Kemenag Minta Masyarakat tak Tergiur Tawaran Haji Non Kuota

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Nizar Ali mengingatkan, masyarakat untuk tidak tergiur dengan tawaran berangkat haji melalui jalur non kuota atau furoda. Apalagi, persiapan penyelenggaraan ibadah haji 1439H/2018M belum dimulai.

Namun viral di media sosial, selebaran, bahkan reklame tentang tawaran dari travel terkait keberangkatan haji melalui jalur non kuota. Tawaran itu menjanjikan “daftar sekarang berangkat tahun ini”. Untuk meyakinkan masyarakat, tawaran itu mencantumkan lambang asosiasi dan Kementerian Agama.

“Masyarakat agar tidak tergiur, meski banyak iming-iming yang dijanjikan. Itu berpotensi adanya penipuan,” kata Nizar Ali usai melantik pejabat Eselon III dan IV Ditjen PHU di Jakarta, Jumat (17/11).

Menurut Nizar, Kemenag tidak tahu menahu dengan adanya jemaah haji yang disebut dengan furoda itu. Kemenag hanya mengurus dan bertanggung jawab kepada jemaah haji reguler dan khusus yang resmi menggunakan kuota nasional.

“Di luar itu, terhadap porsi jamaah haji non kuota yang diperjualbelikan, Kemenag sama sekali melarangnya,” tegasnya.

Senada dengan itu, Sesditjen PHU yang juga Plt Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Muhajirin Yanis menegaskan, bahwa tidak ada kepastian berangkat bagi jemaah yang mendaftar melalui jalur non kuota. Untuk itu, jemaah agar waspada dan tidak mudah tergiur dengan tawaran yang diberikan.

“Sebaiknya, jemaah mendaftar melalui jalur resmi, apakah melalui jalur reguler atau jalur haji khusus,” tuturnya.

Ketua Umum Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (Himpuh) Baluki Ahmad menilai ada kekeliruan dalam penyampaian program haji furoda. Baluki meminta kepada seluruh jajaran anggota Himpuh, baik penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) maupun umrah (PPIU) untuk tidak pelanggaran atas aturan yang sudah digariskan Kementerian Agama.

“(Patuhi aturan Kemenag) sehingga tidak lagi terjadi adanya iklan-iklan penawaran yang dikategorikan pelanggaran,” tandasnya.

 

REPUBLIKA

Berjumpa Calon Haji Furoda

Seorang pria mengenakan ihram diantar petugas masuk ke Kantor Daerah Kerja Makkah, Syisyah, Makkah, Arab Saudi, Senin (21/9) malam sekitar pukul 23.00 waktu Arab Saudi (WAS).

Dia terlihat mengenakan tas selempang berwarna hijau dengan pinggiran oranye. Di tas itu tertulis, Umrah dan Haji Khusus Al Arafa Al Hukama.

Jamaah asal Indonesia itu tersasar setelah melakukan umrah di Masjidil Haram, Senin (21/9) malam. Namun, pria itu tidak mengenakan gelang identitas selayaknya jamaah haji Indonesia. Jamaah haji Indonesia mengenakan gelang tembaga yang memuat keterangan nama, nomor paspor, dan nomor kelompok terbang.

“Saya masuk dengan visa umal (visa kerja). Bukan visa haji,” ujar pria bernama Bonari Hasanuddin (54 tahun) ketika ditanya petugas di Kantor Daker Makkah, Selasa dini hari.

Tidak adanya gelang identitas dan penggunaan visa umal menunjukkan Bonari adalah jamaah furoda atau jamaah haji non-kuota. Dia menyerahkan kepada travel mengenai pengurusan masuk ke Tanah Haram pada musim haji.

“Saya ikut saja sama travel,” kata dia.

Bonari nekat berangkat tanpa visa haji setelah mengeluarkan biaya Rp 112 juta untuk dia beserta istrinya. Namun, istrinya gagal berangkat karena tidak mendapatkan visa. Kendati demikian, travel Al Arafa Al Hukama tidak mengembalikan sisa uang.

Bonari juga mengaku tidak mendapatkan living cost atau biaya hidup selama berada di Makkah oleh agen travelnya. Kendati demikian, dia tidak mempermasalahkan karena telah menunggu berhaji selama tiga tahun.

Bonari menjelaskan perjalanannya ke Makkah. Dari Kediri, daerah asalnya, dia naik bus ke Semarang, Jawa Tengah. Dia melanjutkan perjalanan dengan pesawat terbang dari Semarang menuju Jakarta. Selanjutnya, dia terbang ke Jeddah bersama 16 jamaah haji furoda lainnya.

Tiba di Makkah, dia tinggal di pemondokan yang terletak tiga kilometer dari Masjidil Haram. Namun, dia tidak ingat nama lokasi dan penginapannya. Dia hanya ingat harus berbagi kamar dengan lima kawannya. Dia juga hanya tidur di kasur yang  dihamparkan di karpet.

Pada Senin malam, dia melakukan umrah yang kedua dengan tiga kawannya. Setelah melaksankaan sa’i, dia langsung bercukur. Dia masih bisa melihat tiga kawannya berjalan di belakang.

“Saya di depan. Kawan di belakang. Pas nengok belakang terus hilang, nggak ada. Saya cari bingung. Tengok terminal tak ada,” kata dia.

Petugas yang menemukan Bonari mengantarkannya ke Kantor Daker. Kepala Seksi Perlindungan Jamaah Daker Makkah Letnan Kolonel Jaetul Muchlis Basyir langsung mengorek keterangan dari Bonari.

Namun, Bonari tidak mengingat nomor kontak yang dapat dihubungi selama di Makkah. Setelah dua jam, petugas Daker Makkah berhasil mengkontak orang yang dapat menghubungkan dengan perwakilan di Makkah.

Berselang dua jam atau sekitar Pukul 03.00 WAS, tiga orang dari biro tak berizin itu menjemput Bonari. Seorang di antaranya bernama Rojali. Kepada Muchlis, Rojali mengaku membawa 36 orang jemaah furoda untuk berhaji pada tahun ini.

Selanjutnya, Muchlis meminta kepada Rojali agar memperhatikan hak jamaah yang dibawanya. “Jangan sampai ditelantarkan. Berikan hak-haknya. Bapak ini sudah bayar mahal untuk bisa ke sini. Tolong dijaga baik-baik ya,” kata dia.

Wajah Bonari langsung berubah setelah bertemu kawan-kawannya yang juga jamaah haji furoda. Setelah pamit, dia pergi sambil membawa pulang makanan cepat saji Al Baik yang disediakan oleh petugas haji.

 

sumber: Republika Online