Inilah Jalan Surga bagi Orang Tua

Beruntunglah para orang tua yang  mampu mengantar anaknya ke gerbang kesuksesan terutama dalam hal pendekatan diri kepada sang pencipta. Dalam surat at-Tur ayat 21 dijelaskan bahwa, “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”

Maksud dari ayat di atas bahwa mewujudkan keturunan yang beriman akan mampu mengangkat derajat orang tuanya dan memasukkan orang tuanya ke dalam syurga Allah. Allah akan menghubungkan mereka dengan anak cucu mereka, agar dapat bergembira dengan anak cucunya. Allah tidak akan mengurangi pahala perbuatan mereka sedikit pun, dan orang tua tidak akan membawa kesalahan anak cucu mereka sedikit pun.

Itulah mengapa para orang tua harus mulai menyadari dan memahami bahwa keimanan seorang anak sangat dipengaruhi dari pendidikan agama dan pendekatannya kepada Allah. Namun memang mendidik seorang anak tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pendidikan bukan hanya dalam hal intelektual saja, namun kecerdasan yang bersifat komprehensif sesuai dengan potensi kecerdasannya.

Yang terpenting dari itu semua adalah bekal agama dan akhlak mulia yang harus terus kita tanamkan pada anak keturunan kita. Orang tua harus mampu untuk menumbuhkan kepercayaan kepada si anak bahwa pendidikan iman dan agama sangat penting bagi dirinya sendiri juga bagi orang tuanya.

Bukan hanya memberi perintah dan pengarahan saja pada anak, namun orang tua hendaknya menjadi teladan bagi anaknya dalam pendidikan anak. Merekalah yang pertama kali harus kita dakwahi dan berikan perhatian tentang pemahaman keagamaan serta pengamalannya.

Bagi orang tua, mendidik anak adalah ibadah yang sifatnya sepanjang hayat. Karena itu, perlu kesabaran, kecerdasan dan kebertahapan dalam menempuhnya. Perlu ketawakkalan yang kuat supaya Allah menjadikan anak kita menjadi anak yang sholeh, cerdas dan bermanfaat.

Pembinaan kepada anak dengan memberikan penjelasan akan janji-janji Allah bagi orang-orang yang bertakwa. Dalam pendidikan berbasis iman itulah, akan terbentuk anak yang saleh. Anak yang selalu mendoakan kedua orang tuanya.

Kita pasti menyepakati bahwa, anak yang senang mendoakan orang tuanya merupakan anak yang dari kecil dibiasakan menjalankan-menjalankan kebaikan, serta terbiasa dengan kebiasaan orang tua yang selalu mendoakan orang tuanya juga.

Bagi orang tua, keuntungan memiliki anak yang saleh memiliki implikasi di akhirat. Amalan-amalan anak senantiasa berkorelasi dengan kedua orang tuanya walaupun sang orang tua telah wafat. Jika sang anak melakukan kebaikan atau mendoakan orang tuanya maka amal dari kebaikannya juga merupakan amal orang tuanya dan doanya akan segera terkabul oleh Allah SAW.

Waallahu “allam

ISLAMKAFFAH

Tidak Boleh Memastikan Individu Tertentu Masuk Surga atau Neraka, kecuali Jika Ada Dalil

Ahlussunnah waljama’ah membedakan antara hukum umum bahwa orang mukmin itu di surga dan orang kafir itu di neraka, dengan hukum spesifik bahwa individu tertentu itu di surga atau di neraka.

Adapun hukum secara umum, maka ahlussunnah meyakini bahwa orang mukmin itu di surga dan orang kafir itu di neraka. Banyak sekali dalil yang berbicara tentang hal ini. Bahkan, ini termasuk perkara al-ma’lum minad-din bidh-dharurah, yaitu perkara yang diketahui secara terang benderang baik oleh para ulama ataupun oleh masyarakat awam.

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمْ خَيْرُ ٱلْبَرِيَّةِ جَزَآؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۖ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِىَ رَبَّهُۥ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Rabb mereka adalah surga ‘Adn yang sungai-sungai mengalir di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Yang demikian itu adalah balasan bagi orang yang takut kepada Rabb-nya.” (QS. Al-Bayyinah: 7-8)

Demikian pula, tentang orang kafir itu di neraka, Allah subhanahu wata’ala berfirman,

إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ وَٱلْمُشْرِكِينَ فِى نَارِ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمْ شَرُّ ٱلْبَرِيَّةِ

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dari ahli kitab dan orang-orang yang musyrik itu di neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al-Bayyinah: 6)

Adapun meyakini atau mengatakan bahwa individu tertentu itu di surga atau neraka, maka hal ini tidak boleh kita lakukan, kecuali jika memang ada dalilnya bahwa dia masuk surga atau masuk neraka. Ini karena hanya Allah subhanahu wata’ala yang mengetahui perkara yang batin dan tersembunyi. Bahkan, walaupun orang tersebut adalah orang mukmin asli atau orang kafir asli, maka tidak boleh bagi kita untuk mengatakan semisal “Si Fulan di surga”, atau “Si Fulan di neraka”.

Yang bisa kita lakukan adalah mengharapkan dan mendoakan seseorang untuk masuk surga, jika zahirnya selama ini di dunia dia adalah orang yang beriman. Atau, kita juga bisa mengatakan, “Si Fulan adalah muslim, dan jika dia meninggal di atas keimanannya, maka dia akan masuk surga.” Atau mengatakan,  “Si Fulan adalah kafir, dan jika dia mati di atas kekufurannya, maka dia akan masuk neraka.” Dengan kata lain, kita mengembalikan kepada hukum umum. Jika seseorang itu memang adalah orang yang beriman, maka dia masuk surga. Akan tetapi, jika dia adalah orang yang kafir, maka dia masuk neraka.

Adapun jika ada dalil yang menetapkan bahwa individu tertentu itu masuk surga, maka kita harus meyakini bahwa individu tersebut masuk surga. Misalnya, sepuluh sahabat yang dijanjikan masuk surga dalam hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

أبو بكر في الجنة، وعمر في الجنة، وعثمان في الجنة، وعلي في الجنة، وطلحة في الجنة، والزبير في الجنة، وعبد الرحمن بن عوف في الجنة، وسعد بن أبي وقاص في الجنة، وسعيد بن زيد في الجنة، وأبو عبيدة بن الجراح في الجنة.

