TADI malam Mat Kalor harus ke rumah sakit mengantarkan tetangga kamarnya yang mengalami migrain berat semenjak tiba di tanah suci. Saat di Indonesia, sepasang suami istri ini tak pernah mengalami migrain alias sakit kepala seberat ini. Sebagai orang desa, biasanya dengan minum obat bintang tujuh sakit kepala sudah beres. Migrain kali ini unik, tidak sembuh-sembuh.
Sepasang suami istri ini berembuk dengan Mat Kelor tentang hal ini. Dugaan mistik pun muncul, jangan-jangan selama di Indonesia sering membuat tetangga sakit kepala. Dugaan lainnya adalah masalah menu makanan, jangan-jangan makanan Arab tak cocok untuk tubuhnya. Mau ke dokter, dana terbatas karena sudah dihabiskan belanja oleh-oleh untuk anak cucu, kerabat dan tetangga. Mat Kelorlah yang kemudian menanggung biaya ke rumah sakit.
Walau tak berbekal bahasa Arab yang cukup selain SYUKRON dan HAMBALI, Mat Kelor nekat ke rumah sakit demi sahabat. Sahabat yang baik adalah yang mau menanggung derita sahabatnya, ujarnya. Setelah cek kesehatan lengkap, ternyata tak ditemukan kelainan apapun. Maka dugaan mistik kembali semakin menguat. Dalam perjalanan pulang dari rumah sakit, Mat Kelor usul untuk sowan ke Kiai yang kebetulan masih ada di Mekah. Kata Mat Kelor, kiai ini biasa melihat masalah dengan berbagai pendekatan.
Saat menghadap Sang Kiai, sepasang suami isteri itu sibuk menghubungi semua keluarganya di tanah air mengabarkan penyakitnya dan kekhawatirannya. Kelihatan dari cara menelponnya bahwa mereka itu masih baru punya hape. Suaranya agak nyaring setengah teriak-teriak karena lawan bicaranya jauh ada di Indonesia.
Cara mengetik keyboardnya pun masih kaku. Jam sudah menunjukkan jam 23.00 (sebelas malam). Kiai itu langsung berkata: “Tolong ya malam ini Hapenya titip ke saya. Ada syetannya di hape itu.” Langsung saja mereka taat dan menyerahkan hape itu. Lalu disuruh pulang, wudlu ‘ dan rebahan di kamarnya.
Barusan, Mat Kelor laporan bahwa mereka tidur nyenyak. Bahkan setelah subuh tidur lagi. Mat Kelor bertanya tentang syetan di hape itu. Kiai menjawab: “Juallah hape smartphone itu dan ganti dengan hape jadul yang biasa yang tak berinternet, maka dia akan rukun dan tidur nyenyak.” Mat Kelor tersenyum paham. Mat Kelor berterimakasih kepada kiai itu, “SYUKRON.” Kia menjawab: “HAMBALI.”
Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi