Kiat-Kiat agar Doa Dikabulkan (Bag. 7)

Baca pembahasan sebelumnya Kiat-Kiat agar Doa Dikabulkan (Bag. 6)

Kiat Kesebelas : Bertawasul dengan Nama dan Sifat Allah serta Tauhid kepada-Nya

Tawasul kepada Allah dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya merupakan wasilah yang penting agar doa bisa dikabulkan. Allah Ta’ala memerintahkan untuk melakukan hal ini melalui firman-Nya,

وَلِلّهِ الأَسْمَاء الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

“ Hanya milik Allah al-asma’ul husna. Maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut al-asma’ul husna tersebut. “ (Al-A’raf :180)

Oleh karena itu,, mayoritas doa  Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan juga para nabi sebelumnya memuat di dalamnya tawasul kepada Allah dengan nama dan sifat-Nya. Doa yang dipanjatkan mengandung nama dan sifat Allah yang sesuai dengan permintaannya. Seperti doa Nabi Syu’aib ‘alaihis salam,

رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ

“ Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya. “ (Al-A’raf : 89)

Begitu juga dalam doa Nabi Isa ‘alaihis salam,

وَارْزُقْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

Beri rezekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezeki Yang Paling Utama. ” (Al-Maidah : 114)

Nabi pernah mengajarkan doa kepada Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu,

اللَّهُمَّ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى ظُلْمًا كَثِيرًا وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ ، فَاغْفِرْ لِى مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ ، وَارْحَمْنِى إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“ Ya Allah, sungguh aku telah menzalimi diriku sendiri dengan kezaliman yang banyak, sedangkan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka itu ampunilah aku dengan suatu pengampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) ‘.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri juga mengajarkan kepada umatnya untuk bertawasul kepada Allah dengan kandungan al-asma’ul husna. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallambersabda,

مَا قَالَ عَبْدٌ قَطُّ إِذَا أَصَابَهُ هَمٌّ وَحَزَنٌ

“ Tidak ada seorang pun yang sedang dilanda kegundahan dan kesedihan, lalu mengucapkan doa ini,

اللهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجِلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي

”Ya Allah , sesungguhnya diri ini adalah hamba-Mu, anak dari hamba laki-laki Mu, dan anak dari hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku berada dalam genggaman-Mu, hukum-Mu telah berjalan, dan keputusan-Mu merupakan keputusan yang adil, Aku memohon dengan seluruh nama-nama-Mu, yang Engkau namai diri-Mu, atau nama yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau telah Engkau ajarkan kepada seseorang dari hamba-Mu, atau nama yang masih engkau simpan disisi-Mu, jadikan Al-Qur’an sebagi penentram jiwaku, cahaya hatiku, pelenyap duka dan lara ku.”

إِلَّا أَذْهَبَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ هَمَّهُ، وَأَبْدَلَهُ مَكَانَ حُزْنِهِ فَرَحًا

“Tidaklah seseorang mengucapkan doa tersebut, melainkan Allāh akan hilangkan kesedihannya, dan akan jadikan kebahagiaan untuknya.”

Para sahabat berkata,

يَا رَسُولَ اللهِ يَنْبَغِي لَنَا أَنْ نَتَعَلَّمَ هَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ

“Wahai Rasulullah, seharusnya kita mempelajari dan menghafal doa tersebut”

Beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

أَجَلْ، يَنْبَغِي لِمَنْ سَمِعَهُنَّ أَنْ يَتَعَلَّمَهُنَّ

“Betul sekali, hendaknya seorang yang mendengar doa ini untuk mempelajarinya. “ (H.R Imam Ahmad, sahih)

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan yang dimaksud bertawasul dengan tauhid adalah disyariatkan dan dianjurkan untuk bertawasul dengan wasilah tauhid yang agung ini, yaitu dengan tauhid dan keimanan kepada Allah. Ini merupakan salah satu bentuk tawasul yang paling agung dan mulia. Di antara yang mempertegas tentang tawasul ini adalah apa yang Allah sebutkan tentang doanya orang beriman,

رَّبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِياً يُنَادِي لِلإِيمَانِ أَنْ آمِنُواْ بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الأبْرَارِ

“ Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu), ‘Berimanlah kamu kepada Tuhanmu!’, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.“ (Ali Imran : 193)

Oleh karena itu, ketika Nabi mendengar ada orang yang berdoa,

اللهمّ إنِّي أسألك بأنِّي أشهد أنَّك أنت الله لا إله إلا أنت الأحد الصمد الذي لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفواً أحد

“Ya Allah, sesungguhnya saya memohon kepada-Mu, dengan saya bersaksi bahwa Engkau adalah Yang Berhak diibadahi, tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau, Yang Maha Esa lagi Maha Sempurna Sifat-Nya, tidak melahirkan dan tidak dilahirkan, serta tidak ada satupun yang setara dengan-Nya”.

