Isra Miraj Rasulullah SAW Bukan Mimpi dan Khayalan, Ini Penjelasan Buya Hamka

Isra Miraj merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah SWT

Peristiwa Isra dan Miraj merupakan bentuk dari kuasa Allah SWT untuk memperlihatkan ayat-ayat-Nya kepada Rasulullah Muhammad SAW. 

Ayat mahapenting sekali di antara banyak ayat itu ialah mirajnya ke langit itu. Allah SWT berfirman dalam surat Al Isra ayat 1: 

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Mahasuci Dia, yang telah memperjalankan hambanya di malam hari dari Masjiidil Haram ke Masjidil Aqsa yang kami berkati sekelilingnya, karena hendak Kami perlihatkan kepadanya tanda-tanda Kami. Sesungguhnya Dia adalah Mahamendengar, Mahamelihat.” (QS Al Isra ayat 1)

Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar, mengatakan Dia adalah Mahamendengar dan Mahamelihat akan seluruh alam yang telah dijadikan-Nya.

Pendengaran dan penglihatNya itu meliputi bagi semuanya. Apabila direnungkan bunyi ayat ini lebih dalam, dengan penuh iman akan kekuasaan Tuhan, tidak akan ragu lagi bahwa yang dimaksud dengan hamba-Nya itu ialah diri Muhammad SAW yang hidup, yang terdiri daripada tubuh dan nyawa. 

Sebab itu maka dia Isra dan Miraj pastilah dengan tubuh dan nyawa. Bukan mimpi dan bukan khayalan. Apalagi kemudian beliau sendiri menjelaskan pula dengan buah tuturnya (hadits) apa yang beliau alami itu. 

Hadits-hadits yang sahih dari kitab-kitab sunnah menerangkan bahwa kejadian itu ialah pada malam 27 Rajab, tahun ke-11 daripada kerasulan beliau. 

Beliau sedang tidur di rumah Ummi Hani’ binti Abu Thalib, salah seorang muminat dari keluarga beliau. Beliau sembahyang dahulu di waktu Isya setelah itu beliau tidur. 

Setelah hari Subuh beliau ceritakan kepada Ummi Hani’  bahwa tadi malam beliau diperjalankan dari Masjidil Haram ke Baitul Maqdis. Maka berkatalah Ummi Hani’, “Wahai Nabi Allah! Janganlah engkau ceriterakan hal ini kepada orang, nanti engkau didustakannya dan disakitinya.” Beliau menjawab, “Demi Allah! Mesti aku ceritakan.”  

KHAZANAH REPUBLIKA

Sholat dan Tekad untuk Tidak Masbuk

Seorang karyawan mungkin akan sangat khawatir ketika ia terlambat masuk kantor sebab ancaman pemotongan gaji yang akan ia hadapi. Atau ketika terlambat beberapa saat dari waktu rapat bersama atasan. Hal tersebut dapat menjadikannya merasa sangat bersalah dan menyesal.

Sebuah sikap manusiawi bagi orang-orang yang idealis dan memegang teguh integritas demi sebuah pengabdian dalam pekerjaan. Tapi, adakah sikap yang demikian juga ia miliki saat berurusan dengan Rabbnya? Apakah kekhawatiran yang sama juga dirasakan saat merasa akan terlambat memenuhi panggilan muazin?

Saudaraku, alangkah indahnya jika kita telah terbiasa untuk selalu menjalankan perintah Allah Ta’ala dengan tepat waktu. Setelah mengetahui dua syarat diterimanya ibadah (ikhlas dan ittiba‘), sudah selayaknya kita kemudian memperhatikan tentang bagaimana diri kita mampu untuk disiplin terhadap waktu pelaksanaan ibadah tersebut. Terkhusus untuk salat lima waktu. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa’: 103)

Dari Ummu Farwah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya, amalan apakah yang paling afdhol (utama). Maka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,

الصَّلاَةُ فِى أَوَّلِ وَقْتِهَا

Salat di awal waktunya.” (HR. Abu Daud no. 426)

Allah Ta’ala berfirman,

حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ

Peliharalah semua salat(mu), dan (peliharalah) salat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam salatmu) dengan khusyu’.” (QS. Al-Baqarah: 238)

Masbuk, antara Lalai dan Uzur

Kembali pada kondisi si karyawan. Dengan sistem komputerisasi yang ada saat ini, rasa-rasanya tiada lagi yang namanya toleransi jika ia terlambat untuk absensi dengan alasan lupa atau sakit, tetapi tidak sempat mengurus surat keterangan dari dokter kepada atasan. Maka, dalam kondisi tersebut otomatis gaji pun dipotong oleh sistem.

Saudaraku, apakah sistem tersebut juga berlaku dalam hubungan ibadah dengan Allah?

Perhatikanlah analogi berikut. Kita ambil contoh seorang yang masbuk, yaitu orang yang tidak dapat memulai salat bersama imam. Dengan istilah lain, masbuk adalah orang yang menemui Allah Ta’ala dengan tidak tepat waktu.

Ada dua kondisi seorang yang masbuk, sengaja dan tidak disengaja. Orang-orang yang sengaja melalaikan salat tanpa adanya uzur syar’i  tentu saja mereka akan mendapatkan kemurkaan Allah Ta’ala.

فَوَیۡلࣱ لِّلۡمُصَلِّینَ ٱلَّذِینَ هُمۡ عَن صَلَاتِهِمۡ سَاهُونَ

Celakalah bagi orang yang salat! Yaitu mereka yang lalai dalam salatnya.” (QS. Al-Ma’un: 4-5)

Ibnu Jarir rahimahullah dalam kitab Tafsir Al-Thabari berkata, “Dari Al-Auza’i, dari Musa bin Sulaiman, dari Al-Qosim bin Mukhoymiroh mengenai firman Allah Ta’ala,

فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ

Dan datanglah orang-orang setelah mereka yang menyia-nyiakan salat.’ (QS. Maryam: 59)

Al-Qosim berkata bahwa yang dimaksud ayat ini, ‘Mereka yang menyia-nyiakan waktu salat. Sedangkan jika sampai meninggalkan salat, maka kafir.’”

Sungguh merugi orang yang dengan sengaja melalaikan salat padahal untuk perkara duniawi seperti urusan pekerjaan justru ia mampu bergegas dan tepat waktu. Sementara perkara ibadah yang berhadapan langsung dengan Rabbnya ia sia-siakan. Na’udzubillah.

Adapun orang yang tidak sengaja atau orang yang memiliki uzur syar’i, maka insyaallah baginya rukhsoh atas keterlambatannya melaksanakan salat. Udzur syar’i yang dimaksud di sini adalah alasan-alasan yang dapat dibenarkan secara syariat seperti tanpa ada maksud (niat) terlambat salat sebelumnya, kemudian lupa atau tertidur, baik disebabkan oleh kondisi sakit maupun dalam keadaan safar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ عَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنِ الصَّبِىِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ وَعَنِ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَعْقِلَ

Pena diangkat (dibebaskan) dari tiga golongan: [1] orang yang tidur sampai dia bangun, [2] anak kecil sampai mimpi basah (balig), dan [3] orang gila sampai ia kembali sadar (berakal).” (HR. Abu Daud. Syekh Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini shahih)

Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat.” (HR. Bukhari no. 2996)

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الْعَبْدَ إِذَا كَانَ عَلَى طَرِيقَةٍ حَسَنَةٍ مِنَ الْعِبَادَةِ ثُمَّ مَرِضَ قِيلَ لِلْمَلَكِ الْمُوَكَّلِ بِهِ اكْتُبْ لَهُ مِثْلَ عَمَلِهِ إِذَا كَانَ طَلِيقاً حَتَّى أُطْلِقَهُ أَوْ أَكْفِتَهُ إِلَىَّ

Seorang hamba jika ia berada pada jalan yang baik dalam ibadah, kemudian ia sakit, maka dikatakan pada malaikat yang bertugas mencatat amalan, ‘Tulislah padanya semisal yang ia amalkan rutin jika ia tidak terikat sampai Aku melepasnya atau sampai Aku mencabut nyawanya.” (HR. Ahmad, 2: 203. Syekh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa hadis ini shahih, sedangkan sanad hadis ini hasan)

Oleh karenanya, selain dalam kondisi tersebut, tidak pantas bagi kita untuk menunda-nunda, lalai, ataupun meremehkan waktu salat. Sepantasnya untuk segera bergegas menuju Allah Ta’ala. Karena semakin kita mendekatkan diri kepada Allah, maka Allah pun akan semakin dekat dengan kita.

Perhatikan hadis qudsi berikut. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا ، وَإِنْ أَتَانِى يَمْشِى أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

“Jika ia (hamba-Ku) mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675)

Salat Tepat Waktu dan Berjemaah

Telah disebutkan sebelumnya bahwa ibadah salat itu telah ditetapkan waktu-waktunya oleh Allah Ta’ala. Oleh karenanya, hendaklah kita semaksimal mungkin mendorong diri untuk senantiasa disiplin tepat waktu dalam melaksanakan ibadah salat. Di samping itu, khususnya untuk para lelaki muslim, pelaksanaan lima waktu tempatnya adalah di masjid yang dilakukan secara berjemaah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِحَطَبٍ فَيُحْطَبُ، ثُمَّ آمُرَ بِالصَّلاَةِ فَيُؤَذَّنَ لَهَا، ثُمَّ آمُرَ رَجُلاً فَيَؤُمَّ النَّاسَ، ثُمَّ أُخَـالِفَ إِلَى رِجَالٍ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوْتَهُمْ. وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ يَعْلَمُ أَحَدُهُمْ أَنَّهُ يَجِدُ عَرْقًا سَمِيْنًا أَوْ مِرْمَـاتَيْنِ حَسَنَتَيْنِ، لَشَهِدَ الْعِشَاءَ.

Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Sesungguhnya aku bertekad untuk menyuruh seseorang agar mengumpulkan kayu bakar, lalu aku menyuruh salat dan diserukan azan untuknya. Kemudian kusuruh seorang laki-laki mengimami manusia. Setelah itu kudatangi orang-orang yang tidak menghadiri salat jemaah dan kubakar rumah-rumah mereka. Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Andai salah seorang di antara mereka tahu bahwa ia akan memperoleh sepotong daging gemuk dan dua kaki (daging) hewan berkuku belah yang baik, niscaya ia akan mendatangi salat isya.“ (Muttafaqun ‘alaihi,  Lafaz hadis milik Al-Bukhari No. 608)

Bertekad Salat tanpa Masbuk Selama 40 Hari

Saudaraku, di antara hal penting yang mesti kita hindari selama diberikan Allah kesempatan hidup di dunia adalah kemunafikan. Maka, bentuk dari upaya kita menghindari kemunafikan itu bisa terlihat dari bagaimana kita melakukan amal saleh, khususnya salat. Allah Ta’ala menggambarkan orang-orang yang malas dan lalai dalam salatnya dengan berfirman,

وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ

Dan apabila mereka berdiri untuk salat, mereka berdiri dengan malas.” (QS. An-Nisa : 142)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَيْسَ صَلاَةٌ أثْقَلَ عَلَى المُنَافِقِينَ مِنْ صَلاَةِ الفَجْرِ وَالعِشَاءِ ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْواً

“Tidak ada salat yang lebih berat bagi orang munafik selain dari salat subuh dan salat isya. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada pada kedua salat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walau sambil merangkak.” (HR. Bukhari no. 657)

Untuk kehidupan akhirat hal yang sangat penting untuk kita upayakan adalah menghindari azab Allah (neraka) dengan memperbanyak amalan saleh. Dan salat juga merupakan bagian terpenting dan menjadi penentu dalam melakukan amalan saleh itu.

Lantas, bagaimana caranya agar salat kita dapat mencegah diri dari kemunafikan di dunia dan siksa neraka di akhirat. Perhatikan hadis berikut!

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ صَلَّى ِللهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا فِيْ جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيْرَةَ اْلأُوْلَى كُتِبَ لَهُ بَرَاءَتَانِ: بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ، وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ.

“Barangsiapa salat jemaah ikhlas karena Allah selama empat puluh hari dengan mendapati takbir pertama (imam), maka dibebaskan dari dua perkara: dari neraka dan kemunafikan.” (HR  Tirmidzi no. 241, dinilai hasan oleh Al-Albani)

Subhanallah! Hadis ini sangat layak untuk kita jadikan motivasi dalam melakukan amalan saleh khususnya salat sepanjang hidup kita. Hadis yang memacu semangat kita untuk bertekad agar menghindari menjadi masbuk saat salat.

Namun, sebelumnya tanyakanlah pada diri, pernahkah kita melakukan salat berjemaah selama 40 hari tanpa masbuk? Saudaraku, kita telah mengetahui janji Allah Ta’ala bagi hamba-Nya yang mampu secara konsisten untuk tepat waktu melaksanakan ibadah. Maka, mari kita mulai untuk bertekad menggapai cita-cita mampu melaksanakan salat berjemaah tepat waktu, tanpa masbuk, dan mendapatkan takbir pertama imam selama 40 hari. Meski hanya sekali seumur hidup!

Semoga Allah beri kemudahan. Wallahua’lam

Penulis: Fauzan Hidayat

Sumber: https://muslim.or.id/72508-salat-dan-tekad-untuk-tidak-masbuq.html

Bacaan Doa Pasrah Kepada Allah

Berikut ini adalah doa pasrah kepada Allah. Sebelum membicarakannya, salah satu inti ajaran keimanan pada Allah Swt. adalah bersikap pasrah kepada Allah. Mengapa? Karena hakikatnya seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan-Nya, dan kita hanya diperintahkan untuk beribadah kepada-Nya (surah adz-Dzāriyāt: 56).

Tuhan bahkan dengan tegas mengatakan kalau Dia begitu dekat kepada hamba-Nya yang meminta (al-Baqarah: 186). Karena itu, begitu aneh jika ada diantara makhluk-Nya yang merasa putus asa karena merasa tidak ada lagi tempat untuk meminta.

Sama anehnya ketika diantara makhluk-Nya merasa putus asa terhadap sesama makhluk karena keinginannya tidak terwujud, padahal seluruh makhluk telah berada di garis takdir-Nya.

Adalah Ibn ‘Aṭāillah al-Sakandarī, di antara ulama yang melihat pentingnya manusia terbuka jiwanya bahwa segala sesuatu itu berada dalam genggaman takdir-Nya, maka manusia harus bersikap pasrah dalam seluruh aspek kehidupan.

Pasrah bukan tidak berbuat apapun, tapi pasrah dimaknai sebagai keyakinan penuh bahwa seluruh langkah manusia itu berada di bawah garis takdir-Nya, maka keberhasilan atau tidak dalam sebuah aktivitas, tidak berasal dari manusia sama sekali.

Ibn ‘Aṭāillah al-Sakandarī banyak membicarakan hal ini dalam kitabnya al-Tanwīr fī Isqāṭ al-Tadbīr (Pencerahan untuk Berhenti Mengatur (yang Maha Mengatur)). Kemudian ia menyajikan sejumlah doa agar kita yakin untuk pasrah kepada Allah. Berikut ini sejumlah bacaan doa pasrah kepada Allah, dalam buku yang sudah dialihbahasakan ke bahasa Indonesia dengan judul Istirahatkan Dirimu dari Kesibukan Duniawi,

Doa Pertama;

اللهم إنّا نسألك أن تصلّي على سيّدنَا محمَّد وعلى آل سيّدنَا محمد كما صلّيت على سيّدنا إبراهيم وعلى آل سيّدنَا إبراهيم فِي العالمين إنّك حمِيْدٌ مَجيد. اللهم اجعَلنا من المستَسلِمين إليك، ومن القائِمين بيْن يَديك، وأخرجنا من التدبير معَك أو عليْكَ واجعلنا من المفوّضِينَ إليْك

Allahumma innā nas.aluka an tusholliya ‘alā sayyidinā Muḥammadin ‘wa ‘alā āli sayyidinā Muhammadin kamā shollaytā ‘alā sayyidinā Ibrāhīm wa ‘alā āli sayyidinā Ibrāhim fī al-‘ālamīna innaka ḥamīdu-m-majīd. Allahumma-j’alnā mina-l-mustaslimīna ilayka, wa mina-l-qāimīna bayna yadayka, wa akhrijnā mina-t-adbīr ma’aka aw ‘alayka wa-j-‘alnā mina-l-mufawwidhīna ilayka

 Artinya; Ya Allah, kami memohon kepadamu, semoga Engkau curahkan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. dan keluarganya, sebagaiman Engkau curahkan shalawat kepada Nabi Ibrahim As. dan keluarganya di seantero alam. Sesungguhnya Engka Maha Terpuji lagi Maha Mulia.

Ya Allah, jadikanlah kami sebagai golongan dari hamba yang pasrah kepada-Mu, senantiasa berada dalam naungan-Mu. Ya Allah, keluarkan kami dari keinginan ikut mencampuri pengaturan-Mu atau mengharap pengaturan dari selain-Mu. Dan jadikanlah kami termasuk yang menyerahkan diri kepada-Mu.

اللهم إنَك قد كنْتَ لنَا من قبل أن تكون لأنفسِنَا، فكن لنَا بعْدَ وُجودنا كما كنت قبل وجودنا، وألبسنَا ملابس لطْفِك وأقبل علينا بجنابك وعطفك وأخرِج ظلُمات التدبير من قلوبِنَا، وأشرق نور التفويض في أسرارِنا، وأشْهدنا حسْنَ اختيارك لنا، حتّى يكون ما تقتضيه فينا وتختاره لَنا أحبّ إلينا من مختارنا لأنفسنَا

Allahumma innaka qad kunta lanā min qabli an takūna li anfusinā, fa kun lanā ba’da wujūdinā kamā kunta qabla wujūdinā. Wa albisnā malābisa luṭfika wa aqbil ‘alaynā bi janābika ‘aṭfika wa akhrij ẓulumāti al-tadbīr min qulūbinā, wa ashriq nūr al-tafwīdh fī asrārinā, wa ashhidnā husna-khtiyārika lanā, hattā yakūna mā taqtadīhi fīnā takhtāruhu lanā aḥabba ilaynā min mukhtārinā li anfusinā.

Ya Allah, Engkau ada untuk kami sebalum diri kami sendiri ada, maka Engkau jelas ada setelah kami ada sebagaimana Engkau sudah mawjud sebelum kami ada. Kenakanlah kami dengan sandang kelembutan-Mu. Terimalah kami dengan belas kasih-Mu.

Keluarkan kami dari gelapnya keinginan ikut mencampuri pengaturan-Mu yang merasuk di dalam hati kami. Gantilah dengan kemunculan sinar kepasrahan dari relung jiwa kami. Persaksikanlah indahnya pengaturan-Mu kepada kami, sehingga ketetapan yang Engkau takdirkan dan pilihkan kepada kami lebih kami cintai dibanding pilihan kami sendiri.

اللهم لا تشغلنا بما ضمنت لنا عمّا أمرتَنَا، ولا بشيء أنت ضامنه لنا عن شيء أنت طالبه منّا، اللهم إنّك دعوتنا إلى الإنقياد إليك، والدوَام بين يديك، وإنّا عن ذلك عاجزون إلا أن تقدّرنا، وضعفَاء إلا أن تقوّيَنا، ومن أين لَنا أن نكون في شيء إلا إن كوّنتَنا، وكيف لَنا أن نصل لشيْءٍ إلّا إن وصّلتَنا، وأنّى لَنا أن نقْوى على شيء إلا إن أعنتنا، فوفّقنَا لما أمرتَنا، وأعنّا على الإنكفاف عمّا عنه زجرتنا.

Allahummā lā tushgilnā bimā dhominta lanā ‘ammā amartanā, wa lā bi shai.in anta dhōminuhi lanā ‘an shai.in anta ṭālibuhu minnā. Allāhumma innaka da’awtanā ilā-l-inqiyād ilayka, wa-d-dawām bayna yadayka, wa innā ‘an dhālika ‘ājizūna illā an tuqaddiranā, wa dhu’afā.a illā an tuqawwiyanā, wa min ayna lanā an nakūna fī shai.in illā an kawwantanā. Wa kayfa lanā an naṣila lanā li shai.in illā in waṣṣaltanā, wa annā lanā an naqwā ‘alā shai.in illā in a’antanā, fawaffiqnā limā amartanā, wa a’innā ‘alā-l-inkifāf ‘ammā zajartanā.

Ya Allah, jangan Engkau jadikan kami sibuk dengan apa yang sudah Engkau jamin sehingga kami mengabaikan yang Engkau perintahkan, jangan jadikan kami sibuk dengan sesuatu yang Engkau sudah jamin sehingga kami tidak memperhatikan permintaan-Mu pada kami.

Ya Allah, Engkau sudah menyeru kepada Kami agar tunduk kepada-Mu, senantiasa berada dalam naungan-Mu, tetapi kami tidak mampu melakukan itu semua kecuali atas kuasa-Mu, kami lemah mewujudkan itu kecuali atas kekuatan-Mu, Akankah kami akan  berada pada suatu keadaan kecuali itu karena Engkau telah membuatnya ada untuk kami?

Akankah kami bisa sampai pada suatu hal melainkan Engkau yang membuat kami sampai ? Bisakah kami kuat menanggung sesuatu melainkan itu karena pertolongan-Mu! Maka, Ya Allah bimbinglah kami agar sesuai dengan yang Engkau perintahkan, dan bantulah kami untuk menjauhi yang Engkau larang.

Demikian penjelasan bacaan doa pasrah kepada Allah. Semoga kita menjadi hamba yang senantiasa berpasrah kepada-Nya. Amiin.

BINCANG SYARIAH

Serial Kutipan Hadits: Menutup Aib Sesama Muslim

Serial Kutipan Hadits: Menutup Aib Sesama Muslim

مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

MAN SATARO MUSLIMA
SATAROHULLAAHU YAUMAL QIYAAMAH

“Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya kelak di hari kiamat.”

(HR Bukhari & Muslim)

http://www.salamdakwah.com/hadist/388-sesama-muslim-bersaudara

Read more https://yufidia.com/6955-serial-kutipan-hadits-menutup-aib-sesama-muslim.html

Doa Ketika Merapikan Jenggot Sesuai Anjuran Rasulullah

Dalam Islam, jika kita memiliki jenggot, kita dianjurkan untuk senantiasa merapikan  dengan cara dibasahi dengan minyak atau disisir dengan baik. Sebagaimana rambut kepala, jenggot juga harus senantiasa dirapikan dan tidak boleh dibiarkan dalam keadaan acak-acakan.

Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Nabi Saw tidak senang pada orang yang membiarkan rambutnya acak-acakan dan berpakaian kotor. Hadis dimaksud diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Nasa’i dari Jabir bin Abdillah, dia berkisah sebagai berikut;

أَتَانَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَأَى رَجُلاً شَعِثًا قَدْ تَفَرَّقَ شَعْرُهُ فَقَالَ  أَمَا كَانَ يَجِدُ هَذَا مَا يُسَكِّنُ بِهِ شَعْرَهُ. وَرَأَى رَجُلاً آخَرَ وَعَلَيْهِ ثِيَابٌ وَسِخَةٌ فَقَالَ  أَمَا كَانَ هَذَا يَجِدُ مَاءً يَغْسِلُ بِهِ ثَوْبَهُ

Rasulullah Saw pernah mendatangi kami dan beliau melihat seorang lelaki yang acak-acakan rambutnya. Rasulullah Saw bersabda, ‘Tidakkah orang ini mendapatkan sesuatu untuk merapikan rambutnya?’ Kemudian beliau melihat seorang lelaki yang kotor pakaiannya. Beliau bersabda, ‘Tidakkah orang ini mendapatkan air untuk mencuci pakaiannya?.

Jika kita merapikan jenggot, sebagaimana disebutkan dalam kitab Amanul Akhthar, maka kita dianjurkan membaca doa berikut;

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَأَلْبِسْنِيْ جَمَالاً فِيْ خَلْقِكَ وَزِيْنَةً فِيْ عِبَادِكَ وَحَسِّنْ شَعْرِيْ وَبَشَرِيْ وَلاَ تَبْتَلِنِيْ بِالنِّفَاقِ وَارْزُقْنِيْ اْلمَهَابَةَ بَيْنَ بَرِيَّتِكَ وَالرَّحْمَةَ مِنْ عِبَادِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Allohumma sholli ‘alaa muhammadin wa aali muhammadin wa albisnii jamaalan fi kholqika wa ziinatan fi ‘ibaadika wa hassin sya’rii wa basyarii walaa tabtalinii bin nifaaqi warzuqnil mahaabata baina bariyyatika warrohmata min ‘ibaadika yaa arhamar roohimiin.

Ya Allah, limpahkan rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad, dan pakaikan kepadaku ketampanan di mata makhluk-Mu, dan perhiasan di hadapan hamba-hamba-Mu, dan perbaikilah rambutku serta kulitku, dan jangan Engkau uji aku dengan kemunafikan, dan berilah aku rizeki kewibawaan di antara makhluk-Mu dan rahmat dari hamba-Mu, wahai Dzat Yang Paling pengasih.

BINCANG SYARIAH

Tafsir Ringkas Surah Al-Fatihah (Bag. 1)

Bismillah walhamdulillah wash-shalatu was-salamu ‘ala rasulillah. Amma ba’du,

Surah Al-Fatihah

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١)

“Dengan nama Allah Yang Mahapengasih, Mahapenyayang.”

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ (٢)

“Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.”

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ (٣)

“Yang Mahapengasih, Mahapenyayang.”

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ (٤)

“Pemilik hari pembalasan.”

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ (٥)

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.”

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ (٦)

“Tunjukilah kami jalan yang lurus.”

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ (٧)

“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”

Tafsir isti’adzah

أَعُوذُ بِاَللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Penjelasan

أَعُوذُ بِاَللَّهِ

Saya berlindung kepada Allah”

Kata kerja di dalam kalimat ini diambil dari kata al-‘iyaadzu”, yaitu berlari dari keburukan.

Sehingga maknanya adalah, “Saya berlindung kepada Allah Ta’ala untuk menghindar dan menjauh dari keburukan.” Karena Allah Ta’ala-lah tujuan permohonan perlindungan, Yang Maha melindungi dan Maha menjaga hamba-hamba-Nya yang beriman dari segala hal yang merusak keimanan mereka.

مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

“Dari setan yang terkutuk.”

Maksud setan di sini adalah setan pertama yang diperintahkan untuk bersujud kepada Nabi Adam ‘Alaihis salam, namun enggan untuk sujud, juga termasuk keturunan setan yang pertama tersebut.

Adapun ar-rajiim bermakna raajim, yaitu menggoda selainnya (manusia) untuk berbuat maksiat. Bisa pula ar-rajiim bermakna marjuum, yaitu yang terlaknat, terusir, dan dijauhkan dari rahmat Allah Ta’ala [1].

Kesimpulan tafsir isti’adzah billah

أَعُوذُ بِاَللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Maknanya, “Saya berlindung kepada Allah Ta’ala -yang terkumpul pada-Nya seluruh sifat-sifat yang sempurna, di antaranya bahwa Dia Mahasempurna penjagaan dan perlindungan-Nya terhadap hamba-Nya, dari segala kejahatan setan yang dijauhkan dari rahmat Allah Ta’ala dan yang suka menggoda manusia untuk berbuat maksiat.”

Tafsir surah Al-Fatihah ayat pertama

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

“Dengan nama Allah Yang Mahapengasih, Mahapenyayang.”

(بِسْمِ اللّٰهِ)

Saya memulai bacaan ini dengan menyebut setiap nama Allah Ta’ala, sembari memohon pertolongan dan berkah kepada-Nya.

Alasan penafsiran

Alasan pertama, adanya kata tunggal ismun disandarkan kepada lafaz Allah yang menunjukkan makna umum. Hal ini mencakup seluruh nama Allah Ta’ala.

Alasan kedua, adanya huruf ba’ yang bermakna memohon pertolongan dan keberkahan.

(اللّٰهِ)

Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhu berkata,

الله ذو الألوهية والعبودية على خلقه أجمعين

“Allah adalah yang memiliki hak untuk diibadahi atas seluruh makhluk-Nya.”

Nama (اللّٰه)  adalah nama-Nya yang teragung [2] dan asal dari seluruh nama-nama-Nya yang lain

(اللّٰه)  adalah nama Allah yang khusus bagi-Nya dan mengandung sifat uluhiyyah (berhak diibadahi). Makhluk tidak boleh memiliki nama tersebut, dan makhluk tidak boleh pula memiliki sifat yang terkandung di dalamnya.

Bahkan (اللّٰه) adalah nama Allah yang teragung dan asal dari seluruh nama-nama-Nya yang lain. Sehingga seluruh nama-Nya yang lain disandarkan kepada nama (اللّٰه) dan digunakan untuk mensifati nama (اللّٰه). Nama (اللّٰه) juga menunjukkan seluruh nama-Nya yang lain secara global, sedangkan nama-nama-Nya yang lain adalah rincian dan penjelasan dari makna nama (اللّٰه).

Contoh penerapan seluruh nama-Nya yang lain disandarkan kepada nama (اللّٰه)

Ar-Rahman adalah nama Allah dan bukan sebaliknya, (Allah nama Ar-Rahman). Ar-Rahim adalah nama Allah dan bukan sebaliknya. Al-Ghafur adalah nama Allah dan bukan sebaliknya. Al-Karim adalah nama Allah dan bukan sebaliknya. Demikianlah seterusnya.

Contoh penerapan seluruh nama-nama-Nya yang lain digunakan untuk mensifati nama (اللّٰه)

Allah itu disifati dengan Ar-Rahman dan bukan sebaliknya, (Ar-Rahman disifati dengan Allah). Allah itu disifati dengan Ar-Rahim dan bukan sebaliknya. Allah itu disifati dengan Al-Ghafur dan bukan sebaliknya. Allah itu disifati dengan Al-Karim dan bukan sebaliknya. Demikianlah seterusnya.

(ٱلرَّحۡمَـٰنِ)

(ٱلرَّحۡمَـٰنِ) adalah nama Allah yang khusus bagi-Nya. Makhluk tidak boleh bernama dengannya. Makhluk juga tidak boleh memiliki sifat yang terkandung di dalamnya, yaitu rahmat yang luas dan meliputi seluruh makhluk.

(ٱلرَّحۡمَـٰنِ) adalah yang memiliki sifat kasih sayang yang luas meliputi seluruh makhluk, baik mukmin maupun kafir, manusia maupun binatang. Karena secara bahasa,  (ٱلرَّحۡمَـٰنِ) mengandung makna luas dan penuh. Sifat rahmat yang luas ini adalah sifat Dzatiyyah, yaitu sifat yang senantiasa ada pada Allah Ta’ala meskipun sebelum diciptakan makhluk.

(ٱلرَّحِیمِ)

(ٱلرَّحِیمِ) adalah nama Allah. Maknanya adalah yang menyayangi makhluk-Nya. Sehingga (ٱلرَّحِیمِ) menunjukkan perbuatan Allah yang menyampaikan kasih sayang-Nya kepada makhluk-Nya.

Kesimpulan tafsir ayat pertama

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

Maknanya, “Saya memulai bacaan ini dengan menyebut setiap nama Allah. Satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang. Yang menyayangi seluruh makhluk-Nya dengan rahmat yang bersifat umum, dan hanya menyayangi hamba-hamba-Nya yang beriman dengan rahmat yang bersifat khusus. Sembari memohon pertolongan dan berkah kepada-Nya dalam membaca Al-Fatihah ini.”

[Bersambung]

***

Penulis: Sa’id Abu Ukkasyah

Referensi:

1. Tafsir As-Sa’di.

2. Fiqih Al-Asma’ul Husna, Syekh Abdur Razaq.

3. Syarah ‘Aqidah Al-Wasithiyyah, Syekh Shalih Al-Fauzan.

4. https://bit.ly/3Lg8kYo (Tafsir asmaul husna Ar-Rahman dan Ar-Rahim ‘azza wa jalla).

Catatan Kaki: [1] Syarhul Mumti’ : 3/72-73. [2] Berdasarkan Hadis riwayat Imam Ahmad dalam Musnad-nya, Imam Al-Hakim dan selainnya. Imam Al-Hakim menyatakan shahih sesuai syarat Imam Muslim.

Sumber: https://muslim.or.id/72506-tafsir-ringkas-surah-al-fatihah-bag-1.html

Salat Istikharah: Doa, Niat, dan Tata Cara untuk Meminta Petunjuk Allah SWT

Salat istikharah mungkin menjadi alternatif bagi sejumlah muslim yang tengah dilanda kebingungan dalam menentukan sebuah keputusan. Misalnya, bagi siswa yang hendak menentukan pilihan kampus dalam seleksi SNMPTN 2022 atau pun UTBK-SBMPTN 2022.

Mengutip buku Serba-Serbi Shalat Istikharah karya Aini Aryani, Lc, arti istikharah secara bahasa sendiri adalah meminta kebaikan pada sesuatu. Tidak mengherankan bila salat istikharah adalah ibadah yang biasa dilakukan muslim saat berada dalam kondisi bimbang.

Hukum pelaksanaan salat ini menurut para ulama empat mazhab adalah sunnah. Hal ini didasarkan oleh sabda Rasulullah SAW yang berbunyi,

إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالْأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلْ

Artinya: “Jika kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah salat dua rakaat selain salat fardhu kemudian berdoalah,” (HR Bukhari).
Baca juga:
Salat Sunnah Nawafil, Bedanya Apa dengan Rawatib?

Merujuk pada hadits di atas, Rasulullah SAW sendiri menganjurkan pengamalan salat istikharah. Sebagai muslim sudah sepatutnya mengikuti bacaan doa, niat, dan tata cara yang benar sesuai dengan sunnah yang dicontohkan oleh beliau. Berikut ulasan lengkapnya yang dilansir dari buku Dahsyatnya Shalat Sunnah oleh Maulana Muhammad.


A. Doa salat istikharah

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ -وَيُسَمَّى حَاجَتَهُ- خَيْرٌ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ فَاقْدُرْهُ لِيْ وَيَسِّرْهُ لِيْ ثُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْهِ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ شَرٌّ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ فَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِيْ بِهِ

Bacaan latin: “Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub.

Allahumma in kunta ta’lamu hadzal amro (menyebutkan persoalannya) khoiron lii fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi.

Wa in kunta ta’lamu hadal amros syarrun lii fii diini wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii fash-rifnii ‘anhu, wasrifnii ‘anhu waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih.”

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepadaMu, dengan ilmu pengetahuanMu, dan aku mohon kekuasaanMu (untuk mengatasi persoalanku) dengan keMaha KuasaanMu. Aku mohon kepadaMu sesuatu dari anugerahMu Yang Maha Agung, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa, sedang aku tidak kuasa, Engkau mengetahui, sedang aku tidak mengetahuinya, dan Engkau adalah Maha Mengetahui hal yang ghaib.

Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini (Orang yang mempunyai hajat hendaknya menyebut persoalannya) lebih baik dalam agamaku, dan akibatnya terhadap diriku sukseskanlah untuk ku, mudahkan jalannya, kemudian berilah berkah. Akan tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini lebih berbahaya bagiku dalam agama, perekonomian dan akibatnya kepada diriku, maka singkirkan persoalan tersebut, dan jauhkan aku daripadanya, takdirkan kebaikan untuk ku di mana saja kebaikan itu berada, kemudian berilah kerelaanMu kepadaku.”


B. Niat salat istikharah

أُصَلِّيْ سُنَّةَ الاِسْتِخَارَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى

Bacaan latin: Usholli sunnatal istikhooroti rok’ataini lillahi ta’aalaa

Artinya: “Aku niat sholat sunah istikharah dua rakaat karena Allah ta’ala.”


C. Tata cara salat istikharah

Salat istikharah sebetulnya boleh dikerjakan kapan saja, kecuali pada waktu-waktu yang dilarang untuk sholat. Meskipun demikian, tetap ada waktu utama yang dianjurkan pelaksanaannya menurut Ustaz Khalili Amrin Ali al-Sunguti dalam buku Mudah dan Cepat Hafal Semua Bacaan Salat, Doa Pilihan & Surat Pendek.

Ustaz Khalili menyebut, waktu utama untuk mengerjakan salat istikharah adalah malam hari seperti salat tahajud dan salat hajat. Sebagaimana disebut dalam hadits Rasulullah SAW, pada waktu tersebut termasuk dalam waktu-waktu mustajab terkabulnya doa.

Selain itu, pengerjaan salat istikharah juga disebut mirip dengan pengerjaan salat subuh sebanyak dua rakaat. Bedanya hanya terletak pada bacaan niat, doa, dan iringan doa qunutnya.

Ada pula bacaan surat pendek yang diutamakan pada pengerjaan salat istikharah. Untuk rakaat pertama, setelah membaca surat Al Fatihah dianjurkan membaca surat Al Kafirun. Kemudian, membaca Al Fatihah dan surat Al Ikhlas untuk rakaat kedua.
Baca juga:
Salat Sunnah Mutlak: Niat, Waktu, Hukum, dan Doanya

Sebagai catatan, melansir dari buku Keajaiban Shalat Istikharah karya Muhammad Abu Ayyash, jika dirasa masih belum memantapkan pilihannya setelah salat maka salat istikharah boleh diulang sampai tujuh kali. Dari Anas bin Malik RA, Rasulullah bersabda,

«يَا أَنَسُ، إِذَا هَمَمْتَ بِأَمْرٍ فَاسْتَخِرْ رَبَّكَ فِيهِ سَبْعَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ انْظُرْ إِلَى الَّذِي يَسْبِقُ إِلَى قَلْبِكَ، فَإِنَّ الْخَيْرَ فِيهِ» أخرجه ابن السني

Artinya: “Jika engkau ingin melakukan sesuatu maka mohonkanlah pilihan kepada Tuhanmu tujuh kali (salat istikharah), kemudian lihatlah mana yang condong oleh hatimu karena sesungguhnya kebaikan ada di dalamnya,” (HR Ibnu As Siny).

DETIKHIKMAH

Doa Sebelum Belajar untuk Siswa, biar Jauh dari Rasa Malas Nih!

Membaca doa sebelum belajar merupakan salah satu adab dalam menuntut ilmu menurut ajaran Islam. Adab ini menjadi bagian penting dalam menuntut ilmu yang sejatinya diwajibkan bagi setiap muslim dalam salah satu sabda Rasulullah SAW.

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim,” (HR Ibnu Majah, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir No 3913).

Demi memperoleh ilmu yang bermanfaat sekaligus pahala di sisi Allah SWT, tentunya seorang muslim pun harus mengawali kegiatan belajar mengajar dengan membaca doa sebelum belajar. Ada sejumlah pilihan bacaan doa sebelum belajar yang bisa diterapkan di sekolah berikut ini. Bagaimana bacaannya?

9 doa sebelum belajar di sekolah yang bisa diterapkan

1. Doa sebelum belajar agar diberi pemahaman

رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا، وَارْزُقْنِيْ فَهْمًا وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الصَّالِحِيْنَ

Bacaan latin: Robbi zidnii ‘ilmaa, warzuqnii fahmaa, waj’alnii minash-sholihiin

Artinya: “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku, dan berilah aku karunia untuk dapat memahaminya, Dan jadikanlah aku termasuk golongannya orang-orang yang soleh.”


2. Doa sebelum belajar agar diberi tambahan ilmu

رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِسْلَامِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَرَسُوْلًا رَبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا وَارْزُقْنِيْ فَهْمًا

Bacaan latin: Rodlitu billahi robba, wabi islaamidina, wabimuhammadin nabiyya warasulla Robbi zidni ilman nafi’a warzuqni fahma

Artinya: “Aku ridha Allah SWT sebagai Tuhanku, dan Islam sebagai agamaku, dan Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasulku. Ya Allah tambahkanlah kepadaku ilmu dan berikanlah aku pemahaman yang baik.”


3. Doa agar mendapat ilmu bermanfaat


اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي ، وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي ، وَزِدْنِي عِلْمًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ

Bacaan latin: Allahummanfa’ni bima ‘allamtani wa ‘allimni ma yanfa’uni wa zidni ‘ilman walhamdulillahi ‘ala kulli halin.

Artinya: “Ya Allah, berilah kemanfaatan atas segala ilmu yang Engkau ajarkan pada saya. Berilah saya ilmu yang bermanfaat dan tambahkanlah ilmu pada saya. Segala puji bagi Allah dalam setiap waktu.”


4. Doa sebelum belajar agar terhindar dari keraguan ilmu

اَللّٰهُمَّ اخْرِجْنَا مِنْ ظُلُمَاتِ الْوَهْمِ وَاَكْرِمْنَا بِنُوْرِالْفَهْمِ وَافْتَحْ عَلَيْنَا بِمَعْرِفَتِكَوَسَهِّلْ لَنَآ اَبْوَابَ فَضْلِكَ يَآ اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Bacaan latin: Allahumma akhrijnaa min dhulumaatil wahmi, wa akrimnaa binuuril fahmi, waftah ‘alainaa bima’rifatil ilmi, wasahhil lanaa abwaaba fadhlika yaa arhamar raahimin

Artinya: “Ya Allah, keluarkanlah kami dari gelapnya keraguan, dan muliakanlah kami dengan cahaya kepahaman. Bukakanlah untuk kami dengan kemakrifatan ilmu dan mudahkanlah pintu karuniaMu bagi kami, wahat Dzat yang Maha Pengasih,”


5. Doa sebelum belajar dimudahkan urusan selama menuntut ilmu

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي

Bacaan latin: Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul ‘uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii

Artinya: “Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.”


6. Doa agar lebih fokus dalam belajar

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ, وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ, وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ, وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا

Bacaan latin: Allahumma innii a’uudzu bika min ‘ilmin laa yanfa’u wa qolbin laa yakhsya’u wa du’aa-in laa yusma’u wa ‘amalin laa yurfa’u

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, doa yang tidak didengar, dan amal yang tidak diterima.”


7. Doa agar diberi kelurusan niat dalam belajar

اَللّٰهُمَّ اَلْهِمْنَاعِلْمًانَفْقَهُ بِهِ اَوَامِرَكَ وَنَوَاهِيَكَ وَارْزُقْنَافَهْمًانَعْلَمُ بِهٖ كَيْفَ نُنَاجِيْكَ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَا. اَللّٰهُمَّ ارْزُقْنَافَهْمَ النَّبِيِّيْنَ وَحِفْظَ الْمُرْسَلِيْنَ وَاِلْهَامَ الْمَلاَءِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Bacaan latin: Allaahumma alhimnaa ‘ilman nafqatu bihi awaa miraka wa nawaahiyaka warzuqnaa fahman na’lamu bihii kaifa nunaa jiika birahmatika yaa arhamar raahimiina.

Allaahummar zuqnaa fahman nabiyyiina wa hifdhal mursaliina wa ilhaamal malaa ikatil muqarrabiina birahmatika yaa arhamar raahimiina.

Artinya: “Ya Allah, berilah kami ilham berupa ilmu, yang dengannya aku dapat memahami segala perintah dan larangan-Mu, dan karuniailah kami pemahaman, yang dengannya kami dapat mengetahui bagaimana kami bermunajat kepada-Mu, Wahai Dzat yang Paling Pengasih.

Ya Allah, karuniakanlah kepada kami pemahaman seperti pemahaman para Nabi, daya hapal seperti daya hapal para Rasul, dan ilham seperti ilham para malaikat yang selalu mendekatkan diri kepada Allah, berkat rahmat Engkau, wahai Dzat yang Paling Pengasih di antara para pengasih.”


8. Doa sebelum belajar agar terhindar dari kemalasan

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ

Bacaan latin: Allaahumma inni a`oodhu bika minal-hammi wal-ḥazani wal-`ajzi wal-kasali wal-bukhli wal-jubni wa ḍala`id-dayni wa ghalabatir-rijaal

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kecemasan dan kesedihan, kelemahan dan kemalasan, sesat dan pengecut, beban hutang dan dari penguasaan manusia.”

9. Doa untuk memohon bantuan saat menemui kesulitan belajar

اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً

Bacaan latin: Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta taj’alul hazna idza syiita sahlaa

Artinya: “Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali Kau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah.

Tidak hanya membaca doa sebelum belajar, meluruskan niat sebelumnya juga penting untuk dilakukan. Selain mengondisikan pikiran agar tetap fokus dalam menerima pelajaran, niat yang baik juga dapat menentukan kualitas dan hasil yang tengah dikerjakan seorang muslim.

Seperti yang diungkap dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum karya Furqon Syarief Hidayatulloh, sebaik-baiknya niat adalah menjadikan momen menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT dan bukan penghargaan manusia.

DETIKHIKMAH

Isra’ dan Mi’raj Mukjizat Besar dan Terdapat Banyak Pelajaran Hadapi Krisis

Malam 27 Rajab biasa diperingati umat Islam sebagai malam Isra’ dan Mi’raj. Dalam perjalanan Isra’ dan Mi’raj ini, Nabi Muhammad SAW mendapat perintah salat lima waktu dari Allah SAW. Selain itu, banyak hal ghaib yang terjadi selama berada di Sidratul Muntaha, seperti surga, neraka, malaikat dan hal lainnya yang hanya diketahui oleh Allah SWT.

Penasihat ilmiah untuk Mufti Mesir, Syekh Dr Majdi Asyur menekankan, perjalanan Isra’ Mi’raj sungguh merupakan mukjizat yang besar. Di dalamnya terdapat pelajaran yang dapat dipetik dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan sekarang ini, terutama menghadapi pandemi Covid-19.

“Bahwa di balik setiap krisis atau kesulitan, harus ada yang kita perjuangkan dengan ketekunan dan kerja keras,” ujar Syekh Asyur seperti dilansir Elbalad dan dikutip dari laman republika.co.id, Jumat (18/2).

Syekh Asyur juga menjelaskan, di malam Isra’ Mi’raj nanti, yaitu di malam 27 Rajab, umat Muslim perlu memperbanyak ibadah. Di antaranya membaca Alquran dan hadits Nabi Muhammad SAW serta menyelami kembali perjalanan Nabi Muhammad dalam menyebarkan Islam.

“Termasuk juga sholat dua rakaat di malam harinya. Karena salat adalah perjalanan spiritual di mana manusia bisa melintasi jarak sehingga menjadi dekat antara dirinya dan Allah SWT,” jelasnya.

Ia juga menyampaikan, di dalam salat, seorang Muslim sedang berada di dalam inti kedekatan dan cinta Ilahi yang sungguh agung. Dengan salat, seorang hamba merendahkan hatinya dan mengabdi kepada Sang Maha Pencipta, Allah SWT.

Dalam beberapa riwayat hadits, Rasulullah SAW mengisahkan tentang perjalanan Isra’ Mir’aj. Salah satunya, berkisah tentang neraka yang sebagian besar penghuninya adalah perempuan.

Dari Asma, Rasulullah SAW bersabda, “Surga berada sangat dekat denganku sehingga jika aku mau, aku bisa memetik beberapa buahnya. Neraka juga dekat sekali denganku sehingga aku berkata, ‘Ya Allah, bahkan aku masih bersama mereka?’

Aku melihat seorang wanita yang sedang dicakar seekor kucing, dan aku bertanya, ‘Mengapa ini?’ Mereka memberitahuku, ‘Dia (wanita itu) menyekap kucing tersebut sampai mati kelaparan. Dia tidak memberinya makan, dan tidak melepaskannya supaya kucing itu bisa memakan tikus-tikus di bumi.” (HR Bukhari)

ISLAM KAFFAH

Keistimewaan dan Do’a Bulan Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan

Do’a Bulan Rajab dan Sya’ban menyambut Ramadhan


اللهم بارك لنا فى رجب و شعبان وبلغنا رمضان

“Allaahumma baariklanaa fii Rajaba wa Sya’baana wa ballighna Ramadhana.”
Yang artinya: “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban ini, dan sampaikanlah umur kami bertemu Ramadhan.”

Kelebihan Bulan Rajab

Beberapa hadis Rasulullah saw menunjukkan kelebihan bulan rajab:

1.Hendaklah kamu memuliakan bulan Rajab, niscaya Allah memuliakan kamu dengan seribu kemuliaan di hari Qiamat.

2.Bulan Rajab bulan Allah, bulan Sya’ban bulanku, dan bulan Ramadhan bulan umatku.

3.Kemuliaan Rajab dengan malam Isra’ Mi’rajnya, Sya’ban dengan malam nisfunya dan Ramadhan dengan Lailatul-Qadarnya.

4.Puasa sehari dalam bulan Rajab mendapat syurga yang tertinggi (Firdaus).Puasa dua hari dilipatgandakan pahalanya.

5.Puasa 3 hari pada bulan Rajab, dijadikan parit yang panjang yang menghalangnya ke neraka (panjangnya setahun perjalanan).

6.Puasa 7 hari pada bulan Rajab, ditutup daripadanya 7 pintu neraka.

7.Puasa 16 hari pada bulan Rajab akan dapat melihat wajah Allah di dalam syurga, dan menjadi orang yang pertama menziarahi Allah dalam syurga.

8.Kelebihan bulan Rajab dari segala bulan ialah seperti kelebihan Al-Quran keatas semua kalam (perkataan).

9.Puasa sehari dalam bulan Rajab seumpama puasa empat puluh tahun dan iberiminum air dari syurga.

10.Bulan Rajab Syahrullah (bulan Allah), diampunkan dosa orang-orang yang meminta ampun dan bertaubat kepada-Nya. Puasa dalam bulan Rajab, wajib bagi yang ber puasa itua.Diampunkan dosa-dosanya yang lalu. Dipelihara Allah umurnya yang tinggal.Terlepas daripada dahaga di akhirat.

11.Puasa pada awal Rajab, pertengahannya dan pada akhirnya, seperti puasa sebulan pahalanya.

12.Siapa bersedekah dalam bulan Rajab, seperti bersedekah seribu dinar,dituliskan kepadanya pada setiap helai bulu roma jasadnya seribu kebajikan, diangkat seribu derjat, dihapus seribu kejahatan –

“Dan barang siapa berpuasa pada tgl 27 Rajab/ Isra Mi’raj akan mendapat pahala seperti 5 tahun berpuasa.”

– “Barang siapa yang berpuasa dua hari di bulan Rajab akan mendapat kemuliaan di sisi ALLAH SWT.” “Barang siapa yang berpuasa tiga hari yaitu pada tgl 1, 2, dan 3 Rajab, maka ALLAH akan memberikan pahala seperti 900 tahun berpuasa dan menyelamatkannya dari bahaya dunia, dan siksa akhirat.”

– “Barang siapa berpuasa lima hari dalam bulan ini, permintaannya akan dikabulkan.”

– “Barang siapa berpuasa tujuh hari dalam bulan ini, maka ditutupkan tujuh pintu neraka Jahanam dan barang siapa berpuasa delapan hari maka akan dibukakan delapan pintu syurga.”

– “Barang siapa berpuasa lima belas hari dalam bulanini, maka ALLAH akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan menggantikan kesemua kejahatannya dengan kebaikan, dan barang siapa yang menambah(hari-hari puasa) maka ALLAH akan menambahkan pahalanya.”

Sabda Rasulullah SAW lagi : “Pada malam Mi’raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril a.s.: “Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini ?”Maka berkata Jibrilb a.s.: “Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca salawat untuk engkau dibulan Rajab ini”. Dalam sebuah riwayat Tsauban bercerita : “Ketika kami berjalan bersama-sama Rasulullah SAW melalui sebuah kubur,lalu Rasulullah berhenti dan beliau menangis dengan amat sedih, kemudian beliau berdoa kepada ALLAH SWT.

Lalu saya bertanya kepada beliau: “Ya Rasulullah mengapakah engkau menangis?” Lalu beliau bersabda : “Wahai Tsauban, mereka itu sedang disiksa dalam kuburnya, dan saya berdoa kepada ALLAH, lalu ALLAH meringankan siksa ke atas mereka”. Sabda beliau lagi: “Wahai Tsauban, kalaulah sekiranya mereka ini mau berpuasa satu hari dan beribadah satu malam saja di bulan Rajab niscaya mereka tidak akan disiksa di dalam kubur”.

Tsauban bertanya: “Ya Rasulullah, apakah hanya berpuasa satu hari dan beribadah satu malam dalam bulan Rajab sudah dapat mengelakkan dari siksa kubur?” Sabda beliau: “Wahai Tsauban, demi ALLAH Zat yang telah mengutus saya sebagai nabi, tiada seorang muslim lelaki dan perempuan yang berpuasa satu hari dan mengerjakan sholat malam sekali dalam bulan Rajab dengan niat karena ALLAH, kecuali ALLAH mencatatkan baginya seperti berpuasa satu tahun dan mengerjakan sholat malam satu tahun.”

Sabda beliau lagi: “Sesungguhnya Rajab adalah bulan ALLAH, Sya’ban adalah bulan aku dan bulan Ramadhan adalah bulan umatku”. “Semua manusia akan berada dalam keadaan lapar pada hari kiamat, kecuali para nabi, keluarga nabi dan orang-orang yang berpuasa pada bulan Rajab, Sya’ban dan bulan Ramadhan. Maka sesungguhnya mereka kenyang, serta tidak akan merasa lapar dan haus bagi mereka.”

Amalan dan Dzikir Di Bulan Rajab

Di bulan Rajab terdapat amalan khusus dan amalan umum. Amalan khusus adalah amalan yang dilakukan pada hari atau malam tertentu di bulan Rajab. Adapun amalan umum adalah amalan yang dilakukan selama di bulan Rajab. Amalannya sebagai berikut:

Pertama:
Rasulullah saw juga bersabda: “Bulan Rajab adalah bulan permohonan pengampunan bagi ummatku, maka hendaknya mereka memperbanyak istighfar di dalamnya.” Yakni:


اَسْتَغْفِرُ اللهَ وَاَتُوبُ اِلَيْهِ

Astaghfirullâha wa atûbu ilayh
Aku mohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya

Kedua: Dalam suatu riwayat disebutkan: Bagi yang tidak mampu berpuasa agar memperoleh pahala puasa di bulan Rajab, maka hendaknya setiap hari ia membaca tasbih berikut 100 kali:


سُبْحَانَ اْلاِلَهِ الْجَلِيلِ، سُبْحَانَ مَنْ لاَ يَنْبَغِي التَّسْبِيحُ إِلاَّ لَهُ، سُبْحَانَ اْلأَعَزِّ اْلاَكْرَمِ، سُبْحَانَ مَنْ لَبِسَ الْعِزَّ وَهُوَ لَهُ اَهْلٌ

Subhânal ilâhil jalîl, subhâna Man lâ yanbaghit tasbîhu illâ lahu, subhânal a’azzil akram, subhâna Man labisal ‘izzi wa huwa lahu ahlun.

Mahasuci Tuhan Yang Maha Agung, Mahasuci yang tak layak bertasbih kecuali kepada-Nya, Mahasuci Yang Maha Agung dan Maha Mulia, Mahasuci Yang Menyandang keagungan dan hanya Dia yang layak memilikinya.

