Ini Bacaan Shalawat Agar Kuat Menghadapi Kesulitan

Setiap orang pasti pernah mengalami kesulitan hidup. Dalam kehidupan, selalu ada kesulitan dan kemudahan. Jika kita mampu melewati kemudahan hidup dengan baik, mengapa kita tak bisa melewati kesulitan hidup dengan baik pula? Seharusnya juga kita harus kuat menghadapi kesulitan.

Islam mengajarkan jalan keluar bagi kesulitan hidup yang dialami manusia, terutama umat Islam. Dalam setiap kesulitan, pasti ada jalan keluarnya. Berikut adalah beberapa cara untuk menghadapi kesulitan sesuai dengan anjuran dalam ajaran agama Islam. Di antaranya kita dianjurkan membaca shalawat agar kuat menghadapi kesulitan.

Dalam kitab Abwab Al-Farj, Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki menyebutkan beberapa redaksi shalawat atas Nabi Saw, di antaranya adalah shalawat Al-Farj untuk agar kita kuat menghadapi kesulitan. Redaksi shalawat Al-Farj ini adalah sebagai berikut;

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ صَلَاةَ عَبْدٍ قَلَّتْ حِيْلَتُهُ وَ رَسُوْلُ اللهِ وَسِيْلَتُهُ وَ أَنْتَ لَهَا يَا إِلَهِيْ وَ لِكُلِّ كَرْبٍ عَظِيْمٍ فَفَرِّجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيْهِ بِسِرِّ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Allohumma sholli wa sallim wa baarik ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihii wa shohbihii sholaata ‘abdin qollat hiilaatuhuu wa rosulullaahi wasiilatuhuu wa anta lahaa ilaahii wa likulli karbin ‘azhiimin fa farrij ‘annaa maa nahnu fiihi bisirri bismillaahir rohmaanir rohiim.

Artinya:

Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan keselamatan serta berikanlah keberkahan kepada jungjungan kami, Nabi Muhammad, juga keluarganya dan seluruh sahabatnya, melalui doa seorang hamba yang sedikit upayanya dan Rasulullah adalah wasilahnya, dan Engkau adalah pemilik doa itu, wahai Tuhanku, dan pemilik semua kesulitan yang besar, maka dari itu lapangkanlah apa yang menimpa diri kami dengan rahasia ‘bismillaahir rohmaanir rohiim.’

Disebutkan bahwa barangsiapa yang membaca shalawat ini kapan saja dan tanpa dibatasi jumlah tertentu, maka dia akan diberi kekuatan dan daya oleh Allah untuk menghadapi kesulitan yang menimpanya.

Alangkah baiknya jika setelah membaca shalawat ini dilanjutkan membaca Hizb Al-Nawawi. Maka jika keduanya dibaca, maka akan lebih utama dan lebih mujarrab.

BINCANG SYARIAH

Allah Ta’ala yang Lebih Mengetahui

Tempat kesusahan

Langit tak selamanya cerah membiru. Bunga tak selalu mekar sepanjang waktu. Begitu pula dengan lika-liku perjalanan setiap orang di dunia yang berhiaskan kebahagiaan semu. Akan ada kegelisahan, kegundahan dan kegalauan. Inilah dunia.

فإن من طبيعة الحياة الدنيا الهموم والغموم التي تصيب الإنسان فيها، فهي دار الأواء والشدة والضنك، ولهذا كان مما تميزت الجنة به عن الدنيا

“Di antara karakter hidup dunia adalah penuh dengan kegalauan, kecemasan, yang itu akan menimpa orang yang hidup di dunia. Dunia adalah tempat kesusahan, penderitaan, dan kesempitan hidup. Inilah yang membedakan surga dengan kehidupan dunia” (‘Ilājul humūm, hal. 2).

Tidak semua yang dilalui di setiap hari berisi dengan hal-hal yang menyenangkan. Terkadang hati mampu menjalani dengan wajah tersenyum, namun tak jarang menjalani dengan guratan beban di dahi dan hati. Namun yang perlu selalu diyakini ialah semua yang menimpa diri itu semua atas kehendak dari Allah ta’alā.

Allah ta’alā Maha Mengetahui

Tak ada kejadian yang terjadi begitu saja tanpa ada yang mengaturnya. Begitu pun dengan apa yang dirasakan di tiap jiwa hamba. Semua atas kehendak Zat yang telah mencipta alam semesta.

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ 

“Tidaklah sebuah musibah menimpa kecuali dengan izin Allah” (QS. At-Tagābun:11).

وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَّرَقَةٍ اِلَّا يَعْلَمُهَا

“dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya” (QS. Al-An’ām: 59).

Dan yang harus selalu diyakini, bahwa segala sesuatu yang Allah ta’alā kehendaki pasti ada hikmahnya. Ada yang telah diketahui hikmahnya oleh hamba dan ada yang belum diketahui. Banyak hikmah yang belum bisa langsung terlihat oleh mata saat kesusahan melanda. Namun, Allah ta’alā yang telah mengkehendaki sesuatu terjadi pasti tahu hikmahnya. Allah ta’alā lebih mengetahui, sedangkan manusia tidak mengetahui.

Allah ta’alā berfirman:

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;  Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 216).

Ibnu Katsir rahimahu al-lāhu menjelaskan bahwa sesuatu yang disukai seseorang yang bisa jadi buruk baginya itu bersifat umum dalam setiap perkara. Bisa jadi seseorang menyukai sesuatu namun ternyata tidak ada kebaikan dan kemaslahatannya. Allah ta’alā lebih mengetahui akhir setiap urusan hamba. Allah ta’alā lah yang mengabarkan mana yang mashlahat untuk dunia dan akhirat seseorang.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1:248)

Di dalam ayat tersebut juga berisi kaidah umum bahwa amal kebaikan yang tidak disukai dan menyusahkan jiwa itu pada hakikatnya adalah baik untuk dirinya. Begitu pula sebaliknya, amal keburukan yang dicintai dan dinikmati jiwa itu pada hakikatnya adalah buruk baginya. Apapun yang menimpa seorang hamba itulah yang terbaik baginya. Hendaknya seorang hamba senantiasa bersyukur karena Allah ta’alā mencintai hamba lebih dari seseorang itu mencintai dirinya sendiri. Allah ta’alā berikan maslahat dari perkara yang menimpanya tersebut, dan Dia lah yang paling tahu mana yang maslahat buat hamba Nya. Oleh karena itu hendaknya hamba menerima semua yang Dia takdirkan, baik terasa senang maupun susah (Taisīr Al-Karīm Al-Rahmān, hal. 96)

Belajar lagi tentang nama dan sifat Allah ta’alā

Seseorang akan lebih rida ketika yakin Zat yang telah menakdirkan segala sesuatu itu lah yang paling mengetahui yang terbaik untuk hamba Nya. Semakin kuat keyakinan seseorang bahwa Allah ta’alā Maha Mengetahui, maka semakin kuat pula keridaannya terhadap sesuatu yang menimpanya. Semakin besar tingkat pengenalannya terhadap nama dan sifat Allah ta’alā, semakin lapang pula dadanya dalam menghadapi berbagai hal. Apabila kita merasakan begitu berat dan tidak rida dengan yang menimpa kita, sudah selayaknya kita mengintrospeksi diri, apakah ilmu tentang nama dan sifat Allah ta’alā yang telah dipelajari belum masuk ke dalam hati?

