Pribadi Nabi Muhammad Ketika Diajak Bicara

Kepribadian Nabi Muhammad Saw semakin matang setelah menikah dengan Khadijah bint Khuwailid dan dikaruniai putra putri. Kepada keluarganya, Muhammad paling lembut dan penuh kasih sayang.

“Sifatnya yang sangat rendah hati lebih kentara lagi. Bila ada yang mengajaknya bicara ia mendengarkan hati-hati sekali tanpa menoleh kepada orang lain,” tulis Husen Heikal dalam bukunya Sejarah Muhammad.

Tidak saja mendengarkan kepada yang mengajaknya bicara, bahkan ia memutarkan seluruh badannya. Bicaranya sedikit sekali, lebih banyak ia mendengarkan, bila bicara selalu bersungguh-sungguh.

“Tapi sungguhpun begitu ia pun tidak melupakan ikut membuat humor dan bersenda-gurau. Tapi yang dikatakannya itu selalu yang sebenarnya,” katanya.

Kadang ia tertawa sampai terlihat gerahamnya. Bila ia marah tidak pernah sampai tampak kemarahannya, hanya antara kedua keningnya tampak sedikit berkeringat. Ini disebabkan ia menahan rasa amarah dan tidak mau menampakkannya keluar. Semua itu terbawa oleh kodratnya yang selalu lapang dada, berkemauan baik dan menghargai orang lain. Bijaksana ia, murah hati dan mudah bergaul.

Tapi juga ia mempunyai tujuan pasti, berkemauan keras, tegas dan tak pernah ragu-ragu dalam tujuannya. Sifat-sifat demikian ini berpadu dalam dirinya dan meninggalkan pengaruh yang dalam sekali pada orang-orang yang bergaul dengan dia.

“Bagi orang yang melihatnya tiba-tiba, sekaligus akan timbul rasa hormat, dan bagi orang yang bergaul dengan dia akan timbul rasa cinta kepadanya,” katanya.

Alangkah besarnya pengaruh yang terjalin dalam hidup kasih-sayang antara dia dengan Khadijah. Pergaulan Muhammad dengan penduduk Makkah tidak terputus, juga partisipasinya dalam kehidupan masyarakat hari-hari.

IHRAM

Rasulullah Saw. adalah Rahmat Bagi Semesta, Termasuk Lingkungan Hidup

Kita sering mendengar kalau Rasulullah adalah rahmat bagi semesta, atau dalam bahasa Arabnya, rahmatan lil ‘aalamiin. Bagaimana penjelasan soal itu?

Syekh Ali Jum’ah dalam bukunya al-Bii’ah wa al-Hifaazhu ‘alayhaa min Manzhurin Islamiyyin menyebutkan sejumlah ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis perintah untuk bersikap baik dan menebar kasih kepada sesama ciptaan Allah. Diantara dalilnya adalah surah al-Anbiya’ ayat 107,

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ

Dan tidaklah kami mengutus engkau (wahai Muhammad) melainkan sebagai kasih kepada seluruh alam.

Para ahli tafsir berbeda pendapat siapa yang dimaksud dengan kata al-‘aalamiin disana. Apakah ia dikhususkan untuk orang-orang beriman saja ataukah mencakup orang yang beriman atau seluruhnya. Diskusi ini misalnya direkam oleh at-Thabari dalam tafsirnya Jami’ al-Bayan fi Ta’wiil Aayi al-Qur’an. Namun menurut at-Thabari, pendapat yang paling kuat adalah riwayat Ibn ‘Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah adalah rahmat bagi semesta alam, termasuk manusia, beriman atau tidak.

Tapi yang jelas, menurut Syaikh ‘Ali Jum’ah, Rasulullah Saw. adalah rahmat bagi semesta alam. Beliau adalah rahmat bagi semua, baik ia manusia, jin, rahmat bagi hewan, tumbuh-tumbuhan, hingga benda-benda mati seperti batu. Batu, karena ada hadis dimana batu menyapa Nabi Saw. Tapi kasih tersebar Rasulullah untuk alam semesta adalah hidayah bagi manusia untuk mengetahui adanya pencipta dan kesadaran bahwa kita makhluk-Nya. Lalu, bimbingan beliau bagaimana makhluk harusnya beribadah kepada pencipta, serta rahmat-Nya bahwa ciptaan-Nya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kehidupan.

BINCANG SYARIAH

Nabi Muhammad, Kaum Marginal dan Teguran Allah

Berikut kisah tentang Nabi Muhammad, kaum marginal dan teguran Allah.

Syahdan, suatu hari nabi tengah asyik bergumul dan bercengkrama dengan kalangan rakyat jelata. Sang pembawa pesan sedang mengajarkan Islam pada Bilal al Habsyi, Khubab bin Arrit, Abdullah bi Mas’ud, Shuaib al Rumi, dan Ammar bin Yasir. Peristiwa ini terjadi ketika Nabi masih berada di Mekah.

Saat tengah asyik mengobrol, tetiba datang sekelompok bangsawan dari Quraisy. Mereka orang terpandang di suku Quraisy. Punya jabatan. Banyak harta. Berasal dari keturunan terpandang. Golongan Quraisy yang bertamu itu adalah Arqa bin Habis at Tamimi, Uyainah bin Hisnh al Fazari.

“Kami adalah orang terhormat dari kalangan suku Quraisy. Kami  berasal dari kaum terpandang. Apabila sempat ada yang melihat kami bertemu Anda, kami tak ingin suku kami melihat kami duduk bersama orang seperti Bilal, suhaib dan kawan-kawan, “ celetuk pemimpin Quraisy itu, seperti dicatat Profesor KH. Musthafa Yaqub dalam Islam Masa Kini.

Pembesar Quraisy enggan duduk bersama para kaum marginal di Kota Mekkah itu. Meraka menganggap diri mereka mulia. Tak sepantasnya sepanggung dengan kaum marginal dari kalangan rakyat jelata. Turun muruah dan harga. Begitu pikir dan pinta mereka.

Lantas apa yang diperbuat Nabi? Beginda pun menyetujui permintaan mereka. Nabi mengamini permintaan konyol itu. Sang pembawa pesan mengiyakan pinta pembesar dan bangsawan Quraisy tersebut. Pasalnya, Nabi berharap langkah ini akan membawa angin segar dalam dakwahnya. Ia berkeinginan supaya tokoh ini masuk Islam.

Terenyuh sudah hati kaum marginal Mekah itu. Sedari tadi para sahabat itu mengintai dan mendengar dialog sang Nabi dengan bangsawan. Sadar diri, tanpa diminta Nabi mereka bak undur-undur surut ke belakangan. Kemudian duduk di sudut.

“Kaum Marginal nan terpinggirkan tak pantas satu majelis dan satu tempat duduk dengan kelas elit dari bangsawan Quraisy,” begitu nian pikir Bilal dan sahabat lain.

Tak puas diri, kaum Quraisy masih meragukan komitmen Muhammad. Mereka mengaharapkan lebih, bukan sekadar lisan. Tinta hitam di atas putih. Itulah yang mereka tagih. Bukan sebatas retorika semata-mata.

