pedang milik empat khalifah pengganti Rasulullah.

Ada pula mantel yang diyakini merupakan pakaian Nabi . Mantel ini merupakan pemberian Nabi kepada Ka’ab bin Zuhayr. Dua bilah pedang berhiaskan batu mulia milik Nabi Muhammad juga ditampilkan.

Di sini juga tersimpan dan ditampilkan, gumpalan tanah kuburan Rasulullah. Kemudian, beberapa helai janggut Nabi, pecahan gigi Nabi akibat perang Uhud, beserta bekas tapak kaki beliau . Beberapa surat resmi yang bercapkan Nabi Muhammad juga tersimpan dengan baik di Istana Topkapi.

Dalam buku The Sacred Trusts karya Hilmi Aydin dijelaskan bahwa barangbarang milik Nabi itu merupakan warisan turun-temurun dari satu generasi ke generasi di bawahnya.

Benda-benda peninggalan Rasulullah ini berada di tangan para sahabat atau ada pula yang disimpan para keluarga Rasul (ahlul bait). Mantel Suci (Holy Mantle) atau burda diberikan Nabi Muhammad kepada Ka’b ibn Zuhayr. Anaknya Ka’ab menjual mantel tersebut kepada Muawiyah I, pendiri dinasti Umayyah.

Seiring berjalannya waktu, informasi tentang benda peninggalan Nabi tersebar luas di kota-kota Muslim, seperti Damaskus, Yerusalem, Kairo, Haifa, Kabul, Kashmir, Lahore, dan Karachi. Pada 1327 AH, lebih dari empat puluh helai rambut Nabi diklaim oleh Konstantinopel. Mereka menampilkan peninggalan Nabi tersebut dalam beberapa perayaan.

Sejumlah khalifah menjadikan bendabenda itu sebagai kebanggaan dan menjaganya dengan baik. Saat Sultan Salim I berkuasa atas Mesir, ia memboyong benda-benda peninggalan Nabi dari Alexandria dan pusat kekuasaan Khalifah Abbasiyah di Mesir serta gubernur Makkah, ke Istanbul.

Saat Sultan Salim I berhasil mengalahkan kesultanan Mamluk, maka Mesir dan Hijaz (Mekkah dan Madinah) praktis di bawah kekuasaan Kesultanan Ottoman sejak 1517. Para sultan menjaga barangbarang peninggalan Nabi sebagai amanat untuk peradaban Islam sekaligus simbol kejayaan.

Dalam catatan sejarawan Turki, Evliya Celebi (1611-1682), barang-barang peninggalan Nabi yang diboyong ke Istanbul antara lain terdiri atas jubah Nabi, panji-panji Nabi, pecahan gigi dari Perang Uhud, beberapa helai jenggot beliau, sebuah bendera merah, dan wadah tempat wudhu Nabi .

Selain itu, ada pula sebuah turban serta mushaf Alquran milik Utsman bin Affan yang dibacanya ketika ia dibunuh dalam huru-hara. Pemindahan barangbarang ini juga menandakan pindahnya pusat kekuasaan politik umat Islam ke Istanbul.

Para sultan pengganti Sultan Salim I meneruskan tradisi pemeliharaan bendabenda bersejarah ini hingga abad ke-20 masehi. Mereka mengumpulkannya dari penjuru kota-kota utama di Timur Tengah.

 

sumber: Republika Online

Martin Thomson: Islam tak Sekadar Bersyahadat

Pemilik nama kecil Martin Thomson ini dikenal sebagai pengacara terkemuka di Inggris. Ia juga mengetuai Wynne Chambers, badan hukum Islam yang didirikannya pada 1994.

Berislam 38 tahun lalu, Thomson meyakini cara terbaik mengamalkan ajaran Islam adalah memahami dan meneladani sumbernya, yakni Alquran dan Sunah Rasulullah SAW. “Seperti pepatah yang mengatakan bahwa semakin dekat kita pada sumber mata air, semakin murni air yang kita minum,” ujar pria kelahiran Afrika ini.

Dilahirkan di Rhodesia Utara (sekarang Zambia), Thomson menempuh pendidikan dasar serta menengahnya di Rhodesia Selatan (sekarang Zimbabwe). Masa awal hidupnya, ia lalui di daerah-daerah terpencil Afrika yang kala itu belum tersentuh peradaban modern, seperti listrik, gas, dan saluran air bersih.

Lahir dan besar di Afrika, Thomson muda merasa tidak puas pada ajaran Kristen. Ia mulai mempertanyakan banyak hal seperti, “Jika setiap manusia itu sama di hadapan Tuhan, lalu mengapa kaum Afrika kulit putih seperti dia harus beribadah di gereja yang berbeda dengan kaum kulit hitam?”

Pertanyaan lain yang kerap mengganggunya sebagai pemeluk Kristen adalah soal ketuhanan Yesus. “Jika Yesus adalah Tuhan, kepada siapa dahulu ia berdoa? Jika Yesus adalah Tuhan dan disalib, lalu siapa yang menghidupi surga dan dunia? Pertanyaan itu tak pernah terjawab selama aku memeluk ajaran Kristen,” ujar lulusan Exeter University, Inggris, ini.