Mungkin selama ini kita lalai untuk kembali mengenal Allah ta’alā. Sudah ‘lupa’ bahwa Allah ta’alā mengetahui yang terbaik untuk hamba, melihat seluruh hiruk pikuk canda tangis hamba, mendengar seluruh doa-doa, menyayangi hamba yang bersabar, memberikan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka, memberikan jalan keluar dari berbagai problem, memberikan kesehatan dan kelapangan meskipun seringkali hamba tak memintanya. Semoga kita tidak ‘lupa’ bahwa Dia juga Maha Pengampun, mengampuni hamba-hamba yang bertaubat dan mau berbenah dari kelalaian mengenal-Nya.

وَلاَتَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ

Dan janganlah engkau menjadi seperti orang-orang yang melalaikan Allah, lalu Allah membuat mereka melalaikan diri mereka sendiri” [Al Hasyr : 19].

Penulis: apt. Pridiyanto

Artikel: Muslim.or.id

Khamar Lokomotif Kejahatan

Segala hal tentang minuman keras adalah haram. Termasuk memperjualbelikannya

Ketua Bidang Dakwah Persis, Wawan Sofwan menegaskan, segala hal tentang minuman keras (miras) adalah haram. Termasuk meminum, membuat dan memperjualbelikannya.

“Agama Islam yang sudah jelas menegaskan bahwa meminum miras hukumnya haram, membuatnya haram dan memperjualbelikannya juga haram, dan miras atau khamar adalah lokomotif kejahatan,” terang Wawan dalam keterangan tertulis, Senin (1/3).

Wawan menjelaskan, Indonesia adalah negara beragama dan berbudaya. Dengan kacamata budaya saja, terangnya, bisa dibayangkan jika investasi miras dibuka dan dilonggarkan dengan Perpres No. 10 Tahun 2021 apalagi tanpa batasan bahkan dibuka kerannya sampai ke pengecer, sebagaimana tertuang dalam list 31-32 dan 44-45. “Artinya miras akan ada di mana-mana dan dijual bebas,” kata Wawan.

Saat ini, tambah wawan, kriminalitas yang disebabkan minuman keras sudah banyak terjadi di mana-mana. Wawan mengaku tidak bisa membayangkan bagaimana nasib generasi muda kedepan dengan dibukanya pintu miras di Indonesia. Belum lagi turunan aturan-aturan lainnya yang akan menyesuaikan perpres tersebut.

“Kemungkinannnya sangat terbuka akan turunnya aturan-aturan yang menyesuaikan dengan dibukanya investasi untuk minuman berjenis alkohol ini oleh perpres. Kalau tidak salah, saat ini sedang digodok di DPR UU Miras ini. Intinya sedang digodok inspirasi dan aspirasi masyarakat, jadi sangat disayangkan ketergesa-gesaan ini,” kata dia.

“Memang Indonesia amat sangat membutuhkan investasi di berbagai bidang, tetapi nasib anak agama, budaya, dan akhlak anak bangsa sekarang dan kedepan, tentu harus menjadi prioritas,” tambah Wawan.

KHAZANAH REPUBLIKA

Hamba, di antara Dosa dan Ampunan

Adakah yang bisa menjamin dirinya terlepas dari dosa dalam sehari saja? Mulai dari dosa yang muncul dari mata, telinga, mulut, tangan, kaki, badan, hingga hati yang senantiasa berjibaku dengan nafsu dan godaan setan al-rajīm. Nafsu dan godaan setan merupakan tantangan yang niscaya dihadapi bagi setiap anak Adam. Apabila ia sanggup menahan dan mengendalikan setiap keinginan hawa nafsu dan godaan setan, tentu ia akan menang dan memperoleh pahala di sisi Allah. Namun, jika ia kalah dan terjerumus hingga menjadi budak hawa nafsu dan menuruti godaan setan, maka dosa akan menyelimutinya. Rasulullah ṣallā al-lāhu ‘alaihi wa sallam bersabda :

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.

 “Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat”. (HR Tirmiżi 2499, Ṣahih al-Targīb 3139)

Hadis ini menggambarkan bagaimana kesalahan (dosa) merupakan perkara yang tidak terlepas dari diri manusia. Akan tetapi, Allah Taala memberikan solusi dan jalan keluar bagi hamba-Nya yang berbuat kesalahan yaitu bertaubat dan memohon ampunan kepada-Nya.

Dalam sebuah Hadis Qudsi Allah Taala berfirman:

 يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُوْنَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَناَ أَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعاً، فَاسْتَغْفِرُوْنِي أَغْفِرْ لَكُمْ

 “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian semuanya melakukan dosa pada malam dan siang hari padahal Aku maha mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni kalian.” (HR. Muslim)

Senada dengan hadis sebelumnya, hadis qudsi ini  menggambarkan betapa lemahnya sebagian besar manusia dalam menghadapi setiap dorongan syahwat dan godaan setan sehingga kencenderungannya terhadap kesalahan dan dosa begitu tinggi. Karenanya, Allah Taala membuka lebar pintu ampunan-Nya setiap saat bagi hamba-Nya yang ingin bertaubat.

Pemahaman yang Keliru

“Tenang saja, Allah Maha Pengampun”. Kata hati berbisik saat hendak berbuat dosa.

Pengetahuan tentang pengampunan Allah Yang Maha Luas kadangkala disalahartikan oleh sebagian manusia sehingga melakukan dosa-dosa dengan mudahnya disebabkan keyakinannya bahwa Allah akan mengampuni perbuatannya itu.

Terdapat dua kelompok manusia dalam menyikapi dosa dan maksiatnya kepada Allah.

Pertama, Orang awam. Ia tidak mengetahui banyak tentang dalil-dalil yang umum diketahui bahwa Allah maha mengampuni dosa-dosa hamba-Nya. Dengan demikian, ia berputus asa terhadap dosa yang telah ia lakukan. Tidak ada tekad untuk kembali bertaubat bahkan ia semakin dalam terjerumus ke dalam dosa yang lebih parah –wal ‘iyāżu billāh-. Oleh karenanya, mempelajari ilmu agama amatlah penting bagi setiap hamba Allah sebagaimana sabda Rasulullah ṣallā al-lāhu ‘alaihi wa sallam :

 طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

 “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah)

Dengan mengetahui ilmu agama, seorang hamba memperoleh jalan yang terang untuk menuju Allah. Setiap tantangan duniawi maupun ukhrawi dapat ia hadapi dengan berpedoman pada ilmu yang telah Allah Taala ajarkan melalui Rasul-Nya ṣallā al-lāhu ‘alaihi wa sallam. Setiap ia melakukan kekeliruan berupa dosa dan maksiat, ia segera sadar dan kembali mengingat hakikat penciptaan dirinya kemudian bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut dan memperbaikinya dengan amalan saleh.