Abu Bakr di surga, ‘Umar (ibn al-Khaththab) di surga, ‘Utsman (ibn ‘Affan) di surga, ‘Ali (ibn Abi Thalib) di surga, Thalhah (ibn ‘Ubaidillah) di surga, Az-Zubair (ibn Al-’Awwam) di surga, ‘Abdurrahman ibn ‘Auf di surga, Sa’id ibn Abi Waqqash di surga, Sa’id ibn Zaid di surga, dan Abu ‘Ubaidah ibn Al-Jarrah di surga.

Demikian pula, jika ada dalil yang menetapkan bahwa individu tertentu itu masuk neraka, maka kita harus meyakini bahwa individu tersebut masuk neraka. Misalnya, Abu Lahab dan istrinya. Allah subhanahu wata’ala berfirman,

تَبَّتْ يَدَآ أَبِى لَهَبٍ وَتَبَّ * مَآ أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُۥ وَمَا كَسَبَ * سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ * وَٱمْرَأَتُهُۥ حَمَّالَةَ ٱلْحَطَبِ * فِى جِيدِهَا حَبْلٌ مِّن مَّسَدِۭ

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah bermanfaat kepadanya harta bendanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan begitu pula istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.” (QS. al-Masad: 1-5)

***

@ Dago, Bandung, 19 Jumada al-Ula 1443 H

Penulis: Dr. Andy Octavian Latief, M.Sc

Sumber: https://muslim.or.id/71404-tidak-boleh-memastikan-individu-tertentu-masuk-surga-atau-neraka-kecuali-jika-ada-dalil.html

Empat Golongan yang Terhalang Masuk Surga

SETIAP manusia di akhirat nanti menginginkan masuk ke dalam Surga. Karena di dalamnya terdapat banyak kenikmatan yang tidak pernah habis dan bersifat kekal. Di dalamnya juga ada air yang selalu jernih tidak berubah rasa dan baunya.

Ada pula sungai susu karena airnya terdiri atas air susu yang juga tidak berubah rasanya. Kemudian, ada juga sungai arak (khamar), yaitu airnya terdiri atas khamar yang sangat lezat rasanya, tapi tidak memabukkan. Selanjutnya, ada pula sungai madu, yang airnya terdiri atas madu yang disaring.

مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِيْ وُعِدَ الْمُتَّقُوْنَ ۗفِيْهَآ اَنْهٰرٌ مِّنْ مَّاۤءٍ غَيْرِ اٰسِنٍۚ وَاَنْهٰرٌ مِّنْ لَّبَنٍ لَّمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهٗ ۚوَاَنْهٰرٌ مِّنْ خَمْرٍ لَّذَّةٍ لِّلشّٰرِبِيْنَ ەۚ وَاَنْهٰرٌ مِّنْ عَسَلٍ مُّصَفًّى ۗوَلَهُمْ فِيْهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ وَمَغْفِرَةٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ ۗ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِى النَّارِ وَسُقُوْا مَاۤءً حَمِيْمًا فَقَطَّعَ اَمْعَاۤءَهُمْ ١٥

“Perumpamaan taman Surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa; di sana ada sungai-sungai yang airnya tidak payau, dan sungai-sungai air susu yang tidak berubah rasanya, dan sungai-sungai khamar (anggur yang tidak memabukkan) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai madu yang murni. Di dalamnya mereka memperoleh segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka. Samakah mereka dengan orang yang kekal dalam neraka, dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga ususnya terpotong-potong?” (QS : Muhammad :15).

Namun tidak semua golongan manusia yang bisa memasuki Surga nya Allah. Jauh hari Rasulullah telah memberikan khabar tentang hal ini seperti dalam sabdahnya :

ثَـلاَثَـةٌ لَا يَدْخُـلُـوْنَ الْـجَـنَّةَ الْـعَـاقُّ لِـوَالِـدَيـْهِ وَ الْـدَيُـْوثُ وَرَ جُـلَـةُ الـنِّـسَـاء.

Empat golongan manusia yang tidak akan masuk Surga ; orang yang durhaka kepada ibu-bapaknya, dayyuts, laki-laki seperti wanita. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Al-Hakim dan Al-Baihaki dishahihkan oleh Asy-Syaikh dari Abdullah bin Umar.

Dari Ammar bin Yasir Rasulullah ﷺ bersabda :

ثَـلاَثَـةٌ  قَــدْ حَـرَّمَ اللهٌ عـَـلَـيْـهِـمٌ الْـجَـنَّةَ مٌـدْمِنٌ الْـخَـمْرِ وَالْـعَـاقُّ لِـوَالِـدَيـْهِ و الْـدَيٌـْوثُ الْـذِيْ يُـقِـرُّالْـخُبْثُ فِـيْ أَهْـلِهِ.

“Tiga golongan manusia yang Allah mengharamkannya masuk Surga; orang pecandu khamar, orang yang durhaka kepada ibu-bapaknya, suami yang membiarkan kekejian (perbuatan seorang) kepada ahlinya.” (HR. An-Nasa’i)

Golongan Pertama. Berdasarkan dua hadis di atas, maka golongan yang pertama terhalang masuk Surga adalah orang yang durhaka kepada ibu-bapaknya. Dalam al-qur’an Allah berfirman :

۞ وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا ٢٣ وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ ٢٤

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”  (QS:Al-Isra’:23-24)

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۗ…… ٨

“Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya.” (QS: al-ankabut :8).

Dua ayat dalam al-Qur’an diatas cukup menjadi dasar seorang anak wajib untuk berbuat baik, berbakti dan tidak durhaka kepada ibu-bapaknya. Rasullah mengingatkan dalam hadisnya “Ridha Allah itu terletak pada ridho orang tua, dan murka Allah juga terletak pada murka orang tua.”

Dalam hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, Rasulullah ﷺ juga pernah bersabda, tatkala ada seorang lelaki yang memohon izin berangkat untuk berjihad di jalan Allah bersama beliau, lalu Rasulullah bertanya, “Apakah orang tuamu masih hidup?” lelaki itu menjawab ; “Iya, dia masih hidup. Kemudian beliau bersabda lagi, “kalau begitu, berjihadlah dahulu dalam berbakti kepada keduanya!”

Agama Islam mengharamkan perbuatan seorang anak yang mendurhakai orang tuanya. Durhaka kepada ibu-bapa merupakan salah satu dari golongan dosa- dosa besar.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:

لأَاُخْـبِـرُكٌـمْ بـأَكْـبَـرِ الْـكَـبَـائِـرِ الِاشْــراكُ بـاللهِ وَعُـقُـوْقُ الـوَالِـدَيْـنِ

“Maukah kalian aku kabarkan tentang dosa-dosa yang paling besar? Yaitu mempersekutukan Allah dan mendurhakai kedua orang dua.”

Dalam hadis lain keduanya meriwayatkan juga hadist Rasulullah ﷺ:

لأَ يَـدْ خُـلُ الْـجَـنَّ مَـنَّـانُ ولاَ عَـاقُ وَلَا مُـدْ مِـنُ خَــمْـرِ

“Tidak akan masuk Surga orang manna (mengungkit ungkit pemberian), durhaka kepada ibu-bapak dan peminum khamar. Diriwayatkan juga oleh Al-Hakim hadist Ali bin Abi Thalib dengan sanad yang hasan, Rasulullah bersabda: “Allah melaknat orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya.”

Berdasarkan dalil-dalil di atas sangat pantas seorang anak durhaka kepada ibu-bapaknya terhalang untuk masuk kedalam Surga.

Golongan kedua adalah dayyuts. Yaitu suami yang tidak mempunyai rasa cemburu terhadap keluarganya, atau orang tidak mempunyai rasa cemburu kepada keluarganya dan yang mengizinkan para lelaki asing menemui mahram-nya, sedangkan dia melihat mereka.

Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad atau dikenal dengan Imam Adz-Dzahabi dalam kitab Dosa-dosa Besar terjemahan kitab Al-Khabair menulis perkataan Mushannif dia berkata; ”Seorang yang memperkirakan istrinya berbuat seorang, lalu dia berpura-pura tidak mengetahuinya karena  cintanya kepada Istrinya, atau karena ia punya hutang, atau karena maskawinnya yang besar, atau karena ia mempunyai anak yang masih kecil-kecil, dan jika istrinya itu mengajukan kepada sang hakim akan memutuskan istrinya lebih berhak mengurus anak-anaknya, sehingga ia tidak bisa mengambil tindakan prilaku istrinya, maka tidak ada sama sekali kebaikan pada, pada orang yang tidak lagi memiliki rasa kecemburuan.”

Dr. Mustafa Murad dalam bukunya Pedoman Hidup Seorang Muslim terjemehan dari Minhajul Mukmin juga menyebutkan,  orang yang menduga bahwa istrinya telah berbuat keji, namun dia tidak peduli karena saking cintanya, atau posisinya yang lemah karena mempunyai hutang padanya, atau merasa dahulu telah mengeluarkan maskawin/mahar yang banyak, atau dia mempunyai tanggungan anak sehingga takut kalau dilaporkan kepada hakim dan dituntut kewajiban  untuk menafkahi mereka, padahal dia sendiri berada dibawah tanggungan istrinya tersebut, maka tidak ada satupun kebaikan dalam diri orang yang tidak punya rasa cemburu.

Golongan Ketiga. Peminum khamar, meski tidak sampai mabuk. Meminum khamar atau alkohol atau yang minuman yang memabukan lainya dilarang oleh Allah dan Rasullah dalam agama Islam walaupun tidak mabuk.

Bahkan Rasulullah ﷺ menyebutkan peminum bahkan sampai kepada penjual khamar  dilaknat Allah. Dalam surah al-Maidah ayat 90 disebutkan meminum khabar, judi, mengundi nasib merupakan perbuatan syetan dan wajib dijauhi oleh orang beriman.

Nabi Muhammad ﷺ juga melarang perilaku ini dengan sabdanya yang artinya: “Allah melaknat peminum khamer dan penjualnya.” (HR:  Hakim).

Orang yang tidak menjauhi perbuatan ini, berarti dia telah durhaka kepada Allah dan rasulnya, maka di akhirat dia berhak untuk mendapatkan adzab dan akan diberi minum dengan thinatul khabal. ”Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar batas-batas hukum-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka, dia kekal di dalamnya dan dia akan mendapat azab yang menghinakan.” (QS: An-Nisa :14).

Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Musim, Abu Daud dan Tarmizi ada seorang yang bertanya kepada Rasulullah ﷺ, “Apa itu thinatul khabal?  Rasulullah bersabda, “Keringat atau air persan penghuni Neraka.”

Sedangkan hukuman di dunia bagi peminum khabar yaitu didera sebanyak 80 kali sesuai dengan yang dicontohkan Nabi sebagaimana ditulis oleh Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi dalam kitab Minhajul Muslim.

Golongan keempat. Laki-laki seperti wanita atau sebaliknya. Dalam ajaran Islam, tidak boleh seseorang untuk meniru cara berpakaian atau penampilan seperti lawan jenisnya. Rasulullah ﷺ bersabda:

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – الْمُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ ، وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ

“Rasulullah ﷺ melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Bukhari no. 5885).

Dalam hadis lain disebutkan, “Allah melaknat perempuan yang mengenakan pakaian laki-laki dan laki-laki yang mengenakan pakaian perempuan.”Larangan tersebut tak hanya berkaitan dengan persoalan busana, melainkan juga cara berjalan dan berbicara.

Pada dasarnya setiap manusia diciptakan dalam kondisi yang sempurna. Allah SWT berfirman,

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ ٤

“Sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS: at-Tin: 4).

Maknanya, bagaimana kondisi manusia diciptakan hakikatnya adalah bentuk yang paling baik menurut Allah SWT. Jika Yang Maha Pencipta berfirman demikian, maka kita sebagai makhluk sungguh tak elok mencap wujud diri kita belumlah sempurna dan pantas diubah-ubah.