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,

لقد سألت الله بالاسم الأعظم الذي إذا سئل به أعطى و إذا دُعي به أجاب

“ Sungguh Anda telah memohon kepada Allah dengan nama-Nya yang teragung yang apabila Dia dimintai dengan (menyebut) nama-Nya tersebut, Dia akan memberinya, serta apabila Dia dimohon dengan (menyebut) nama-Nya tersebut, Dia akan mengabulkannya.”  (H.R Abu Dawud, sahih)

Kiat Keduabelas : Berdoa Diiringi dengan Sedekah

Sedekah adalah perkara yang agung. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam besabda,

صَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِىءُ غَضَبَ الرَّبِّ

“ Sedekah secara sembunyi meredamkan amarah Allah.” (H.R Ath-Thabrani, sahih)

Tidak diragukan lagi bahwa hilangnya murka Allah pada hamba merupakan sebab terkabulnya doa dan dikabulkan permintaan.

Demikian juga dengan amal saleh yang lainnya yang disyariatkan bagi orang mukmin untuk bertawasul kepaada Allah dengan amal saleh tersebut.

Kiat Ketigabelas : Memilih Doa dengan Doa Mustajab yang Diajarkan Nabi

Setiap muslim apabila memilih doa yang disebutkan oleh Nabi, kemudian berdoa dengan doa tersebut disertai kejujuran dan merasa butuh kepada Allah, maka insyaallah doanya tidak akan sia-sia.

Contohnya adalah doanya Nabi Yunus. Hal ini pernah disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,  “Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah

 لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ.

‘Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya.’

فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِى شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ

“Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah melainkan Allah kabulkan baginya.” (HR. Tirmidzi, sahih)

Dari Anas, ia pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mendengar ada seseorang yang berdoa,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ يَا حَىُّ يَا قَيُّومُ.

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu karena segala puji hanya untuk-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau, Yang Banyak Memberi Karunia, Yang Menciptakan langit dan bumi, Wahai Allah yang Maha Mulia dan Penuh Kemuliaan, Ya Hayyu Ya Qayyum . “

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh ia telah berdoa pada Allah dengan nama yang agung di mana siapa yang berdoa dengan nama tersebut, maka akan diijabahi. Dan jika diminta dengan nama tersebut, maka Allah akan beri.” (HR. Abu Dawud , sahih).

Penutup

Demikianlah sejumlah kaidah atau ketentuan dan adab penting dalam berdoa yang dipaparkan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah. Hendaknya setiap muslim bersungguh-sungguh untuk berupaya di dalam doanya, karena sesungguhnya tatkala terkumpul di dalamnya banyak sebab terkabulnya doa maka hal ini kan membuahkan hasil sebagaimana disebutkan oleh Imam Ibnul Qayyim dalam ungkapan beliau,

فان هذا الدعاء لا يكاد يردّ أبدا

“ Sesungguhnya doa yang dilakukan seperti ini hampir-hampir tidak akan pernah tertolak. “

Ya Allah, perbaikilah agama kami yang menjadi pokok pegangan urusan kami, perbaikilah urusan dunia kami yang menjadi tempat kehidupan kami, perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kami kembali. Jadikanlah kehidupan kami mempunyai nilai tambah bagi kami dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematian kami sebagai kebebasan dari segala keburukan.

Allahu Ta’ala A’lam. Wa shallallahu ‘ala Nabiiyina Muhammad wa ‘ala Alihi wa shahbihi ajma’iin.

– Selesai –

Sumber : Al-Du’ā’ alladzī Lā Yurod  karya  Syekh Prof. Dr. ‘Aburrazzaq bin ‘Abdil Muhsin al-Badr hafidzahullah yang diunduh dari : https://www.al-badr.net/ebook/192

Penulis: dr. Adika Mianoki, Sp.S

Sumber: https://muslim.or.id/68045-kiat-kiat-agar-doa-dikabulkan-bag-7.html

Kiat-Kiat agar Doa Dikabulkan (Bag. 6)

Kiat Kesembilan: Serius dan Mengulang-ulang dalam Berdoa Serta Tidak Tergesa-gesa Ingin Dikabulkan

Dari Abu Hurairah , bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يُعَجِّلْ يَقُوْلُ: دَعَـوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِيْ

“ Doa seseorang di antara kalian akan dikabulkan selama dia tidak tergesa-gesa sehingga  mengucapkan: “Aku telah berdoa, namun doaku belum terkabulkan.” (HR. Bukhari)

Di antara adab doa yang agung adalah memohon dengan serius, mengulang-ulang bacaan doa, terus-menerus berdoa, serta mencari waktu yang utama untuk berdoa.  Barangsiapa yang terus menerus mengetuk pintu-pintu doa akan semakin dekat kemungkinan dibuka pintu untuknya.

Barangsiapa merenungkan doa ulil albaab yang Allah sebutkan di akhir surat Ali Imran tentang bagaimana mereka mengulangi ucapan “Rabbanaa” sebanyak lima kali dalam doa mereka, maka akhirnya  Allah sebutkan di akhir surat  :

فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ

“ Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya  “  (Ali Imran : 195)

Hendaknya seorang hamba tidak tergesa-gesa ingin dikabulkan doanya, karena sikap tergesa-gesa adalah  di antara hal merusak yang  merupakan penghalang terkabulnya doa. Sesungguhnya sikap tergesa-gesa akan memperlambat pengkabulan doa. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menekankan dalam perkataan beliau :

و الحّ عليه في المسألة, و تملّقه

“ Bersikap serius dalam meminta, dan penuh adab dalam berdoa

Yang dimaksud adalah bersikap tamalluq adalah pelan dan lemah lembut dalam meminta. Beliau rahimahullah mengisyaratkan dengan hal ini bahwasanya berdoa hendaknya pelan-pelan, penuh adab, dan menampakkan rasa butuh kepada Allah Rabbul’ aalamin.