Kedua, Orang yang mengerti namun salah arti. Dalil-dalil yang menjelaskan luasnya ampunan Allah Taala tentu saja diperuntukkan bagi hamba-hambaNya yang ingin kembali ke jalan yang benar dengan bertaubat dengan taubatan naṣuhā. Bukan pula maksud dalil tersebut sebagai alasan bagi pelaku maksiat untuk kembali ke dalam kubangan dosa sebab keyakinannya bahwa Allah Maha Pengampun.

Bukankah banyak kisah nyata yang kita saksikan seorang yang dikenal saleh sepanjang hidupnya namun berakhir tragis di akhir hayatnya dengan kematian yang sū’ulkhātimah . Rasulullah ṣallā al-lāhu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا

 “..Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka..” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bagaimana jika saat orang tersebut sedang melakukan kemaksiatan tiba-tiba malakulmaut datang menjemputnya? Bukankah setiap amalan seorang hamba tergantung pada akhirnya? Rasulullah ṣallā al-lāhu ‘alaihi wa sallam bersabda :

 وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

 “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari)

Allah Taala  tidak sesaat pun lalai dari pada perbuatan orang-orang yang berbuat maksiat kepada-Nya sebagaimana firman-Nya:

 وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ

 “ Dan janganlah sekali-kali engkau (Muhammad ) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim…..”  (QS. Ibrahim : 42)

Menggapai Ampunan Allah dengan amalan penghapus dosa

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullāh menyimpulkan tiga hal yang dapat menghapus dosa seorang hamba, yaitu : Taubat, Istigfar dan Amal Saleh. (Lihat Kitab Al-Waṣiyyah Al-Sugrā, Hlm. 31-32)

Mengenai Amal saleh yang dapat menghapus dosa, Allah Taala berfirman :

 إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ

 “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah)” (QS. Hud: 114).

Rasulullah ṣallā al-lāhu ‘alaihi wa sallam  bersabda :

 وأتبع السيئة الحسنة تمحها

 “ Iringilah perbuatan dosa dengan amal kebaikan, karena kebaikan itu dapat menghapusnya “.(HR. Ahmad dan al-Tirmiżi)

Dan banyak dalil-dalil sahih lainnya yang menyatakan jaminan ampunan dari Allah Taala atas hamba-Nya yang bertaubat memohon ampunan-Nya.

Apabila kita merenungi aktivitas kita setiap hari, maka banyak sekali celah untuk melakukan amal saleh yang dapat menghapus dosa dan mendapatkan ampunan Allah Taala.

Amalan Harian Penghapus Dosa

  1. Saat hendak tidur

Dari Abu Hurairah raḍiya al-lāhu ‘anhu, Rasulullah ṣallā al-lāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 مَنْ قَالَ حِينَ يَأْوِيْ إِلىَ فِرَاشِهِ: لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، وَحْدَه ُلَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ، وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ، سُبْحَانَ اللهِ، وَالحَمْدُ للهِ ، وَلَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ. غُفِرَتْ لَهُ ذُنُوْبُهُ – أَوْ قَالَ: خَطَايَاه، شكَّ مِسْعَرٌ – وَإِن ْكَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ البَحْر)

 “Barangsiapa hendak menuju kasurnya, dan mengucapkan ‘lā ilāha illā al-lāh wahdahū lā syarīkalahū lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alā kulli syai’in qadīr, subhanalāh, wa al-hamdulillāh, wa lā ilāha illā al-lāh wa al-lāhu akbar’, maka Allah ampuni dosa-dosanya meskipun sebanyak buih lautan di dunia ini.” (HR. Ibnu Hibban, Ibnus Sunni)

  1. Ketika terbangun di malam hari

 عن عبادة بن الصامت رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال من تعار من الليل فقال : لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير الحمد لله وسبحان الله ولا إله إلا الله والله أكبر ولا حول ولا قوة إلا بالله ، ثم قال اللهم اغفر لي أو دعا استجيب له فإن توضأ ثم صلى قبلت صلاته

رواه البخاري وأبو داود والترمذي والنسائي وابن ماجه

 Dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit raḍiya al-lāhu ‘anhu dari Nabi ṣallā al-lāhu ‘alaihi wa sallam; beliau bersabda, “Barang siapa yang terbangun dari tidurnya pada malam hari, kemudian dia mengucapkan, ‘lā ilāha illā al-lāh wahdahū lā syarīkalahū lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alā kulli syai’in qadīr, al-hamdulillāh wa subhanalāh wa lā ilāha illā al-lāh wa al-lāhu akbar, wa lā haula wa lā quwwata illā billāh kemudian dia berkata ‘Ya Allah, ampunilah aku’ atau dia memanjatkan doa, hal tersebut (istigfar maupun doa itu) akan dikabulkan. Kemudian jika dia berwudu lalu mendirikan salat, maka salatnya tersebut akan diterima (di sisi Allah).” (Hadis sahih; riwayat Al-Bukhari, Abu Daud, Al-Tirmiżi, Al-Nasa’i, dan Ibnu Majah; lihat Ṣahih Al-Targīb wa Al-Tarhīb, 1:149

  1. Langkah Kaki Menuju Masjid

Dari Abu Hurairah raḍiya al-lāhu ‘anhu, Rasulullah ṣallā al-lāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَطَهَّرَ فِى بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِىَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

 “Barangsiapa bersuci di rumahnya lalu dia berjalan menuju salah satu dari rumah Allah (yaitu masjid) untuk menunaikan kewajiban dari kewajiban-kewajiban yang telah Allah wajibkan, maka salah satu langkah kakinya akan menghapuskan dosa dan langkah kaki lainnya akan meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim, no. 666)

  1. Menyempurnakan Wudhu

Dari Abu Hurairah raḍiya al-lāhu ‘anhu, Rasulullah ṣallā al-lāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 «أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللهُ بِهِ الْخَطَايَا، وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ؟» قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: «إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ، وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ، وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ، فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ»

 “Maukah kalian aku tunjukkan kepada suatu amal yang dengan amal tersebut Allah dapat menghapus kesalahan (dosa) dan meninggikan derajat?” Para sahabat menjawab,”Ya, wahai Rasulullah.” Rasulullah bersabda,”(Yaitu) menyempurnakan wudhu dalam kondisi sulit, banyaknya langkah menuju masjid, menunggu salat setelah mendirikan salat. Itulah kebaikan (yang banyak).” (HR. Muslim no. 251)

  1. Melaksanakan Shalat Lima Waktu

Dari sahabat Abu Hurairah raḍiya al-lāhu ‘anhu, Nabi ṣallā al-lāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 الصَّلَاةُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ

 “Salat lima waktu dan salat jumat ke salat jumat berikutnya adalah penghapus untuk dosa di antaranya, selama tidak melakukan dosa besar.” (HR. Muslim no. 233)

  1. Dzikir setelah Shalat

Rasulullah ṣallā al-lāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 مَنْ سَبَّحَ اللهَ في دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاثاً وَثَلاثِينَ ، وحَمِدَ اللهَ ثَلاثاً وَثَلاَثِينَ ، وَكَبَّرَ الله ثَلاثاً وَثَلاَثِينَ ، وقال تَمَامَ المِئَةِ : لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ، غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ البَحْر

 “Barangsiapa mengucapkan tasbih (mengucapkan ‘subhānallāh’) di setiap akhir salat sebanyak 33 kali, mengucapkan hamdalah (mengucapan ‘al-hamdu lillāh’) sebanyak 33 kali, bertakbir (mengucapkan ‘Allāhu Akbar’) sebanyak 33 kali lalu sebagai penyempurna (bilangan) seratus ia mengucapkan ‘lā ilāha illā al-lāh wahdahū lā syarīkalahū lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alā kulli syai’in qadīr (tiada Tuhan yang berhak disembah dengan haq selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala puji dan bagi-Nya kerajaan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu)’, maka akan diampuni dosa-dosanya sekalipun sebanyak buih di lautan.” (HR. Muslim)

  1. Mencari Nafkah untuk Menghidupi Keluarga

‘Aisyah raḍiya al-lāhu ‘anhā berkata,

 دَخَلَتْ امْرَأَةٌ مَعَهَا ابْنَتَانِ لَهَا تَسْأَلُ فَلَمْ تَجِدْ عِنْدِي شَيْئًا غَيْرَ تَمْرَةٍ فَأَعْطَيْتُهَا إِيَّاهَا فَقَسَمَتْهَا بَيْنَ ابْنَتَيْهَا وَلَمْ تَأْكُلْ مِنْهَا ثُمَّ قَامَتْ فَخَرَجَتْ فَدَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْنَا فَأَخْبَرْتُهُ فَقَالَ

 “Ada seorang ibu bersama dua putrinya menemuiku meminta makanan, akan tetapi ia tidak mendapati makanan sedikit pun yang ada padaku kecuali sebutir kurma. Maka aku pun memberikan kurma tersebut kepadanya, lalu ia membagi sebutir kurma tersebut untuk kedua putrinya, dan ia tidak makan kurma itu sedikit pun. Setelah itu ibu itu berdiri dan pergi keluar. Lalu masuklah Nabi ṣallā al-lāhu ‘alaihi wa sallam, maka aku pun mengabarkannya tentang ini, lantas beliau bersabda,

 مَنِ ابْتُلِيَ مِنْ هَذِهِ الْبَنَاتِ بِشَيْءٍ فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ

 “Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuan lalu ia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka” (HR. Bukhari no 1418 dan Muslim no 2629).

Demikian di antara amalan-amalan harian yang mengandung ampunan dari Allah Taala kepada hamba-hamba-Nya yang cenderung pada kemaksiatan. Apabila aktivitas harian tersebut kita niatkan untuk ibadah kepada Allah Taala sebagaimana yang diajarkan oleh Baginda Nabi ṣallā al-lāhu ‘alaihi wa sallam, maka insyaallah akan berbuah pahala dan dapat menghapus dosa-dosa. Namun, ada hal yang paling penting untuk diketahui dalam rangka menggapai ampunan Allah Taala Sang Maha Pengampun, yaitu al-tauhīd.

Al-Tauhīd menjadi Syarat Terpenting

Al-Tauhid merupakan syarat mutlak seseorang mendapatkan ampunan dari Allah. Sebab bagaimana bisa seorang hamba menginginkan dosa-dosanya dihapuskan sementara ia masih berada dalam kubangan kesyirikan/menyekutukan Allah Taala. Oleh karenanya, Allah berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa: 48)

Dalam sebuah hadis Qudsi Allah Taala juga menegaskan keluasan ampunan-Nya atas hamba-hambaNya selama tidak menyekutukan-Nya. Allah Taala berfirman :

 يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِى بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِى لاَ تُشْرِكُ بِى شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

 “Wahai anak Adam, jika engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi kemudian engkau tidak berbuat syirik pada-Ku dengan sesuatu apa pun, maka Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi itu pula.” (HR. Tirmidzi no. 3540)

Akhirnya, semestinya kita sebagai seorang hamba Allah yang lemah kiranya menyadari bahwa luasnya ampunan Allah Taala tersebut diperuntukkan bagi hamba-hambaNya yang ingin memperbaiki diri dan bertaubat serta tidak mengulangi dosa dan kemaksiatan yang pernah ia lakukan. Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah Taala. Namun demikian, jangan pula remehkan sekecil apapun dosa. Sebab tiada lain yang kita maksiati ketika melakukan perbuatan dosa kecuali Rabb Yang Maha Esa.

Bilal bin Sa’ad berkata,

 لا تنظر إلي صغر المعصية، و لكن انظر من عصيت

 “Janganlah engkau melihat kecilnya maksiat tetapi lihatlah kepada siapa engkau bermaksiat.” [Al-Dā’ wa  al-Dawā’ hal. 82]

Wa al-lāhu a’lamu bi al-ṣawāb.

Penulis: Fauzan Hidayat, S.STP., MPA

Artikel: Muslim.or.id

Dirimu, Hanya Dirimu!

Didalam Al-Qur’an banyak ayat yang menyebutkan bahwa setiap manusia bertanggung jawab atas dirinya masing-masing. Karena itu setiap orang harus menjaga dan memperhatikan dirinya.

مَّنِ ٱهۡتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهۡتَدِي لِنَفۡسِهِۦۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيۡهَاۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٞ وِزۡرَ أُخۡرَىٰۗ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبۡعَثَ رَسُولٗا

“Barangsiapa berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah), maka sesungguhnya itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa tersesat maka sesungguhnya (kerugian) itu bagi dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, tetapi Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (QS.Al-Isra’:15)

Allah berfirman :

كُلُّ نَفۡسِۭ بِمَا كَسَبَتۡ رَهِينَةٌ

“Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.” (QS.Al-Muddatstsir:38)

Untuk mengenal dalam tentang tanggung jawab manusia atas dirinya masing-masing, mari kita renungkan ayat-ayat berikut :

(1).

وَمَن يَكۡسِبۡ إِثۡمٗا فَإِنَّمَا يَكۡسِبُهُۥ عَلَىٰ نَفۡسِهِۦۚ

“Dan barangsiapa berbuat dosa, maka sesungguhnya dia mengerjakannya untuk (kesulitan) dirinya sendiri. (QS.An-Nisa’:111)

(2).

إِنۡ أَحۡسَنتُمۡ أَحۡسَنتُمۡ لِأَنفُسِكُمۡۖ وَإِنۡ أَسَأۡتُمۡ فَلَهَاۚ

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.” (QS.Al-Isra’:7)

(3).