Allah Ta’ala juga menciptakan laki-laki dan perempuan sebagai pasangan yang saling melengkapi. Keduanya ada perbedaan fisik, psikis dan pemikiran sehingga bisa saling melengkapi.Ingatlah firman-Nya dalam Surah al-Hujurat ayat 13:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ١٣

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal…”

Sehingga bisa dikatakan, penciptaan laki-laki dan perempuan adalah sebuah fitrah yang tidak bisa diubah. Soal mengubah ciptaan Allah ini, Nabi ﷺ dengan sangat tegas melarangnya.

Nabi ﷺ bersabda,

لَعَنَ اللهُ الْوَاشِمَاتِ وَاْلمُسْتَوْشِمَاتِ وَالْمُتــَّخِصَاتِ وَالْمُتَفَلِّجَاتِ لِلْحَسَنِ الْمُغَيِّرَاتِ خَلْقَ اللهِ, مَالِي لاَ أَلْعَنُ مَنْ لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ وَهُوَ فِي كِتــَابِ اللهِ – أخرجه البخاري ومسلم –

“Allah melaknat para perempuan pembuat tato dan yang meminta ditato, para wanita yang mengerok alisnya dan perempuan yang meratakan gigi untuk mempercantik diri, yang merubah ciptaan Allah. Buat apa aku tidak melaknat orang yang Rasulullah laknat, padahal dia (hokum melaknat para pelaku) terdapat dalam kitabullah.” (HR: Bukhari dan Muslim).*/Deri Adlis

HIDAYATULLAH

Amalan Sunnah Pahalanya Menemani Rasulullah SAW di Surga

Terdapat amalan sunnah pahalanya berupa menemani Rasulullah di surga

Umat Islam pasti ingin bisa masuk surga bersama baginda Nabi Muhammad SAW. Agar bisa menemani Rasulullah di surga, maka umat Islam diperintahkan untuk melaksanakan ibadah sholat sunnah.

Sholat sunnah merupakan ibadah badaniyah yang paling utama untuk dikerjakan umat Islam. Bahkan, dalam hadits dijelaskan bahwa ibadah sholat itu lebih utama daripada ibadah puasa. Bagi umat Islam yang melaksanakan sholat sunnah secara istiqomah juga akan mendapatkan pahala berlebih.

Dalam buku “Klasifikasi Sholat Sunnah & Keutamaannya” karya Muhammad Najib diceritakan  bahwa ada seorang sahabat Nabi yang bernama, Rabiah bin Ka’ab al-Islamiy RA yang ingin sekali masuk surga dan bisa menemani Nabi di surga.

Lalu kemudian Rasulullah SAW memerintahkan dia untuk memperbanyak sholat sunnah. Dengan memperbanyak sholat sunnah maka insyaAllah keinginannya dikabulkan Allah SWT. Kisah ini termaktub dalam sebuah hadits sahih yang diriwayatkan Imam Muslim berikut:

عن رَبِيعَة بْن كَعْبٍ الْأَسْلَمِيُّ رضي الله عنه قَالَ : ” كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ ، فَقَالَ لِي : سَلْ ، فَقُلْتُ : أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ ، قَالَ : أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ ، قُلْتُ : هُوَ ذَاكَ ، قَالَ : فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ

Dari Rabi’ah bin Ka’ab al-Islamy RA, dia berkata: “Nabi SAW berkata kepadaku, “Wahai Rabiah mintalah sesuatu.” ‘Maka aku jawab: ‘Aku ingin bisa menemanimu di surga wahai nabi.’ Lalu nabi bertanya: “Ada yang lain tidak?,” Aku menjawab: Tidak ada. Lalu Nabi bersabda: “Kalau begitu bantulah aku untuk bisa menolongmu dengan memperbanyak sujud.” (HR Muslim)

Muhammad Najib menjelaskan, Imam an-Nawawi rahimahullah (wafat 676 H) mengomentari hadits di atas dalam kitabnya al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bahwa yang dimaksud memperbanyak sujud adalah memperbanyak sholat sunnah.

Karena itu, menurut Najib, semakin banyak kita sholat sunnah maka semakin banyak sujud yang kita lakukan. Semakin banyak sujud yang kita lakukan maka insyaAllah semakin besar kemungkinan kita bisa menemani Nabi SAW di surganya Allah SWT.  

KHAZANAH REPUBLIKA

Bicara Surga Dulu Agar Tertarik Masuk Surga

KESIMPULAN para alim menyatakan bahwa di surga itu ada tiga hal yang tidak mungkin didapat di dunia ini: Pertama, keabadian, hidup selama-lamanya; kedua: melihat Allah dan “bersama”Nya; ketiga, tiadanya sakit, sedih dan derita. Kehidupan yang sempurna, bukan? Subhanallaah. Semoga kita menjadi salah seorang penduduk surga.

Sebagian ulama juga menambahkan bahwa andaikata manusia itu melihat sebagian kecil saja dari ujung surga, maka pastilah mereka menghabiskan waktunya untuk Allah, agama Allah, amal perbuatan yang disukai Allah. Semoga kita termasuk salah satu yang bisa selalu dekat dengan Allah.

Bagaimanakah prkerjaan harian manusia yang dekat kepada Allah? Semuanya adalah dikembalikan kepada Allah. Bahasa kampusnya adalah memiliki semangat transendental yang bagus. Apa buktinya? Ketika ditimpa kesedihan, diselesaikannya dengan SHALAT. Ketika ada rasa sakit, diobatinya dengan QUR’AN. Ketika dada terasa sempit dan pikiran terasa sumpek, dihiburnya dengan ISTGHFAR. Ketika memiliki keinginan untuk masa depannya agar semakin indah, diajukanah proposal kepada Allah yang bernama DOA. Serta saat kehilangan sesuatu yang menyedihkannya di dunia ini, diyakinkanlah hatinya bahwa semua akan ditemukan di SURGA, maka bersabarlah dia.

Semoga kita bisa menjadi manusia dengan amalan harian seperti itu. Salam, AIM, Pengasuh Pondok Pesantren Kota Alif Laam Mii Surabaya. [*]

Oleh KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK


Terhalang Masuk Surga

Setiap orang pasti mendambakan masuk surga. Dan, surga terbuka bagi siapa saja yang mau melakukan berbagai amalan ahli surga. Kenyataannya, tidak sedikit orang yang menginginkan masuk surga, tapi tidak melakukan amalan ahli surga.