Kiat Kesepuluh: Berdoa Disertai dengan Penuh Harap dan Takut

Menggabungkan antara raghbah (rasa harap) dan rahbah (rasa cemas/takut) merupakan perkara penting untuk mendapat keberhasilan dalam berdoa dan ibadah yang lainnya. Seorang mukmin seyogyanya dalam ibadahnya menggabungkan antara harap dan takut. Ketika Allah menyebutkan kisah para nabi dalam surat Al Anbiya’ dan bagaimana mereka selamat dari berbagai kesulitan dan ujian, di akhir ayat Allah menyebutkan :

فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَباً وَرَهَباً وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

“ Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.  “ (Al Anbiya’:90)

Mereka menggabungkan dalam doa mereka antara takut dan harap. Raghbah adalah berharap dengan apa yang ada di sisi Allah, maka orang yang berdoa meminta kepada Rabbnya dalam keadaan berharap dengan keutamaan dan nikmat dari_nya. Adapun rahbah adalah rasa takut dari azab-Nya dan pedihnya hukuman dari-Nya.

Di antara sifat orang mukmin yang sempurna adalah :

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ

“ Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut. “ (Al Mukminun : 60)

Mereka bersungguh-sungguh dalam ibadah berharap pahala dari Rabbul ‘alamin, namun hati mereka disertai kekhawatiran tidak diterimanya amal-amal mereka. Mereka senantiasa menggabungkan dalam ibadah mereka  antara raghbah dan rahbah.

Contoh lain adalah doa Nabi Ibrahim khalilur rahman ketika Allah memerintahkan beliau untuk membangun Baitullah al Haraam, maka beliau berdoa :

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.“ (Al Baqarah :127)

Beliau adalah termasuk rasul ‘ulul azmi yang juga merupakan kekasih Allah yang dijuluki khalilur rahman. Beliau pula lah yang melakukan amalan yang paling mulia yaitu membangun dan memakmurkan Baitullah. Meskipun begitu, beliau masih tetap berdoa kepada Allah dengan berharap Allah menerima darinya amal tersebut.

Oleh karena itu Wuhaib bin Ward rahimahullah tatkala membaca ayat ini beliau menangis seraya berkata :

يا خليل الرحمٰن ترفع قوائم بيت الرحمٰن وأنت مُشفق أن لا يتقبّل منك

“ Wahai khalilur rahman, engkau membangun baitur rahman, namun engkau sangat khawatir Allah tidak menerima amalmu 

Insyaallah bersambung dengan penjelasan kiat-kiat lainnya agar doa dikabulkan. Semoga bermanfaat.

[Bersambung]

***

Sumber : Ad Duaa alladzii Laa Yurod  karya  Syaikh Prof. Dr. ‘Aburrazzaq bin ‘Abdil Muhsin al Badr hafidzahullah yang diunduh dari : https://www.al-badr.net/ebook/192

Penulis: dr. Adika Mianoki, Sp.S

Sumber: https://muslim.or.id/67535-kiat-kiat-agar-doa-dikabulkan-bag-6.html

Kiat-Kiat agar Doa Dikabulkan (Bag. 5)

Kiat Keenam: Mengangkat Tangan ketika Berdoa

Diriwayatkan dari sahabat Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِىٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِى مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا

“ Sesungguhnya Rabb-mu (Allah) Ta’ala adalah Maha Pemalu lagi Maha Mulia. Dia malu terhadap hamba-Nya (yang berdoa dengan) mengangkat kedua tangannya kepada-Nya kemudian Dia menolaknya dalam keadaan hampa” (H.R Abu Dawud, shahih)

Allah Yang Maha Kaya malu kepada hamba-Nya apabila ada hamba yang menengadahkan tangan kepada Allah kemudian tidak mendapatkan apa-apa.   Hal ini karena keadaan mengangkat kedua tangan -yakni menghadapkan punggung telapak tangan ke atas atau ke arah kiblat- merupakan kondisi yang menunjukkan sangat fakir, rendah, dan hina, serta tampak sekali menunjukkan sangat membutuhkan sehingga ini merupakan sebab terkabulnya doa di sisi Allah.

Hadis-hadis yang menunjukkan bahwa Nabi mengangkat tangan ketika berdoa sangatlah banyak. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersungguh-sungguh mengangkat kedua tangan beliau dalam kondisi sulit dan genting. Hal ini di antaranya beliau lakukan saat perang Badar. Ketika Nabi melihat banyaknya jumlah pasukan kaum musyrikin dibandingkan kaum muslimin, beliau pun kemudian menghadap kiblat serta menjulurkan kedua tangan beliau ke atas seraya berdoa. Hal ini diceritakan oleh ‘Umar bin Khattab. Beliau mengatakan,

 فَما زَالَ يَهْتِفُ برَبِّهِ، مَادًّا يَدَيْهِ مُسْتَقْبِلَ القِبْلَةِ، حتَّى سَقَطَ رِدَاؤُهُ عن مَنْكِبَيْهِ