Ketiga: Membaca:


يَا ذَا الْجَلالِ وَاْلاِكْرَامِ، يَا ذَا النَّعْمَاءِ وَالْجُودِ، يَا ذَا الْمَنِّ وَالطَّوْلِ، حَرِّمْ شَيْبَتِي عَلَى النَّارِ

Yâ Dzal jalâli wal-ikrâm, yâ Dzan na’mâi wal-jûd, yâ Dzal manni wath-thawl, harrim syaibatî `alan nâri.

Wahai Yang Maha Agung dan Maha Mulia, wahai Pemilik kenikmatan dan kedermawanan, wahai Pemilik anugerah dan karunia, selamatkan putihnya rambutku dari api neraka.

Keempat: Rasululah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca di bulan Rajab Istighfar berikut sebanyak 100 kali dan mengakhirnya dengan bersedekah, Allah akan mengakhirinya dengan rahmat dan maghfirah. Barangsiapa yang membacanya 400 kali, Allah memcatat baginya pahala 100 syuhada’:


اَسْتَغْفِرُ اللهَ لا اِلهَ إِلاّ هُوَ وَحْدَهُ لا شَريكَ لَهُ وَاَتُوبُ اِلَيْهِ

Astaghfirullâha lâilaha illa Huwa wahdahu lâ syarîkalah, wa atûbu ilayh.
Aku memohon ampun kepada Allah, tiada Tuhan kecuali Dia Yang Maha Esa, Yang tiada sekutu bagi-Nya, aku bertaubat kepada-Nya.”

Kelima: Membaca Lailâha illallâh (1000 kali).
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca di bulan Rajab Lâilâha illallâh sebanyak seribu kali , Allah mencatat baginya seratus ribu kebaikan dan membangunkan baginya seratus kota di surga.”

Keenam: membaca Astaghfirullâh wa atûbu ilayh, pagi dan sore sebanyak (70 kali), dan diakhiri dengan membaca doa:


اَللّهُمَّ اغْفِرْ لي وَتُبْ عَلَيَّ

Allâhummaghfirlî wa tub `alayya
Ya Allah, ampuni aku dan bukakan pintu taubat bagiku.

Dalam suatu hadis dikatakan: Barangsiapa yang membaca Istighfar pagi dan sore sebanyak 70 kali dan kemudian diakhiri dengan doa tersebut dengan mengangkat tangannya, jika ia mati di bulan Rajab matinya diridhai oleh Allah dan tidak disentuh oleh api neraka karena berkah bulan Rajab.

Ketujuh: membaca istighfar berikut sebanyak seribu kali agar diampuni dosanya oleh Allah Yang Maha Penyayang:


اَسْتَغْفِرُ اللهَ ذَا الْجَلالِ وَالاِْكْرامِ مِنْ جَميعِ الذُّنُوبِ وَالاثامِ

Astaghfirullâha Dzal jalâli wal-ikrâm min jamî`idz dzunûbi wal-âtsâm
Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung dan Maha Mulia dari semua dosa dan kesalahan.

Kedelapan: membaca Surat Al-Ikhlash sebelas ribu kali atau seribu kali atau seratus kali.


Dalam suatu riwayat dikatakan: “Barangsiapa yang membaca Surat Al-Ikhlash seratus kali pada hari Jum’at bulan Rajab, ia akan memperoleh cahaya yang mengantarkan ke surga.”

Kesembilan:
Dalam suatu hadis disebutan: “Barangsiapa yang berpuasa sehari di bulan Rajab, dan melakukan shalat sunnah empat rakaat (2 kali salam). Rakaat pertama setelah Fatihah membaca ayat Kursi seratus kali, dan rakaat kedua setelah Fatihah membaca Surat Al-Ikhlash dua ratus kali, maka saat matinya ia akan menyaksikan tempatnya di surga atau diperlihatkan kepadanya.”

Kesepuluh: Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang melakukan shalat sunnah empat rakaat (2 kali salam) pada hari Jum’at di bulan Rajab antara shalat Zuhur dan Ashar; setiap rakaat setelah Fatihah membaca ayat Kursi tujuh kali dan Surat Al-Ikhlash, kemudian sesudah salam membaca Astaghfirullâhalladzî lâilâha illâ Huwa wa as-aluhut tawbah (10 kali), Allah mencatat baginya dari hari itu (hari ia melakukan shalat) sampai hari kematiannya setiap hari seribu kebaikan; memberinya untuk setiap ayat yang ia baca satu kota di surga dari yaqut merah; untuk setiap hurufnya satu istana di surga dari mutiara; diberinya pasangan bidadari dan diridhai tanpa sedikitpun murka; dan Allah mencatatnya sebagai orang-orang ahli ibadah, dan mengakhiri hidupnya dengan kebahagiaan dan pengampunan yang terbaik.”

Kesebelas: Puasa tiga hari: hari kamis, Jum’at dan Sabtu.
Dalam suatu hadis disebutkan: “Barangsiapa yang berpuasa pada Kamis, Jum’at dan Sabtu di bulan-bulan yang mulia, Allah mencatat baginya ibadah sembilan ratus tahun.”

Kedua belas: Shalat enam puluh rakaat selama bulan Rajab; setiap malam dua rakaat, setiap rakaat setelah Fatihah membaca Surat Al-Kafirun (3 kali) dan Surat Al-Ikhlash (sekali). Sesudah salam membaca doa berikut sambil mengangkat tangan:


لا اِلهَ إلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لا شَريكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، يُحْيي وَيُميتُ، وَهُوَ حَيٌّ لا يَمُوتُ، بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلى كُلِّ شَيْيء قَديرٌ، وَاِلَيْهِ الْمَصيرُ، وَلا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلاّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظيمِ، اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّد النَّبِيِّ الاُْمِّيِّ وَآلِهِ

Lâilaha illallâhu wahdahu lâ syarîkalah, lahul mulku wa lahul hamdu, yuhyî wa yumît, wa Huwa hayyun lâ yamût, biyadihil khayr wa Huwa ‘alâ kulli syay-in qadîr, wa ilayhil mashîr, walâ hawla wala quwwata illâ billahil `aliyyil `azhîm. Allahumma shalli `alâ Muhammadin an-nabiyyil ummi wa âlihi.

Tiada Tuhan kecuali Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kekuasaan dan pujian. Dialah Yang Menghidupkan dan mematikan. Dia Yang Hidup dan tidak mati, di tangan-Nya segala kebaikan, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, kepada-Nya kembali segalanya, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah Yang Tinggi dan Maha Agung. Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad Nabi yang ummi dan keluarganya.

Diriwayatkan dari Nabi saw bahwa orang yang melakukan amalan tersebut Allah mengijabah doanya dan memberinya enam puluh pahala haji dan umrah.

Ketiga belas: Rasulullah saw bersabda: “orang yang membaca Surat Al-Ikhlash (100 kali) dalam shalat sunnah dua rakaat di malam bulan Rajab, nilainya sama dengan berpuasa seratus tahun di jalan Allah, dan memberinya seratus istana di surga, setiap istana bertetangga dengan para Nabi (as).”

Keempat belas: Imam Ali bin Abi Thalib (as) berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca setiap hari dan malam di bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan Surat Al-Fatihah, ayat Kursi, Surat Al-Kafirun, Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Nas masing-masing (3 kali), kemudian membaca masing-masing (3 kali):


سُبْحانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ وَلا اِلهَ إلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ، وَلا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلاّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظيمِ

Subhânallâhi wal-hamdulillâhi, wa lâilâha illallâh wallâhu akbar, walâ hawla walâ quwwata illâ billâhil `aliyyil `azhîm.
Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung


اَللّـهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّد وَآلِ مُحَمَّد

Allâhumma shalli `alâ Muhammadin waâli Muhammad
Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad


اَللّـهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤمِنينَ وَالْمُؤمِناتِ

Allâhummaghfir lil-mu’minîna wal-mu’minât
Ya Allah, ampuni kaum mukminin dan mukminat

Kemudian membaca istighfar berikut (400 kali):


اَسْتَغْفِرُ اللهَ وَاَتُوبُ اِلَيْهِ

Astaghfirullâha wa atûbu ilayh
Aku mohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya,

maka Allah swt akan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya walaupun sebanyak tetesan hujan, daun-daun pepohonan, dan buih di lautan.”

Keutamaan di Bulan Sya’ban

Sya’ban adalah istilah bahasa Arab yang berasal dari kata syi’ab yang artinya jalan di atas gunung. Islam kemudian memanfaatkan bulan Sya’ban sebagai waktu untuk menemukan banyak jalan, demi mencapai kebaikan.

Karena bulan Sya’ban terletak di antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan, karena diapit oleh dua bulan mulia ini, maka Sya’ban seringkali dilupakan. Padahal semestinya tidaklah demikian. Dalam bulan Sya’ban terdapat berbagai keutamaan yang menyangkut peningkatan kualitas kehidupan umat Islam, baik sebagai individu maupun dalam lingkup kemasyarakatan.

Karena letaknya yang mendekati bulan Ramadhan, bulan Sya’ban memiliki berbagai hal yang dapat memperkuat keimanan. Umat Islam dapat mulai mempersiapkan diri menjemput datangnya bulan termulia dengan penuh suka cita dan pengharapan anugerah dari Allah SWT karena telah mulai merasakan suasana kemuliaan Ramadhan.