Justru, ia malah sibuk melakukan amalan ahli neraka. Dan, akhirnya ia terhalang untuk masuk surga, naudzubillah min dzalik. Oleh karena itu, setiap kita harus mengetahui amalan apa saja yang dapat menjadi penghalang masuk surga. Lalu, kita berusaha meninggalkannya.

Amalan penghalang masuk surga itu, di antaranya, pertama memakan harta riba. Allah SWT berfirman, “ …orang yang kembali (mengambil riba) maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (QS al-Baqarah [2]: 275).

Kedua, memakan harta anak yatim. “Sesungguhnya, orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (QS an-Nisa’ [4]: 10).

Ketiga, meninggalkan shalat. “Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud, maka mereka tidak kuasa (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehinaan. Dan, sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) diseru untuk bersujud dan mereka dalam keadaan sejahtera.” (QS al-Qalam [68]: 42-43).

Keempat, suka menggunjing. “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purbasangka karena sebagian dari purbasangka itu dosa. Dan, janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka, tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan, bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.” (QS al-Hujurat [49]: 12).

Kelima, pemimpin yang menipu rakyatnya. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang diberikan urusan oleh kaum Muslimin (sebagai pemimpin), lalu ia mengeksploitasi kekayaan mereka, kebutuhan mereka, kesulitan mereka, dan juga kemiskinan mereka niscaya Allah akan menghalanginya pada hari kiamat dari kekayaannya, kebutuhannya, kesulitannya, juga kemiskinannya.” (HR Abu Dawud).

Keenam, melakukan tindak korupsi. “Tidak mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barang siapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.” (QS Ali Imran [3]: 161).

Dan, yang ketujuh berlaku kikir. Rasulullah bersabda, “Peliharalah diri kalian dari kezaliman karena itu adalah kegelapan pada hari kiamat. Peliharalah diri kalian dari kekikiran karena akan menjadikan umat sebelum kalian binasa. Kekikiran menjadikan mereka mudah menumpahkan darah dan menghalalkan semua hal yang dilarang Allah.” (HR Muslim).

Semoga Allah menjauhkan diri kita dari amalan-amalan yang menjadi penghalang masuk surga. Amin.

Oleh Imam Nur Suharno

KHAZANAH REPUBLIKA

Kiat Praktis Masuk Surga

Yahya bin Mu’adz ar-Razi memberi nasehat, 

مسكين ابن آدم لو خاف من النار كما يخاف من الفقر لدخل الجنة

“Kasihan manusia itu. Andai manusia memiliki rasa takut dengan neraka sebagaimana rasa takutnya dengan kemiskinan niscaya dia akan masuk surga.” (Ar-Risalah al-Qusyairiyyah hlm 65) 

Manusia demikian takut hidup miskin.

Berbagai upaya dilakukan untuk terhindar dari kemiskinan. 

Sebagian orang bahkan menghalalkan segala cara, tidak kenal halal haram yang penting selamat dari kesusahan hidup di dunia. 

Demikian gambaran rasa takut manusia dengan kefakiran. 

Andai kata semangat ’45 untuk terhindar dari kemiskinan itu juga dijumpai untuk terhindar dari neraka.

Dengan semangat berkobar kobar ibadah tanpa kenal lelah akan dilakukan.

Dengan modal semangat semisal ini surga abadi akan mudah didapatkan

Akan tetapi sayang seribu sayang… 

Pada diri banyak orang spirit untuk bebas dari neraka tidak semisal semangat berjuang untuk lepas dari kemiskinan.

Semoga Allah selalu membantu kita untuk sungguh-sungguh beribadah kepada-Nya.

Penulis: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.P.I.

YUFIDIA

4 Golongan Manusia yang Tak Mencium Bau Surga

SURGA adalah tempat di akhirat yang dalam Alquran Allah SWT menggambarkan sebagai tempat yang luar biasa indah. Setiap makhluk yang beriman kepada Allah SWT pasti berharap untuk meninggalinya ketika mereka sampai pada kehidupan abadi di akhirat kelak.

Melalui Alquran, Allah SWT telah menjanjikan kenikmatan tiada tara dan tak bisa terjangkau oleh bayangan manusia. Namun untuk menggapai surga itu, ada harga yang harus kita bayar yaitu ibadah dan amal kebajikan. Dan bagi mereka yang tak pernah beribadah, tak akan sampai ia pada surga bahkan mencium bau surga pun ia tak bisa.

“Ada empat golongan manusia. Mereka tak akan dapat bau surga. Padahal bau surga itu dapat dirasa sejarak lima ratus tahun perjalanan lamanya. Merekalah orang-orang yang pelihara kekikiran, orang yang suka menyebut-nyebut pemberian, peminum minuman memabukkan, anak yang pada orangtua ia durhaka.”

Jika seseorang memakai parfum, kita akan mencium bau wanginya bila berada di dekatnya. Apabila agak jauh darinya, bau harum tidak akan tercium. Bila ingin kita menikmati bau harumnya maka kita harus dekat-dekat dengan dirinya. Itu sudah sesuatu yang wajar.

Surga adalah bagaikan seorang wanita yang memakai parfum dengan bau yang sangat harum. Keharuman surga tercium hingga jarak yang sangat jauh. Kita tidak dapat membayangkan berapa jauhnya jika disebutkan lima ratus perjalanan. Kalau manusia tidak mampu mencium bau harumnya surga, seberapa jauh dari surga sebenarnya dia berada.

Mengapa ada manusia yang demikian jauhnya dari surga? Surga seperti juga wanita cantik berbau harum tersebut, tidak mau dekat-dekat dengan mereka yang tidak disukainya. Misalnya, wanita tersebut tidak suka dengan perokok. Maka ia akan berada jauh dari si perokok tersebut. Surga akan menjauh dari orang yang dibencinya. Atau orang yang dibencinya akan dijauhkan Allah SWT dari surga. Siapa saja sebenarnya manusia yang dibenci surga sehingga mereka harus jauh-jauh dari surga yang untuk mencium baunya saja harus berjalan selama lima ratus tahun?

Merekalah orang yang selalu kikir. Tidak punya sifat kedermawanan sama sekali. Kekikirannya dipelihara malah dari waktu ke waktu ditingkatkan.

Juga orang yang tidak ikhlas dalam melakukan pemberian. Ketidakikhlasannya diwujudkan dengan selalu menyebut dan mengungkit-ngungkit pemberian yang telah dia lakukan baik kepada orang lain maupun orang yang diberinya.

Kemudian orang yang hobi minum. Sudah jelas mulut mereka bau, otak mereka kacau dan bicaranya ngelantur. Jangankan surga, wanita di dunia saja akan takut dan menjauh terhadap pemabuk seperti itu.

Terakhir adalah anak yang durhaka kepada orangtuanya. Anak seperti ini memang keterlaluan dan sudah selayaknya dijauhkan dari surga. Anak yang tak tahu balas budi, sudah susah payah dihidupi dan dibesarkan malah mendurhakai. Allah SWT akan marah karena keridhaan-Nya adalah keridhaan orangtua. Anak yang durhaka tidak akan mendapat keridaan Allah SWT. Artinya, tidak akan mendapatkan surganya. Semoga Allah SWT selalu meridai ibadah kita agar kita tidak termasuk dalam keempat golongan ini. []

Sumber: Hikmah dari Langit, Yusuf Mansur & Budi Handrianto, Penerbit: Pena Pundi Aksara/2007

INILAH MOZAIK

Istriku, dengan Siapa Engkau di Surga Nanti?

Ingin Sehidup Sesurga Denganmu

Gambaran Seorang Suami Berkata pada Istrinya:

“Wahai istriku, sekiranya aku bisa berdoa, maka aku berdoa kepada Allah agar engkau yang meninggal dahulu, barulah aku menyusul. Aku tidak ingin, apabila aku meninggal terlebih dahulu, kemudian engkau menikah lagi dengan laki-laki lain, maka engkau akan bersama suami terakhirnya di surga. Aku yang sudah menanti-nanti akan menjadi Raja bagi-mu di surga, ternyata aku harus menanggung cemburu tak tertahankan, melihat kenyataan engkau malah bersanding dengan laki-laki lainnya di surga… selama-lamanya.”

Istriku, Dengan Siapa Engkau di Surga?

Apakah benar gambaran kasus di atas? Hal ini kembali kepada pembahasan “Apabila wanita menikah lebih dari sekali, bersama siapakah ia di surga bersanding kelak di antara suaminya (apabila semua suaminya masuk surga)? Dalam hal ini ulama berbeda pendapat, terdapat dua pendapat terkenal:

  1. Wanita bisa memilih dengan suami yang mana kelak ia akan bersama di surga 
  2. Wanita bersama suami terakhirnya di dunia

Berikut pembahasannya:

Wanita bisa memilih dengan suami yang mana kelak ia akan bersama di surga 

Para ulama berdalil bahwa di surga kelak seseorang dapat memilih sesuai dengan apa yang ia inginkan berdasarkan keumuman ayat mengenai kehidupan di surga. 

Allah berfirman,

وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنْفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ

“Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya”. [Az-Zukhruf :71]

Demikian juga hadits yang dishahihkan oleh Al-Albani, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 أَيُّمَا امْرَأَةٍ تُوُفِّيَ عَنْهَا زَوْجُهَا فَتَزَوَّجَتْ بَعْدَهُ فَهِيَ لِآخِرِ أَزْوَاجِهَا

“Wanita manapun yang ditinggal mati suaminya, kemudian si wanita menikah lagi, maka dia menjadi istri bagi suaminya yang terakhir.” [HR. Ath-Thabarani, lihat Ash-Shahihah 3/275]

Dalam kitab At-Tadzkirah fii ahwalil mauta disebutkan:

وقيل : إنها تخير إذا كانت ذات زوج

“Pendapat lainnya adalah wanita tersebut dapat memilih apabila memilki beberapa suami.”[2/278]

 (HR. Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Washith dari Abu Darda’. Dishahihan oleh Al-Imam Al-Albani dalam Ash-Shahihah 3/275)

Sebagian lagi berdalil dengan hadits Ummu salamah yang mengenai bolehnya memilih suami di surga, hanya saja sebagian ulama mendhaifkan hadits tersebut:

يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهَا تُخَيَّرُ فَتَخْتَارُ أَحْسَنَهُمْ خُلُقًا

“Wahai Ummu Salamah,dia akan diberi pilihan sehingga dia memilih yang paling baik diantara mereka.” [HR. Thabarani, Al-mu’jam al-Kabir 23/367]

Wanita bersama suami terakhirnya di dunia

Dalilnya adalah perbuatan Ummu Dardaa’ yang menolak lamaran Mu’awiyah karena ingin menjadi suami Abu Dardaa’ di surga. Ia berkata, “Aku mendengar Abu Darda’ (suaminya yang telah meninggal) berkata, Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

الْمَرْأَةُ لِآخِرِ أَزْوَاجِهَا

“Seorang wanita bagi suaminya yang terakhir”. Dan aku tidak ingin pengganti bagi Abu Dardaa’” [As-Shahihah no 128]

Hudzaifah radhiallahu ‘anhu juga pernah berkata kepada istrinya agar tidak menikah lagi setelah ia meninggal apabila istrinya ingin bersanding dengannya di surga.

إِنْ شِئْتِ أَنْ تَكُوْنِي زَوْجَتِي فِي الْجَنَّةِ فَلاَ تَزَوَّجِي بَعْدِي فَإِنَّ الْمَرْأَةَ فِي الْجَنَّةِ لِآخِرِ أَزْوَاجِهَا فِي الدُّنْيَا فَلِذَلِكَ حَرَّمَ اللهُ عَلَى أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَنْكِحْنَ بَعْدَهُ لِأَنَّهُنَّ أَزْوَاجَهُ فِي الْجَنَّةِ

“Jika kau ingin menjadi istriku di surga maka janganlah engkau menikah lagi setelah aku meninggal, karena seorang wanita di surga akan menjadi istri bagi suaminya yang terakhir di dunia. Karenanya Allah mengharamkan istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menikah lagi setelah meninggalnya Nabi, karena mereka adalah istri-istri Nabi di surga” [As-Shahihah no 1281]

Dari beberapa pendapat tersebut sebagian ulama merajihkan pendapat kedua yang terpilih karena sesuai dengan dhazir hadits, akan tetapi sebagian ulama lainnya yang merajihkan pendapat pertama seperti syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Ustaimin dalam Fatwa beliau (2/53). Ikhtilaf ulama dalam hal ini adalah ikhtilaf yang mu’tabar (teranggap).

Catatan Penting

  1. Apabila ada laki-laki shalih yang melamar seorang wanita janda (janda ditinggal mati), kemudian wanita tersebut tidak bisa menjaga diri dengan hidup menjanda sendiri karena fitnah dan tidak mampu mendidik anak-anaknya sendiri, maka hendaknya ia menerima lamaran laki-laki tersebut. Hal ini lebih baik daripada ia berangan-angan bersama suami terakhirnya, akan tetapi ia terjerumus dalam fitnah dan maksiat.

Perhatikan hadits berikut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا جَاءَكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِيْنَهُ وَخُلُقَهُ فَأَنْكِحُوْهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ

“Apabila datang kepada kalian seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya (untuk meminang wanita kalian) maka hendaknya kalian menikahkannya dengan wanita kalian. Bila tidak, akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan.” [HR. At-Tirmidzi no. 1085 hasan]

2. Tidak ada cemburu dan kecewa di surga karena Allah sudah mencabutnya, jadi jangan khawatir cemburu seperti gambaran kasus di atas.

Perhatikan hadits berikut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَلَا اخْتِلاَفَ بَيْنَهُمْ وَلاَ تَبَاغُضَ قُلُوْبُهُمْ قَلْبُ رَجُلٍ وَاحِدٍ يُسَبِّحُوْنَ اللهَ بُكْرَةً وَعَشِيًّا

“Tidak ada perselisihan di antara mereka, tidak ada permusuhan, hati-hati mereka hati yang satu, mereka bertasbih kepada Allah setiap pagi dan petang”  [HR Al-Bukhari no 3073]

3. Terdapat pendapat ulama lainnya yaitu ia akan bersama suami terakhir APABILA suami tersebut sama amal & akhlaknya dengan istrinya.

Syaikh Ali Firkous berkata,

وإن كان لها أزواجٌ في الدنيا فهي في الجنَّة مع آخر أزواجها إذا تَسَاوَوْا في الخُلُق والصلاح

“Apabila wanita tersebut mempunyai beberapa suami di dunia, maka ia berada di surga bersama suami terakhirnya apabila sama dalam akhlak dan amal shalih.” [sumber: https://ferkous.com/home/?q=fatwa-959]

Demikian juga ayat yang menyatakan bahwa suami & istri itu berada pada satu naungan karena samanya amal, akhlak dan balasan adalah mereka bersama dalam satu kedudukan.

Allah berfirman,

هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلاَلٍ

“Mereka bersama dengan istri-istri mereka dibawah naungan (surga).” [Yasin: 56]

Demikian semoga bermanfaat

Penyusun: Raehanul Bahraen 

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/52770-istriku-dengan-siapa-engkau-di-surga-nanti.html

Pesan Rasulullah: Orang Sombong tak Masuk Surga

RASULULLAH Shallallahualaihi Wasallam mengabarkan dalam sebuah hadis bahwa tidak akan masuk surga orang yang ada di dalam hatinya terdapat kesombongan.

Beliau Shallallahualaihi Wasallam bersabda: “tidak akan masuk surga, orang yang ada di dalam hatinya sebesar biji sawi kesombongan”. Lalu ada seorang lelaki dari sahabat Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam berkata: “wahai Rasulullah, salah seorang dari kami ingin agar bajunya bagus, demikian pula sandalnya bagus, apakah itu termasuk kesombongan wahai Rasulullah?”. Maka Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Adapun kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia” (HR. Muslim, no.91).

Dalam hadis ini Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam mengabarkan bahwa kesombongan menghalangi seseorang untuk masuk ke dalam surga. Dan Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam juga menjelaskan hakikat kesombongan, bahwa kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan menganggap remeh manusia. Ketika suatu kebenaran telah sampai kepada seseorang, berupa Alquran dan hadits Nabi Shallallahualaihi Wasallam, kemudian ia menolaknya karena kelebihan yang ia miliki atau kedudukan yang ia miliki. Maka ini menunjukkan adanya kesombongan dalam dirinya.

Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam mengatakan, sombong itu menolak kebenaran, dan kebenaran itu adalah apa yang datang dari Allah Subhanahu wa Taala, berupa Alquran dan hadis Nabi Shallallahualaihi Wasallam. Betapa banyak kesombongan yang menyebabkan seseorang terhalang dari kebenaran.

Lihatlah iblis laanahullah, ia tidak mau sujud kepada Nabi Adam alaihissalam karena kesombongan yang ada dalam hatinya. Allah Taala berfirman: “ia enggan dan sombong sehingga ia pun termasuk orang-orang kafir” (QS. Al Baqarah: 34). Lihatlah Firaun, ia merasa merasa sombong dengan kelebihannya, ia merasa sombong dengan kedudukan yang ia miliki. Sehingga ia menolak dakwah yang disampaikan Nabi Musa alaihisshalatu was salam. “Kami utus Musa dan Harun kepada Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya, dengan (membawa) tanda-tanda (mukjizat-mukjizat) Kami, maka mereka menyombongkan diri dan mereka adalah orang-orang yang berdosa” (QS. Yunus: 75). Maka lihatlah wahai saudaraku, orang yang bersombong diri biasanya ia tidak bisa mendapatkan hidayah dari Allah Subhaanahu wa Taala.

Dan Subhaanallah dalam hadis ini seorang sahabat bertanya kepada Nabi Shallallahualaihi Wasallam, “wahai Rasulullah, salah seorang dari kami ingin agar bajunya bagus, demikian pula sandalnya bagus, apakah itu termasuk kesombongan?”. Maka Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam seakan mengatakan, “itu bukan kesombongan, Allah itu indah dan mencintai keindahan”.