“ Beliau terus memohon kepada Allah disertai mengangkat kedua tangannya menghadap kiblat, sampai-sampai sorban beliau terjatuh dari pundaknya. “ (H.R Muslim)

Demikian pula ketika terjadi kekeringan, beliau berdoa di atas mimbar saat salat istisqa’. Anas bin Malik rahimahullah mengkisahkan,

 أنه رفع يديه حتى رأيت بياض إبطيه

“ Rasulullah berdoa kemudian beliau mengangkat kedua tangannya sampai saya melihat putih kedua ketiak beliau. ” (H.R Bukhari)

Kiat Ketujuh: Memulai dengan Memuji Allah dan Mengucapkan Selawat sebelum Berdoa

Diriwayatkan dari Fadholah bin ‘Ubaid radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “ Rasulullah mendengar salah seorang berdoa saat salat tanpa disertai dengan memuji Allah dan berselawat kepada Nabi. Maka Nabi memperingatkan orang tersebut agar jangan terburu-buru dalam berdoa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanggil orang tersebut dan bersabda kepadanya,

إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ، فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيْدِ اللهِ تَعَالَى وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ، ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ثُمَّ يَدْعُو بِمَا شَاءَ.

” Apabila salah seorang dari kalian berdoa, maka hendaknya dia memulai dengan tahmid dan pujian kepada Allah, kemudian berselawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian berdoa dengan apa yang dikehendakinya.” (H.R Abu Dawud, shahih)

Sikap yang lebih sempurna bagi seorang muslim apabila berdoa hendaknya memulai doanya dengan memuji dan menyanjung Allah, kemudian berselawat kepada Nabi, setelah itu baru dilanjutkan berdoa dan meminta kepada Allah sesuai apa yang diinginkan.

Kiat Kedelapan: Taubat dan Istigfar ketika Berdoa 

Sesungguhnya dosa-dosa merupakan penghalang yang nyata untuk terkabulnya doa, sebagaimana hal ini diterangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ، يَا رَبِّ، يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ؟

Ada seorang lelaki yang telah menempuh perjalanan panjang, sehingga rambutnya kusut dan berdebu. Ia menengadahkan tangannya ke langit dan berkata: ‘Wahai Rabb-ku.. Wahai Rabb-ku..’ Namun makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia diberi makan dari yang haram. Bagaimana mungkin doanya dikabulkan? ” (HR. Muslim)

Orang ini telah terkumpul pada dirinya sebab-sebab terkabulnya doa. Dia berdoa dalam keadaan safar serta juga  mengangkat kedua tangannya ke langit ketika berdoa.

Akan tetapi, dia tidak menjaga dari perkara haram. Pakaian, minuman, dan makanannya berasal dari yang haram. Ini semua merupakan penghalang terkabulnya doa.

Salah seorang ulama saleh terdahulu berkata,

لا تستبطئ الإجابة وقد سددت طريقها بالذنوب

“ Janganlah engkau menganggap Allah terlambat mengabulkan doamu, karena sungguh engkau telah menutupi jalan terkabulnya doa dengan dosa-dosamu.”

Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertaubat kepada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali dan juga memotivasi umatnya untuk melakukannya. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

يا أيها الناس، توبوا إلي الله واستغفروه ، فإني أتوب في اليوم مائة مرة

” Wahai sekalian manusia, bertaubat dan minta ampunlah (istigfar) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sesungguhnya aku meminta ampun kepada Allah seratus kali setiap hari.” (HR. Muslim)

Maka hendaknya setiap mukmin menasihati dirinya untuk memperbanyak istigfar dan taubat dengan mengakui perbuaan dosanya, menyesal sudah melakukannya, dan bertekad kuat untuk tidak mengulanginya lagi. Terlebih lagi ketika berdoa, karena itu merupakan sebab Allah terima taubatnya dan dikabulkan doa serta dipenuhi permintaanya oleh Allah.

Insyaallah bersambung dengan penjelasan kiat-kiat lainnya agar doa dikabulkan. Semoga bermanfaat.

Sumber : Ad-Du’aa alladzii Laa Yurod  karya  Syekh Prof. Dr. ‘Aburrazzaq bin ‘Abdil Muhsin al-Badr hafidzahullah yang diunduh dari https://www.al-badr.net/ebook/192

Penyusun : Adika Mianoki

Sumber: https://muslim.or.id/67273-kiat-kiat-agar-doa-dikabulkan-bag-5.html

Kiat-Kiat agar Doa Dikabulkan (Bag. 4)

Baca pembahasan sebelumnya Kiat-Kiat agar Doa Dikabulkan (Bag. 3).

Kiat ketiga: berdoa dengan hati khusyuk disertai merasa lemah dan butuh di hadapan Rabbnya, serta menghinakan diri dan merendahkan diri kepada-Nya

Perkara yang disebutkan Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah ini sangat penting dalam masalah doa ataupun ibadah-ibadah yang lainnya. Di antara bentuk realisasi penghambaan hendaknya seorang hamba merendahkan dan menghinakan diri di hadapan pencipta-Nya, terlebih lagi di saat berdoa dan meminta. Hal ini seperti yang Allah sebutkan dalam Al Qur’an,

اٌدْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعاً وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” (QS. Al-A’raf: 55).

