Ramadhan dalam bahasa arab berasal dari kata-kata “ ra-ma-dha” yang bermakna keadaan cuaca panas yang dapat membakar sesuatu (Ibnu Mandzur, Lisanul Arab/jilid 7/hal.160). Hal ini terbukti dengan pertanyaan istri Rasulullah, Aisyah kepada Rasulullah ﷺ: Ya Rasulullah, mengapa bulan diwajibkan berpuasa itu dinamakan dengan nama Ramadhan? Rasulullah ﷺ menjawab : Dinamakan bulan puasa itu dengan nama bulan Ramadhan sebab pada dengan puasa pada bulan Ramadhan itu, Allah Taala akan membakar dosa-dosa yang dilakukan oleh orang yang beriman, dan Allah pada bulan tersebut akan memberikan ampunan kepada mereka (Riwayat Asfahani dalam Tafsir Durarur Mansur, jilid 1, hal.335 ).
Oleh sebab itu bulan Ramadhan adalah bulan pembakaran atas segala sesuatu yang tidak baik, seperti pembakaran dosa, toksid badan dan lain sebagainya. Sahabat Nabi bernama Ibnu Umar juga menyatakan: Dinamakan Ramadhan sebab dosa-dosa akan terbakar dalam bulan tersebut.
- Puasa
Dari Abu Hurairsoftah, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).
Yang dimaksud berpuasa atas dasar iman yaitu berpuasa karena meyakini akan kewajiban puasa. Sedangkan yang dimaksud ihtisab adalah mengharap pahala dari Allah Ta’ala. (Lihat Fathul Bari, 4: 115). Al-Khattobi berkata, “Yang dimaksud ihtisab adalah terkait niat yaitu berpuasa dengan niat untuk mengharap balasan baik dari Allah. Jika seseorang berniat demikian, ia tidak akan merasa berat dan tidak akan merasa lama ketika menjalani puasa.”
Rasululah ﷺ bersabda;
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِكُلِّ شَيْءٍ زَكَاةٌ وَزَكَاةُ الْجَسَدِ الصَّوْمُ زَادَ مُحْرِزٌ فِي حَدِيثِهِ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصِّيَامُ نِصْفُ الصَّبْرِ
“Dari Abu Hurairsoftah ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda: “Setiap sesuatu itu ada zakatnya, dan zakatnya tubuh adalah berpuasa. ” Dalam hadisnya Muhriz menambahkan, Rasulullah ﷺ bersabda: “Puasa adalah setengah dari kesabaran. ” (Sunan Ibnu Majah).
Dalam hadis yang lain disebutkan bahwa “Puasa itu adalah benteng/perisai“.
الصِّيَامُ جُنَّةٌ
“Puasa adalah perisai.” (HR: Bukhari dan Muslim).
Dari hadis-hadis di atas, penulis melihat inilah konsep puasa bagi kehidupan, yaitu suatu sistem yang dapat membersihkan , memproteksi, dan menyehatkan kehidupan manusia. Itulah sebabnya penulis menyatakan Ramadhan adalah bengkel kehidupan, untuk membersihkan kekotoran ang terdapat dalam diri manusia, sekaligus sebuah proses untuk memperbaiki dan menyehatkan manusia, serta proses untuk memberikan ketahanan (proteksi ) diri manusia dalam menjalani dan menghadapi kehidupan.
Sistem Perawatan, pembersihan diri, proteksi dalam segala sesuatu yang dipakai, itu merupakan suatu kelaziman (sunatullah). Sebagai contoh, kalau kita membeli sebuah kendaraan, maka dalam buku panduan kendaraan pasti tertulis bahwa kendaraan tersebut dalam masa tertentu harus masuk bengkel untuk dilihat segala sesuatu yang berkaitan dengan kendaraan tersebut, apakah airsoft baterenya perlu diisi lagi, olinya diganti, mesinnya di tune-up, bannya apakah perlu diganti, remnya , dan lain sebagainya.
Semua adalah bagian dari sistem pemeliharaan kendaraan sehingga kendaraan dapat berjalan dengan baik sepanjang masa. Jika hal itu diperlukan bagi sebuah kendaraan, demikian juga bagi kehidupan manusia, dan semua makhluk yang hidup.
Ramadhan adalah bulan untuk memproses semua unsur yang ada diri manusia baik roh, akal, hati, jasad dan nafsu, agar semua komponen diri itu kembali suci, shat dan kuat. Proses itu dapat dilakukan dengan menghaati dan memahami proses bulan Ramadhan yang terdiri dari shalat tarawih, tadarus al-Quran, sahur di tengah malam, Imsak, menahan diri dari segala yang membatalkan puasa, dan iftar dengan makanan yang halal, baik, bergizi dan sehat di saat berbuka puasa.
- Shalat Tarawih
Jika kita memasuki bulan Ramadhan, maka yang pertama kita lakukan adalah shalat tarawih. Shalat tarawih jika kita umpamakan dengan kendaraan adalah untuk mengisi airsoft bateri agar baterai tetap kuat dan dalam kondisi yang baik.
Manusia mempunyai jiwa dan ruh. Jiwa dan ruh manusia adalah bagaikan sebuah baterai. Jika baterai perlu diisi ulang, sehingga kuat untuk menjalankan tugasnya sebagai bahan penggerak, demikian juga dengan jiwa dan ruh manusia.
Pengisian ruh adalah dengan shalat, itulah sebabnya Rasulullah ﷺ jika akan shalat berkata kepada Bilal bin Rabah. Hadits Abu Qatadah;
إِنَّ الهَ قَبَضَ أَرْوَاحَكُمْ حِينَ شَاءَ وَرَدَّهَا عَلَيْكُمْ حِينَ شَاءَ يَا بِلاَلُ قُمْ فَأَذِّنْ بِالنَّاسِ بِالصَّلاَةِ “Sesungguhnya Allah mencabut ruh-ruh kalian kapan (Dia) suka, dan mengembalikannya kapan (Dia) suka. Wahai, Bilal! Bangun dan beradzanlah untuk shalat.” (HR: Al-Bukhari)
Dalam hadis yang lain, Rasulullah ﷺ bersabda:
جعلت قرة عينى فى الصلاة
“Dijadikan Penghibur hatiku, adalah shalat.“( Riwayat Tirmidzi ).
Shalat adalah sesuatu yang dapat menghibur diri dan jiwa. Berarti shalat adalah pengisian jiwa dan ruh agar tetap kuat.
Ramadhan bermula dengan malam hari, dan kegiatan pertama yang dilakukan di malam hari dalam bulan Ramadhan adalah melaksanakan shalat tarawih. Shalat Tarawih secara bahasa adalah shalat yang dapat memberikan ketenangan dalam hati, sebab kata-kata “tarawih” adalah jamak dari kata-kata “rawaha“ yang bermakna “lawan kata dari kepenatan“. (Ibnu Mandzur, Lisanul Arab, jilid 2. Hal.161 ).
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tarawih adalah sesuatu yang menyenangkan. Jika kita perhatikan bahwa perbuatan yang dilakukan di awal Ramadhan di malam Ramadhan pertama adalah shalat tarawih yang bertujuan untuk meperbaiki, menyucikan dan menguatkan ruh dan jiwa manusia.
Dengan melakukan shalat tarawih baik itu delapan atau dua puluh rakaat, maka ruh dan jiwa kita akan kuat, sehat dan suci, dan hal ini dapat terjadi jika kita dapat menikmati shalat dan menjadikan shalat sebagai penghibur hati dan jiwa.
Kita tidak perlu bertengkar tentang bilangan rakaat, karena dalam ibadah shalat biasanya ada bilangan minimal dan maksimal. Jika dalam shalat dzuha minimal dua rakaat, maksimal delapan rakaat, dalam shalat witir minimal satu rakaat dan maksimal sebelas rakaat, tergantung kepada kemampuan dan keinginan kita untuk melaksanakannya, demikian juga dengan shalat tarawih, minimal delapan rakaat dan boleh juga duapuluh rakaat.
Malahan dalam sejarah Islam tercatat bahwa masyarakat Madinah pernah melakukan shalat tarawih dengan tiga puluh enam rakaat, dan umat Islam dalam masa kepemimpinan Umar Abdul Aziz melaksanakan shalat tarawih dengan empat puluh satu rakaat. (Syaukani, Nailul Authar, jilid 3,hal.53).
- Tadarus Al-Quran
Kegiatan kedua dalam bulan Ramadhan adalah tadarus al-Quran, sebab sejarah mencatat bahwa nabi Muhammad melakukan tadarus al-Quran bersama malaikat jibril setiap setiap malam sepanjang bulan Ramadhan. Tadarus berasal dari kata-kata bahasa arab “ta- daa-ra-sa” yang bermakna mempelajari sesuatu secara bersama-sama.
Tadarus al-Quran bermakna suatu kegiatan untuk membca dan mempelajari al-Quran secara bersama-sama. Tadarus al-Quran di malam Ramadhan dilakukan sampai khatam sehingga dengan tadarus tersebut timbul kecintaan kepada membaca dan mempelajari al-Quran yang merupakan petunjuk untuk kebahagiaan hidup.
Dengan membaca ayat-ayat al-Quran berarti kita sedang membaca kembali petunjuk Tuhan dalam kehidupan sehingga petunjuk tersebut dapat kita pahami dengan baik sehingga pikiran ang tidak sesuai dengan petunjuk yang ada dalam pikiran mansuia dapat terhapus dan digantikan dengan pikiran yang bersumber dari ayat-ayat al-Quran.
Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa kegiatan tadarus al-Quran dimaksudkan untuk memperbaiki pikiran manusia. Manusia menjalani kegiatan hidup dengan memakai akal dan pikiran, kadang kala dengan masuknya informasi media ke dalam pikiran manusia, sehingga dapat membuat pikiran memutuskan sesuatu perkara yang tidak sesua dengan pedoman al-Quran.
Oleh sebab itu diperlukan suatu kegiatan yang dapat mensucikan kembali pikiran yang tidak baik seperti pikiran yang condong kepada dunia sehingga melupakan ajaran Tuhan dan lain sebagainya.
Dalam sebuah hadis Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ هذَهِ الْقُلُوْبَ تَصْدَأُ كَمَا يَصْدَأُ الْحَدِيْدُ قِيْلَ فَمَا جَلاَؤُهَا يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ تِلاَوَةُ الْقُرْآنِ
“Sesungguhnya hati ini berkarat sebagaimana berkaratnya besi. Ditanyakan, ‘Apa pembersihnya wahai Rasulallah?’ Rasul menjawab, ‘Membaca al-Quran’.” (HR: al-Qadlā’iy).
Sebagaimana dalam shalat sunat tarawih ada batas minimal, demikian juga dalam membaca Al-Quran, maka untuk membersihkan hati diperlukan bacaan al-Quran walaupun dilakukan dengan membaca tanpa mengetahui makna. Kegiatan membaca ayat al-Quran ini disebut dengan Tilawah. Bacaan Tilawah ditingkatkan kepada membaca dengan mencari makna, yang disebut dengan Qira’ah.
Tadarus al-Quran adalah membaca, dan mempelajari ayat-ayat yang terkandung dalam al-Quran. Jika dengan membaca saja sudah dapat membersihkan karatnya hati, maka dengan tadarus atau tadabur al-Quran kita dapat memasukkan informasi, pesan dari ayat-ayat al-Quran ke dalam otak kanan kita, sebagaimana kita mempelajari suatu ilmu pengetahuan.
Tujuan tadarus al-Quran adalah memasukkan kembali pedoman hidup, informasi al-Quran ke dalam memori otak kita, sehingga dengan tadarus berarti membuang informasi yang salah tentang kehidupan seperti cara berpikir kapitalis, sekular, dan lain sebagainya, menjadi cara berpikir al-Quran. Jika dalam berpikir sekular kita melihat bahwa dunia ini adalah kesenangan, maka berpikir al-Quran kita akan melihat bahwa dunia ini adalah ujian, dan meyakinikehidupan yang utama adalah kehidupan akhirat nanti. Dengan tadarus berarti kita sedang memproses diri kita memiliki pikiran yang Qurani, berpikir sesuai dengan petunjuk al-Quran.
- Sahur
Setelah tadarus, maka kegatan selanjutnya dalam Ramadhan adalah sahur. Sahur secara bahasa dari kata-kata “sa-ha-ra” yang bermakna waktu di akhir malam (Ibnu Mandzur, Lisanul Arab, jlid 4, hal. 350). Makan sahur adalah makan di akhir malam, sebgai proses penjagaan diri daripada keadaan lapar pada esok hari. Manusia berjaga di waktu akhir malam juga diharapkan untuk melakukan shalat tahajud, bermunajat kepada Allah, dan memohon ampun kepadaNya, sebab dalam sebuah hadis, nabi bersabda,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
”Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ’Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni.” (HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 1808)
Dalam al-Quran juga dinyatakan bahwa diantara sifat orang beriman adalah “melakukan istighfar di waktu Sahur.“ (QS: Ali Iman: 17 / QS. Ad Dzariyat : 18 ).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam waktu Sahur tersebut seorang muslim dapat melakukan shalat tahajud, dzikir dan istighfar. Serta berdoa dan munajat yang kita panjatkan kepada Allah, sebab waktu sahur adalah waktu yang sangat baik untuk mengingat dan bermunajat kepadaNya.
Di waktu sahur, dengan tahajud dan munajat, seakan-akan manusia melaporkan rencana kerjayang akan dilakukan pada esok hari, maka mansuia perlu meminta persetujuanNya, rahmatNya, pertolongan dan perlindungan Allah. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa kegiatan di waktu sahur sahur adalah suatu kegiatan yang dilakuan untuk menguatkan hati dan keyakinan kepada Allah, serta proses penjagaan diri dalam menghadapi cabaran dan tantangan hidup di esok hari, sebagaimana makan sahur merupakan proses menguatkan jasad untuk menjalankan kewajiban bekerja di esok hari.* */Dr, Muhammad Arifin Ismail, dai, tinggal di Malaysia >>> (Bersambung)
HIDAYATULLAH