Kopi dan Inspirasi Kehidupan

ADA pujangga Arab penyuka kopi yang bersastra di tegukan terakhir secangkir kopi pagi yang dihidangkan isterinya. Dengan tersenyum, endapan kopi yang pahit dan hitam itu menjelma menjadi inspirasi kehidupan yang dahsyat.

Dia berkata, “Di sana ada akhir yang pahit bagai kopi, namun membuatmu terjaga dan menjadi lebih hati-hati.”

Kopi. Ya, kopi. Ada yang tak suka kopi. Itu adalah bagian hak asasi yang dilindungi undang-undang. Jangan diprotes apalagi dihina sebagai tak berselera tinggi. Saya saat ini mulai menyenangi kopi, saat saudara baru saya menjelaskan jenis-jenis kopi, manfaat dan filsafatnya. Abah Haji Saimi adalah nama saudara baru saya ini.

Ingin sekali saya berbisnis kopi mengikuti jejaknya, namun langsung dihalanginya dengan berkata: “Jangan, itu bukan jalan kiai. Ada bisnis lain yang cocok untuk Anda.” Saya tunggu petuah bisnisnya, namun hingga kini kalimat halangan itu belum berlanjut menjadi fatwa.

Saya ingin terus bekerja dan berusaha karena saya tak ingin pesantren saya menjadi beban bagi santri dan wali santri. Saya ingin pesantren saya menjadi tempat menempa jiwa berwirausaha para santri, karena Rasulullah juga mengajarkan umatnya bekerja dan mendapatkan keberkahan dari pekerjaan itu. Salah satu tanda keberkahan kerja adalah semakin mendekatnya kerja dan hasil kerja kita kepada Allah.

Saat ini, saya dengan kopi. Dengan tersenyum ikhlas saya berdoa, semoga keberkahan selalu ada dalam hidup kita. Salam kopi, pahit tapi menyegarkan.

 

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK