Menjadi Cahaya Zaman

Sebagaimana Rasulullah SAW menjadi cahaya pada zamannya, kita juga menjadi cahaya pada zaman kita.

Setiap Rabiul Awal, kita diingatkan kembali dengan momen kelahiran seorang tokoh besar dunia yang telah mengubah dan menentukan jalannya sejarah umat manusia, yakni Nabi Muhammad SAW. Michael H Hart, astrofisikawan asal Amerika bahkan menempatkannya di peringkat pertama dari seratus tokoh paling berpengaruh di dunia dalam bukunya yang sangat populer, The 100, A Ranking of The Most Influential Persons in History (1978).

Sebuah pengakuan yang tentu saja bukan tanpa alasan. Kita mengenal sosok Nabi Muhammad, selain sebagai utusan Allah yang menerima wahyu Allah dan diperintahkan untuk menyampaikan kepada umat manusia, beliau SAW juga seorang manusia yang secara tabiat sangat baik dan layak diteladani.

Banyak tokoh besar dunia yang kemudian tenggelam dan dilupakan sejarah, tetapi tidak dengan Muhammad SAW. Sepanjang sejarah, Nabi SAW selalu menjadi bahan pembicaraan dan ditulis dalam berbagai buku, tak hanya di dunia Islam tetapi juga di luar Islam, dari kalangan orang biasa hingga orang-orang besar, pemikir, dan kaum cendekiawan.

Sebagai utusan Allah, Nabi SAW telah menyampaikan dakwah dengan baik dan berhasil sesuai perintah Allah selama lebih kurang 23 tahun, 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah. Berbagai caci-maki dan kekerasan, baik verbal maupun fisik, beliau hadapi dengan sabar.

Setelah hijrah ke Madinah, peperangan demi peperangan demi mempertahankan iman dan Islam, juga dilakoni tanpa pernah gentar atau surut sedikit pun. Menang kalah juga telah dialami; menang di Perang Badar dan kalah di Perang Uhud.

Sebagai manusia biasa, tabiat Rasulullah sangat baik, seperti murah hati, jujur, penyayang, suka membantu orang lain, terutama yang kesusahan, amanah, dan lainnya, juga menjadi nilai tinggi yang membuat banyak orang respek, tertarik, dan mencintai dengan tulus.

Allah menyebut karakter Nabi SAW dalam Alquran, “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang baik.” (QS al-Qalam [68]: 4)

Budi pekerti ini telah melekat pada diri Nabi SAW, bahkan sebelum menjadi rasul. Setelah menjadi utusan Allah, akhlak Nabi SAW adalah Alquran, seperti disampaikan oleh Ummul Mukminin Aisyah (HR Ahmad).

Karena itu, Nabi Muhammad adalah “insan kamil” (manusia sempurna), yang menurut Ibnu Arabi, manusia yang telah sempurna dari segi wujud dan pengetahuannya. Sementara, menurut al-Jili, Rasulullah adalah contoh manusia ideal. Jati diri Nabi SAW tak semata-mata dilihat sebagai utusan Allah, tetapi juga sebagai cahaya (nur) Ilahi yang menjadi pangkal atau poros kehidupan di jagat raya.

Rabiul Awal yang dikenal juga sebagai “bulan Maulid” seyogianya tak berhenti pada aspek seremonial, peringatan, atau perayaan, tetapi berlanjut kepada kesadaran untuk mengenal lebih dekat sosok Nabi Muhammad dan meneladan akhlak luhur beliau.

Sebagaimana Rasulullah SAW menjadi cahaya pada zamannya, kita juga menjadi cahaya pada zaman kita sekarang dengan akhlak luhur, baik terhadap sesama maupun alam sekitar.

Wallahu a’lam.

OLEH FAJAR KURNIANTO

KHAZANAH REPUBLIKA

Rasulullah Saw. adalah Rahmat Bagi Semesta, Termasuk Lingkungan Hidup

Kita sering mendengar kalau Rasulullah adalah rahmat bagi semesta, atau dalam bahasa Arabnya, rahmatan lil ‘aalamiin. Bagaimana penjelasan soal itu?

Syekh Ali Jum’ah dalam bukunya al-Bii’ah wa al-Hifaazhu ‘alayhaa min Manzhurin Islamiyyin menyebutkan sejumlah ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis perintah untuk bersikap baik dan menebar kasih kepada sesama ciptaan Allah. Diantara dalilnya adalah surah al-Anbiya’ ayat 107,

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ

Dan tidaklah kami mengutus engkau (wahai Muhammad) melainkan sebagai kasih kepada seluruh alam.

Para ahli tafsir berbeda pendapat siapa yang dimaksud dengan kata al-‘aalamiin disana. Apakah ia dikhususkan untuk orang-orang beriman saja ataukah mencakup orang yang beriman atau seluruhnya. Diskusi ini misalnya direkam oleh at-Thabari dalam tafsirnya Jami’ al-Bayan fi Ta’wiil Aayi al-Qur’an. Namun menurut at-Thabari, pendapat yang paling kuat adalah riwayat Ibn ‘Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah adalah rahmat bagi semesta alam, termasuk manusia, beriman atau tidak.