Mereka ingin ada perjanjian tertulis; “Bila bangsawan Quraisy datang dan duduk satu majelis dengan Nabi, maka kelompok marginal Bilal dan kawan-kawanya harus pergi dan menyinggir” begitu perjanjiannya.

Terkait perjanjian tertulis ini, apa sikap Nabi? Apakah ia mengamini juga? Atau mengabaikan perjanjian rasis ini? Ternyata Nabi  tak mengambil sikap lain. Ia mengiyakan perjanjian itu. Baginda lantas meminta Ali bin Abi Thalib untuk menulis butir demi butir perjanjian itu. Resmi sudah perjanjian itu.

Tak berselang lama—setelah perjanjian itu usai diresmikan—, tiba-tiba Allah menurunkan Q.S an Na’am. Menurut Profesor KH. Ali Musthafa Yaqub, ayat ini tutun sebagai teguran dan kritik atas peristiwa pengusiran kaum marginal, Bilal dan kawan-kawan. Ayat itu berbunyi;

وَلَا تَطْرُدِ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ مَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِم مِّن شَىْءٍ وَمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِم مِّن شَىْءٍ فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُونَ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ

Wa lā tarudillażīna yad’na rabbahum bil-gadāti wal-‘asyiyyi yurīdna waj-hah, mā ‘alaika min isābihim min syaiiw wa mā min </em><em>ḥ</em><em>isābika 'alaihim min syaiin fa tarudahum fa takna minaālimīn

Arti: Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, (sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim)

Tersentak Baginda menerima ayat ini. Wahyu ini berupa teguran terhadap sikap Nabi Muhammad. Lantas beliau segera menyeru Ali bin Abi Thalib. “Berikan naskah perjanjian itu kepada ku,” perintah Nabi kepada Ali. Naskah itu pun seketika beliau robek-robek lalu dibuang ke tempat sampah.

Di pojok Bilal dan sahabat yang lain masih tengah duduk. Nabi menjumpai mereka. Ia temui satu demi satu sahabat tadi. Sahabat yang setia dan membersamai perjuangannya meskipun mereka dari golongan marginal. Dengan perasaan menyesal dan bersalah, Nabi meranggul dan memeluk satu persatu.

Menurut Profesor Ali Musthafa Yaqub, awalnya ini adalah strategi Nabi untuk meranggul orang Quraisy yang senantiasa mengancam dakwah beliau. Pergitungan awal, bila pembesarnya masuk Islam, sudah barang tentu yang di belakangan akan mengikut. Namun, kalkulasi itu keliru.

Allah tak meridhai perlakuan diskriminatif tersebut. Di sisi Allah, orang-orang yang beriman seperti Bilal dan  kawan-kawan justru lebih mulia di banding para sekelompok gedongan yang tak beriman tersebut. Allah tak memandang seseorang dari jenis ras, warna, kulit, dan keturunan. Iman adalah kunci yang mampu membuka pintu Ilahi. Imanlah yang membuka Kasih dan Cinta Ilahi.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unā wa ja’alnākum syu’baw wa qabā`ila lita’āraf, inna akramakum ‘indallāhi atqākum, innallāha ‘alīmun khabīr

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Demikian sekilas kisah Nabi Muhammad, kaum marginal, dan teguran Allah.

BINCANG SYARIAH

Misi Turunnya Nabi Isa, Ini Kata Rasulullah

Rasulullah SAW menyatakan, sesungguhnya menjelang hari kiamat nanti, Isa akan turun kembali ke bumi. Istilah ini dalam versi Kristen disebut dengan The Second Coming (kedatangan untuk kedua kali). Kedatangannya bukan membenarkan agama Kristen dan Katolik, melainkan mengajak umat manusia untuk mengikuti ajaran yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW.

Tak hanya itu, kedatangan Isa juga akan membersihkan aliran-aliran dan akidah yang sesat dan menyesatkan serta menghancurkan tiang-tiang salib yang selama ini menjadi alat sesembahan orang-orang Nasrani (Kristen-Katolik) itu.

”Tidak ada seorang nabi pun antara aku dan Isa dan sesungguhnya ia benar-benar akan turun (dari langit). Apabila kamu telah melihatnya, ketahuilah bahwa ia adalah seorang laki-laki berperawakan tubuh sedang, berkulit putih kemerah-merahan. Ia akan turun dengan memakai dua lapis pakaian yang dicelup dengan warna merah, kepalanya seakan-akan meneteskan air walaupun ia tidak basah.” (HR Abu Dawud).

”Sekelompok dari umatku akan tetap berperang dalam kebenaran secara terang-terangan sampai hari kiamat sehingga turunlah Isa bin Maryam. Maka, berkatalah pemimpin mereka (Al-Mahdi), ‘Kemarilah dan imamilah shalat kami.’ Ia menjawab, ‘Tidak. Sesungguhnya, sebagian kamu adalah sebagai pemimpin terhadap sebagian yang lain, sebagai suatu kemuliaan yang diberikan Allah kepada umat ini (umat Islam).”’ (HR Muslim dan Ahmad).

Hal pertama yang akan dilakukan Isa setelah turun dari langit adalah menunaikan shalat sebagaimana yang dijelaskan oleh hadis-hadis di atas. Isa akan menjadi makmum dalam shalat yang dipimpin oleh Imam Mahdi.

Peristiwa kedatangan Isa ini sebelumnya akan didahului oleh kondisi dunia yang dipenuhi dengan kezaliman, kesengsaraan, dan peperangan besar yang melibatkan seluruh penduduk dunia.

Pada saat itu, seorang pemimpin Muslim (Al-Mahdi) akan berhadapan dengan Dajjal yang telah menyebarkan fitnah di kalangan umat Islam. Maka, saat itulah, Isa putra Maryam akan turun ke bumi dan menumpas semua itu dan membunuh Dajjal, membersihkan segala penyimpangan agama, dan menyelamatkan manusia dari fitnah Dajjal. Dajjal ini mengaku bahwa dirinya sebagai Tuhan. Maka, Isa akan bekerja sama dengan Imam Mahdi untuk memberantas semua musuh-musuh Allah.

Selain itu, Isa juga akan menyelamatkan manusia dari fitnah Ya’juj dan Ma’juj. Dalam hadis yang diriwayatkan Thabrani, disebutkan, fitnah dan kejahatan Ya’juj dan Ma’juj ini sangat besar. Tiada seorang manusia pun yang dapat mengatasinya. Jumlah mereka sangat banyak sehingga kaum Muslim terpaksa harus menyalakan api selama lebih kurang tujuh tahun untuk berlindung dari penyerangan dan panah-panah Ya’juj dan Ma’juj.

Sebagaimana dikisahkan, Ya’juj dan Ma’juj selama ini terkungkung dalam sebuah tembok yang dibuat oleh Zulkarnain. Mereka akhirnya bisa keluar setelah secara perlahan-lahan melubangi tembok tersebut. Tembok Zulkarnain itu terbuat dari besi dan tembaga dan terletak di daerah Georgia (Asia Tengah).

Untuk mengatasi masalah ini, kaum Muslim terpaksa harus bertahan di bukit Thursina selama beberapa waktu. Hingga akhirnya Isa berdoa kepada Allah agar mengirimkan bantuan dan doa itu pun dikabulkan. Saat itulah, Ya’juj dan Ma’juj berhasil diatasi (HR Ahmad, Muslim dan Tirmidzi dari An Nawwas bin Sam’an).

Setelah berhasil mengalahkan Ya’juj dan Ma’juj, Isa pun kemudian wafat. Menurut sejumlah riwayat, saat diturunkan hingga wafatnya kelak, itu terjadi selama 40 tahun. Dan, kehadiran Isa ini merupakan salah satu tanda-tanda terjadinya kiamat kubra (besar).

KHAZANAH REPUBLIKA

Hijrah Muhammad SAW: Mengenang Film Legendaris The Message

Salah satu film yang patut dikenang oleh kaum Muslim salah satu adalah film ‘The Message (bahasa Arab: الرسالة Ar-Risālah). Pada awal pembuatan film sempat berbagai nama akan disematkan pada film ini seperti ‘Mohammad hinga  Messenger of God. Namun akhirnya film ini dinamakan ‘The Message’.

Jenis film ini drama epik Islam tahun. Dibuat pada 1976 dan  disutradarai serta diproduksi oleh Moustapha Akkad. Kisah dalam film ini menceritakan masa awal dakwah Muhammad SAW, yakni dengan mencatat kehidupan dan sosok Muhammad melalui perspektif pamannya Hamzah ibn Abdul-Muttalib dan anak angkat Zayd ibn Harithah.

Film ini dirilis dalam versi bahasa Arab dan bahasa Inggris yang difilmkan secara terpisah. Melalui kisah  The Message sejarah Islam di masa awal dicoba diceritakan.

Para pemeran dalam film ini juga tak sembarang. Mereka telah berkali-kali mendapat pengharaan internasional. Sosok itu antara lain seperti sang aktor legendaris Anthony Quinn, Irene Papas, Michael Ansara, Johnny Sekka, Michael Forest, André Morell, Garrick Hagon, Damien Thomas, dan Martin Benson. Uniknya film ini merupakan produksi bersama internasional karena ada keterlibatan banyak negara misalnya Libya, Maroko, Lebanon, Suriah, Arab Saudi, dan Inggris.

Film The Message dinominasikan untuk mendapat penghargaan ‘Skoring Film Asli Terbaik di Academy Awards ke-50, yang disusun oleh Maurice Jarre. Sayangnya film ini tetapi kalah dari Star Wars (disusun oleh John Williams) yang kala itu sedang top-topnya.

Sedangkan mengenai alur cerita The Message adalah sebagai berikut. Film ini dimulai dengan sepenggal gambaran mengeia surat Muhammad SAW mengirimkan undangan untuk menerima Islam kepada penguasa sekitarnya seperti Heraclius, Kaisar Bizantium; Patriark dari Alexandria, hingga Kaisar Sasanian di Persia.

Sebelumnya surat dibuat, Muhammad SAW kala itu telah dikunjungi malaikat Jibril, yang sangat mengejutkannya. Malaikat memintanya untuk memulai dan menyebarkan Islam. Lambat laun, hampir seluruh kota Makkah mulai berpindah agama. Akibatnya, lebih banyak musuh akan datang dan memburu Muhammad dan teman-temannya dari Makkah dan menyita harta benda mereka. Beberapa dari pengikut ini melarikan diri ke Abyssinia untuk mencari perlindungan dengan perlindungan yang diberikan oleh raja di sana.

Setelah dari hijrah ke Abisina, kaum Quraisy tetap pengganas kepada par a pengikut Islam awal. Karena terus diburu untuk dibantai mereka menuju berangkat mengungsi ke kota yang ada disebelah utara Makkah, yakni Madinah.

Ternyata kedatangan Muhammad Saw dan pengikutnya di Madinah oleh warga kota tersebut disambut hangat. Di Madinah kemudian Rasullah Saw membangus masjid yang pertama kali, kini disebut Masjid Nabawi.

Dan di Madinah Muhammad SAW bisa memilih kehidupan damai meski itu hanya sejenak. Sebab, ancaman serangan dari suku Quraiys tetap eksis dan bisa muncul setiap saat. Quraisy belum bisa pernag karena mereka belum mendapat izin untuk menyerang. Akhirnya terjadilah perang yang pertama dalam kazanah Islam yang disebut perang Badr. Tak disangka Muslim menang meski jumlah tentara hanya kecil saja.

Selanjutnya dendam kesumat orang Quraisy kepada pengikut Islam pada masa itu  ingin balas dendam. Mereka kemudian menyerang balik dengan tiga ribu orang pasukan dalam Pertempuran Uhud. Dalam pertempuran itu Hazmah terbunuh. Sementara kaum Muslim yang pada awal perang Uhud dalam posisi menang, namun ini sontak berunah dibabak akhir perang Uhud tersebut. Merasa menang orang Makkah meninggalkan kamp tanpa perlindungan. Keadaan ini sangat disadari oleh panglima pasukan Makkah, yakni Khalid bin Walid. Tentara Muslim di-‘bokong’-nya habis-habisan sehingga kalah. Namun setelah perang ini kemudian ada kesepakatan antara orang Makkah dan Madinah untuk melakukan gencatan senjata selama 19 tahun.

Beberapa tahun kemudian, Khalid ibn Walid, seorang jenderal Mekah yang telah membunuh banyak Muslim, masuk Islam. Sementara itu, kamp Muslim di gurun pasir diserang pada malam hari. Kaum Muslimin percaya bahwa orang Makkah bertanggung jawab. Abu Sufyan datang ke Madinah karena takut akan pembalasan dan mengklaim bahwa bukan orang Mekah, tapi para perampok yang melanggar gencatan senjata.

Tak satu pun Muslim yang memberinya audiensi atas klaim suku Quraisy. Akibanya kemudia mereka mengklaim bahwa dia “tidak mematuhi perjanjian dan tidak membuat janji.” Kaum Muslimin menanggapi dengan menyerang Mekah dengan pasukan yang sangat banyak dan “orang-orang dari setiap suku”.

Abu Sufyan mencari pertemuan dengan Muhammad pada malam penyerangan. Orang Mekah menjadi sangat ketakutan tetapi diyakinkan bahwa tidak ada yang akan disiksa di rumah mereka, oleh Ka’bah, atau di rumah Abu Sufyan akan aman. Mereka menyerah dan Mekah jatuh ke tangan kaum muslimin. Gambar pagan dewa di Ka’bah dihancurkan, dan azan pertama di Mekah disebut di Ka’bah oleh Bilaal Ibn Rabaah. Khotbah Perpisahan juga disampaikan.

Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=ylreSmRi3bg#action=share

KHAZANAH REPUBLIKA

Aku Ingin Semulia Bahagia Rasulullah

BAGI semua orang Islam yang beriman, pastilah Rasulullah Muhammad diyakininya sebagai manusia teladan dalam segala hal. Pertanyaannya adalah apakah semua kita berkeinginan untuk meledani beliau? Semua orang Islam yang beriman berkeyakinan bahwa Rasulullah Muhammad adalah tuan dari semua nabi dan utusan, dan karenanya maka Nabi Muhammad adalah manusia paling mulia dan bahagia dari semua makhluk. Beliau diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam. Peranyaannya, jika kita ingin bersama beliau dan mulia bahagia mengikuti beliau, inginkah kita mengikuti gaya hidup beliau?

Mari kita timbang-timbang posisi gaya hidup kita dengan posisi gaya hidup beliau. Satu hal saja sebagai ukuran paling mudah, yakni hubungan kita dengan harta duniawi. Gunung Uhud menawarkan diri untuk menjadi emas agar bisa dimiliki dan digunakan Rasulullah. Rasulullah menolaknya. Bagaimanakah dengan seandainya batu atau kerikil yang ada di sekitar kita menawarkan diri kepada kita untuk menjadi emas. Apakah kita akan menolak? Ataukah memang keajaiban seperti itu yang kita inginkan?

Banyak yang bertanya mengapa Rasulullah menolak? Ada beberapa jawaban yang bisa dikemukakan yang saya sarikan dari berbagai kitab bacaan saya selama ini. Jawaban pertama dan utama adalah untuk menunjukkan kepada umat manusia semuanya bahwa kepemilikan harta benda itu TIDAK MENJADI UKURAN MULIA BAHAGIA SESEORANG.

Benar bahwa Nabi Sulaiman itu kaya dan mulia, namuan Fir’aun juga kaya jaya namun menjadi manusia yang dilaknat Allah. Benar bahwa Sayyidina Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf dan Urwah bin Zubair itu kaya mulia dan bahagia, namun Qarun juga kaya tapi tidak mulia bahagia. Kalau kita setuju, berhentilah memandang mulia seseorang karena kepelikan hartanya. Tanyakan dari mana hartanya dan untuk apa hartanya itu. Inilah ukuran mulia bahagia.

Kedua adalah bahwa ujian orang yang memiliki kekayaan harta jauh lebih tinggi atau lebih berat dibandingkan dengan ujian orang tidak memiliki kekayaan harta dunia. Buktinya mudah saja saja, lihatlah betapa yang punya harta banyak itu tidak ada yang menjamin lebih santai dan lebih nyenyak tidur serta tidak stress.

Yang punya potensi kehilangan sesuatu adalah yang memiliki sesuatu. Yang tidak memiliki apapun maka tak akan pernah kehilangan apapun. Yang kehilangan mobil adalah yang punya mobil, yang kehilangan jabatan adalah yang punya jabatan. Demikian juga kepemilikian yang lain. Yang berbagaia adalah yang menyatakan: “SEMUA INI ADALAH MILIK ALLAH YANG SEDANG DITITIPKAN KEPADA SAYA.”

Alasan lainnya mengapa Rasulullah menolak gunung UHud menjadi emas adalah karena khawatir umatnya nanti memiliki pekerjaan utama sebagai pencari harta duniawi. Tidak diberikan contoh berburu dunia saja kita bisa lihat betapa banyak manusia yang mengejar harta sampai melupakan teladan Rasulullah yang penting diaplikasikan dalam hidup ini. Termasuk saya, barangkali. Ya Allah bimbing kami menuju ridlaMu.

Masih banyak alasan yang lain yang “nonjok” banget pada gaya hidup kita sebagai umatnya. Lalu, apa yang harus kita lakukan dan bagaimanakah gaya hidup terbaik yang harus kita tampilkan dalam hubungannya dengan harta ini. Apa plus minus kepemilikan harta dan mana yang lebih baik antara menjadi kaya, menjadi miskin dan menjadi sedang-sedang saja. Pertanyaan ini perlu dibahas dalam forum pengajian yang berdurasi panjang. Semoga ada kesempatan. Salam, AIM

Oleh KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Jumlah Haji yang Dilakukan Rasulullah Setelah Hijrah

Berapa kali Nabi Muhammad SAW  berhaji dalam hidupnya? Diriwayatkan dari Abu Ishaq, ia berkata, Aku pernah bertanya kepada Zaid bin Arqam, “Berapa kali kamu berperang menyertai Rasulullah SAW?” Dia menjawab, “Tujuh belas kali.” Kata Abu Ishaq, “Kemudian Zaid bin Arqam bercerita kepadaku bahwa Rasulullah SAW
pernah berperang sembilan belas kali, dan beliau berhaji sekali setelah beliau berhijrah, yaitu haji wada’.” (Muslim bab Haji Nabi SAW).

Sementara itu Jabir bin Abdullah ra. meriwayatkan, “Sesungguhnya Rasulullah SAW telah tinggal di Madinah selama sembilan tahun namun beliau belum berhaji.

Kemudian pada tahun kesepuluh beliau mengumumkan bahwa beliau akan berhaji, sehingga banyak orang yang hadir ke Madinah yang kesemuanya ingin turut serta bersama Rasulullah SAW dan melakukan amal ibadah seperti beliau.” (Muslim bab haji Nabi SAW)

IHRAM

Dia Bagaikan Ibu Bagi Nabi Muhammad

Kita ketahui bersama, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditinggal wafat oleh ibunya saat beliau berusia kurang lebih enam tahun. Di usia kanak-kanak itu, ia diasuh oleh kakek kemudian pamannya. Saat bersama pamannya, Abu Thalib, inilah beliau mendapatkan seseorang yang tampil sebagai seorang pengganti ayahnya dan pengganti ibunya. Pengganti ayahnya adalah sang paman yang begitu menyayangi beliau. Dan pengganti ibunya adalah istri dari Abu Thalib yang juga masih bibi beliau dari sisi nasab. Ia adalah Fatimah binti Asad radhiallahu ‘anha.

Fatimah binti Asad adalah seorang sahabat perempuan yang saat wafat dikafani dengan pakaian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berikut ini secuplik tentang kisah kehidupannya, radhiallahu ‘anha.

Fatimah binti Asad radhiallahu ‘anha adalah seorang wanita dengan ketakwaan dan keimanan yang kuat. Ia memeluk Islam di Mekah setelah wafatnya suaminya, Abu Thalib, paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentangnya setelah ia wafat,

رحِمَكِ اللهُ يَا أُمِّي، كُنْتِ أُمِّي بَعْدَ أُمِّي؛ تَجُوعِينَ وَتُشْبِعِينِي ،وَتَعْرَيْنَ وَتُكْسِينِي وَتَمْنَعِينَ نَفْسَكِ طَيِّبًا وَتُطْعِمِينِي تُرِيدِينَ بِذَلِكَ وَجْهَ اللهِ وَالدَّارَ الآخِرَةَ

“Semoga Allah merahmatimu hai ibuku. Engkau adalah sosok seorang ibu setelah ibu kandungku. Engkau merasakan lapar untuk membuatku kenyang. Engkau tak berpakaian (baru pen.) agar aku memiliki pakaian. Engkau tahan dirimu dari sesuatu yang baik untuk memberiku makanan. Semua itu kau lakukan berharap wajah Allah dan negeri akhirat.”

Kehidupannya

Nama dan nasabnya adalah Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdu Manaf al-Qurasyiyyah al-Hasyimiyyah. Ia adalah ibu dari Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu (Ibnul Atsir: Asadul Ghabah, 7/212). Ibu dari Fatimah adalah Hubba binti Haram bin Rawahah. Juga seorang wanita Quraisy (Ibnu Qutaibah: al-Ma’arif, 1/203).

Fatimah tumbuh besar di masa jahiliyah, di Kota Mekah (az-Zarkali: al-A’lam, 5/130). Ia menikah dengan Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Abdu Manaf. Dari keduanya lahirlah Ali bin Abu Thalib dan saudara-saudaranya. Yaitu: Thalib, Aqil, Ja’far, Jumanah, Ummu Hani’. Semuanya memeluk Islam (Ibnu Qutaibah: al-Ma’arif, 1/203).

Kedudukan lainnya yang dimiliki oleh Fatimah binti Asad adalah wanita Bani Hasyim pertama yang memiliki putra seorang khalifah. Kemudian disusul oleh Fatimah binti Rasulullah. Yang putranya, Hasan bin Ali, juga menjadi seorang khalifah. Lalu Zubaidah, istri Harun al-Rasyid, ibu dari khalifah Abbasiah, al-Amin (Ibnul Atsir: Asadul Ghabah, 7/212). Merekalah wanita-wanita ahlul bait nabi yang melahirkan khalifah.

Memeluk Islam

Fatimah binti Asad memeluk Islam setelah wafatnya suaminya, Abu Thalib. Kemudian ia bersama anak-anaknya hijrah ke Madinah (Ibnul Atsir: Asadul Ghabah, 3/130). Ia juga seorang periwayat hadits. Ada 40 hadits yang ia riwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (Umar Ridha Kahhalah: A’lamun Nisa Fi ‘Alamil Arabi wal Islam, 4/33).

Tidak hanya mengandalkan sisi kekerabatan dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Fatimah juga berusaha menjadi pribadi yang baik. Ia adalah seorang wanita shalihah dan bagus agamanya. Di antara bentuk kedekatan Nabi dengannya adalah Nabi sering mengunjunginya dan tidur siang di rumahnya (Ibnu Hajar: al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah, 8/269).

Wafatnya

Ada yang meriwayatkan bahwa Fatimah binti Asad radhiallahu ‘anha wafat sebelum hijrah. Pendapat ini tentu tidak benar. Yang benar adalah beliau wafat sekitar tahun kelima hijrah (Ibnu Asakir: Tarikh Dimasyq, 9/41).

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma, tatkala Fatimah Ummu Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anha wafat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melepas bajunya dan memakaikannya pada bibinya itu. Nabilah yang membaringkan sang bibi di makamnya. Ketika kuburnya sudah ditimbun, orang-orang bertanya,

يا رسول الله، رأيناك صنعت شيئًا لم تصنعه بأحدٍ، فقال صلى الله عليه وسلم: «إِنِّي أَلْبَسْتُها قَمِيصِي لِتَلْبَسَ مِنْ ثِيَابِ الْجَنَّةِ، وَاضْطَجَعْتُ مَعَهَا فِي قَبْرِهَا لَيُخَفَّفَ عَنْهَا مِنْ ضَغْطَةِ الْقَبْرِ، إِنَّهَا كَانَتْ أَحْسَنَ خَلْقِ اللَّهِ إِلَيَّ صَنِيعًا بَعْدَ أَبِي طَالِبٍ».

“Hai Rasulullah, kami lihat Anda melakukan sesuatu yang tidak Anda lakukan kepada orang lain.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Aku pakaikan untuknya bajuku agar ia memakai pakaian dari surga. Aku masuk ke dalam pembaringannya di kuburnya agar ringan untuknya sempitnya kubur. Sesungguhnya dia adalah makhluk Allah yang paling berbuat baik kepadaku setelah Abu Thalib.” (Hadits hasan diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath (6935) 7/87).

Dari Anas bin Malik radahillahu ‘anhu, ia berkata, “Tatkala Fatimah bin Asad bin Hasyim Ummu Ali radhiallahu ‘anhuma wafat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguknya. Beliau duduk di sisi kepalanya. Beliau bersabda,

رحِمَكِ اللهُ يا أمِّي كنْتِ أمِّي بعدَ أمِّي تجوعين وتُشْبِعيني وتَعْرَينَ وتُكْسيني وتَمْنعينَ نفسَكِ طيِّبًا وتُطْعِميني تُريدين بذلك وجهَ اللهِ والدَّارَ الآخرةَ»

“Semoga Allah merahmatimu hai ibuku. Engkau adalah sosok seorang ibu setelah ibu kandungku. Engkau merasakan lapar untuk membuatku kenyang. Engkau tak berpakaian (baru pen.) agar aku memiliki pakaian. Engkau tahan dirimu dari sesuatu yang baik untuk memberiku makanan. Semua itu kau lakukan berharap wajah Allah dan negeri akhirat.”

Kemudian beliau perintahkan agar dimandikan tiga kali. Tatkala telah tersedia air yang sudah dicampuri dengan kapur barus, Nabi tuangkan air tersebut dengan tangannya. Kemudian beliau buka bajunya dan dikafankan kepada bibinya. Setelah itu dilapiskan di atasnya kain burdah. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil Usamah bin Zaid, Abu Ayyub al-Anshari, Umar bin al-Khattab, dan seorang budak laki-laki yang hitam untuk menggalikan makamnya.

Saat kedalaman tanah telah mencapai batas tertentu, Rasulullah sendiri yang menggalikan untuknya. Setelah cukup, Nabi turun ke liang kuburnya dan meletakkan sang bibi di pembaringannya. Beliau berdoa:

اللهُ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ حَيٌّ لَا يَمُوتُ اغْفِرْ لِأُمِّي فَاطِمَةَ بِنْتِ أَسَدٍ وَلَقِّنْهَا حُجَّتَهَا وَوَسِّعْ عَلَيْهَا مُدْخَلَهَا بِحَقِّ نَبِيِّكَ وَالْأَنْبِيَاءِ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِي فَإِنَّكَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

“Ya Allah Yang Maha menghidupkan dan mematikan. Dialah Allah Yang Maha hidup tidak mengalami kematian. Ampunilah ibuku, Fatimah binti Asad. Bimbinglah dia dalam hujahnya (menjawab pertanyaan kubur pen.). Lapangkanlah untuknya liang kuburnya dengan hak nabimu dan para nabi sebelumku. Sesungguhnya Engkau Maha Penyayang.”

Beliau menshalatkan bibinya dengan empat kali takbir. Dan memasukkanya ke liang lahad bersama Abbas dan Abu Bakar ash-Shiddiq (Diriwayatkan oleh al-Haitsami dalam Mujma’ az-Zawaid, 9/259. Dalam hadits ini terdapat Ruh bin Shalah. Seorang yang ditsiqatkan oleh Ibnu Hibban. Namun terdapat kedha’ifan padanya. Sementara perwai lainnya adalah rijal yang shahih. Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam Mu’jam al-Ausath 12/351 (871), dan Abu Nu’aim dalam Hilyah al-Auliya, 3/121).

Sumber: https://islamstory.com/ar/artical/3408527/فاطمة-بنت-اسد?fbclid=IwAR2ZbaliY_qJwkYUDoPex-klDwY6gXCuxf5Q_zcQgzlz4vPV2UNCwSmk65I

Oleh Nurfitri Hadi (IG: @nfhadi07)

Read more https://kisahmuslim.com/6439-dia-bagaikan-ibu-bagi-nabi-muhammad.html

Mengapa Nabi Muhammad Diutus di Arab?

Usia bumi telah tua. Lebih tua dari masa pertama saat Adam dan istrinya, Hawa, menginjakkan kaki di permukaannya. Silih berganti zaman dan keadaan. Manusia yang hidup di atasnya pun bergiliran. Allah utus rasul-rasul untuk mereka. Menyempurnakan fitrah yang telah dibawa. Hingga akhirnya diutus Muhammad bin Abdullah ﷺ di Jazirah Arab.

Lalu timbul pertanyaan, “Mengapa Arab?” “Mengapa tanah gersang dengan orang-orang nomad di sana dipilih menjadi tempat diutusnya Rasul terakhir ini?” Tidak sedikit umat Islam yang bertanya-tanya penasaran tentang hal ini. Mereka berusaha mencari hikmahnya. Ada yang bertemu. Ada pula yang meraba tak tentu arah.

Para ulama mencoba menyebutkan hikmah tersebut. Dan dengan kerendahan hati, mereka tetap mengakui hakikat sejati hanya Allah-lah yang mengetahui. Para ulama adalah orang yang berhati-hati. Jauh lebih hati-hati dari seorang peneliti. Mereka jauh dari mengedepankan egoisme suku dan ras. Mereka memiliki niat, yang insya Allah, tulus untuk hikmah dan ilmu.

Zaid bin Abdul Karim az-Zaid dalam Fiqh as-Sirah menyebutkan di antara latar belakang diutusnya para rasul, khusunya rasul terakhir, Muhammad ﷺ, di Jazirah Arab adaalah:

Pertama: Jazirah Arab adalah tanah merdeka.

Jazirah Arab adalah tanah merdeka yang tidak memiliki penguasa. Tidak ada penguasa yang memiliki kekuasaan politik dan agama secara absolut di daerah tersebut. Berbeda halnya dengan wilayah-wilayah lain. Ada yang dikuasai Persia, Romawi, dan kerajaan lainnya.

Kedua: Memiliki agama dan kepercayaan yang beragam.

Mereka memang orang-orang pagan penyembah berhala. Namun berhala mereka berbeda-beda. Ada yang menyembah malaikat. Ada yang menyembah bintang-bintang. Dan ada pula yang menyembah patung –ini yang dominan-.

Patung yang mereka sembah pun bermacam ragam. Setiap daerah memiliki patung jenis tertentu. Keyakinan mereka beragam. Ada yang menolak, ada pula yang menerima.

Di antara mereka juga terdapat orang-orang Yahudi dan Nasrani. Dan sedikit yang masih berpegang kepada ajaran Nabi Ibrahim yang murni.

Ketiga: Kondisi sosial yang unik mungkin bisa dikatakan istimewa tatkala itu. Mereka memiliki jiwa fanatik kesukuan (ashabiyah).

Orang Arab hidup dalam tribalisme, kesukuan. Pemimpin masyarakat adalah kepala kabilah. Mereka menjadikan keluarga sendiri yang memimpin suatu koloni atau kabilah tertentu. Dampak positifnya kentara saat Nabi ﷺ memulai dakwahnya. Kekuatan bani Hasyim menjaga dan melindungi beliau dalam berdakwah.

Apabila orang-orang Quraisy menganggu pribadi beliau, maka paman beliau, Abu Thalib, datang membela. Hal ini juga dirasakan oleh sebagian orang yang memeluk Islam. Keluarga mereka tetap membela mereka.

Keempat: Jauh dari peradaban besar.

Mengapa jauh dari peradaban besar merupakan nilai positif? Karena benak mereka belum tercampuri oleh pemikiran-pemikiran lain. Orang-orang Arab yang tinggal di Jazirah Arab atau terlebih khusus tinggal di Mekah, tidak terpengaruh pemikiran luar. Jauh dari ideologi dan peradaban majusi Persia dan Nasrani Romawi. Bahkan keyakinan paganis juga jauh dari mereka. Sampai akhirnya Amr bin Luhai al-Khuza’I kagum dengan ibadah penduduk Syam. Lalu ia membawa berhala penduduk Syam ke Jazirah Arab.

Jauhnya pengaruh luar ini, membuat jiwa mereka masih polos, jujur, dan lebih adil menilai kebenaran wahyu.

Kelima: Secara geografi, Jazirah Arab terletak di tengah dunia.

Memang pandangan ini terkesan subjektif. Tapi realitanya, Barat menyebut mereka dengan Timur Tengah. Geografi dunia Arab bisa berhubungan dengan belahan dunia lainnya. Sehingga memudahkan dalam penyampaian dakwah Islam ke berbagai penjuru dunia. Terbukti, dalam waktu yang singkat, Islam sudah menyebar ke berbagai penjuru dunia. Ke Eropa dan Amerika.

Keenam: Mereka berkomunikasi dengan satu Bahasa yaitu bahasa Arab.

Jazirah Arab yang luas itu hanya memiliki satu bahasa untuk komunikasi di antara mereka, yaitu Bahasa Arab. Adapun wilayah-wilayah lainnya memiliki banyak bahasa. Saat itu, di India saja sudah memiliki 15 bahasa resmi (as-Sirah an-Nabawiyah oleh Abu al-Hasan an-Nadawi, Cet. Jeddah: Dar asy-Syuruq. Hal: 22).

Bayangkan seandainya di Indonesia, masing-masing daerah berbeda bahasa, bahkan sampai ratusan bahasa. Komunikasi akan terhambat dan dakwah sanag lambat tersebar karena kendala bahasa saja. Dalam waktu yang lama, dakwah Islam mungkin belum terdengar ke belahan dunia lainnya karena disibukkan dengan kendala ini.

Ketujuh: Banyaknya orang-orang yang datang ke Mekah.

Mekah telah menjadi tempat istimewa sejak masa Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimassalam. Oleh karena itu, banyak utusan dari wilayah Arab lainnya datang ke sana. Demikian juga jamaah haji. Pedagang. Para ahli syair dan sastrawan. Keadaan ini mempermudah untuk menyebarkan risalah kenabian. Mereka datang ke Mekah, lalu kembali ke kampung mereka masing-masing dengan membawa berita risalah kerasulan.

Kedelapan: Faktor penduduknya.

Ibnu Khladun membagi bumi ini menjadi tujuh bagian. Bagian terjauh adalah kutub utara dan selatan. Inilah bagian yang ia sebut dengan bagian satu dan tujuh. Kemudian ia menyebutkan bagian dua dan enam. Kemudian bagian tiga dan lima. Kemudian menunjuk bagian keempat sebagai pusatnya. Ia tunjuk bagian tersebut dengan mengatakan, “wa sakanaha (Arab: وسكانها).

Penduduk Arab adalah orang-orang yang secara fisik proporsional; tidak terlalu tinggi dan tidak pendek. Tidak terlalu besar dan tidak kecil. Demikian juga warna kulitnya. Serta akhlak dan agamanya. Sehingga kebanyakan para nabi diutus di wilayah ini. Tidak ada nabi dan rasul yang diutus di wilayah kutub utara atau selatan. Para nabi dan rasul secara khusus diutus kepada orang-orang yang sempurna secara jenis (tampilan fisik) dan akhlak. Kemudian Ibnu Khaldun berdalil dengan sebuah ayat:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia…” (QS. Ali Imran: 110). (Muqaddimah Ibnu Khaldun, Cet. Bairut: Dar al-Kitab al-Albani. Hal: 141-142).

Karena pembicaraan pertama dalam ayat tersebut ditujukan kepada orang Arab, yakni para sahabat. Kemudian barulah umat Islam secara umum.

Secara realita, kita juga meyakini, memang ada bangsa yang unggul secara fisik. Contohnya ras Mongoloid. Sebuah istilah yang pernah digunakan untuk menunjuk karakter umum dari sebagian besar penghuni Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di lepas pantai timur Afrika, beberapa bagian India Timur Laut, Eropa Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Oseania. Memiliki ciri mata sipit, lebih kecil, dan lebih pendek dari ras Kaukasoid.

Ras Kaukasoid adalah karakter umum dari sebagian besar penghuni Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah, Pakistan dan India Utara. Walaupun penelitian sekarang telah merubah steorotip ini. Namun hal ini bisa kita jadikan pendekatan pemahaman, mengapa Ibnu Khladun menyebut Timur Tengah sebagai “sakanaha”.

Artinya ada fisik yang lebih unggul. Mereka yang sipit ingin mengubah kelopak mata menjadi lebih lebar. Mereka yang pendek ingin lebih tinggi. Naluri manusia menyetujui bahwa Kaukasia lebih menarik. Atau dalam bahasa lain lebih unggul secara fisik.

Namun Allah Ta’ala lebih hikmah dan lebih jauh kebijaksanaannya dari hanya sekadar memandang fisik. Dia lengkapi orang-orang Kaukasia yang ada di Timur Tengah dengan perangai yang istimewa. Hal ini bisa kita jumpai di buku-buku sirah tentang karakter bangsa Arab pra-Islam. Mereka jujur, polos, berkeinginan kuat, dermawan, dll. Kemudian Dia utus Nabi-Nya, Muhammad ﷺ di sana.

Mudah-mudahan bermanfaat…

Daftar Pustaka:
– Az-Zaid, Zaid bin Abdul Karim. 1424 H. Fiqh as-Sirah. Riyadh: Dar at-Tadmuria.

Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)

Read more https://kisahmuslim.com/5006-mengapa-nabi-muhammad-diutus-di-arab.html

Kelahiran Nabi Muhammad dan 5 Peristiwa Besar yang Mengiringinya

Kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah rahmat agung bagi manusia, bahkan bagi alam semesta. Sebab beliau adalah rahmatan lil ‘alamin.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al Anbiya: 107)

Berikut ini sejarah kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan peristiwa-peristiwa besar yang mengiringinya.

Kelahiran Nabi Muhammad

Rasulullah Muhammad lahir di Mekkah pada hari Senin, tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah. Bertepatan 20 April 571 M. Ayahnya adalah Abdullah dan ibunya adalah Aminah.

Rasulullah biasa puasa Senin Kamis. Ketika ditanya tentang hari senin, beliau menjelaskan bahwa itu adalah hari lahirnya.

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الاِثْنَيْنِ قَالَ ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ

Rasulullah ditanya tentang puasa hari Senin. Beliau bersabda: “Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.” (HR. Muslim)

Saat itu, bahkan hingga masa Islam, Arab belum memiliki angka tahun. Penamaan tahun diambilkan dari peristiwa besar yang terjadi pada tahun itu. Tahun lahirnya Rasulullah disebut tahun gajah karena pada saat itu terjadi penyerbuan pasukan Gajah yang hendak menghancurkan Ka’bah. Namun pasukan yang dipimpin Abrahah itu dihancurkan Allah sebelum mencapai Ka’bah.

Saat Rasulullah lahir, keluar cahaya hingga menerangi istana-istana di Syam. Ibnu Sa’ad meriwayatkan bahwa ibunda Rasulullah berkata, “Setelah bayiku lahir, aku melihat ada cahaya yang keluar dari jalan lahirnya, menyinari istana-istana di Syam.” Imam Ahmad juga meriwayatkan hal senada.

Saat Rasulullah lahir, ayah beliau Abdullah telah wafat. Ia wafat di Yatsrib (Madinah) saat diutus Abul Muthalib untuk mengurus kurma di sana.

Setelah bayinya lahir, Aminah mengirim utusan menemui Abdul Muthalib. Mendengar kabar gembira itu, Abdul Muthalib datang dengan penuh suka cita. Diambilnya bayi itu dan dibawahnya ke Ka’bah seraya berdoa kepada Allah.

Jangan heran jika sebagian orang Mekkah berdoa kepada Allah karena demikianlah ajaran Ibrahim dan Ismail yang masih tersisa. Hanya saja seiring dengan waktu telah terjadi banyak penyimpangan hingga pada kondisi kronis menyembah berhala dan berdoa kepada berhala.

Abdul Muthalib lantas memberikan nama Muhammad untuk cucunya itu. Nama yang belum dikenal di Arab dan mungkin belum pernah dipakai oleh siapapun.

Nasab Nabi Muhammad

Dari segi nasab (keturunan), Rasulullah adalah orang pilihan. Ia terlahir dari keturunan pilihan sebagaimana sabda beliau:

إِنَّ اللهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ، وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ، وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِي هَاشِمٍ، وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ

Sesungguhnya Allah memilih Kinanah di antara keturunan Ismail, dan memilih Quraisy di antara keturunan Kinanah, dan memilih Bani Hasyim di antara suku Quraisy. Dan Allah memilihku di antara Bani Hasyim. (HR. Muslim dan Ahmad)

Ayah Rasulullah adalah Abdullah. Ia wafat pada usia 25 tahun. Merupakan laki-laki terpandang di kalangan Quraisy. Ia putra Abdul Muthalib, pemimpin kaum di Makkah yang memiliki otoritas pemeliharaan Ka’bah. Abdul Muthalib dikenal dengan gelar Al Fayyadh (Sang Dermawan) karena kedermawanannya.

