Kita sering mendengar kalau Rasulullah adalah rahmat bagi semesta, atau dalam bahasa Arabnya, rahmatan lil ‘aalamiin. Bagaimana penjelasan soal itu?
Syekh Ali Jum’ah dalam bukunya al-Bii’ah wa al-Hifaazhu ‘alayhaa min Manzhurin Islamiyyin menyebutkan sejumlah ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis perintah untuk bersikap baik dan menebar kasih kepada sesama ciptaan Allah. Diantara dalilnya adalah surah al-Anbiya’ ayat 107,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
Dan tidaklah kami mengutus engkau (wahai Muhammad) melainkan sebagai kasih kepada seluruh alam.
Para ahli tafsir berbeda pendapat siapa yang dimaksud dengan kata al-‘aalamiin disana. Apakah ia dikhususkan untuk orang-orang beriman saja ataukah mencakup orang yang beriman atau seluruhnya. Diskusi ini misalnya direkam oleh at-Thabari dalam tafsirnya Jami’ al-Bayan fi Ta’wiil Aayi al-Qur’an. Namun menurut at-Thabari, pendapat yang paling kuat adalah riwayat Ibn ‘Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah adalah rahmat bagi semesta alam, termasuk manusia, beriman atau tidak.
Tapi yang jelas, menurut Syaikh ‘Ali Jum’ah, Rasulullah Saw. adalah rahmat bagi semesta alam. Beliau adalah rahmat bagi semua, baik ia manusia, jin, rahmat bagi hewan, tumbuh-tumbuhan, hingga benda-benda mati seperti batu. Batu, karena ada hadis dimana batu menyapa Nabi Saw. Tapi kasih tersebar Rasulullah untuk alam semesta adalah hidayah bagi manusia untuk mengetahui adanya pencipta dan kesadaran bahwa kita makhluk-Nya. Lalu, bimbingan beliau bagaimana makhluk harusnya beribadah kepada pencipta, serta rahmat-Nya bahwa ciptaan-Nya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kehidupan.