Tapi yang jelas, menurut Syaikh ‘Ali Jum’ah, Rasulullah Saw. adalah rahmat bagi semesta alam. Beliau adalah rahmat bagi semua, baik ia manusia, jin, rahmat bagi hewan, tumbuh-tumbuhan, hingga benda-benda mati seperti batu. Batu, karena ada hadis dimana batu menyapa Nabi Saw. Tapi kasih tersebar Rasulullah untuk alam semesta adalah hidayah bagi manusia untuk mengetahui adanya pencipta dan kesadaran bahwa kita makhluk-Nya. Lalu, bimbingan beliau bagaimana makhluk harusnya beribadah kepada pencipta, serta rahmat-Nya bahwa ciptaan-Nya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kehidupan.

BINCANG SYARIAH

Refleksi Cinta Nabi

Seberapa besar cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW, pemilik syafaatul udzma?

Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW berkata, “Di hari kiamat, kudatangi pintu surga, lalu kuminta dibukakan. Malaikat penjaga surga bertanya, ‘Siapakah engkau?’ Lalu, kujawab, ‘Muhammad.’ Dia berkata, ‘Karena engkaulah aku diperintahkan agar tidak membuka pintu surga bagi seorang pun sebelummu.’”

Hadis tersebut menggambarkan keistimewaan Nabi Muhammad SAW dibanding makhluk yang lain di sisi Allah SWT. Maka, berbahagialah manusia yang menjadi umatnya, terlebih umat yang pernah hidup di zamannya, yaitu para sahabat yang mencintainya.

Dalam hadis lain, dikisahkan bahwa Nabi Muhammad SAW pun adalah satu-satunya Nabi yang diberikan kesempatan untuk memberikan syafaatul udzma pada hari kiamat. Pada saat itu, manusia dikumpulkan di sebuah tempat yang begitu panas. Mereka menjadi sangat cemas, lelah, dan tersiksa diliputi ketidakpastian.

Mereka ingin segera masuk pada fase selanjutnya, yaitu hari perhitungan amal (yaumul hisaab), namun mereka bingung kepada siapa harus mengadu meminta bantuan (syafaat) agar segera terlepas dari kondisi yang tidak menyenangkan itu.

Mereka mendatangi Nabi Adam AS, namun Nabi Adam pun tidak bisa memberikan syafaat, Nabi Adam berkata “Nafsi, nafsi, nafsi” (masing-masing) sambil merekomendasikan untuk mendatangi Nabi Nuh AS.

Saat menyampaikan permintaan yang sama, ternyata Nabi Nuh AS pun memberikan jawaban yang sama pula. Nabi Nuh AS kemudian merekomendasikan untuk mendatangi Nabi Ibrahim AS, selanjutnya ke Nabi Musa, lalu kepada Nabi Isa AS.

Permintaan yang sama mereka ajukan, namun semua nabi yang direkomendasikan memberikan jawab yang sama. Masing-masing sedang berjuang untuk keluar dari impitan kesusahan yang dirasakan.

Akhirnya, Nabi Isa AS merekomendasikan mereka untuk mendatangi Nabi Muhammad SAW. Lalu, Nabi Muhammad SAW bersujud di bawah Arsy. Allah SWT berfirman, “Angkatlah kepalamu, mintalah maka akan Aku beri, mintalah syafaat maka akan Aku beri syafaat.” Lalu Nabi Muhammad SAW meminta syafaat untuk umatnya dengan mengatakan, “ummatii, ummatii, ummatii.”

Subhanallah walhamdulillah, betapa besar cinta Rasulullah SAW kepada umatnya. Kalaulah Rasul begitu cinta pada umatnya, lalu alasan apa yang menghalangi umatnya untuk mencintai Rasul? Bukankah syafaat itu pun hanya diberikan kepada umat yang mencintainya?

Lalu, seberapa besar cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW, pemilik syafaatul udzma? Mari refleksi dan evaluasi sebelum kita menyesal nanti. Mari perbanyak shalawat dan mengikuti sunah serta ajaran-ajarannya seraya meninggalkan apa-apa yang tidak disukainya sebagai salah satu bentuk rasa cinta kepadanya. Allahumma shalli wasallim alaih.

Wallahu a’lam.

OLEH ADE ZAENUDIN

KHAZANAH REPUBLIKA

Kisah Maulid: Sejarah Muhammad Muda Jadi Delegasi Damai

Kisah maulid Nabi Muhammad SAW masa muda

Selain pernah ikut terlibat  dalam pertempuran Fijar, kisah hidup Nabi Muhammad muda juga sempat menjadi delegasi damai. Atas anjuran Zubair bin ‘Abdul-Muttalib di rumah Abdullah bin Jud’an diadakan pertemuan dengan mengadakan jamuan makan acara itu yang dihadiri oleh keluarga-keluarga Hasyim, Zuhra dan Taym.