Artinya pakaian yang bagus bukan termasuk kesombongan sama sekali, bahkan itu suatu hal yang dicintai oleh Allah karena menunjukkan keindahan sebagai suatu nikmat yang diberikan oleh Allah. Bahkan memperlihatkan kenikmatan adalah bentuk rasa syukur kepada Allah subhanahu wa taala. Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah suka melihat tampaknya bekas nikmat Allah pada diri hamba-Nya” (HR. Tirmidzi, no.2819. Ia berkata: “hasan”, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami).

Akan tetapi kesombongan itu ketika seseorang menolak kebenaran atau ia menganggap remeh orang lain. Baik karena orang yang ia remehkan itu miskin atau ia lebih rendah derajatnya dalam masalah ilmu dan amalan shalih. Saudaraku, dalam hadits lain Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda: “cukuplah bagi seseorang itu keburukan, ia menganggap remeh Muslim yang lain” (HR. Muslim, no.2564).

Terkadang misalnya kita orang yang memiliki kekayaan, dan punya kelebihan. Ketika kita melihat orang miskin yang tidak punya kekayaan, kita pandang dia dengan pandangan yang remeh sekali. Ini lah bentuk meremehkan orang. Atau misalnya orang yang memiliki kedudukan, mungkin Bupati, presiden, atau camat, ketika melihat orang biasa atau rakyat jelata ia merasa dirinya punya kelebihan, lalu ia pun bersombong diri.

Atau misalnya kita diberi kelebihan berupa amalan shalih, terkadang ketika melihat orang yang amalan shalihnya kurang, kita merasa memiliki kelebihan dan melecehkan dia. Terkadang juga kita merasa punya kelebihan ilmu, punya titel yang tinggi, ketika melihat orang yang lebih rendah titelnya, dalam diri kita terasa ada sesuatu perasaan lebih baik dari dia. Inilah sebenarnya benih-benih kesombongan.

Terlebih ketika ada orang yang menasehati kita adalah orang yang lebih muda dari kita atau orang yang tidak lebih berilmu dari kita. Terkadang kesombongan dan keangkuhan muncul di hati kita sehingga kita enggan untuk menerima nasehat-nasehatnya. Ini juga merupakan fenomena kesombongan. Dan bukankah seorang Mukmin yang sejati itu senantiasa menerima nasehat? Allah Taala berfirman (yang artinya): “Berilah peringatan! Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Adz Dzariyat: 55).

Dan subhaanallah, ini sangat menakutkan sekali. Karena Nabi Shallallahualaihi Wasallam bersabda: “tidak akan masuk surga, orang yang ada di dalam hatinya sebesar biji sawi kesombongan”. Hanya sebesar biji sawi dari kesombongan, ternyata menyebabkan kita tidak masuk surga.

Ikhwati fillah rahimaniy wa rahimakumullah, sudah menjadi kewajiban kita untuk menyadari bahwa apa yang Allah berikan kepada kita berupa kelebihan-kelebihan baik itu kekayaan, kedudukan, hakikatnya adalah pemberian dari Allah Subhanahu wa taala. Orang kaya hendaknya sadar, kekayaan itu datangnya dari Allah. Orang yang mempunyai kedudukan hendaknya sadar, bahwa kedudukan itu adalah amanah di sisi Allah yang akan dimintai pertanggung-jawabannya. Bukan untuk disombongkan sama sekali.

Orang yang berilmu segera sadar bahwa ilmunya itu bukan untuk disombongkan, tapi untuk menjadikan ia lebih tawadhu dan lebih takut kepada Allah Subhanahu wa Taala. Orang yang beramal shalih, banyaknya amal shalih, bukan untuk dibanggakan dan disombongkan. Akan tetapi untuk membuat ia lebih dekat kepada Allah.

Maka, saudaraku aazzaniyallah waiyyakum, orang yang sombong itu pada hakikatnya tidak menyadari jati dirinya, tidak menyadari siapa dia sebenarnya. Bahwa dia hakikatnya adalah seorang hamba, hamba yang tidak punya dan tidak memiliki apa-apa. Dia faqir kepada Allah, faqir kepada rahmat-Nya dan karunia-Nya. Lalu untuk apa ia menyombongkan diri dengan segala kelebihannya sementara pada hakikatnya ia tidak memiliki apapun. Allah taala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia! Kalian adalah fakir kepada Allah. Adapun Allah, maka Dia Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (QS. Fathir: 15).

Saudaraku, terkadang penting sekali untuk melihat bagaimana pemberian Allah kepada kita dan kekuasaan Allah yang berikan kepada kita. Allah Subhanahu wa Taala menciptakan alam semesta yang begitu luar biasa, keindahan alam yang luar biasa, semua itu milik Allah. Allah menciptakan tubuh kita dengan bentuk yang indah, Allah Subhanahu wa Taala sediakan bagi kita berbagai macam harta dan kebutuhan, jika seorang hamba menyadari semua ini saya yakin ia akan ber-tawadhu (rendah hati).

Dan tawadhu itu adalah akhlak yang sangat agung. Allah Taala berfirman (yang artinya): “Ibadurrahman adalah orang-orang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati (tawadhu) dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. Al Furqaan: 63). Dan Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda: “tidaklah salah seorang di antara kalian ber-tawadhu kecuali Allah akan meninggikannya derajatnya” (HR. Muslim, no.2588).

Bahkan manusia sendiri pun tidak suka kepada orang yang sombong. Ketika kita melihat ada orang yang angkuh, pasti kita tidak suka. Tapi ketika kita melihat orang yang tawadhu, yang tidak menonjolkan kelebihannya di hadapan orang, bahkan ia merasa takut kalau Allah mengadzabnya sekonyong-konyong, itu adalah orang yang Allah jadikan kecintaan kepada dia di hati-hati para hamba karena sikap tawadhu-nya tersebut.

Maka dari itu saudaraku, jika kita diberi Allah Subhanahu wa Taala kelebihan, berhati-hatilah. Segera introspeksi diri, segera periksa hati kita. Kalau Allah Subhanahu wa Taala memberikan kepada kita kekayaan, kedudukan, atau kelebihan dalam beramal shalih, segera periksa hati kita jangan sampai itu menimbulkan kesombongan yang menyebabkan kita terhalang masuk ke dalam surga.[Ustaz Badrusalam, Lc.]

INILAH MOZAIK