Rasulullah SAW bersabda,


ذاكَ شهر تغفل الناس فِيه عنه ، بين رجب ورمضان ، وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين، وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم — حديث صحيح رواه أبو داود النسائي

”Bulan Sya’ban adalah bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadan. Bulan Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya, aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa.” (HR Abu Dawud dan Nasa’i)

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan pengakuan Aisyah, bahwa Rasulullah SAW tidak pernah berpuasa (sunnah) lebih banyak daripada ketika bulan Sya’ban. Periwayatan ini kemudian mendasari kemuliaan bulan Sya’ban di antar bulan Rajab dan Ramadhan.

Karenanya, pada bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak berdzikir dan meminta ampunan serta pertolongan dari Allah SWT. Pada bulan ini, sungguh Allah banyak sekali menurunkan kebaikan-kebaikan berupa syafaat (pertolongan), maghfirah (ampunan), dan itqun min adzabin naar (pembebasan dari siksaan api neraka).

Dari sinilah umat Islam, berusaha memuliakan bulan Sya’ban dengan mengadakan shodaqoh dan menjalin silaturrahim. Umat Islam di Nusantara biasanya menyambut keistimewaan bulan Sya’ban dengan mempererat silaturrahim melalui pengiriman oleh-oleh yang berupa makanan kepada para kerabat, sanak famili dan kolega kerja mereka. Sehingga terciptalah tradisi saling mengirim parcel di antara umat Islam.

Karena, di kalangan umat Islam Nusantara, bulan Sya’ban dinamakan sebagai bulan Ruwah, maka tradisi saling kirim parcel makanan ini dinamakan sebagai Ruwahan. Tradisi ini menyimbolkan persaudaraan dan mempererat ikatan silaturrahim kepada sesama Muslim.

Nishfu Sya’ban

Sya’ban adalah bulan kedelapan dalam penanggalan Hijriyah. Keistimewaan bulan ini terletak pada pertengahannya yang biasanya disebut sebagai Nishfu Sya’ban. Secara harfiyah istilah Nisfu Sya’ban berarti hari atau malam pertengahan bulan Sya’ban atau tanggal 15 Sya’ban.

Kaum Muslimin meyakini bahwa pada malam ini, dua malaikat pencatat amalan keseharian manusia, yakni Raqib dan Atid, menyerahkan catatan amalan manusia kepada Allah SWT, dan pada malam itu pula buku catatan-catatan amal yang digunakan setiap tahun diganti dengan yang baru.

Imam Ghazali mengistilahkan malam Nisfu Sya’ban sebagai malam yang penuh dengan syafaat (pertolongan). Menurut al-Ghazali, pada malam ke-13 bulan Sya’ban Allah SWT memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya. Sedangkan pada malam ke-14, seluruh syafaat itu diberikan secara penuh. Dengan demikian, pada malam ke-15, umat Islam dapat memiliki banyak sekali kebaikan sebagai penutup catatan amalnya selama satu tahun. Karepa pada malam ke-15 bulan Sya’ban inilah, catatan perbuatan manusia penghuni bumi akan dinaikkan ke hadapan Allah SWT.

Para ulama menyatakan bahwa Nisfu Sya’ban juga dinamakan sebagai malam pengampunan atau malam maghfirah, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hamba-Nya yang saleh.

Dengan demikian, kita sebagai umat Islam semestinya tidak melupakan begitu saja, bahwa bulan sya’ban dalah bulan yang mulia. Sesungguhnya bulan Sya’ban merupakan bulan persiapan untuk memasuki bulan suci Ramadhan. Dari sini, umat Islam dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya dengan mempertebal keimanan dan memanjatkan doa dengan penuh kekhusyukan.

Keistimewaan Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan memiliki keutamaan dan keistimewaan yang besar. Semua amal soleh yang dilakukan pada bulan ini akan mendapat balasan lebih banyak dan lebih baik. Oleh karena itu kita sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal kebajikan dan meninggalkan kemaksiatan. Diantara keutamaan dan keistimewaan bulan Ramadhan tersebut, disebutkan dalam beberapa riwayat:

1. Ramadhan adalah bulan penuh berkah, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan pun dibelenggu. Pada bulan Ramadhan terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Rasulullah SAW bersabda:


قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ

Telah datang Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa pada bulan itu, saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. (HR. Ahmad)

2. Allah SWT membebaskan penghuni neraka pada setiap malam bulan Ramadhan. Rasulullah SAW bersabda:


إذَا كَانَ أوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِرَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِيْنُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أبْوَابُ الجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِيْ مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلُّ لَيْلَةٍ

Jika awal Ramadhan tiba, maka setan-­setan dan jin dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang dibuka. Sedangkan pintu-pintu surga dibuka, dan tidak satu pintu pun yang ditutup. Lalu ada seruan (pada bulan Ramadhan); Wahai orang yang menginginkan kebaikan, datanglah. Wahai orang yang ingin kejahatan, tahanlah dirimu. Pada setiap malam Allah SWT memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka. (HR Tirmidzi)

3. Puasa bulan Ramadhan adalah sebagai penebus dosa hingga datangnya bulan Ramadhan berikutya. Rasulullah SAW bersabda:


اَلصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَاُن إلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاةٌ مَا بَيْنَهُنَّ إذَاجْتَنَبَ اْلكَبَائِرَ

Jarak antara shalat lima waktu, shalat jum’at dengan jum’at berikutnya dan puasa Ramadhan dengan Ramadhan berikutnya merupakan penebus dosa-­dosa yang ada diantaranya, apabila tidak melakukan dosa besar. (HR Muslim)

4. Puasa Ramadhan bisa menebus dosa-dosa yang telah lewat, dengan syarat puasanya ikhlas. Rasulullah SAW bersabda:


مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa berpuasa dibulan Ramadhan karena Iman dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari dan Muslim)

5. Barangsiapa memberi buka orang yang puasa maka mendapat pahala sebanyak pahala orang puasa tersebut.


مَنْ فَطَرَ صَائِمًا كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أجْرِ الصَّا ئِمِ لَا يَنْقُصَ مِنْ أجْرِ الصَّائِمِ شَيْئٌ

Barangsiapa memberi perbukaan (makanan atau minuman) kepada orang yang berpuasa, maka dia akan mendapat pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa tersebut. (HR Ahmad)

6. Sedekah yang paling baik adalah pada bulan Ramadhan.


أيُّ الصَّدَقَةِ أفْضَلُ؟ قَالَ صَدَقَةٌ فَيْ رَمَضَانَ

Rasulullah SAW pemah ditanya; Sedekah apakah yang paling mulia? Beliau menjawab: “Yaitu sedekah dibulan Ramadhan.” (HR Tirmidzi)

7. Orang yang banyak beribadah (menghidupkan) bulan Ramadhan, maka dosa-­dosanya diampuni oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:


مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa beribadah (menghidupkan) bulan Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dan Muslim)

8. Doa orang yang berpuasa adalah mustajab Rasulullah SAW bersabda:


ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٍ ؛دَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ

Ada tiga macam doa yang mustajab, yaitu doa orang yang sedang puasa, doa musafir dan doa orang yang teraniaya. (HR Baihaqi)

9. Puasa dan ِAl-Qur’an yang dibaca pada malam Ramadhan akan memberi syafaat kepada orang yang mengerjakannya kelak dihari kiamat. Rasulullah SAW bersabda:


اَلصُّيَامُ وَاْلقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ يَقُوْلُ اَلصِّيَامُ أيْ رَبِّ مَنَعْتُهُُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتَ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِى فَيْهِ وَيَقُوْلُ اْلقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِالَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيْهِ قَالَ فَيُشَفِّعَانِ

Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafaat seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata: “Ya Rabbi, aku mencegahnya dari makan dan minum di siang hari”, ِAl-Qur’ an juga berkata: “Aku mencegahnya dari tidur dimalam hari, maka kami mohon syafaat buat dia.” Beliau bersabda: “Maka keduanya dibolehkan memberi syafaat.” (HR Ahmad)

10. Orang yang melaksanakan Umrah pada bulan Ramadhan maka mendapat pahala seperti melakukan Haji. Rasulullah SAW bersabda:


فَإِنَّ عُمْرَةَ فِيْ رَمَضَانَ حَجَّةٌ

Sesungguhnya umrah dibulan Ramadhan sama dengan pahala haji. (HR Bukhari)

Dan di bawah ini 5 keistimewaan bulam ramadhan:

1. Pada awal-awal bulan ramadhan. Allah akan senantiasa memperhatikan ummat muhammad dengan detail. Segala amal perbuatan baik akan dilipat gandakan. Yang sunnah-sunnah seakan mejadi wajib sedangkan amalan-amalan wajib akan menjadi lebih dari biasanya. Dan barangsiapa yang diperhatikan oleh allah niscaya dia akan terhindar dari adzab.


2. Bau mulut orang yang berpusa yang berbau tidak sedap akan berubah menjadi wangi sekali melebihi wangi kasturi pada saat hari kiamat nanti.


3. Pada setiap malam bulan ramadhan akan ada berpuluh puluh ribu malaikat yang tuun ke bumidan senentiasa memohonkan ampun bagi mereka orang orang yang memanfaatkan malmnya dengan bersimpuh, berdzikir serta beribadah pada allah.


4. Allah akan memerintahakn surga untuk berhiasa diri, sehingga ummat muhammad yang akan masuk surganya allah akan senatiasa merasa nyaman dan tenang.


5. Pada akhir-akhir bulan ramadhan allah akan melebur dosa-dosa bagi orang yang selalu bertakwa dan beriman pada allah.

SABILAH MUHTADIN