Imam At Thabari menjelaskan dalam kitab tafsirnya bahwa yang dimaksud (تَضَرُّعاً) adalah menghinakan diri dan merendahkan diri dengan menaati-Nya, sedangkan  (خُفْيَةً) maksudnya adalah dengan khusyuknya hati mereka.

Maka hendaknya kondisi orang yang berdoa adalah menghadirkan khusyuk dan merasa butuh ketika meminta kepada Rabbnya. Menyampaikan doa hendaknya juga dengan suara yang pelan dan penuh adab. Oleh karena itu, tatkala Nabi mendengar sebagian sahabat mengeraskan suara mereka ketika berzikir dan berdoa, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam memperingatkan mereka dengan bersabda,

أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا علَى أَنْفُسِكُمْ، إنَّكُمْ ليسَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا، إنَّكُمْ تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا، وَهٌوَ مَعَكُمْ

“Wahai sekalian manusia! Rendahkanlah suara  kalian, karena sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Zat yang tuli dan tidak ada! Sesungguhnya kalian berdoa kepada Zat yang Maha Mendengar serta dekat dengan kalian dan Dia bersama kalian” (HR. Bukhari).

Al Hafidz Ibnu Hajar Rahimahullah berkata, “Ini menunjukkan dibencinya meninggikan suara ketika berzikir dan berdoa. Demikianlah perkataan mayoritas perkataan ulama salaf dari kalangan sahabat dan tabi’in.”

Imam Nawawi memberi judul bab tatkala menyebutkan hadis ini dengan judul: “Disunahkan merendahkan suara ketika berzikir kecuali dalam kondisi terdapat dalil syar’i yang menyebutkan untuk mengeraskan bacaan zikir atau doa.”

Kiat keempat: menghadap kiblat ketika berdoa

Menghadap kiblat termasuk merupakan adab penting ketika berdoa yang menunjukkan pengagungan orang yang berdoa dan sekaligus menunjukkan perhatian penting terhadap doanya.

Oleh karena itu, terdapat hadis yang sahih dari Nabi dalam berbagai kesempatan beliau menghadap kiblat ketika berdoa. Seperti misalnya saat perang badar ketika beliau melihat banyaknya jumlah kaum musyrikin dibanding jumlah kaum muslimin, maka Nabi menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangan beliau untuk berdoa. Hal ini karena ketika orang yang berdoa menghadap kiblat merupakan sebab yang diharapkan bisa terkabulnya doa yang dia minta. Ini bukanlah merupakan syarat ketika berdoa, namun ini merupakan adab yang baik dan terpuji saat berdoa.

Kiat kelima: dalam keadaan suci saat berdoa

Bersuci merupakan salah satu adab ketika berdoa. Tidak diragukan lagi bahwa ketika orang yang berdoa dalam keadaan suci maka kondisinya lebih utama dan mulia untuk menyampaikan doanya kepada Allah, karena kondisi saat berwudu jelas lebih sempurna daripada kondisi hadats.

Dari Al Muhajir bin Qunfudz Radhiyallahu‘anhu bahwasanya beliau pernah mengucapkan salam kepada Nabi di saat beliau sedang berwudu. Beliau tidak menjawab salam saat itu. Setelah menyelesaikan wudu, barulah beliau menjawab ucapan salam tadi. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إنه لم يمنعني أن أرد عليك إلا أني كرهت أن أذكر الله إلا على طهارة

“Sesunghunya tidaklah menghalangiku untuk menjawab ucapan salam darimu meliankan karena aku tidak suka menyebut nama Allah kecuali dalam keadaan suci” (HR. Abu Dawud, sahih).

Insyaallah bersambung dengan penjelasan kiat-kiat lainnya  agar doa dikabulkan. Semoga bermanfaat.

Sumber: Ad Duaa alladzii Laa Yurod karya  syekh Prof. Dr. ‘Aburrazzaq bin ‘Abdil Muhsin al Badr Hafidzahullah yang diunduh dari: https://www.al-badr.net/ebook/192.

Penyusun: Adika Mianoki

Sumber: https://muslim.or.id/67054-kiat-kiat-agar-doa-dikabulkan-bag-4.html

Kiat-Kiat agar Doa Dikabulkan (Bag. 3)

Baca pembahasan sebelumnya Kiat-Kiat agar Doa Dikabulkan (Bag. 2)

Kiat Kedua : Berdoa di Waktu yang Mustajab

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan ada enam keadaan waktu mustajab terkabulnya doa, yaitu :

1. Saat Sepertiga Malam Terakhir

Waktu ini adalah di antara waktu yang paling mustajab terkabulnya doa. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ ، مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ ، وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

“ Rabb kita Tabaraka wa Ta’ala turun setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir, lalu Dia berfirman, ‘ Barangsiapa yang berdoa pada-Ku, Aku akan memperkenankan doanya. Barangsiapa yang meminta pada-Ku, pasti akan Aku beri. Barangsiapa yang meminta ampun pada-Ku, pasti akan Aku ampuni.’ ” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwasanya waktu ini merupakan waktu mulia yang penuh dengan keberkahan dan sekaligus merupakan waktu yang paling mustajab untuk berdoa. Maka hendaknya setiap muslim bersungguh-sungguh dalam mengambil kesempatan baik ini dan bersemangat agar tidak terluput satu malam pun untuk tidak berdoa kepada Allah di waktu yag penuh berkah ini.