Ketika berusia 12 tahun, Thomson sampai pada satu titik di mana ia memercayai Tuhan dan Yesus. “Hanya saja, aku tidak yakin pada gereja.” Terhenti pada berbagai pertanyaan itu, Thomson mulai membaca apa pun dan memikirkan kehidup an yang dijalaninya sejauh itu. Ia mengunjungi berbagai kelompok spiritual dan mencoba meditasi selama beberapa bulan. “Itu menenangkan, tapi sama sekali tak mengubah gaya hidupku.”

Hingga akhirnya, Thomson bertemu Syekh Abdalqadir as-Sufi (tokoh tarbiyah, penggagas Gerakan Dunia “Murabitun”). Pertemuan itu menjadi awal perkenalannya dengan Islam, agama yang tak pernah terpikirkan oleh Thomson sebelumnya.

Saat berbicara dengan Syekh Abdalqadir dan mendengarkan berbagai hal yang disampaikannya, Thomson merasa telah menemukan jalan menuju transformasi yang ia butuhkan. “Sejak itu, perlahan aku menemukan jawaban atas semua pertanyaan yang memenuhi otakku,” katanya. Thomson pun rutin mengunjungi pusat kajian Islam Syekh Abdalqadir. Ia juga membaca The Book of Strangeryang ditulis Sang Syekh.

Thomson mantap mengakhiri pencariannya pada 13 Agustus 1973. Ia pun mengikrarkan syahadat dan berhaji empat tahun kemudian. Sepulang haji, ia menyelesaikan pelatihannya sebagai pengacara. Lalu, pada 26 Juli 1979, ia dipanggil ke Pengadilan England & Wales dan mulai meniti karier di bidang advokasi dan hukum Islam.

Thomson pertama kali memperoleh perhatian publik pada 2001, saat tampil dalam sebuah film dokumenter berjudul My Name is Ahmed yang menyabet sebuah penghargaan. Ia pun tampil di film dokumenter lainnya, Prince Naseem’s Guide to Islam. Kedua film itu ditayangkan di BBC2 pada Agustus 2001. Setelah itu, wajahnya kerap mewarnai layar kaca dalam berbagai program, terutama program-program Islam.

Kini, hari-harinya diisi dengan aneka kegiatan keislaman, mulai dari memberikan ceramah rutin tentang Islam di berbagai wilayah di Inggris, menulis untuk Jurnal al-Kala, sampai menjadi kontributor tetap dalam konferensi lintas agama yang digelar setiap tahun di Masjid Regents Park dan Pusat Ke bu dayaan Islam Inggris.

Empat tahun pertama keislamannya, Thomson mengaku tak memahami apa pun tentang Islam. “Yang kutahu, komunitas Muslim di mana aku bergabung lebih berpengetahuan, menonjol, dan memiliki perangai yang lebih baik dari umat lain yang pernah kutemui.”

Pria yang kini menjabat sekretaris Pengacara Muslim Eropa ini memegang suatu konsep tegas tentang Islam yang sesungguhnya. “Islam bukan semata persoalan kata-kata,” ujarnya seperti dikutip gatewaytodivinemercy.com.

Mengutip sabda Rasulullah SAW, ia mengatakan, syahadat adalah satu ikrar yang mudah diucapkan, namun banyak yang berlalu begitu saja. “Sejak aku mengucapkan syahadat, aku menjalani setiap momen hidupku untuk menemukan berbagai kewajiban dan konsekuensi yang mengikuti kesaksian itu. Pencarian ini adalah proses yang tidak memiliki akhir.”

Selain itu, Thomson adalah satu dari miliaran Muslim yang tidak membenarkan terorisme. Ia berpendapat, “Islam radikal” adalah istilah yang mengandung kontradiksi. “Tidak mungkin seseorang menjadi Muslim seutuhnya dan dalam waktu yang sama menjadi teroris yang bengis.”

Sejak berislam, Thomson telah menulis sejumlah buku, di antaranya, The Difficult Journey and The Way Back (1994); The Next World Order(1994); dan edisi revisi Jesus, Prophet of Islam and Blood on the Cross (disusun dalam dua jilid yakni For Christ’s Sake dan Islam in Andalus, ditulis bersama Muhammad Ata’ur Rahim pada 1996).

Beberapa judul lainnya adalah Dajjal: the AntiChrist(1997); Making History(1997); The Last Prophet(2000), dan Golden Days on the Open Road(2005). Kemudian, bersama Abdalhaqq dan Aisha Bewley, ia menulis buku The Islamic Will(1995).

sumber: Republika ONline

Tanda-tanda Pewaris Surga Firdaus

SUNGGUH beruntung orang-orang mukmin itu, kata Allah swt. Mereka adalah orang-orang yang akan mendapatkan warisan yang amat spesial.

Warisan yang tidak pernah diwariskan ayah manapun kepada putranya. Bagaimana tanda-tanda mereka? Sebesar apa warisan yang akan mereka dapat?

Allah swt berfirman dalam Surat Al-Muminun 1-11,

“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman.”(Al-Muminun 1)

Tanda-tanda orang mukmin

1. Salatnya khusyuk.

“(yaitu) orang yang khusyuk dalam shalatnya.”(Al-Muminun 2)

2. Meninggalkan gurauan yang membuat lupa dari Allah.

“Dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna.”(Al-Muminun 3)

3. Rajin membayar zakat.

“Dan orang yang menunaikan zakat.”(Al-Muminun 4)

4. Menjaga kemaluannya.

“Dan orang yang memelihara kemaluan-nya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak tercela.”(Al-Muminun 5-6)

5. Menjaga amanat dan menepati janji.

“Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya.” (Al-Muminun 8)

6. Memelihara salat.

“Serta orang yang memelihara shalatnya”.(Al-Muminun 9)

Warisan bagi orang mukmin

“Mereka itulah orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi (surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.”(Al-Muminun 10-11)

Mengapa Allah swt memakai kata “mewarisi” ? Besar upah seseorang bergantung kepada pekerjaan yang dia lakukan. Sementara warisan tidak didapat dari hasil keringat manusia. Warisan adalah pemberian murni dari seseorang kepada ahli warisnya.