“Mereka sepakat dan berjanji atas nama Tuhan Maha Pembalas, bahwa Tuhan akan berada di pihakyang teraniaya sampai orang itu tertolong,” tulis Husen Haekal dalam bukunya Sejarah Muhammad. 

Husen Haekal menuturkan, Muhammad muda  menghadiri pertemuan itu yang oleh mereka disebut Hilf’l-Fudzul. Ia mengatakan, “Aku tidak suka mengganti fakta yang kuhadiri di rumah Ibn Jud’an itu dengan jenis unta yang baik. Kalau sekarang aku diajak pasti kukabulkan.” 

Seperti kita lihat, Perang Fijar itu berlangsung hanya beberapa hari saja tiap tahun. Sedang selebihnya masyarakat Arab kembali ke pekerjaannya masing-masing. 

Pahit getirnya peperangan yang tergores dalam hati mereka tidak akan menghalangi mereka dari kegiatan perdagangan, menjalankan riba, minum-minuman keras serta pelbagai macam kesenangan dan hiburan sepuas-puasnya.  

Pertanyannya, adakah juga Muhammad ikut serta dengan mereka dalam hal ini? Ataukah sebaliknya perasaannya yang halus, kemampuannya yang terbatas serta asuhan pamannya membuatnya jadi menjauhi semua itu, dan melihat segala kemewahan dengan mata bernafsu tapi tidak mampu? 

“Bahwasanya dia telah menjauhi semua itu, sejarah cukup menjadi saksi,” katanya. 

Yang terang ia menjauhi itu bukan karena tidak mampu mencapainya. Mereka yang tinggal di pinggiran Makkah, yang tidak mempunyai mata pencarian, hidup dalam kemiskinan dan kekurangan, ikut hanyut juga dalam hiburan itu. Bahkan di antaranya lebih gila lagi dari pemuka-pemuka Makkah dan bangsawan-bangsawan Quraisy dalam menghanyutkan diri ke dalam kesenangan demikian itu.

“Akan tetapi jiwa Muhammad adalah jiwa yang ingin melihat, ingin mendengar, ingin mengetahui,” katanya.

KHAZANAH REPUBLIKA

Hikmah Pembelahan Dada Nabi Muhammad Menurut Ramadhan Al-Buthi

Rabiul Awwal adalah bulan bahagia sekaligus sendu, bagi mereka yang mengetahui kisah di dalamnya. Sedari kecil Nabi Saw sudah dibekali dengan pelbagai ciri-ciri yang mengarahkan kearah mana ia akan berjalan (Irhas; peristiwa besar sebelum kenabian). Banyak kisah yang menyebutkan terkait Irhas Nabi Muhammad Saw. Salah satunya ialah kisah pembelahan dada Nabi Muhammad Saw oleh malaikat Jibril.

Pengisahan pembelahan dada Nabi Muhammad dari beberapa riwayat ini tujuannya ialah membuang bagian setan dari diri Nabi Muhammad Saw yang “ma’sum”, terjaga dari segala hal buruk. Sangat tidak masuk diakal jika hikmah dari pembelahan dada tersebut memang untuk membersihkan bagian buruk manusia yang melekat pada manusia terpilih seperti Nabi Muhammad Saw.

Kisah Pembelahan Dada Nabi Muhammad Saw

Dikisahkan, Nabi Muhammad kecil yang waktu itu sedang menggembala kambing dengan saudara sepersusuannya didatangi oleh dua laki-laki yang berpakaian putih yang membawa bejana emas yang penuh dengan air salju. Nabi Muhammad kecil dibawa oleh dua laki-laki tadi. Nabi Saw ditidurkan miring, dua laki-laki tadi membelah dada Nabi dan mengeluarkan gumpalan daging hitam dan membuangnya. Kemudian dua laki-laki tersebut membasuh dada serta hati Nabi dengan air salju dari bejana emas yang mereka bawa.

Sontak kejadian tersebut membuat saudara sepersusuannya panik dan melaporkannya kepada ibunya, Halimah al-Sa’diyah. Halimah yang mendengar kejadian tersebut keluar bersama suaminya mencari Nabi Muhammad kecil dan ia menemukannya dalam keadaan pucat pasi. Di mana selanjutnya, seperti yang maklum diketahui kejadian tersebut membuat Halimah yang sebelumnya ngotot ingin terus merawat Nabi Muhammad hendak memulangkannya pada ibunya.

Pendapat Ramadhan Al-Buthi Terkait Hikmah Pembelahan Dada Nabi Saw

Seperti yang telah penulis singgung di awal, peristiwa pembelahan dada Nabi Saw yang konon bertujuan membersihkan bagian keburukan dari diri Nabi Saw tersebut agak sedikit “janggal di telinga”. Masa, Nabi Muhammad Saw yang notabene bersifat “ma’sum” serta apalagi predikat “afdhal al-makhluqat”, makhluk terbaik pilihan Allah yang disematkan pada Nabi tidak cukup untuk membuat diri Nabi “istighna”, tidak butuh dari hal yang semacam itu.