مَّنِ ٱهۡتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهۡتَدِي لِنَفۡسِهِۦۖ

“Barangsiapa berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah), maka sesungguhnya itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri.” (QS.Al-Isra’:15)

(4).

وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشۡكُرُ لِنَفۡسِهِۦۖ

“Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri.” (QS.An-Naml:40)

(5).

وَمَن جَٰهَدَ فَإِنَّمَا يُجَٰهِدُ لِنَفۡسِهِۦٓۚ

“Dan barangsiapa berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri.” (QS.Al-Ankabut:6)

(6).

وَمَن تَزَكَّىٰ فَإِنَّمَا يَتَزَكَّىٰ لِنَفۡسِهِۦۚ وَإِلَى ٱللَّهِ ٱلۡمَصِيرُ

“Dan barangsiapa menyucikan dirinya, sesungguhnya dia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri.” (QS.Fathir:18)

(7).

مَّنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا فَلِنَفۡسِهِۦۖ وَمَنۡ أَسَآءَ فَعَلَيۡهَاۗ

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri.” (QS.Fushilat:46)

(8).

وَمَن يَبۡخَلۡ فَإِنَّمَا يَبۡخَلُ عَن نَّفۡسِهِۦ

“Dan barangsiapa kikir maka sesungguhnya dia kikir terhadap dirinya sendiri.” (QS.Muhammad:38)

(9).

فَمَن نَّكَثَ فَإِنَّمَا يَنكُثُ عَلَىٰ نَفۡسِهِۦ

“Barangsiapa melanggar janji, maka sesungguhnya dia melanggar atas (janji) sendiri.” (QS.Al-Fath:10)

Dari ayat-ayat ini menjadi jelas bahwa setiap manusia bertanggung jawab atas dirinya masing-masing. Dan setiap perbuatan akan kembali kepada pelakunya.

Keselamatanmu di akhirat ada ditanganmu, tidak bergantung dengan siapa disekelilingmu. Maka mimtalah pertolongan selalu kepada Allah dan jangan merasa lemah.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ عَلَيۡكُمۡ أَنفُسَكُمۡۖ لَا يَضُرُّكُم مَّن ضَلَّ إِذَا ٱهۡتَدَيۡتُمۡۚ

“Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu; (karena) orang yang sesat itu tidak akan membahayakanmu apabila kamu telah mendapat petunjuk.” (QS.Al-Ma’idah:105)

Memang selain bertanggug jawab atas diri masing-masing, kita juga memiliki tanggung jawab yang terkait dengan orang lain seperti amar ma’ruf mahi munkar dan hak keluarga kita untuk dididik dan dijaga, seperti dalam firman-Nya :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS.At-Tahrim:6)

Semoga bermanfaat…

KHAZANAH ALQURAN

Bagaimana Hukum Jual Beli Hewan Peliharaan?

Jual beli hewan peliharaan dalam pandangan hukum Islam.

Cukup banyak hewan peliharaan dan hewan ternak yang biasa dipelihara oleh masyarakat. Masyarakat juga kerap melakukan transaksi jual beli hewan peliharaan dan ternak.

Agama Islam sebagai agama yang sempurna bagi Muslim telah mengatur hukum jual beli secara lebih mendetail. Sebagai contoh hukum jual beli hewan peliharaan seperti kucing dan anjing menurut ajaran Islam.

Wakil Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof Huzaemah T Yanggo mengatakan, hewan peliharaan yang bisa dimakan dan halal tentu hukumnya bisa dijual. Sementara, menjual kucing dan anjing ada dua pendapat ulama.

Ia menerangkan, ada ulama yang membolehkan menjual kucing dan anjing, dan ada ulama yang tidak membolehkan. Tapi menurut pandangannya, kalau anjing untuk berburu di zaman dulu dan anjing untuk melacak atau menangkap penjahat di zaman sekarang, hukumnya boleh dijual.

“Kalau anjing yang digunakan untuk melacak dan menangkap penjahat misalnya, bisa saja (dijual) karena dia selama ini dipelihara, dirawat, dikasih makan,” kata Prof Huzaemah kepada Republika, Ahad (28/2).

Ulama perempuan pakar fikih ini menjelaskan, memang ada dua pendapat ulama soal jual beli anjing peliharaan. Ada ulama yang membolehkan dan ada ulama yang melarangnya.

Ulama yang membolehkan jual beli anjing berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW yang melarang menjual anjing kecuali anjing pemburu. 

Untuk itu, ulama berpendapat anjing pemburu boleh dijual untuk berburu di hutan. Dalam konteks sekarang anjing dipakai untuk melacak atau menangkap penjahat.

“Ya boleh (dijual), kan memeliharanya niatnya untuk menjadi anjing pelacak, mencari pencuri, tapi selama ini dia biayai memelihara (anjingnya) untuk membeli daging (untuk makan anjingnya),” ujarnya.

Ia menambahkan, mengenai hukum menjual kucing juga sama ada dua pendapat. Ada ulama yang membolehkan dan ulama yang melarang menjual kucing. Ulama yang melarang menjual kucing karena ia bukan hewan untuk dimakan.

Prof Huzaemah menerangkan, kalau hewan peliharaan yang halal untuk dimakan maka hukum jual belinya biasa saja. Dalam Surah Al Baqarah ayat 275, dijelaskan bahwa Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

Ia menjelaskan, artinya apapun yang dijual, hal yang paling penting, barang yang dijual itu milik diri pribadi dan halal. Maka hukum menjualnya sah.

“Yang penting jangan kita menjual (barang) yang gharar artinya yang tidak jelas, ada unsur penipuan. Kalau barangnya jelas semua dan barangnya ada yang diserahkan (sah hukumnya),” ujarnya.

Prof Huzaemah menyampaikan jenis-jenis jual beli. Di antaranya ada jual beli tidak kontan tetapi ada penambahan harga. Kemudian ada jual beli pesanan, maksudnya barangnya belum ada, tapi pembeli sudah memesan barang itu, dengan catatan disebutkan kriteria barangnya dan waktunya.

“Biasanya kalau datang barangnya, kadang lebih murah daripada harga di pasar, karena ini saling membantu, (artinya) orang (penjual) tidak punya modal dan sudah dikasih uang duluan (oleh pembeli), uang itu bisa diagunakan,” jelasnya.

Ia menambahkan, ada juga jual beli angsuran, pembeli butuh barang tapi uangnya belum ada. Jadi barangnya dipakai dulu, maka wajar kalau yang punya barang itu menambah harganya. Sebab harga barangnya mungkin akan bertambah di masa yang akan datang.

“Misalnya orang mengatakan saya jual baju ini harga Rp 100 ribu kalau kontan, kalau dicicil Rp 150 ribu, itu bisa, tidak apa-apa, menurut zumhur ulama boleh,” jelas Prof Huzaemah.