Ibu Rasulullah bernama Aminah. Lengkapnya adalah Aminah binti Wahb bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Aminah adalah wanita paling terpandang di kalangan Quraisy. Baik karena nasabnya maupun kedudukannya.

Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri menjelaskan ada tiga bagian nasab Rasulullah yaitu:

  1. Bagian yang disepakati kebenarannya oleh para pakar sirah dan nasab, yakni sampai Adnan
  2. Bagian yang diperselisihkan. Yakni dari Adnan hingga Ibrahim ‘alaihis salam.
  3. Bagian yang di dalamnya ada hal-hal yang tidak benar. Yakni dari Ibrahim ‘alaihis salam ke atas hingga Adam ‘alaihis salam.

Bagian pertama dari nasab Rasulullah adalah 22 generasi yang namanya disepakati para pakar sirah. Yakni Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qusyai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.

Peristiwa yang Mengiringi Kelahiran Nabi Muhammad

Ada lima peristiwa besar yang mengiringi kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Satu peristiwa besar itu terjadi sebelum Rasulullah lahir dan empat peristiwa besar lainnya terjadi setelah Rasulullah lahir.

1. Hancurnya Pasukan Gajah

Seperti disinggung di atas, Rasulullah dilahirkan pada tahun Gajah. Disebut tahun Gajah karena saat itu Abrahah membawa pasukan bergajah menyerang Ka’bah.

Abrahah adalah penguasa di Yaman. Ia membangun gereja besar di Kota Shan’a dengan maksud agar orang-orang berkunjung ke sana dan mendatangkan pemasukan besar bagi Yaman. Ia ingin menggeser kedudukan Ka’bah yang selalu ramai didatangi orang dari seluruh penjuru Arab.

Namun, bangunan yang megah dan indah itu tak kunjung ramai. Orang-orang Arab tetap berdatangan ke Makkah untuk mengunjungi Ka’bah yang memiliki nilai historis tinggi. Terlebih pada musim haji.

Syaikh Mahmud Al Mishri dalam Sirah Rasulullah menyebutkan, seorang laki-laki Arab dari Bani Kinanah masuk gereja tersebut dan meletakkan kotoran di dalamnya. Ini yang memicu kemarahan Abrahah hingga ingin menghancurkan Ka’bah.

Abarah menyiapkan pasukan dalam jumlah besar. Sebagiannya mengendarai gajah. Dengan sombong dan pongah mereka bergerak menuju Makkah. Tujuannya hanya satu, menghancurkan Ka’bah.

Orang-orang Makkah yang mendengar kabar itu merasakan ancaman besar. Pasukan bergajah itu bukan tandingan mereka. Bahkan Abdul Muthalib sebagai pemimpin Makkah pun tak bisa berbuat banyak. Ia menyerahkan perlindungan Ka’bah sepenuhnya kepada Allah.

Saat mengetahui 200 untanya dijarah Abarah, Abdul Muthalib menemui Abrahah meminta untanya dikembalikan.

“Kamu datang hanya untuk meminta untamu kembali? Lalu bagaimana dengan Ka’bah yang akan kuhancurkan?” Abrahah keheranan dengan sikap Abdul Muthalib.

“Unta itu milikku, maka aku memintanya kembali. Sedangkan Ka’bah itu milik Allah, maka Dia sendiri yang akan melindunginya,” jawab kakek Nabi Muhammad itu.

Abrahah merasa besar diri karena tak ada yang mampu melawannya. Unta Abdul Muthalib pun dikembalikan.

Namun belum sampai di Makkah, datang burung berbondong-bondong dari arah laut. Burung-burung itu membawa batu-batu panas dan menjatuhkannya ke pasukan Abrahah. Mereka pun jatuh bergelimpangan. Tewas mengenaskan.

Abrahah tidak langsung mati saat terkena batu itu. Namun luka parah. Ketika dilarikan ke Yaman, kondisinya semakin melemah. Dan akhirnya tewas dengan dada terbelah dan jantungnya keluar.

2. Keluar cahaya saat kelahiran Nabi Muhammad

Peristiwa yang tak kalah ajaib adalah keluarnya cahaya saat kelahiran Nabi Muhammad. Cahaya itu keluar dan menerangi ke arah istana-istana di Syam.

Jika peristiwa gajah diabadikan Allah dalam Surat Al Fil, keluarnya cahaya ini diriwayatkan Ibnu Sa’ad dan Imam Ahmad.

Ibnu Sa’ad meriwayatkan bahwa Aminah ibunda Rasulullah berkata, “Setelah bayiku lahir, aku melihat ada cahaya yang keluar dari jalan lahirnya, menyinari istana-istana di Syam.”

Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Al Irbadh bin Sariyah dengan riwayat yang hampir sama.

Peristiwa ini memberikan isyarat bahwa kelak agama Islam yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan sampai ke Syam yang saat itu masih di bawah kekuasaan Romawi. Dan kita kemudian bisa melihat sejarah, Syam menjadi negeri muslim. Baitul Maqdis dibebaskan pada masa khalifah Umar bin Khattab. Bahkan Damaskus menjadi ibu kota khilafah Bani Umayyah. Dan hingga saat ini Suriah, Lebanon dan Palestina menjadi negeri-negeri muslim.

3. Runtuhnya 14 balkon istana Kisra

Runtuhnya 14 balkon istana Kisra saat kelahiran Nabi Muhammad ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi. Seakan memberi isyarat bahwa nantinya Persia akan jatuh.

Dan ternyata benar, Persia akhirnya jatuh. Peperangan terakhir yang kemudian disusul dengan jatuhnya Persia adalah perang qadisiyah.

4. Padamnya api yang biasa disembah majusi

Peristiwa besar lain yang mengiringi kelahiran Nabi Muhammad adalah padamnya api yang biasa disembah Majusi. Peristiwa ini juga diriwayatkan oleh Al Baihaqi. Seakan memberi isyarat bahwa nantinya banyak orang Majusi masuk Islam.

Di kemudian hari, banyak orang majusi masuk Islam. Salah satunya yang paling terkenal adalah Salman Al Farisi.

5. Runtuhnya gereja di Buhairah

Runtuhnya gereja di Buhairah setelah ambles ke tanah ini juga diriwayatkan Al Baihaqi sebagaimana dua peristiwa sebelumnya. Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri mencantumkannya di Ar Rakhiqul Makhtum. Namun riwayat ini diperselisihkan.

Berbeda dengan peristiwa pasukan gajah dan keluarnya cahaya saat kelahiran Nabi Muhammad, yang keduanya disepakati para ulama.

Demikian sejarah kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan peristiwa-peristiwa besar yang mengiringinya. Serta nasab beliau yang mulia. Semoga semakin menambah kecintaan kita kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

[Muchlisin BK/BersamaDakwah]