Dr, Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi dalam kitabnya “Fiqh al-Sirah an-Nabawiyah” mengomentari peristiwa pembelahan dada Nabi Saw sebagai berikut:

وليست الحكمة من هذه الحادثة_والله أعلم_ استئصال غدة الشر من جسم رسول الله صلى الله عليه وسلم, إذ لو كان الشر منبعه غدة في الجسم أو علقة في بعض أنحائه,لأمكن أن يصبح الشرير خيرا بعملية جراحية, ولكن يبدو أن الحكمة هي إعلان أمر الرسول صم وتهييئه للعصمة والوحي منذ صغره بوسائل مادية, ليكون ذلك أقرب إلى إيمان الناس به وتصديقهم برسالته.. إنها إذن عملية تطهير معنوي, ولكنها اتخذت هذا الشكل المادي الحسي, ليكون فيه ذلك الاعلان الالهي بين أسماع الناس وأبصارهم.

“Hikmah dari kejadian ini (pembelahan dada Nabi Saw)_ wallahu a’lam_ bukanlah menghilangkan bagian keburukan dari diri Rasulullah Saw. Karena jika sumber dari keburukan tersebut ialah bagian atau daging tertentu dalam tubuh, maka setiap orang buruk akan dapat menjadi baik dengan melakukan operasi bedah. Akan tetapi yang tampak ialah bahwa hikmah yang terkandung dalam kejadian tersebut merupakan “i’lan”, pengumuman perihal persiapan Nabi Saw sebagai rasul dan mempersiapkannya juga dalam kemaksuman dan penerimaan wahyu dimulai dari masa kecilnya dengan perantara-perantara kejadian materi, fisik. Dan juga supaya hal tersebut menjadi sesuatu yang menjembatani agar risalah Nabi Saw kelak lebih mudah untuk diimani dan dipercayai oleh masyarakat. Kejadian pembelahan dada tersebut merupakan praktik pembersihan secara maknawi akan tetapi diberi bentuk fisik dengan kejadian yang ada dengan tujuan hal tersebut merupakan pengumuman dari Tuhan untuk umat manusia”.

Demikian, semoga di bulan Rabiul Awwal ini kita dapat merayakan kelahiran Nabi Muhammad Saw dan mendapatkan keberkahannya. Wallahu a’lam

BINCANG SYARIAH

Hakikat Maulid Nabi Muhammad

Beberapa hari lagi umat Islam akan menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awal yang jatuh pada 18 Oktober ini. Lantas mengapa setiap Muslim perlu merayakannya?

Hari Kelahiran Nabi SAW adalah hari kehormatan dan merupakan peristiwa besar bagi umat Muslim serta dapat pula diambil hikmahnya. Setiap Muslim perlu mengambil pelajaran maupun hikmah dari peringatan Maulid Nabi SAW ini.

Anggota Pusat Fatwa Internasional Al-Azhar, Syekh Abdul Qadir al-Tawil, menjelaskan, pertanyaan mengenai hukum merayakan Maulid Nabi selalu diulang. Padahal sebetulnya sudah ada dalil yang menunjukkan bolehnya memperingati Maulid Nabi SAW.

Dari Abu Qatadah al-Anshari, dia berkata, Nabi ditanya tentang puasa di hari Senin. Beliau SAW menjawab, “Itu adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus menjadi Rasul, atau diturunkan kepadaku (wahyu).” (HR Muslim)

Terlepas dari hal itu, al-Taweel menambahkan, hal yang tepat dalam memperingati Maulid Nabi SAW adalah menghidupkan malam dengan Alquran dan berzikir. Dia mengatakan, Rasulullah SAW biasa merayakan hari lahirnya dengan berpuasa setiap Senin. Selain itu Nabi SAW juga merayakan puasa Asyura untuk merayakan pembebasan Musa AS dari Firaun.

Dalam rangka menyambut Maulid Nabi SAW, mungkin ada baiknya jika kita mengingat kembali tentang sisi kehidupan Nabi SAW. Nabi Muhammad juga manusia biasa yang sebetulnya juga memiliki sisi yang humoris. Ini sebagaimana sebuah kisah yang memuat sisi humor Nabi Muhammad, yang diriwayatkan oleh Tirmidzi.

Suatu ketika, seorang nenek mendatangi Nabi dan berkata, “Wahai Nabi, mohonkanlah kepada Allah SWT supaya aku dimasukkan ke surga.” Lalu Nabi menjawab,” Wahai ibunya si fulan, di surga tidak ada orang tua renta seperti engkau.” Lalu nenek tersebut berpaling sambil menangis.

Kemudian Nabi SAW berkata kepada sahabat, “Sampaikanlah (kepada nenek tersebut) bahwa dia tidak akan masuk surga dalam keadaan tua renta. Karena Allah SWT berfirman, ‘Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) secara langsung, lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan’ (QS Al-Waqi’ah ayat 35-36). Artinya, ketika dia masuk surga, Allah akan mengembalikan kemudaan dan kecantikannya.” (HR Tirmidzi)

Sumber: https://www.elbalad.news/4987153

IHRAM

Mengapa Hari Wafat Nabi Muhammad Tidak Diperingati?