KHAZANAH REPUBLIKA

Empat Pendidikan Prenatal yang Harus Ibu Hamil Tahu

Pendidikan pranatal adalah suatu usaha untuk memberi pendidikan pada anak sebelum anak atau bayi lahir ke dunia. Pendidikan prenatal sangat dibutuhkan untuk mendapatkan keturunan yang baik nan istimewa. Seperti contoh KH Abdurrahman Wahid, atau yang biasa dikenal dengan Gus Dur, sosok yang dikagumi banyak kalangan karena kecerdasan intelektual dan kesederhanaannya bersama rakyat minoritas. Beliau terlahir dari sosok ibu yang mulia, yang disebut-sebut sebagai avant garde Muslimah di garis depan, yaitu Ibunyai Solichah Wahid Hasyim.

Adapaun proses ini dimuali sejak pemilihan jodoh, kemudian nikah, dan akan menjadi pasangan suami istri yang sah. Maka baik suami maupun istri dituntut untuk bisa melaksanakan kewajiban masing-masing jika kedua suami istri sholeh selalu rukun dan damai dalam kehidupan rumah tangganya, saling mencintai maka akan lahirlah anak-anak yang diberkahi Allah SWT, yakni anak-anak yang sholeh dan sholehah. Dengan tegas Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah ayat 221:

وَلَا تَنْكِحُوا الْمُشْرِكَاتِ حَتَّىٰ يُؤْمِنَّ ۚ وَلَأَمَةٌ مُؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ

Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. (QS. Al Baqarah: 221)

Pendidikan prenatal Selanjutnya adalah hasil dari sebuah proses yang sistematis dengan merangkaikan langkah, metode, dan materi yang dipakai oleh kedua orang tuanya dalam melakukan pendidikan (stimulasi edukatif) dan orientasi serta tujuan kemana keduanya mengarahkan dan mendidik anak dalam kandungan.

Dalam Islam pendidikan prenatal hendaknya dimulai sajak awal pembuahan. Jadi jika seseorang menginginkan anak yang cerdas, sholeh hendaknya dipersiapkan sedini mungkin hingga akan menghasilkan apa yang diinginkan.

Baihaqi A.K megungkapkan dalam buku Mendidik Anak dalam Kandungan, bahwa ibu hamil dianjurkan melakukan lima langkah pendidikan prenatal sebelum melahirkan agar bayi tumbuh kuat baik secara spikis atau fisik, yaitu sebagai berikut :

Pertama. Membaca, menghafal, dan berfikir.

Membaca sebagaimana Allah menganjurkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Alaq ayat pertama yang berbunyi : “Iqro” artinya bacalah. Maksud ayat ini sangat luas, bisa jadi untuk membiasakan hambanya untuk membaca Al-Qur’an dan kitab-kitab yang lain dan bisa juga “membaca” apa yang ada di alam sekitar manusia untuk dimanfaatkan demi kesejahteraan umat manusia. Ibu hamil disarankan untuk membaca guna “mengisi” otak dari si jabang bayi sehingga nantinya si anak akan senang membaca.

Sedang menghafal, aktivitas ini sangatlah berguna bagi ibu hamil guna “mengingat” terutama untuk “menyimpan memory” dalam otak anak. Manakala ada seorang anak yang tidak kuat dalam berpikir lama kemungkinan disebabkan karena kurangnya aktivitas ini. Sedangkan aktivitas berfikir, aktivitas ini membantu “logika” berfikir bagi ibu hamil untuk isi otak si bayi agar anak mampu membedakan mana perbuatan yang baik atau buruk.

Kedua. Mendengarkan Al-Qur’an, Shalawat dan Musik.

Aktivitas tersebut untuk menghilangkan kecemasan dan kejenuhan dalam rutinitas atau menghilangkan stress dan sangat berguna bagi Ibu hamil untuk merespon daya kreativitas sejak dini pada si bayi.

Ketiga. Pendidikan Psikologis.

Aktivitas ini berkaitan dengan perasaan dan perbuatan, dimana sifat psikologi ibu akan mengisi “perasaan” si bayi, sehingga manakala ibu hamil sedang sedih alangkah baiknya untuk menahan perasaan hatinya sehingga anak tidak mudah cengeng. Aktivitas ini juga berkaitan dengan si Ibu atau Ayah yang harus berhati-hati terhadap perilaku di sekitarnya.

Keempat. Komunikasi dan humor.

Aktivitas ini dilakukan ibu hamil dengan cara mengelus-elus perut si ibu hamil dengan bercerita atau mendongeng atau memberitahu kondisi si Ibu. Sedang aktivitas humor ini membantu ibu hamil untuk mengaktifkan otak kanan si bayi berkhayal atau bermimpi masa depan dengan cara ibu hamil bercanda dengan suami atau anak, atau menonton acara humor atau membaca buku humor. Humor juga berfungsi untuk “memecah” kebisuan dan menghilangkan stres yang dihadapi.

BINCANG MUSLIMAH

Cara Mudah Jalankan Ibadah Umroh Mandiri

Rangkaian ibadah umroh tidak pernah berubah dan tidak ada perbedaan pendapat di dalamnya. Maka dari kita sebagai orang awam, bisa mengerjakan umroh meski tanpa pembimbing jika mengetahui tata cara umroh dari awal sampai akhir.

Muhammad Ajib, Lc. MA dalam bukunya “Fiqih Umrah” memberikan panduan sederhana agar mudah melaksanakan umroh secara mandiri. Ada delapan rangkain tata cara pelaksanaan umroh yang dimulai dengan membaca niat dan memakai pakaian ihram dari miqat-miqat yang telah ditentukan.

“Miqat adalah garis start seorang jamaah yang hendak melakukan ibadah umroh,” katanya.

Dengan kata lain miqat adalah tempat berihram (niat umroh) dan masuknya seseorang ke dalam pelaksanaan umroh yang akan dilakukan.

1. Dari bandara menuju miqat Masjid Dzulhulaifah atau lebih dikenal Abyar ‘Ali. Di miqat yang terletak di Madinah ini, para jamaah melakukan persiapan sebelum ihram, mulai dengan mandi, mengenakan pakaian ihram, berwudhu dan mengerjakan sholat sunnah ihram dua rakaat. Setelah itu niat mengerjakan ibadah umroh dengan membaca bacaan niat umroh yaitu Labbaikallahumma ‘umratan.

Yang artinya “Aku sambut panggilan-Mu ya Allah untuk menjalankan umroh’.

2. Setelah mengenakan pakaian ihram, seorang jamaah umroh dilarang untuk melakukan hal-hal yang sudah ditentukan syariat.

Bagi pria dilarang, memakai pakaian biasa, memakai alas kaki yang menutupi mata kaki, menutup kepala dengan peci, topi, dan sebagainya.

Bagi wanita, dilarang:memakai kaos tangan, menutup muka ;agi pria dan wanita, dilarang: memakai wangi-wangian, memotong kuku, mencukur atau mencabut rambut/bulu, memburu atau mematikan binatang apa pun, menikah, menikahkan atau meminang wanita untuk dinikahi, bermesraan atau berhubungan intim, mencaci, bertengkar atau mengeluarkan kata-kata kotor, memotong tanaman di sekitar Makkah.