2. Ketika Selesai Azan

Maksudnya adalah waktu tepat setelah azan selesai dikumandangkan, karena sesunggguhnya saat ini merupakan waktu yang agung untuk berdoa. Waktu ini lebih spesifik dibanding waktu antara azan dan iqamah, karena terdapat dalil yang menunjukkan bahwa barangsiapa mendengar azan, kemudian mengikuti ucapan muadzin, kemudian langsung berdoa setelah selesai azan maka doanya mustajab. Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin ‘Amru radhiyallahu ‘anhu dalam sebuah hadis,

أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ الْمُؤَذِّنِينَ يَفْضُلُونَنَا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « قُلْ كَمَا يَقُولُونَ فَإِذَا انْتَهَيْتَ فَسَلْ تُعْطَهْ

“ Ada seseorang yang berkata, ‘Wahai Rasulullah, sungguh para muadzin telah mengungguli kami dalam kebaikan.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam menjawab, ‘Ucapkanlah seperti yang mereka kumandangkan. Jika  telah selesai maka berdoalah niscaya akan dikabulkan.’ (HR. Abu Dawud, hasan)

Hadis ini menunjukkan keterkaitan doa dengan mendengar azan dan mengikuti ucapan muadzin. Apabila seorang muslim mendengar azan, kemudian mengikuti ucapan muadzin, kemudian mengucapkan doa setelah azan, hendaknya setelah itu dia tidak berhenti namun dilanjutkan dengan berdoa dengan permohonan yang diinginkannya karena waktu tersebut adalah kesempatan besar untuk diijabahnya doa.

3. Antara Azan dan Iqomah

Terdapat hadis mengenai keutamaan berdoa di waku antara azan dan iqomah. Di antaranya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

الدُّعَاءُ لَا يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“ Doa antara azan dan iqamah tidak akan tertolak. “ (H.R Tirmidzi, sahih)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

إذا نُودي بالصلاةِ فُتِّحتْ أبوابُ السماءِ ، و اسْتُجيبَ الدعاءُ

“ Apabila azan dikumandangkan, maka terbukalah pintu-pintu langit dan doa dikabulkan.”  (H.R Ath-Thuyalasi dalam musnadnya, sahih)

Maka hendaknya setiap mukmin memperbanyak untuk dirinya di waktu-waktu ini dengan doa meminta kebaikan dari Allah Rabbul ‘aalamin.

4. Di Akhir Salat Wajib

Maksudnya adalah di akhir salat wajib sebelum salam. Keadaan ini merupakan waktu yang utama. Ini merupakan waktu yang tepat terkabulkan doa karena di sini terkumpul banyak sebab-sebab terkabulnya doa. Pada saat ini seorang muslim dalam kondisi yang suci, menghadap ke arah kiblat, sebelumnya bertakbir dan mengagungkan Allah serta membaca firman-Nya, kemudian rukuk dan sujud dengan penuh penghinaan diri kepada Allah Rabbul ‘aalamiin, kemudian duduk tasyahud setelah amal-amal yang agung sebelumnya, kemudian mengucapkan doa tahiyat, kemudian setelahnya mengucapkan persaksian tauhidullah, kemudian berselawat kepada Nabi dengan selawat yang sempurna –yaitu shalawat Ibrahimiyyah-. Aktifitas ini seluruhnya merupakan bentuk penghambaan yang agung yang menjadikan kondisi sebelum salam ini merupakan waktu yang paling penting pengkabulan Allah terhadap setiap doa orang yang salat dan meminta kepada-Nya. Oleh karena itu, terdapat hadis dari sahabat  Ibnu Mas’ud tatkala Nabi mengajarkan tasyahud akhir. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ثم يتخير من الدعاء أعجبه إليه فيدعو

Kemudian hendaknya ia memilih dari doa yang paling ia senangi, lalu ia berdoa.” (H.R Bukhari)

5. Ketika Khatib Naik Mimbar Sampai Selesai Salat Jumat

Terdapat hadis yang sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إنَّ في الجُمُعَةِ لَساعَةً، لا يُوافِقُها مُسْلِمٌ، يَسْأَلُ اللَّهَ فيها خَيْرًا، إلَّا أعْطاهُ إيَّاهُ

“ Sesungguhnya pada hari Jum’at ada suatu waktu, tidaklah seorang hamba meminta kepada Allah kebaikan melainkan Allah akan berikan kepadanya.” (H.R Muslim)

Mayoritas ulama berpendapat bahwasanya waktu yang dimaksud yaitu sejak naiknya imam ke atas mimbar sampai selesainya salat Jumat. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan sahabat Abu Musa Al Asy’ari,

هي ما بَينَ أن يجلِسَ الإمامُ إلى أنْ تُقضَى الصَّلاةُ

“ Waktu tersebut adalah antara duduknya imam sampai berakhirnya salat. “ (H.R Muslim)

Sudah selayakanya setiap muslim bersemangat mengaminkan doa khatib dan menaruh perhatian untuk banyak berdoa takala menunaikan salat jumat, lebih-lebih lagi tatakala sujud, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ العَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ ، فَأكْثِرُوا الدُّعَاءَ

“ Keadaan paling dekat antara hamba dengan rabb-Nya adalah tatakala sujud, maka perbanyaklah doa ketika itu. “ (H.R Muslim)

Demikian pula hendaknya bersungguh-sungguh untuk bedoa ketika tasyahud akhir sebelum salam, karena hal ini merupakan waktu terkabulnya doa sebagaimana penjelasan di atas.