Tradisi maulid Nabi Muhammad saw. di Indonesia tahun ini terbilang masih semarak, meskipun pelaksanaannya harus mematuhi protokol kesehatan karena kita masih dalam bayang-bayang ancaman virus covid-19.  Melaksanakan tradisi maulid bagi Muslim merupakan ungkapan ekspresi kebahagiaan mereka dalam menyambut lahirnya nabi yang membawa rahmat bagi semesta alam. Namun masih ada beragam pertanyaan sekitar perayaan ini. Di antaranya, mengapa hari wafat Nabi Muhammad tidak diperingati juga?

Untuk menjawab pertanyaan ini, Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki dalam kitab beliau, “Haul al-Ihtifal bi Dzikra al-Maulid an-Nabawi asy-Syarif” halaman 40, mengutip pernyataan Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitabnya “al-Hawi lil Fatawi (1/193) yang membantah pernyataan bahwa merayakan maulid nabi berarti merayakan kematian beliau, yang menurut beberapa riwayat sama-sama bertepatan tanggal 12 Rabiulawwal:

إِنَّ وِلَادَتَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْظَمُ النِّعَمِ عَلَيْنَا وَوَفَاتَهُ أَعْظَمُ المـَصَائِبِ لَنَا وَالشَّرِيْعَةُ حَثَّتْ عَلَى إِظْهَارِ شُكْرِ النِّعَمِ وَالصَّبْرِ وَالسُّكُوْنِ وَالْكَتْمِ عِنْدَ المـَصَائِبِ، وَقَدْ أَمَرَ الشَّرْعُ بِالعَقِيْقَةِ عِنْدَ الوِلَادَةِ وَهِيَ إِظْهَارُ شُكْرٍ وَفَرَحٍ بِالمـَوْلُوْدِ، وَلَمْ يَأْمُرْ عِنْدَ الـمَـوْتِ بِذِبْحٍ وَلَا بِغَيْرِهِ بَلْ نَهَى عَنِ النِّيَاحَةِ وَإِظْهَارِ الـجَزْعِ فَدَلَّتْ قَوَاعِدُ الشَّرِيْعَةِ عَلَى أَنّهُ يُحَسَّنُ فِيْ هَذَا الشَّهْرِ إِظْهَارُ الفَرَحِ بِوِلَادَتِهِ صلى الله عليه وسلم دُوْنَ إِظْهَارِ الحُزْنِ فِيْهِ بِوَفَاتِهِ.

“Kelahiran Nabi Muhammad merupakan nikmat terbesar bagi kita. Sebaliknya, wafatnya beliau adalah musibah terbesar bagi kita. Syariat telah mendorong kita untuk mengekspresikan rasa syukur akan nikmat, pun mendorong kita untuk sabar dan menahan diri saat terjadi musibah.

Oleh karena itu, Syariat memerintahkan pelaksanaan akikah ketika lahirnya seorang bayi dalam rangka mengekspresikan rasa syukur dan bahagia dengan adanya bayi tersebut. Namun syariat tidak memerintahkan kurban atau hal lain saat kematian, bahkan melarang meratap dan menampakkan keluhan.

Oleh karena itu, kaidah syariat memberi dalil bahwa di bulan ini (Rabiuwwal) baiknya menampakkan kebahagiaan dengan lahirnya Nabi Muhammad, bukan malah menampakkan kesedihan dengan wafatnya beliau”

Demikianlah, dapat disimpulkan bahwa umat Islam tidak memperingati hari wafatnya baginda Nabi- walaupun juga bertepatan dengan hari kelahiran beliau-karena momen kelahiran beliau merupakan momen kebahagiaan dan kegembiraan, sedangkan hari wafatnya beliau merupakan momen kesedihan dan duka lara bagi umat Islam, sehingga layak bagi kita untuk memperingati momen menggembirakan tersebut.

Wallahu al’lam

BINCANG SYARIAH


Orang-Orang Khusus diantara Umat Rasulullah saw

Rasulullah saw bersabda,

“Tidak akan selesai urusan umatku yang awam kecuali dengan (bantuan) orang-orang khusus dari mereka.”

“Siapa orang-orang khusus itu wahai Rasulullah?” tanya seorang sahabat.

“Orang-orang khusus dari umatku ada 4. Mereka adalah pemimpin, ulama, ahli ibadah dan pedagang.” jawab beliau.

“Bagaimana mereka bisa menjadi orang-orang khusus?” sahabat itu kembali bertanya.

Kemudian Rasul pun menjawab, “Seorang pemimpin adalah penggembala makhluk Allah. Jika gembalanya adalah serigala (buas), maka siapakah yang akan menggiring domba-domba?

Seorang ulama adalah dokter. Jika dokternya sakit, siapakah yang akan menyembuhkan orang yang sakit?

Seorang ahli ibadah adalah petunjuk bagi hamba Allah. Jika petunjuknya sesat, siapakah yang akan memberi hidayah?

Pedagang adalah orang-orang yang dipercaya oleh Allah diantara hamba-Nya. Jika yang diberi kepercayaan telah berkhianat, lalu siapa yang akan dipercaya?

Inilah 4 macam orang khusus dalam umat Rasulullah saw. Siapa yang berada dalam posisi ini memiliki tanggung jawab yang lebih dibanding umat yang awam.

Kepada para pemimpin, jadilah pemimpin yang tegas namun berhati lembut. Kepada para ulama, jadilah penyembuh bagi masyarakat yang sakit. Agar mereka dapat hidup damai dan tentram. Jangan malah menjadi corong provokasi dan permusuhan. Kepada para ahli ibadah, jadilah cahaya petunjuk yang menerangi jalan untuk meraih ridho Allah. Dan kepada para pedagang, jadilah orang-orang yang jujur karena Allah telah menjadikan kalian Umana’ullah, orang-orang yang dipercaya oleh-Nya.

كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته

“Setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.”

Semoga kita semua dapat menjalankan tugas kita masing-masing untuk mewujudkan umat Muhammad yang bersatu dan harmonis.

KHAZANAH ALQURAN

Rasulullah Saw Bagai Rembulan dan Matahari

Ketika Allah Swt menyifati rembulan, Dia Berfirman :

قَمَرٗا مُّنِيرٗا

“Bulan yang bersinar.” (QS.Al-Furqan:61)

Ketika Allah Swt menyifati matahari, Dia Berfirman :

سِرَاجٗا وَهَّاجٗا

“Pelita yang terang-benderang (matahari).” (QS.An-Naba’:13)

Dan ketika Allah Swt menyifati Al-Habibil Mustofa, Muhammad Saw, Dia Berfirman :

وَدَاعِيًا إِلَى ٱللَّهِ بِإِذۡنِهِۦ وَسِرَاجٗا مُّنِيرٗا

“Dan untuk menjadi penyeru kepada (agama) Allah dengan izin-Nya dan sebagai cahaya yang menerangi.” (QS.Al-Ahzab:46)

Allah Swt menggabungkan di antara dua sifat dari rembulan مُنِيرَا (bersinar) dan matahari سِرَاجًا (pelita yang terang benderang) sebagai wujud sempurnanya keindahan dan keagungan Baginda Nabi Muhammad Saw.

Semoga kita termasuk orang-orang yang mencintai dan di cintai oleh Baginda Nabi Muhammad Saw.

KHAZANAH ALQURAN

Inilah 10 Sahabat Terbaik Hasil Didikan Nabi ﷺ

SETIAP bulan Rabiul Awwal tepatnya tanggal 12 diperingati sebagai hari lahir Nabi Muhammad ﷺ. Pada peringatan kali ini penulis mencoba untuk menelusuri kesuksesan Nabi ﷺ dalam mendidik para sahabatnya sehingga disebut sebagai generasi terbaik.

Dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi ﷺ bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن مسعود رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ يَجِيءُ أَقْوَامٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ، وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ. رواه البخاري، ومسلم

Dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah masaku, lalu orang-orang sesudah mereka, kemudian orang-orang sesudah mereka. Selanjutnya datang kaum-kaum yang kesaksian salah seorang mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului kesaksiannya” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Nabi Muhammad ﷺ adalah pendidik pertama dan utama dalam pendidikan. Nabi ﷺ bersabda, “Allah tidak mengutusku sebagai orang yang kaku dan keras akan tetapi mengutusku sebagai seorang pendidik dan mempermudah. (HR Muslim).

Proses transformasi ilmu, internalisasi nilai-nilai spiritual dan nilai emosional yang dilakukan oleh Nabi ﷺ dapat dikatakan sebagai mukjizat yang luar biasa. Keberhasilan pendidikan Nabi ﷺ terlihat dari kemampuan para sahabatnya. Terkait hal ini, Nabi ﷺ bersabda, “Para sahabatku laksana bintang. Siapa di antara mereka yang kalaian teladani, niscaya kalian akan mendapat petunjuk.”

Di bawah ini adalah para sahabat hasil didikan ‘madranah’ langsung dari Nabi Muhammad ﷺ.

Abu Bakar ash-Shiddiq

Beliau adalah orang laki-laki pertama yang beriman, dan merupakan salah satu dari sepuluh sahabat yang memperoleh jaminan Surga. Dengan dakwahnya, banyak sahabat masuk Islam, seperti Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Thalhah bin Ubaidillah, dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Mereka termasuk yang mendapat dijaminan masuk Surga.

Abu Bakar adalah seorang pedagang yang selalu memelihara kehormatan diri, kaya harta, berakhlak mulia, dan kesempurnaan iman. Namanya menjadi hiasan Al-Quran, yang mengisyaratkan tentang sikap dan perilaku Abu Bakar (QS al-Lail [92]: 5-7; QS Al-Lail [92]: 17-21; dan QS Fushshilat [41]: 30.