Allah menggunakan kata warisan saat berbicara surga karena kenikmatannya tidak sebanding dengan perbuatan kita. Surga adalah murni pemberian dan rahmat Allah kepada orang yang beriman. Kenikmatannya jauh lebih besar dari sekadar ganjaran dari perbuatan kita.

“Itulah surga yang akan Kami Wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa.”(Maryam 63)

Jika kita perhatikan, tanda-tanda orang mukmin pada Surat Al-Muminun 1-9 itu diawali dengan salat dan diakhiri dengan salat. Seperti dalam riwayat kita temukan bahwa kelak di Hari Akhir, amalan pertama yang dilihat adalah salat. Jika salatnya diterima maka seluruh amalannya akan diterima. Dan jika solatnya ditolak maka seluruh amalannya akan ditolak. Semoga kita termasuk pewaris surga firdaus. [khazanahalquran]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2356326/tanda-tanda-pewaris-surga-firdaus#sthash.6N1B1gNX.dpuf

Laut Tengah, Bukti Kebenaran Firman Allah

Laut Tengah dihubungkan dengan Samudra Atlantik oleh Selat Gibraltar. Meski telah dipertemukan oleh Gibraltar, air dari Mediterania dan Atlantik ternyata tak mau bersatu. Secara ilmiah, sejumlah ilmuwan pada abad modern ini telah memberikan penjelasan.

Di antara penjelasan itu adalah Selat Gibraltar memiliki arus yang sangat besar di bagian bawahnya. Hal ini karena perbedaan suhu, kadar garam, dan kerapatan airnya. Dalam hal ini, air dari Laut Tengah memiliki kerapatan dan kadar garam yang lebih tinggi dari air di Samudra Atlantik.

Menurut sifatnya, air akan bergerak dari kerapatan tinggi ke daerah dengan kerapatan air yang lebih rendah. Alhasil, arus di Selat Gibraltar bergerak ke barat menuju Samudra Atlantik.

Namun, di Samudra Atlantik, air dari dua lautan ini tetap saja ogah bercampur, seakan ada sekat yang memisahkan kedua jenis air laut tersebut. Bahkan, batas antara kedua air dari dua lautan ini sangat jelas. Air dari Samudra Atlantik berwarna biru lebih cerah, sedangkan air dari Laut Tengah berwarna lebih gelap.

Mengapa hal itu terjadi?

Mengutip pakar kelautan, Richard A Davis Jr dalam Principles of Oceanography(1972), laman keajaibanalquran.com menjelaskan, ketika dua lautan bertemu, air dari masing-masing lautan itu tidak akan bercampur satu sama lain. Ini disebabkan oleh “tegangan permukaan”— gaya fisika yang muncul akibat perbedaan massa jenis. Maka, seperti yang terjadi di Selat Gibraltar, seolah-olah ada dinding tipis yang memisahkan air dari Mediterania dan Atlantik.

Hal paling menarik dari fenomena ini adalah Alquran telah menjelaskan hal itu jauh sebelum para pakar kelautan pada abad modern berteori. Simak surah ar-Rahman ayat 19 dan 20 yang berbunyi, “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.”

Surah lain yang menceritakan fenomena tersebut terdapat pada surah al-Furqan ayat 53. “Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan), yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit. Dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”

Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan? Maha benar Allah Yang Mahaagung.

 

sumber: Republika ONline

Inggris Perkenalkan Keindahan Islam Lewat Masjid

Beberapa tahun terakhir, umat Islam menjadi sorotan dunia karena dituduh telah menyebarkan ajaran-ajaran radikal. Tak sedikit pula masjid yang ditutup karena dianggap sebagai lokasi penyebaran ajaran Islam radikal.

Umat Islam semakin terpinggir setelah Donald Trump terpilih sebagai presiden Amerika Serikat. Alergi terhadap Islam semakin jelas dengan diberlakukannya larangan masuk ke AS bagi tujuh negara mayoritas Muslim.

Hal itu mengundang keprihatinan dari banyak komunitas Muslim dari berbagai negara. Untuk menepis citra negatif tersebut, sejumlah masjid membuka pintu mereka lebar-lebar untuk menyambut siapapun yang ingin datang mencari tahu tentang Islam.

Salah satunya dilakukan di Masjid Pusat, Norwich, Inggris. Ahad (5/2) esok, masjid ini terbuka bagi pengunjung yang ingin mengetahui tentang sejarah dan ajaran Islam. Ini sebagai upaya meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keramahan dan roh Islam yang sesungguhnya.

“Kami ingin memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melihat sendiri aktivitas yang terjadi di dalam masjid,” kata Sekretaris Umum Pusat Keislaman Bangladesh di Rose Lane, dikutip Eastern Daily Press, Kamis (2/2).

Hal serupa juga dilakukan Masjid York di London. Pada tanggal yang sama, masjid ini menggelar hari berkunjung ke masjid atau Visit My Mosque.

Dimulai pukul 14.00 hingga 18.00, pengunjung dapat menanyakan apapun tenatng Islam sambil disuguhi hidangan teh dan biskuit. Tak hanya itu, pengunjung juga akan diajak berkeliling melihat setiap sudut masjid.

 

sumber: Republika Online

Jin Masuk Surga Sebagaimana Manusia?

JAWABANNYA: Firman Allah dalam AlQuran: “Dan apabila petunjuk-Ku datang kepadamu.” (Thaahaa: 123)

Adalah ditujukan kepada orang-orang yang diturunkan Allah Ta’ala dari surga dengan firman-Nya, “Turunlah semua dari surga itu kamu berdua, sebagian dari kamu menjadi musuh sebagian yang lain.” (Thaahaa: 123)

Setelah itu Allah Ta’ala berfirman, “Maka apabila petunjuk-Ku datang kepadamu.”

Kedua hal di atas ditujukan kepada bapak jin dan bapak manusia. Ini menunjukkan bahwa jin mendapat perintah serta larangan dari Allah Ta’ala. Mereka juga tercakup dalam syariat-syariat para nabi, dan kejahatan mereka juga layak mendapat hukuman. Ini juga menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw. diutus kepada mereka
sebagaimana diutus kepada manusia. Semua ini tidak diperselisihan para ulama.

Akan tetapi, mereka berbeda pendapat tentang apakah jin yang muslim juga masuk surga? Mayoritas ulama berpendapat bahwa jin muslim akan masuk surga, dan jin yang kafir akan masuk neraka. Ada juga yang mengatakan bahwa pahala jin yang muslim hanyalah keselamatan dari siksa neraka namun tidak akan masuk surga. Karena surga hanya dimasuki oleh Adam dan keturunannya, dan ini adalah pendapat Imam Abu Hanifah rahimahullah.

Orang-orang yang mengatakan bahwa jin muslim juga akan masuk surga memiliki beberapa argumentasi.

Pertama. Dalam ayat 123 dari surah Thaahaa di atas, Allah Ta’ala memberitakan bahwa barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Nya, maka ia tidak akan merasa takut, sedih, tersesat dan menderita. Ini merupakan konsekuensi dari kesempurnaan nikmat-Nya. Tidak bisa dikatakan bahwa ayat tersebut hanya menunjukkan peniadaan azab, karena sudah menjadi kesepakatan bahwa jin mukmin tidak akan disiksa.

Seandainya ayat di atas hanya menunjukkan peniadaan azab, maka itu bukanlah pujian bagi manusia yang mukmin, namun sekedar informasi peniadaan ketakutan dan kesedihan. Sebagaimana diketahui bahwa konteks dan maksud ayat adalah bahwa orang yang mengikuti petunjuk Allah Ta’ala, maka ia akan mendapatkan kebahagiaan yang paling besar dan terhindar dari penderitaan yang sangat pedih.

Allah Ta’ala mengungkapkan semua itu dengan meniadakan rasa takut dan kesedihan tersebut sesuai dengan tuntutan keadaan. Sehingga, ketika Allah Ta’ala menurunkan Adam Alaihi Sallam dari surga, maka ia dirundung rasa takut, kesedihan dan penderitaan. Lalu Allah memberitahukan kepadanya bahwa Dia memberikan janji baginya dan bagi keruturunannya.

Yakni, barangsiapa mengikuti petunjuk-Nya, maka akan terhapus ketakutan, kesedihan, kesesatan, dan penderitaan darinya. Dan dimaklumi bahwa semua itu tidak akan hilang kecuali dengan masuk ke surga. Tetapi, dengan menyebutkan peniadaan keburukan yang paling berat adalah lebih tepat.

Kedua. Firman Allah Ta’ala, “Dan ingatlah ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Alquran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaannya lalu mereka berkata, Diamlah kamu untuk mendengarkannya. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya untuk memberi peringatan. Mereka berkata, Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab Alquran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah seruan orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.'” (al-Ahqaaf: 29-31)

Dalam ayat di atas Allah Ta’ala memberitahukan kepada kita tentang ancamanNya terhadap para jin, yaitu barangsiapa yang memenuhi seruan utusan-Nya, maka akan diampuni dan dibebaskan dari neraka. Seandainya ampunan bagi mereka hanya berupa pembebasan dari azab, maka cukup dengan firman-Nya, “Dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.” Akan tetapi, kesempurnaan ampunan itu adalah masuk ke surga dan selamat dari neraka. Sehingga barangsiapa yang mendapat ampunan dari Allah, maka dia masuk surga.

Ketiga. Firman Allah Ta’ala tentang bidadari di surga, “Tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.” (ar-Rahmaan: 56)

Ayat ini menunjukkan bahwa jin dan manusia yang beriman akan masuk surga, dan bahwa bidadari di dalamnya belum pernah disentuh oleh mereka. Maka, ini menunjukkan jin-jin yang beriman dapat menyentuh bidadari setelah mereka masuk surga, sebagaimana yang terjadi pada manusia. Seandainya mereka tidak masuk surga, tentulah tidak pantas bagi mereka menerima berita seperti itu.

Keempat. Firman Allah Ta’ala, “Maka jika kami tidak dapat membuatnya, pasti kamu tidak akan dapat membuatnya. Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir. Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga itu, mereka mengatakan, Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (al-Baqarah: 24-25)

Di antara jin ada yang mukmin dan ada yang kafir, sebagaimana dikatakan oleh jin-jin saleh di antara mereka, “Dan sesungguhnya dari kami ada orang-orang taat dan ada pula orang-orang yang menyimpang dari kebenaran.” (al-Jinn: 14)

Maka karena golongan jin yang kafir masuk dalam ayat kedua (al-Jinn: 14), maka golongan jin mukmin juga harus masuk dalam ayat pertama (al-Baqarah: 25).

Kelima. Firman Allah Ta’ala tentang jin-jin yang saleh. “Barangsiapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus.” (al-Jinn: 14)

Maksud ar-rusyd di sini adalah petunjuk dan kemenangan, yaitu petunjuk dari Alquran. Maka, barangsiapa tidak masuk surga, dia tidak memperoleh tujuan dari petunjuk tersebut, melainkan petunjuk tersebut sekedar dalam pengetahuannya saja.

Keenam. Firman Allah Ta’ala, “Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhan dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah diberikannya kepada siapa yang dikehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (al-Hadiid: 21)

Golongan jin yang mukmin adalah orang yang beriman kepada Allah Ta’ala dan para rasul-Nya. Oleh karena itu, mereka termasuk orang-orang yang memperoleh berita gembira dan berhak menerimanya.

Ketujuh. Firman Allah Ta’ala, “Allah menyeru manusia ke Darussalam (surga) dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (Yunus: 25)

Dalam ayat ini Allah Ta’ala menjadikan seruan-Nya bersifat umum, dan menjadikan hidayah-Nya bersifat khusus. Maka, barangsiapa mendapatkan petunjukNya, dia termasuk yang diseru kepada petunjuk-Nya itu. Jadi jin yang mandapatkan hidayah-Nya, adalah termasuk yang diseru kepada hidayah itu.

Kedelapan. Firman Allah Ta’ala. “Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dan golongan kamu sendiri yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan-Ku hari ini? Mereka berkata, Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri. Kehidupan dunia telah menipu mereka dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orangorang yang kafir. Yang demikian itu adalah karena Tuhanmu tidaklah membinasakan kota-kota secara aniaya, sedang penduduknya dalam keadaan lengah. Dan masingmasing orang memperoleh derajat-derajat seimbang dengan apa yang dikerjakannya. Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (al-Anam: 128-132)

Penjelasan ayat ini adalah umum untuk jin dan manusia. Dalam ayat tersebut Allah SWT memberitakan kepada mereka bahwa masing-masing mereka memiliki derajat sesuai dengan amalnya. Sebagai konsekuensinya, maka jin yang melakukan kebajikan juga memiliki derajat sesuai dengan amalnya, sebagaimana manusia.

Kesembilan. Firman Allah, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan gembirakanlah mereka dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. (Fushshilat: 30)

Dan firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak ada pula berduka cita. Mereka-mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (al-Ahqaaf: 13-14)

Ayat ini kami jadikan dalil, karena tiga alasan. Pertama, kata penghubung (alladziina) di dalam ayat tersebut bersifat umum. Kedua, disebutkannya pahala setelah hal-hal terpuji yang disebutkan sebelumnya. Dan ini menunjukkan bahwa siapa saja yang menyandang hal-hal tersebut berhak menerima pahala itu. Hal-hal terpuji tersebut adalah ikrar bahwa tiada tuhan selain Allah disertai dengan istiqamah.

Ketetapan ini adalah umum karena keumuman sebab. Apabila masuk surga adalah konsekuensi dari kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan pengakuan akan rububiyah-Nya, disertai dengan konsisten terhadap segala perintah-Nya, maka barangsiapa yang melakukan hal ini, dia pun berhak atas balasan tersebut.

Ketiga, Allah Ta’ala berfirman, “Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak ada pula berduka cita. Mereka-mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (al-Ahqaaf: 13-14)

Ini menunjukkan bahwa siapa saja yang tidak dilingkupi rasa takut dan rasa sedih adalah penghuni surga. Dan, tentang siapa yang tidak dilingkupi rasa takut dan rasa sedih telah disebutkan dalam firman Allah, “Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, maka mereka tidak akan merasa takut dan merasa sedih.” (al-Baqarah: 38)

Ayat ini meliputi dua golongan, dan ayat ini menujukkan bahwa siapa saja yang tidak dilingkupi rasa takut dan rasa sedih, maka dia adalah penghuni surga.

Kesepuluh. Jika jin-jin yang kafir masuk neraka karena keadilan Allah, maka masuknya jin-jin yang mukmin ke surga karena kemuliaan dan kasih sayang Allah adalah lebih utama. Sebab, kasih sayang-Nya mendahului murka-Nya dan kebaikan lebih umum daripada keadilan. Oleh karena itulah, tidak akan masuk neraka kecuali mereka yang melakukan perbuatan-perbuatan penghuni neraka. Berbeda dengan surga, ia dapat dimasuki oleh mereka yang tidak pernah melakukan kebaikan sama sekali.

Karena Allah Ta’ala telah menciptakan golongan untuk surga yang akan menempatinya tanpa harus melakukan amal kebajikan. Di dalam surga juga Allah akan menaikkan derajat hambahamba-Nya tanpa ada usaha dari mereka, melainkan karena doa, salat, sedekah dan perbuatan baik yang dihadiahkan orang lain kepada mereka. Merupakan ketetapan Alquran serta kesepakatan umat, bahwa jin kafir akan masuk neraka karena keadilan Tuhan dan karena apa yang mereka perbuat.

Sedangkan, jin-jin mukmin akan masuk surga karena kemuliaan Allah dan karena amal mereka. Ada juga yang berpendapat bahwa jin-jin mukmin tersebut berada di dasar surga, di mana mereka dapat dilihat oleh penghuni surga lainnya tapi mereka sendiri tidak melihat penghuni surga lainnya. Menurut pendapat ini, kondisi mereka di surga ini kebalikan di dunia, di mana jin-jin tersebut dapat melihat anak-cucu Adam, sedangkan anak-cucu Adam tidak dapat melihat mereka.

Akan tetapi, hal seperti ini tidak dapat diketahui tanpa ada dalil yang tidak bisa dibantah. Dan jika dalil tersebut memang benar, maka itu wajib diikuti. Namun jika tidak ada dalil yang mendukungnya, maka pendapat ini sekedar disampaikan agar dapat diketahui, sedangkan kebenarannya tergantung pada dalil. Wallaahu aalam.

[Sumber: Miftah Darus Saadah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2356295/jin-masuk-surga-sebagaimana-manusia#sthash.nutWnSqu.dpuf

9 Nama Surga yang Tak Banyak Muslim Ketahui

SURGA adalah sebuah nama yang telah dikenal oleh setiap manusia, baik muslim maupun kafir sebagai tempat yang penuh dengan kenikmatan. Namun hanya muslim lah yang berhak untuk tinggal di surga, adapun orang kafir, tempat kembalinya adalah neraka.

Allah Taala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya.” (QS. Al-Bayyinah: 6-8)

Surga berarti kebun yang di dalamnya terdapat banyak pohon dan kurma. Sebagian ulama bahasa mengatakan, “Tidaklah disebut jannah/surga dalam bahasa arab kecuali di dalamnya terdapat pohon kurma dan anggur.” Sebagian yang lain mengatakan, disebut surga/jannah karena lebatnya pohon yang ada di dalamnya dan ranting / dahannya memberikan naungan bagi yang berada di bawahnya. Nama-Nama Surga:

1. Darussalam

Allah Taala berfirman, “Bagi mereka (disediakan) Darussalam (surga) pada sisi Rabbnya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal-amal shalih yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al-Anam: 127)

Sebagian ulama mengatakan, “Disebut darussalam karena surga adalah tempat yang terbebas dari hal yang kotor, hal yang membahayakan dan hal yang tidak disukai”. Pendapat yang lain mengatakan artinya Darullah, karena As-Salam adalah salah satu nama Allah.

2. Jannatul Khuld

Allah Taala berfirman, “Katakanlah (Muhammad), “Apakah (adzab) seperti itu yang baik, atau surga yang kekal yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa sebagai balasan, dan tempat kembali bagi mereka?” (QS. Al-Furqan: 15)

Disebut dengan nama ini karena penduduk surga itu kekal berada di dalam surga, tidak berpindah posisi ke tempat yang lain, dan tidak mencari cari tempat lain selain surga.

3. Jannatul Mawa

Allah Taala berfirman, “(yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal.” (QS. An-Najm: 14-15)

4. Darul Muqamah

Allah Taala berfirman, “Dan mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan dari kami. Sungguh, Rabb kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang dengan karunia-Nya menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga); di dalamnya kami tidak merasa lelah dan tidak pula merasa lesu”. (QS. Fathir: 34-35)

5. Jannatu Adn

Allah Taala berfirman, “Dan ke tempat-tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah kemenangan yang agung.” (QS. Ash-Shaff: 12)

6. Maqadu Shidq

Allah Taala berfirman, “Sungguh, orang-orang yang bertakwa berada dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.” (QS. Al-Qamar: 54-55)

7. Qadama Shidq

Allah Taala berfirman, “Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang yang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Rabb kalian.” (QS. Yunus: 2)

8. Al-Maqamul Amin

Allah Taala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam tempat yang aman.” (QS. Ad-Dukhan: 51)

9. Jannatun Naim

Allah Taala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, mereka akan mendapat surga-surga yang penuh kenikmatan.” (QS. Luqman: 8)

Apakah Firdaus Termasuk Nama Surga?

Firdaus adalah salah satu bagian dari surga yang letaknya paling mulia dan yang paling tinggi. Allah Taala berfirman, “Sungguh, orang yang beriman dan beramal shalih, untuk mereka disediakan surga Firdaus sebagai tempat tinggal.” (QS. Al-Kahfi: 107)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada Ummu Haritsah, “Wahai Ummu Haritsah, sesungguhnya di sana terdapat banyak Surga dan sungguh anakmu telah mendapat Firdaus (Surga) yang paling tinggi.” (HR. Al-Bukhari No. 3982)

Demikianlah penjelasan singkat tentang pengertian surga dan nama-nama surga yang terdapat di dalam Alquran. Semoga bermanfaat. [Referensi: Kitab Washful Jannah Karya Musthafa Al Adawi/Wiwit Hardi P.]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2354265/9-nama-surga-yang-tak-banyak-muslim-ketahui#sthash.c84498PE.dpuf

3 Hal yang Perlu Diingat di Hari Jumat

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu ‘Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Hari Jumat adalah hari terbaik kaum muslimin. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah menyampaikan, hari Jum’at adalah sebaik-baik hari yang disinari matahari.

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ قُبِضَ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ

Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling afdhal adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan dan diwafatkan, dan pada hari itu juga ditiup sangkakala dan akan terjadi kematian seluruh makhluk.” (HR. Abu Dawud, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan al Hakim dengan sanad yang shahih)

خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا

Hari terbaik yang disinari matahari adalah hari Jum’at. Pada hari itu Nabi Adam diciptakan, dimasukkan surga, dan pada hri itu pula ia dikeluarkan darinya.” (HR. Muslim)

Karenanya, wajib bagi setiap muslim memahami kedudukan hari ini dan keistimewaanya. Tujuannya, supaya bisa memanfaatkan hari tersebut untuk memperbanyak ibadah dan ketaatan, memperbanyak shalat atas Nabi, dan memperbanyak doa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Ibnul qayyim berkata, “Adalah di antara petunjuknya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengagungkan hari (Jum’at) ini dan memuliakannnya, serta mengistimewakannya dengan ibadah yang dikhususkan pada hari tersebut yang tidak dikhususkan pada hari lainnya. . .” (Zaad al-Ma’ad: 1/378)

Di hari ini, ada tiga perkara istimewa yang hendaknya diperhatikan, jangan dilupakan.

Pertama, Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, jangan lupa bershalawat atas beliau. [Baca: Perbanyaklah Shalawat Pada Hari Jum’at !!]

Dari Aus bin Aus Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ قُبِضَ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ

Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling afdhal adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan dan diwafatkan, dan pada hari itu juga ditiup sangkakala dan akan terjadi kematian seluruh makhluk. Oleh karena itu perbanyaklah shalawat di hari Jum’at, karena shalawat akan disampaikan kepadaku….” (HR. Abu Dawud, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan al Hakim)

Memperbanyak shalawat untuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada hari Jum’at yang menjadi sayyidul ayyam menunjukkan kemuliaan pribadi beliau sebagai sayyidul anam (pemimpin manusia).

Shalawat termasuk ibadah yang paling afdhal. Dan dilaksanakan pada hari Jum’at jauh lebih utama daripada dilaksanakan pada hari selainnya, karena hari Jum’at memiliki keistimewaan dibandingkan hari yang lain. Dan melaksakan amal yang afdhal pada waktu yang afdhal adalah lebih utama dan lebih bagus. (lihat ‘Aunul Ma’bud: 2/15)

Kedua, siapkan cahaya yang menerangi dirimu di akhirat dengan membaca surat Al-Kahfi. [Baca: Malam Jum’at Disunnahkan Baca Surat Al-Kahfi, Bukan Surat Yasin]

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ سَطَعَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ

Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua Jum’at.

Al-Mundziri berkata: “Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Bakr bin Mardawaih dalam tafsirnya dengan isnad yang tidak apa-apa.” (Dari kitab at-Targhib wa al- Tarhib: 1/298)

Ketiga, waktu mustajab, jangan lupa engkau bersungguh-sungguh berdoa padanya. [Baca: Manfaatkan Waktu Mustajab (Dikabulkan Doa) di Sore Hari Jum’at!]

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah radliyallah ‘anhu, dia bercerita: “Abu Qasim (Rasululah) shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ فِي الْجُمُعَةِ لَسَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا مُسْلِمٌ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ

Sesungguhnya pada hari Jum’at itu terdapat satu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim berdiri berdoa memohon kebaikan kepada Allah bertepatan pada saat itu, melainkan Dia akan mengabulkannya.”

Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya, yang kami pahami, untuk menunjukkan masanya yang tidak lama (sangat singkat).” (Muttafaq ‘Alaih)

Pendapat mayoritas ulama, waktu tersebut berada di penghujung hari Jum’at. Pendapat lain menyebutkan waktu tersebut berada sejak duduknya imam di atas mimbar sampai berakhirnya shalat.

Ibnu Qayyim al-Jauziyah merajihkan pendapat pertama. Beliau berkata, “yang ini merupakan pendapat yang paling rajih dari dua pendapat yang ada. Ia adalah pendapat Abdullah bin Salam, Abu Hurairah, Imam Ahmad, dan beberapa ulama selain mereka.” (Zaad al Ma’ad: I/390)

Namun beliau juga mengatakan, pengabulan doa itu diharapkan juga  pada saat shalat. Sehingga kedua waktu tersebut merupakan waktu ijabah (pengabulan) doa, meskipun saat yang khusus itu ada di ujung hari setelah shalat shalat ‘Ashar.

Penutup

3 perkara di atas termasuk bagian keistimewaan hari Jum’at. Tiga amal istimewa di dalamnya, shalawat atas Nabi, membaca surat Al-Kahfi, dan berdoa untuk kebiakan dunia dan akirat kita. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]

 

Oleh: Badrul Tamam

– See more at: http://www.voa-islam.com/read/ibadah/2016/01/21/41791/di-hari-jumat-jangan-lupakan-3-hal-ini/#sthash.zTNTKQyA.dpuf

Dahsyat! Inilah Balasan Jika Terbiasa Memberi

MANUSIA dilahirkan dalam kondisi tak memiliki apa-apa. Sehelai kain pun ia tak punya. Sehingga semua yang nantinya dia miliki, berupa harta dan lainnya adalah milik Allah semata.

