Syeikh Muhammad Al Ghazali merupakan seorang ulama Islam yang hidup di akhir abad ke-20. Pemikiranya wasathiyah (moderat) dalam memandang peran muslimah dalam kehidupan.
“Al Ghazali merupakan penentang paham liberalis, dan dia seorang pendukung gerakan wasathiyah,” cetus dosen Universitas ‘Ain Syams, Mesir, Dr. Wail Ali Sayyid dalam seminar internasional Moderasi Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kamis (3/9).
Wail Ali menjelaskan, Al Ghazali memiliki 60 tulisan pemikiran Islam. Salah satunya tentang kedudukan muslimah dalam kehidupan sehari-hari.
“Islam tidak pernah membatasi muslimah dalam bekerja, muslimah dapat bekerja dimanapun asalkan mereka tetap mengetahui batasan-batasan dalam Islam dan menjaga akhlak Islam,” ujar Wail Ali memaparkan pemikiran Al Ghazali.
Dia kemudian menceritakan saat Rasulullah SAW berperang, para istri beliau pun ikut berperang. Ada pula yang menjadi juru masak di medan perang, dan ada pula yang memberikan fatwa-fatwa, seperti yang dilakukan oleh Aisyah RA.
Belajar dari hal tersebut, Wail Ali menegaskan bahwa seorang muslimah tidak dilarang untuk berpartisipsi aktif di masyarakat.
Dia juga menyebutkan bahwa hadis yang menganjurkan seorang muslimah untuk shalat di rumah adalah hadis dhaif. Dia merujuk kepada Syeikh Muhammad Al Ghazali yang memperbolehkan muslimah untuk shalat berjamaah di masjid.
“Jadi saya sepakat jika Syeikh Al Ghazali dikatakan promoderat, karena dia mendukung kebebasan muslimah untuk bekerja dan beribadah. Keterbelakangan seorang muslimah sebenarnya hanya karena suaminya yang tidak mengizinkannya. Jika dia dizinkan, maka dia akan lebih maju lagi,” tegasnya.