Pada masa kekhalifahannya, selama dua tahun tiga bulan lebih sepuluh hari, Abu Bakar berhasil menghimpun Al-Quran, memerangi orang-orang murtad dan yang enggan membayar zakat. Dan selama hidupnya meriwayatkan sebanyak 142 hadis Nabi ﷺ.

Umar bin Al-Khathab

Beliau masuk Islam pada bulan Dzulhijjah tahun keenam sesudah kenabian. Beliau pertama masuk Islam, dan termasuk sahabat yang disegani.

Banyak ayat Al-Quran yang diturunkan membenarkan pendapat Umar bin Khathab, di antaranya adalah ketika terjadi fitnah dan berita bohon yang menyangkut Aisyah RA, kemudian turunlah firman Allah SWT, antara lain QS an-Nur [24]: 16; QS al-Maidah [5]: 90; QS al-Munafiqun [63]: 8; dan QS at-Taubah [9]: 84.

Pada masa kekhalifahannya, selama 10 tahun 6 bulan 4 hari, banyak wilayah yang berhasil ditaklukkan seperti Syam, Iraq, Persbeliau, Mesir, Burqah (nama daerah di Libia), Azerbaijan,

Mencetak uang dirham dengan cap “Alhamdulillah” pada satu sisinya dan di sisi lainnya tertulis cap “La ilaha illa Allah” dan “Muhammad Rasulullah”; yang pertama menetapkan tahun hijrah sebagai kalender Islam; meriwayatkan sebanyak 527 hadis.

Umar bin Khathab meninggal pada hari Rabu, 26 Dzulhijjah tahun 23 H, dalam usia 63 tahun, persis seperti usia Nabi dan Abu Bakar saat meninggal. Jasadnya dimakamkan di samping makam Nabi dan makam Abu Bakar.

Utsman bin Affan

Beliau masuk Islam setelah dbeliaujak oleh Abu Bakar, dan termasuk salah satu dari sepuluh sahabat yang mendapat jaminan masuk Surga. Digelari Dzunnurain, karena menikahi dua putri Nabi ﷺ. Setelah Ruqayyah menbeliaunggal beliau menikahi Ummu Kultsum.

Utsman menjabat khalifah selama 11 tahun 11 bulan 14 hari. Beliau berjasa dalam menyempurnakan pengumpulan Al-Quran. Pada masa pemerintahannya, wilayah Afrika, Cyprus, Tabaristan, Khurrasan, Armenia, Qauqaz, Kirman, dan Sajastan berhasil dibebaskan. Beliau orang pertama memperluas Masjidil Haram dan Nabawi, membangun pangakalan angkatan laut, membentuk kepolisian negara, dan membangun gedung peradilan.

Selama hidupnya, meriwayatkan 146 hadis dari Nabi ﷺ. Beliau meninggal dunia pada tahun 35 H dalam usia 82 tahun. Jasadnya dimakamkan di pemakaman Baqi’.

Ali bin Abi Thalib

Beliau masuk Islam pada usia sepuluh tahun karena pada usia itulah diumumkan dakwah Islam, dan termasuk sahabat yang diberitakan jaminan Surga.  Beliau orang pertama yang mengorbankan dirinya demi dakwah Islam.

Pada malam hijrah, Nabi ﷺ menugaskan Ali untuk tidur di tempat tidur beliau. Beliau ditugaskan Nabi untuk mengembalikan barang-barang kepada orang-orang musyrik pada pagi harinya.

Ali menjabat khalifah selama 4 tahun 8 bulan, selama hidupnya meriwayatkan 586 hadis. Beliau meninggal pada 17 Ramadhan 40 H, dalam usia 63 tahun, dan dimakamkan di Kufah.

Zubair bin Awwam

Beliau masuk Islam pada usia lima belas tahun dan hijrah dalam usia delapan belas tahun setelah menderita penganiayaan dan siksaan yang bertubi-tubi. Dalam Perang Al-Jamal, beliau mengundurkan diri dari barisan pasukan Mu’awiyah setelah diingatkan oleh Ali dengan sabda Nabi ﷺ;  “Wahai Zubair, tidakkah kamu mencintai Ali?” Zubair menjawab, “Tidakkah aku mencintai putra pamanku sendiri (dari pihak ibu dan bapak) dan orang yang seagama denganku?” Beliau mengatakan, “Wahai Zubair, demi Allah, kelak kamu akan memeranginya (Ali) dan kamu berlaku aniaya terhadapnya.”

Mendengar hadits Nabi ini, beliau langsung mengundurkan diri dari Pasukan Mu’awiyah dan tidak mau memerangi Ali.

Setelah menarik diri dari perang tersebut, Amr bin Jurmuz membuntutinya, lalu membunuhnya pada saat Zubair sedang shalat. Kejadian ini terjadi pada tahun 36 H. Semasa hidupnya beliau meriwayatkan 38 hadis.

Sa’ad bin Abi Waqash

Beliau termasuk orang yang awal masuk Islam dan pada saat itu usianya baru 17 tahun. Beliau pernah diangkat menjadi gubernur wilayah Iraq.

Sa’ad kehilangan penglihatan di akhir hayatnya. Beliau meninggal di istananya di daerah Al-‘Aqiq yang berjarak sekitar 5 mil dari kota Madinah. Beliau adalah sahabat yang terakhir meninggal dari kalangan muhajirin, meninggal pada tahun 55 H dalam usia 80 tahun, dan selama hidupnya meriwayatkan 271 hadis.

Abu Ubaidah bin Al-Jarrah

Ketika Perang Badar, beliau ikut memperkokoh dan membela kaum Muslimin, sedangkan ayahnya berada dalam barisan kaum Quraisy yang musyrik dan kafir. Dalam perang tersebut, ayahnya selalu memburunya, tetapi selalu mengelak, menghindar dan menjauh.

Ayahnya tidak menyadari kenapa sang anak sengaja menghindar. Karena penasaran, ayah Ubaidah terus mengubernya hingga tak ada pilihan lain untuk Abu Ubaidah selain menghadapinya.

Dalam perang itu Abu Ubaidah terpaksa membunuh ayahnya yang terus mendesak dan melawannya. Walaupun hatinya terasa berat tapi demi menegakkan amanat Allah dan Rasul-Nya, Abu Ubaidah terpaksa membunuh ayahnya.

Ketika menjabat sebagai panglima perang, Abu Ubaidah berhasil membebaskan Kota Damaskus, Himsh, Anatokia, Ladziqiyah, Halb, dan pada akhirnya seluruh wilayah Syam dapat dibebaskan. Semasa hidupnya meriwayatkan 14 hadis, dan meninggal dunia pada tahun 18 H, jasadnya dimakamkan di Ghorbaristan.

Abdurrahman bin Auf

Beliau masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar dan termasuk salah satu di antara delapan orang yang mula-mula masuk Islam. Abdurrahman sangat mahir dalam berdagang.

Beliau memulai usaha dengan berdagang keju dan minyak samin. Tidak lama kemudian sudah dapat mengumpulkan sedikit uang dari usaha keuntungan dagangnya. Dan, Abdurrahman menguasai perekonomia dan keuangan.

Dalam sehari, Abdurrahman memerdekakan 30 budak, banyak mendermakan harta kepada fakir miskin, kepada istri-istri Nabi, untuk keperluan militer, dan ketika akan meninggal mewasiatkan 400 dinar bagi setiap orang yang ikut dalam Perang Badar. Di samping itu, juga mewasiatkan 1000 ekor kuda dan 50.000 dinar untuk perjuangan di jalan Allah.

Abdurrahman bin Auf meninggal dunia di usia 75 tahun, dimakankan di Makam al-Baqi. Selama hidupnya meriwayatkan 65 hadits.

Thalhah bin Ubaidillah

Thalhah adalah salah seorang dari kaum Muslimin yang kaya raya, tapi pemurah dan dermawan. Suatu hari istrinya, Su’dan binti Auf, melihat Thalhah murung dan duduk termenung.

Melihat keadaan suaminya, sang istri menanyakan sebab kesedihannya. Thalhah mengatakan, “Uang yang ada di tanganku ini begitu banyak sehingga memusingkanku. Apa yang harus kulakukan?”

Istrinya berkata, “Uang yang ada di tanganmu itu bagi-bagikan saja kepada fakir miskin.” Maka dibagikanlah seluruh uang yang ada di tangan Thalhah tanpa meninggalkan sepersen pun.

Thalhah meninggal dalam usia 60 tahun dan dimakamkan di suatu tempat dekat padang rumput di Basra. Selama hidupnya meriwayatkan sebanyak 38 hadits.

Sa’id bin Zaid

Sa’id bin Zaid termasuk gelombang pertama yang masuk Islam sebelum Nabi ﷺ memasuki Darul Arqam. Beliau memeluk Islam sebelum Umar bin Khathab. Istrinya adalah adiknya Umar, yaitu Fathimah binti Khathab.

Dalam usianya yang mencapai tujuh puluh tahun lebih, Sa’id selalu siap terjun ke medan perang, dan lebih condong memilih pendekatan dirinya dengan Masjid Nabawi. Di situ beliau menunaikan shalat fardhunya dengan khusyu dan sambil mengenang masa lalu.

Sa’id meninggal di Al-Aqiq, dekat Kota Madinah, tahun 51 H, dan dimakamkan di Kota Madinah. Selama hidupnya meriwayatkan 48 hadits.

Itulah sebagian dari sahabat hasil pendidikan Nabi ﷺ.

لَقَدْ كَانَ فِى قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِن تَصْدِيقَ ٱلَّذِى بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS: Yusuf [12]: 111).

Semoga Allah membimbing kita kaum Muslimin agar dapat mengambil pelajaran dari kisah hidup para sahabat sehingga dapat bertemu mereka di Surga-Nya bersama Nabi ﷺ yang senantiasa kita rindukan. Amin.

*/H Imam Nur Suharnopenulis buku Muhammad ﷺ The Great Educator, dan Kepala Divisi HRD Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat

HIDAYATULLAH