Seperti Firman-Nya: “Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang Dikaruniakan-Nya kepadamu.”(An-Nur 33)

Seluruh harta yang ada pada mereka hanyalah titipan dari Allah. Sesuai dengan Firman-Nya:

“Dan infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah Menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah).” (Al-Hadid 7)

Setelah Allah meyakinkan bahwa harta itu milik-Nya dan dititipkan kepada manusia, Allah memintanya untuk membagikan harta titipan itu kepada orang lain. Itupun, Allah tidak meminta untuk membagikan semua harta yang ia miliki, hanya sebagian saja yang perlu untuk dibagikan kepada orang lain. Allah swt berfirman:

“Dan menginfakkan sebagian rezeki yang kami Berikan kepada mereka” (Al-Baqarah 3)

Namun anehnya, Allah menggunakan cara yang begitu indah untuk menggugah hati manusia dalam ber-infaq. Kita tau bahwa semua harta itu milik Allah, namun Allah memakai kata “hutangi-lah aku” ketika meminta manusia untuk membagikan hartanya. Seakan-akan harta itu milik manusia.

“Berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik.” (Al-Muzammil 20)

Allah meminta hutang sementara semua yang ada pada kita adalah milik-Nya. Seorang yang masih memiliki perasaan pasti tergugah untuk berbagi kepada selainnya. Karena manusia mungkin akan ragu bahwa yang ia berikan kepada orang lain akan kembali. Namun jika ada seorang yang berhutang, maka ada kemungkinan untuk kembali lagi. Dan kali ini yang berhutang adalah Allah swt. Siapa yang lebih tepat janjinya daripada Allah?

Bahkan dalam ayat lain, Allah menyebutkan bahwa siapa yang mau menghutangi Allah dengan membagikan hartanya kepada orang lain akan diganti dengan tambahan yang lebih dari Allah.

“Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak.”(Al-Baqarah 245)

Lalu, berapa banyak Allah akan melipat gandakan gantinya? Didalam Alquran disebutkan bahwa ganti yang Allah berikan atas mereka yang mau berinfaq adalah 10 x lipat paling sedikitnya.

Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya.” (Al-Anam 160)

Bahkan didalam surat Al-Baqarah, Allah swt bukan hanya melipat gandakan 10x, namun sampai 700x lipat setiap seorang menginfakkan hartanya dijalan Allah.

Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji.” (Al-Baqarah 261)

Dan lihatlah janji Allah bagi mereka yang mengeluarkan hartanya dijalan Allah:

“Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan Menggantinya”(Saba 39)

Sekarang, ketika Allah telah berjanji untuk mengganti semua harta yang kita berikan, ketika Allah berjanji untuk melipatgandakan, ketika Dia meminta hutang padahal semua itu milik-Nya semata, adakah yang masih ragu untuk berbagi?

Imam Jafar Shodiq pernah bertanya: “Jika yang mengganti adalah Allah, lantas mengapa masih kikir?”

Sebenarnya, keuntungan yang akan kita dapatkan dari berinfak bukan hanya penggantian yang berlipat dari Allah. Lebih dari itu, menurut Alquran seorang yang berinfak sebenarnya dia memberi kepada dirinya sendiri.

Bukankah Allah berfirman: “Apa pun harta yang kamu infakkan, maka (kebaikannya) untuk dirimu sendiri.”(Al-Baqarah 272)

Hanya orang yang tidak waras yang masih kikir terhadap dirinya. Dia begitu pelit bahkan untuk kebaikan dirinya sendiri. Allah pun dengan tegas menyebutkan dalam Firman-Nya bahwa siapa yang kikir sebenarnya dia kikir untuk dirinya sendiri.

“Dan barangsiapa kikir maka sesungguhnya dia kikir terhadap dirinya sendiri.”(Muhammad 38)

Ringkasnya, saat kita memiliki uang 100 ribu kemudian kita infakkan 50 ribu, tersisa berapa uang yang kita miliki? Logika dunia pasti mengatakan hanya tersisa 50 ribu. Namun logika Al-Quran, uang itu kini menjadi 550 ribu yang tersimpan dalam tabungan dihadapan Allah swt. Karena paling sedikitnya akan Allah ganti 10x lipat.

Akhirnya, apabila kita benar-benar mencintai harta kita maka titipkanlah harta itu kepada Allah. Jika tidak, maka ketika wafat akan menjadi milik ahli waris. Jika kita belikan makanan akan habis dan tersisa seperti yang keluar dari perut.

Rasulullah pun berpesan bahwa harta yang menjadi sebenar-benarnya milik kita adalah yang telah kita infakkan sementara yang masih ada di tangan kita tidak bisa menjamin akan menjadi milik kita nanti.

Suatu hari, beliau menyembelih kambing dan menyuruh istrinya Aisyah untuk membagi-bagikan daging itu. Setelah beberapa saat, Rasul bertanya tentang daging tersebut. Istri beliau menjawab bahwa semuanya sudah dibagikan kecuali sedikit yang ia sisakan untuk Rasulullah saw. Rasulullah pun menjawab bahwa yang telah dibagikan itulah yang sebenarnya milik kami sementara yang sisa sedikit itu bukan milik kami.

Sekecil apapun harta yang kita infakkan akan menjadi kekal sementara sebanyak apapun harta yang kita timbun akan segera terpisah dari kita.[khazanahalquran]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2356316/dahsyat-inilah-balasan-jika-terbiasa-memberi#sthash.8wDZY6uA.dpuf