3.Menuju Masjidil Haram di Mekah.

Dalam perjalanan, memperbanyak bacaan kalimat talbiyah yang selalu diucapkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika umroh dan haji.

LABBAIK ALLAHUMMA LABBAIK. LABBAIK LAA SYARIKA LAKA LABBAIK. INNAL HAMDA WAN NI’MATA LAKA WAL MULK LAA SYARIKA LAK.

Artinya: ” Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan bagi-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu”

Akhir waktu membaca talbiyah untuk umroh adalah saat akan memulai thawaf.

4. Melakukan Thawaf.

Sebelum masuk Masjidil Haram, jamaah dianjurkan berwudhu terlebih dahulu. Jamaah boleh masuk Masjidil Haram lewat pintu mana saja, tapi dianjurkan mengikuti contoh Rasulullah SAW yang masuk melalui pintu Babus Salam atau Bani Syaibah. Saat masuk Masjidil Haram, disarankan untuk mengucap doa BISMILLAH WASH SHOLATU WAS SALAMU ‘ALA RASULILLAH. ALLAHUMMAFTAHLI ABWABA RAHMATIKA.

Artinya: Dengan nama Allah, shalawat dan salam untuk Rasulullah. Ya Allah bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu. Setelah itu turun dan terus menuju tempat thawaf. Jamaah mulai thawaf dari garis lurus (area dekat Hajar Aswad) antara pintu Kabah dan tanda lampu hijau di lantai atas Masjidil Haram.

Di sini jamaah diberi pilihan antara lain:

a.Taqbil yaitu mencium Hajar Aswad

b. Istilam dan Taqbil yaitu mengusap, meraba, dan mencium Hajar Aswad.

Istilam yaitu mengusap Hajar Aswad dengan tangan atau sesuatu benda yang kita pegang, kemudian benda tersebut dicium, atau melambaikan tangan atau  benda yang kita pegang 3 kali, tidak dicium tapi mengucapkan.

“Bismillah, Allahu Akbar yang artinya “Dengan nama  Allah, Allah Maha Besar”

Muhammad Ajib mengatakan, salah satu pilihan ritual ini dilakukan setiap kali melewati Hajar Aswad dan Rukun  Yamani pada putaran satu sampai  tujuh. Jika tidak mampu mencium Hajar Aswad dan Rukun Yamani karena  alasan keamanan akibat banyaknya  jamaah yang umroh, maka bisa memilih istilam dengan tangan atau benda, atau  hanya melambaikan tangan atau benda  yang kita pegang.

Pada putaran satu sampai 3 lari-lari kecil. Sedangkan pada  putaran  4-7  dengan jalan biasa. Sementara untuk  tata cara umroh wanita tidak ada  lari-lari kecil saat melakukan thawaf. Sepanjang  thawaf, membaca doa saat berada di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad.  

Doa saat thawaf  yang selalu dibaca  oleh Rasulullah SAW adalah doa sapu jagad, yaitu: RABBANA  ATINA  FIDDUNYA  HASANATAN  WA  FIL AKHIRATI  HASANATA  WA QINA ‘ADZABANAR . Artinya: ”  Ya  Tuhan  kami,  berilah  kami  kebaikan  di  dunia dan  kebaikan  di  akhirat,  dan  peliharalah  kami  dari siksa  api neraka.”

5.  Shalat  dua rakaat di depan Maqom  Ibrahim Maqom Ibrahim bukanlah  kuburan dan tidak pula tempat yang  terkait dengan kuburan lain. Namun  di tempat itu Nabi Ibrahim muka pernah  berdiri dalam rangkamembangun Kabah.

Rakaat pertama membaca surat Al-Fatihah dilanjutkan dengan membaca surat Al-Kaafiruun. Rakaat kedua membaca surat Al-Fatihah dilanjutkan dengan membaca surat Al-Ikhlas.

 6. Beristirahat sejenak dan minum air zam-zam. Sebelum minum air zam-zam, membaca doa: ALLAHUMMA INNI ASALUKA ‘ILMAN NAFI’AN WA RISQON WAASI’AN WA SYIFAA’AN MIN KULLI DAA’IN WA SAQOMIN BI ROMHATIKA YA ARHAMAR ROHIMIIN. Artinya: ” Ya Allah, aku mohon padaMu ilmu pengetahuan yang bermanfaat, rezeki yang luas dan kesembuhan dari segala penyakit.”  

7. Melakukan sai antara Safa dan Marwah 7 kali bolak balik. Sai dimulai dari Safa ke Marwah yang dihitung sebagai satu kali perjalanan. Jadi, Safa ke Marwah 1, Marwah ke Safa 2, dan seterusnya. Sai berakhir di Marwah. Sai dikerjakan dengan berjalan, tapi pada batas di antara 2 lampu hijau, berlari-lari kecil.

Sai ini merupakan penghargaan Allah SWT kepada istri Nabi Ibrahim. Saat itu istri Nabi Ibrahim, Siti Hajar, bolak-balik antara Safa dan Marwah sebanyak 7 kali dalam rangka mencari  air untuk minum putra beliau yaitu Nabi Ismail.

8. Melakukan tahallul

Tahallul adalah akhir dari pelaks umroh  yang ditandai dengan anaan ibadah mencukur rambut. Untuk lakilaki lebih baik dicukur sampai gundul, tapi jika  tidak sampai gundul tak mengapa. Sedangkan untuk tata cara umroh  wanita hanya dicukur ala kadarnya. Dengan melakukan tahallul rambut, atau mencukur maka sudah sempurna tata cara ibadah umroh.

IHRAM

Kasih Sayang Allah Kepada Hamba yang Bertaubat

Allah memberikan kasih sayangnya terhadap hambanya yang serius ingin memperbaiki diri. Allah SWT berfirman,

“Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya, Allah mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dialah Zat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Maka, kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datangnya azab kemudian kalian tidak dapat lagi mendapatkan pertolongan.” (QS az-Zumar [39]:53-54).

Lihatlah bagaimana Allah SWT justru mengundang orang-orang yang berbuat dosa untuk datang kepada-Nya. Allah SWT membuka pintu maaf seluas-luasnya bagi orang yang ingin kembali. Hal ini berbeda 180 derajat jika kita berbuat kesalahan kepada manusia. Bertemu dengan orang tersebut saja kita merasa malu. Tapi, apa jadinya jika kita berbuat kesalahan, tapi justru disambut dengan hangat oleh orang tersebut?

Begitulah Allah SWT memperlakukan hamba-Nya.Tak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Toh, setiap kita yang tampak alim sekali pun pasti tak luput dari setiap dosa-dosa yang terus mengintai. Datanglah kepada Allah dan pasti Allah akan menerima tobat kita. “Dan, barang siapa yang bertobat dan beramal saleh maka sesungguhnya Allah akan menerima tobatnya.” (QS al-Furqaan [25]: 71)

IHRAM

Bangga dengan Suatu yang Tak Dimiliki, Bagai Memakai Dua Baju Kedustaan

Terkadang seseorang membanggakan sesuatu keutamaan pada dirinya, padahal itu bukan miliknya atau padahal pada hakekatnya ia tidak memiliki keutamaan tersebut. Orang seperti ini bagaikan menggunakan dua pakaian kedustaan.

Dari Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata:

أنَّ امْرَأَةً قالَتْ: يا رَسولَ اللهِ، أَقُولُ إنَّ زَوْجِي أَعْطَانِي ما لَمْ يُعْطِنِي فَقالَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ: المُتَشَبِّعُ بما لَمْ يُعْطَ، كَلَابِسِ ثَوْبَيْ زُورٍ

“Ada seorang wanita, ia berkata: wahai Rasulullah, saya pernah mengatakan kepada orang lain bahwa suami saya memberikan sesuatu kepada saya, padahal itu tidak pernah diberikan. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: orang yang berbangga dengan sesuatu yang tidak pernah ia dapatkan, bagaikan menggunakan dua pakaian kedustaan” (HR. Muslim no. 2129).

Dalam riwayat lain, dari Asma’ bintu Abi Bakar radhiallahu’anha, ia berkata:

امْرَأَةً قالَتْ: يا رَسولَ اللَّهِ، إنَّ لي ضَرَّةً، فَهلْ عَلَيَّ جُناحٌ إنْ تَشَبَّعْتُ مِن زَوْجِي غيرَ الذي يُعْطِينِي؟ فقالَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: المُتَشَبِّعُ بما لَمْ يُعْطَ كَلابِسِ ثَوْبَيْ زُورٍ

“Ada seorang wanita, ia berkata: wahai Rasulullah, saya memiliki dharrah (madu dalam poligami). Apakah boleh bagi saya jika saya berbangga di depan dia, bahwa suami saya memberikan sesuatu kepada saya, padahal itu tidak pernah diberikan. Maka Rasulullah bersabda: orang yang berbangga dengan sesuatu yang tidak pernah ia dapatkan, bagaikan menggunakan dua pakaian kedustaan” (HR. Al Bukhari no. 5219, Muslim no. 2130).

Dari dua riwayat di atas, kita ketahui sababul wurud hadits. Yaitu kecemburuan antara dua orang istri yang membuat salah seorang dari mereka membanggakan suatu hal yang diklaim diberikan oleh suaminya, padahal sebenarnya tidak pernah diberikan.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu ta’ala menjelaskan hadits di atas:

وهذا فيه إضجار الضرة، وفيه افتخار من المتشبعة حصل به الإضجار والافتخار، فالمتشبعة مفتخرة والأخرى مضجرة؛ لأن هذا إيذاء وكذب فلا يجوز لها أن تفتخر بشيء لم يقع لزوجها

“Perbuatan seperti ini akan menyakiti hati si madu. Demikian juga perbuatan ini termasuk berbangga yang akan menimbulkan sakit hati dan sombong. Orang yang berbangga akan sombong, dan lawan bicaranya akan sakit hati. Karena perbuatan ini termasuk mengganggu dan juga dusta. Maka tidak boleh seorang istri berbangga dengan sesuatu yang tidak pernah diberikan suaminya” (Ta’liq Ibni Baz ‘ala Qira’ati Syaikh As Sadhan, hadits 5219).

Hadits di atas berlaku umum untuk semua orang yang berbangga terhadap sesuatu yang tidak ia miliki, untuk memperdaya orang lain. Semisal, orang yang menampakkan dirinya berilmu padahal sebenarnya jahil. Orang yang menampakkan dirinya bijak, padahal ia bejat. Orang yang menampakkan dia kaya raya, padahal tidak demikian. Dan ini semua dilakukan untuk memperdaya orang lain. Maka ia bagaikan memakai dua pakaian kedustaan. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullahu ta’ala menjelaskan:

المتشبع: هو الذي يظهر الشبع وليس بشبعان، ومعناها هنا أنه يظهر أنه حصل له فضيلة وليست حاصلة ولابس ثوبي زور أي: ذي زور وهو الذي يزور على الناس بأن يتزي بزي أهل الزهد أو العلم أو الثروة ليغتر به الناس وليس هو بتلك الصفة

al mutasyabbi’ adalah orang yang merasa kenyang padahal ia tidak kenyang. Maknanya dalam hadits ini adalah bahwa ia menampakkan telah mendapatkan suatu keutamaan, padahal sebenarnya itu tidak ia dapatkan. Dan maksud dari [memakai dua baju kedustaan] adalah ia memakai atribut kedustaan. Yaitu ia membohongi orang-orang dengan seolah-olah ia adalah orang yang ahli zuhud, ahli ilmu dan orang kaya. Agar orang-orang tertipu. Padahal sebenarnya tidak demikian” (Syarah Riyadhis Shalihin, 6/185-186).

Apa yang dimaksud dengan “dua pakaian kedustaan”? Sebagian ulama mengatakan maksudnya adalah kerugian di dunia dan di akhirat. Dijelaskan oleh Al Mula Ali Al Qari rahimahullah:

وَالْأَظْهَرُ أَنَّ فِيهِ تَحْذِيرًا لَهُنَّ عَنِ الْكَذِبِ ; فَإِنَّهُ يُورِثُ فِي هَذَا الْمَقَامِ جَمْعًا بَيْنَ خَسَارَتَيِ الدِّينِ وَالدُّنْيَا

“Pendapat yang kuat, hadits ini berisi peringatan terhadap dusta untuk para wanita. Karena berdusta dengan model seperti di atas, akan menghasilkan kerugian untuk agamanya dan untuk dunianya” (Mirqatul Mafatih Syarhu Misykatil Mashabih, 7/2741).

Sebagian ulama mengatakan, maksud dari “dua pakaian kedustaan” adalah untuk menekankan bahwa dosa dusta dengan model di atas, lebih besar dosanya dari dosa biasa. Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafizhahullahu ta’ala juga menjelaskan:

قال: [(المتشبع بما لم يعط كلابس ثوبي زور)] يعني: أن كلامه وفعله زور، فهو كالمتصف بوصفين ذميمين، وهو أنه لابس ثوبي زور وليس ثوباً واحداً، وهذه زيادة في الإثم، وزيادة في الضرر

“Sabda Nabi [memakai dua baju kedustaan] maksudnya perkataan dan perbuatannya dusta. Ia seolah-oleh disifati dengan dua sifat yang tercela. Dan seolah-olah ia memakai dua baju kedustaan, tidak hanya satu baju. Ini menunjukkan adanya tambahan dosa dan tambahan bahaya” (Syarah Sunan Abi Daud, 255/13).

Wallahu a’lam.

Penulis: Yulian Purnama

Artikel: Muslim.or.id

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/61251-bangga-dengan-suatu-yang-tak-dimiliki-bagai-memakai-dua-baju-kedustaan.html