6. Waktu Setelah Asar Hari Jumat

Yang dimaksud adalah waktu akhir setelah shalat asar sampai terbenamnya matahari di hari Jumat. Terdapat hadis yang sahih bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لاَ يُوجَدُ فِيهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ شَيْئًا إِلاَّ آتَاهُ إِيَّاهُ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ

“ Siang hari jumat ada dua belas jam. Tidaklah seorang muslim meminta kepada Allah sesuatu kecuali Allah pasti akan kabulkan. Maka mintalah di waktu  setelah salat ashar. “ (H.R Abu Dawud, sahih)

Oleh karena itu, Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata di dalam kitab beliau Zaadul Ma’aad  bahwasanya yang paling rajih tentang batas waktu yang utama di hari Jumat yang merupakan waktu terkabulnya doa adalah dua pendapat berikut:

Pertama, ketika imam naik mimbar sampai berakhirnya waktu salat Jumat.

Kedua, akhir waktu setelah salat asar sampai sebelum maghrib di hari Jumat.

Hendaknya setiap muslim bisa menyemangati dirinya sendiri untuk tidak melewatkan dua waktu yang utama ini dengan bersungguh-sungguh berdoa di waktu tersebut serta menaruh perhatian yang khusus sehingga bisa meraih kebaikan yang banyak.

Inilah di antara enam kondisi yang merupakan waktu terkabulnya doa. Tentunya penyebuatan enam kondisi di atas hanyalah contoh dan bukan merupakan pembatasan. Masih banyak kondisi lain yang juga merupakan kondisi terkabulkannya doa sebagaimana disebutkan dalam banyak dalil  lainnya.

Inilah kiat penting yang kedua agar doa dikabukan, yaitu memperhatikan waktu dan kondisi mustajab terkabulnya doa.  InsyaAllah bersambung dengan penjelasan kiat-kiat lainnya agar doa dikabulkan.

Sumber : Ad Duaa alladzii Laa Yurod  karya  Syekh Prof. Dr. ‘Aburrazzaq bin ‘Abdil Muhsin al Badr hafidzahullah yang diunduh dari : https://www.al-badr.net/ebook/192

Penyusun : Adika Mianoki

Sumber: https://muslim.or.id/66869-kiat-kiat-agar-doa-dikabulkan-bag-3.html

Kiat-Kiat agar Doa Dikabulkan (Bag. 1)

Setiap orang tentu ingin doanya dikabulkan. Untuk mewujudkannya, kita harus memperhatikan sebab-sebab terkabulnya doa. Dalam kesempatan ini, kami akan sampaikan tulisan yang sangat apik dari Syekh Prof. Dr. ‘Aburrazzaq bin ‘Abdil Muhsin al-Badr hafidzahullah berjudul Ad-Duaa alladzii Laa Yurod yang menjelaskan tentang kiat-kiat agar doa dikabulkan. Semoga bermanfaat.

Janji Allah Kepada Setiap Hamba Yang Berdoa

Sesungguhnya Allah memerintahkan para hamba-Nya untuk berdoa dan menjanjikan kepada mereka pengkabulan doa pada banyak ayat di dalam Al-Qur’an. Allah ‘Azza wa Jalla  berfirman,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“ Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari berdoa kepada-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.’.” (Ghafir :60)

إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاء

“ Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) do’a.” ( Ibrahim : 39)

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.“ (Al Baqarah 186)

ادْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعاً وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ وَلاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفاً وَطَمَعاً إِنَّ رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ

“ Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Al A’raf : 55-56). Ayat-ayat lain yang semakna dengan ini sangat banyak.

Allah juga mencintai para hamba yang berdoa dan memotivasi  mereka untuk melakukannya, padahal Allah tidak butuh sama sekali kepada hamba dan doa-doa mereka. Sebagaimana Allah sebutkan dalam hadis qudsi :

يَا عِبَادِي إِنّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرّي فَتَضُرّونِي. وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُونِي.
يَا عِبَادِي لَوْ أَنّ أَوّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ, وَإِنْسَكُمْ وَجِنّكُمْ. كَانُوا عَلَىَ أَتْقَىَ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ. مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئاً.
يَا عِبَادِي لَوْ أَنّ أَوّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ. وَإِنْسَكُمْ وَجِنّكُمْ. كَانُوا عَلَىَ أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ. مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئاً. يَا عِبَادِي لَوْ أَنّ أَوّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ. وَإِنْسَكُمْ وَجِنّكُمْ. قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي. فَأَعْطَيْتُ كُلّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ. مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمّا عِنْدِي إِلاّ كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ

“ Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak dapat menimpakan bahaya kepada-Ku dan tidak pula dapat memberikan manfaat kepada-Ku.

Wahai hamba-hamba-Ku, andai makhluk yang pertama, sampai yang terakhir, manusianya dan jinnya semua menjadi seperti orang yang hatinya paling bertakwa di antara kalian, maka itu tidak menambah kekuasaan-Ku sedikit pun.

Wahai hamba-hamba-Ku, andai makhluk yang pertama, sampai yang terakhir, manusianya dan jinnya semua menjadi seperti orang yang hatinya paling berdosa di antara kalian, maka itu tidak mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun.

Wahai hamba-hamba-Ku, andai makhluk yang pertama, sampai yang terakhir, manusianya dan jinnya semua berada di satu tempat, kemudian semuanya meminta kepada-Ku, lalu Aku mengabulkan permintaan setiap makhluk, maka tidaklah berkurang apa yang Aku miliki, kecuali seperti berkurangnya jarum apabila dicelupkan ke laut.” (H.R Muslim)

Allah ‘Azza wa Jalla mencintai hamba yang meminta kepada-Nya. Bahkan semakin besar perhatian hamba dalam berdoa semakin besar pula kecintaan Allah kepada hamba tersebut.  Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ

“Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah dibandingkan doa”.)H.R Tirmidzi, hasan)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam  juga bersabda,

مَن لم يسألِ اللهَ يغضبْ علَيهِ

“ Barangsiapa yang tidak berdoa kepada Allah, maka Allah murka kepadanya. “ (H.R Tirmidzi, hasan)

اللهُ يَغْضَبُ إِنْ تَرَكْتَ سُؤَالَهُ وَبَنِي آدَمَ حِيْنَ يُسْأَلُ يَغْضَبُ

“Allah murka jika engkau tidak meminta kepada-Nya. Sementara manusia ketika diminta maka ia akan murka.”

13 Kiat terkabulnya Doa Menurut Imam Ibnul Qayyim rahimahullah

Allah Rabbul ‘aalamiin mencintai orang yang berdoa, dan berjanji mengkabulkan doa-doa mereka, memenuhi harapan-harapan mereka, memberi permintaan mereka, jika terpenuhi syarat-syarat terkabulnya berdoa dan tidak terdapat penghalang terkabulnya doa. Sungguh telah banyak dalil dari Al-Qur’an dan hadis  bahwasanya doa yang mustajab memiliki ketentuan yang hendaknya dipenuhi oleh orang yang berdoa. Demikian pula terdapat penghalang-penghalang terkabulnya doa yang hendaknya dihindari sehingga doa tidak akan tertolak.

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah telah mengumpulkan ringkasan tentang hal ini dengan sangat baik. Beliau menjelaskan hal-hal penting yang hendaknya diperhatikan oleh orang yang berdoa kepada Alllah. Di akhir penjelasan setelah beliau memaparkan tentang ketentuan-ketentuan dalam berdoa beliau menutup dengan perkataan,

فان هذا الدعاء لا يكاد يردّ أبدا

“ Sesungguhnya doa yang dilakukan seperti ini hampir-hampir tidak akan pernah tertolak. ”

Oleh karena itu, dalam rangka memberikan nasehat dan kebaikan maka kita akan membahas ucapan Imam Ibnul Qayyim ini secara lengkap disertai beberapa penjelasan dan faedah yang ada di dalamnya.  Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

“ Jika terkumpul dalam doa :

  • Hadirnya hati dan terkumpul seluruhnya untuk sungguh-sungguh menyampaikan permintaan
  • Bertepatan dengan waktu ijabah terkabulmya doa yaitu (di antaranya) sepertiga malam terakhir, ketika azan, antara azan dan iqomat, di akhir salat wajib, ketika khatib naik mimbar di hari Jumat sampai selesai salat, waktu setelah asar hari Jumat.
  • Khusyuk hati disertai merasa lemah di hadapan Rabb-Nya, menghinakan diri dan merendahkan diri kepada-Nya.
  • Menghadap kiblat ketika berdoa
  • Dalam keadaan bersuci
  • Mengangkat tangan kepada Allah
  • Mengucapkan selawat Nabi
  • Sebelum menyampaikan kebutuhannya didahului dengan taubat dan istighfar
  • Bersikap lembut dan penuh adab dalam berdoa
  • Berdoa dengan disertai penuh harap dan takut
  • Bertawasul dengan nama dan sifat Allah
  • Mendahului doa dengan bersedekah

Sesungguhnya doa yang dilakukan seperti ini hampir-hampir tidak akan pernah tertolak.

  • . Apalagi jika doa yang diucapkan adalah apa yang dikabarkan Nabi dalam doa yang merupakan jaminan mustajab, di antaranya adalah doa yang mangandung nama Allah yang termasuk Al-ismu al-A’dzom. “ (Al Jawaabul Kaafiy )

Penjelasan ketiga belas poin di atas akan disampaikan pada lanjutan tulisan berikutnya.

– Bersambung insyaAllah –

Sumber : Ad-Duaa alladzii Laa Yurod  karya  Syekh Prof. Dr. ‘Aburrazzaq bin ‘Abdil Muhsin al-Badr hafidzahullah yang diunduh dari : https://www.al-badr.net/ebook/192

Penyusun : Adika Mianoki

Sumber: https://muslim.or.id/66579-kiat-kiat-agar-doa-dikabulkan-bag-1.html