Ini Solusi Syar’i dalam Menghadapi Kristenisasi

BANYAK sekali makar orang-orang Nasrani untuk menyesatkan kaum muslimin [baca juga: Awas! Ini Usaha Kristenisasi Hasil Konvensi Dunia], lalu apakah kewajiban kaum muslimin dalam menghadapinya? Bagaimanakah caranya menghadapi serangan yang ditujukan secara membabi buta terhadap Islam dan kaum muslimin?

Tentu saja tanggung jawab besar ada di pundak kaum muslimin, baik secara individu maupun kelompok, rakyat maupun pemerintah dalam menghadapi arus kristenisasi yang memangsa setiap individu umat ini, yang besar maupun kecil, lelaki maupun wanita! Hasbunallah wa nimal wakil!.

Boleh kita katakan bahwa kewajiban itu berlaku secara menyeluruh meskipun harus kita akui bahwa ada solusi dan pemecahan syari secara khusus bagi setiap kondisi dan peristiwa, berikut perinciannya:

  1. Menancapkan kembali dasar-dasar akidah Islamiyah di hati kaum muslimin. Melalui kurikulum-kurikulum pendidikan dan tarbiyah dalam skala umum. Dan lebih memusatkan penanaman dasar-dasar akidah ini bagi generasi muda, khususnya anak-anak, di lembaga-lembaga pendidikan formal maupun non formal, negeri maupun swasta.
  2. Membangkitkan fanatisme beragama yang positif di segala lapisan umat dan menumbuhkan keasadaran membela kesucian dan kehormatan Islam.
  3. Menutup seluruh saluran masuknya produk-produk kristenisasi, seperti film, selebaran, majalah dan lainnya. Yaitu dengan tidak memberi izin masuk dan menetapkan hukuman keras bagi yang melanggarnya.
  4. Memberikan penyuluhan kepada kaum muslimin tentang bahaya-bahaya kristenisasi serta wasilah-wasilahnya, menjauhkan kaum muslimin darinya serta mencegah mereka agar tidak terjerat jaring-jaringnya.
  5. Memperhatikan seluruh bidang yang menjadi kebutuhan primer kaum muslimin, di antaranya adalah pelayanan kesehatan dan pendidikan secara khusus. Berdasarkan realita yang ada dua perkara tersebut merupakan sarana yang vital bagi kaum Nasrani untuk mengambil simpati kaum muslimin dan menguasai akal pikiran mereka.
  6. Hendaknya setiap muslim di mana saja ia berada berpegang teguh kepada agama dan akidah Islam walau bagaimanapun kondisi dan kesulitan yang dihadapi. Hendaklah mereka memegang teguh syiar-syiar Islam dalam diri mereka dan orang-orang yang berada di bawah penguasaannya sesuai dengan kadar kemampuan masing-masing, dan hendaknya setiap keluarga muslim memiliki benteng yang kokoh dalam menghadapi setiap usaha yang ingin merusak akidah dan akhlak mereka.
  7. Hendaknya setiap pribadi maupun keluarga muslim tidak melakukan perjalanan ke negeri-negeri kafir kecuali untuk kepentingan yang sangat darurat, seperti untuk berobat atau menuntut ilmu yang sangat vital yang tidak dapat dipelajari di negeri-negeri Islam dibekali dengan kesiapan dalam menghadapi berbagai syubhat dan fitnah yang dibidikkan kepada kaum muslimin.
  8. Menggugah kesadaran sosial di antara kaum muslimin dan semangat tolong menolong di antara mereka. Orang-orang berada hendaknya memperhatikan kaum fuqara, mengulurkan tangan kedermawanan mereka dalam hal-hal kebaikan dan program-program yang bermanfaat untuk mencukupi kebutuhan kaum muslimin. Sehingga tangan-tangan kotor Nasrani tidak terulur kepada mereka dan memanfaatkan kemiskinan dan kefakiran untuk memurtadkan mereka!.

Akhirnya, kami memohon kepada Allah Yang Maha Mulia dengan asma-Nya yang husna dan sifat-Nya yang Ula agar menyatukan barisan kaum muslimin, menautkan hari mereka, mendamaikan di antara mereka, menunjuki mereka jalan-jalan kebaikan, melindungi mereka dari makar dan kejahatan musuh-musuh mereka serta menjauhkan mereka dari kekejian dan fitnah yang tampak maupun yang tersembunyi, sesunguhnya Dia Maha Pengasih.

Ya Allah, siapa saja yang menginginkan kejahatan terhadap Islam dan kaum muslimin maka sibukkanlah ia dengan urusan dirinya sendiri, dan tolaklah makar dan rencana busuknya itu serta timpakanlah keburukan atas dirinya, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Maha Suci Rabbmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam.

[Fatwa Lajnah Daimah Lil Buhuts Ilmiah wal Ifta]

 

 

sumber: MozaikInilahcom

Rasul Telah Peringatkan Mukmin Soal Kristenisasi

HASIL sensus pendududuk tahun 2010, 87,18% dari 237.641.326 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 6,96% Protestan, 2,9% Katolik, 1,69% Hindu, 0,72% Buddha, 0,05% Kong Hu Cu, 0,13% agama lainnya, dan 0,38% tidak terjawab atau tidak ditanyakan.

Subhanallah, kekuatan kaum muslimin di Indonesia sangat besar, dibandingkan umat agama lainnya. Dengan angka sekian, kita layak terheran, ketika ada kaum muslimin yang merasa terintimidasi oleh penganut agama lain. Dengan angka sekian pula, kita layak terheran, ketika ada sebagian penganut agama lain yang begitu leluasa menghina simbol islam dan kaum muslimin. Umat islam telah menajdi mayoritas yang terdiam.

Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Kita meyakini ini musibah. Mungkin ini bagian dari kebenaran yang disabdakan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam,

“Hampir saja, banyak umat dari berbagai penjuru dunia akan memperebutkan kalian, sebagaimana makanan di atas piring diperebutkan.” Kami bertanya, Apakah karena jumlah umat islam ketika itu sedikit?

Jawab Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, “Tidak, ketika itu jumlah kalian (kaum muslimin) banyak. Namun kalian seperti buih di lautan. Allah hilangkan rasa takut di mata musuh kalian (orang kafir), dan Allah sematkan penyakit wahan di hati kalian.” Sahabat bertanya, Apa itu penyakit wahan? Beliau bersabda, “Penyakit cinta dunia dan takut mati.” (HR. Ahmad 8713, Abu Daud 4299, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).

Kenyataan ini bisa kita pahami. Karena dari sekitar 200 juta penduduk Indonesia yang muslim, tidak semuanya memahami hakikat agamanya. Bahkan banyak diantara mereka yang layak untuk disebut pengkhianat agama. Anda bisa lihat tingkah laku orang liberal. Kepada siapa mereka berpihak? Kita tidak pernah melihat ada orang liberal yang berpihak pada islam, selain status agama yang tertuang di KTP mereka.

Kehadiran mereka inilah yang menjadi salah satu penghalang umat islam berkembang. Mereka memanfaatkan status kebodohan masyarakat untuk menawarkan doktrin pluralisme dan kebebasan beragama. Di saat yang sama, banyak tokoh liberal menuding berbagai ormas islam telah bersikap intoleran. Menjadi corong barat untuk mengkambing hitamkan islam dalam setiap masalah sosial. Mereka memanfaatkan mayoritas yang terdiam.

Sayangnya, pemikiran semacam ini yang menguasai hampir semua media massa besar di tempat kita. Baik online, cetak, radio maupun televisi. Maka jangan heran, ketika anda kesulitan untuk mencari berita tentang penderitaan kaum muslimin karena kejahatan panganut agama lain. Mereka tutup mata, ketika kaum muslimin berada pada pihak minoritas yang tertindas. Sebaliknya, ketika aliran sesat, atau kelompok non muslim berada di pihak lemah, mereka angkat bicara atas nama HAM dan kemanusiaan.

Saatnya anda mulai waspada dengan komentar media. Karena dusta dan kejujuran sedang menabuh genderang pertempuran. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh penipuan. Pendusta dianggap benar, sementara orang yang jujur dianggap dusta. Pengkhianat diberi amanat, sedangkan orang amanah dianggap pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah angkat bicara.” Ada yang bertanya, “Apa itu Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh (masalah agama) yang turut campur dalam urusan masyarakat.” (HR. Ahmad 7912, Ibnu Majah 4036, Abu Yala al-Mushili dalam musnadnya 3715, dan dinilai hasan oleh Syuaib al-Arnauth).

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2327520/rasul-telah-peringatkan-mukmin-soal-kristenisasi#sthash.i17sKPxk.dpuf

Muslimah Taat Hidup di Kampung Kumuh & Rawan Kristenisasi Butuh Modal Usaha Rp 3 Juta, Ayo Bantu!

JAKARTA (Infaq Dakwah Center) – Ibu NenengNurhayati, Muslimah taat yang hidup di daerah kumuh, rawan kriminalitas dan kristenisasi membutuhkan modal usaha untuk menghidupi keluarganya.

Ustadz Taufiq, dai yang merupakan alumnus UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan mengaku prihatin dengan kondisi Ibu Neng, seorang ibu rumah tangga yang menjadi murid pengajian di daerah binaan dakwah.

Sebagai seorang dai, Ustadz Taufiq merasa bertanggung jawab atas kondisi binaan dakwahnya. Ia pernah menghubungi beberapa lembaga sosial, namun hasilnya tak cukup maksimal dalam memberikan bantuan. Hingga akhirnya, atas rekomendasi Ustadz Ihsan Tanjung, Ustadz Taufiq mengubungi relawan Infaq Dakwah Center, guna mencari solusi atas kesulitan yang dialami binaan dakwahnya.

Hanya berselang beberapa hari mendapatkan laporan Ustadz Taufiq, relawan IDC bergegas melakukan survey ke lokasi. Masya Allah, di tengah panas terik, relawan IDC blusukan menyusuri ruas rel kereta api dan memasuki gang-gang sempit nan pengap di belakang kompleks pertokoan Pasar Pagi Mangga Dua. Ustadz Taufiq pun menyampaikan pesan kepada relawan IDC agar berhati-hati.

“Harap waspada, karena kondisi lingkungannya, hp saya sudah tak terhitung lagi jumlahnya yang hilang,” ujar Ustadz Taufiq kepada relawan IDC, Sabtu (14/5/2016).

Ibu Neng Neneng Nurhayati

Ibu Neneng Nurhayati, Muslimah taat yang hidup di kampung kumuh, butuh modal usaha

Bagi Ustadz Taufiq, membantu mereka merupakan panggilan dakwah, bila hal itu tak dilakukannya, maka berapa banyak kaum Muslimin yang makin terperosok ke lembah kejahatan dan pemurtadan. Aksi nyata Ustadz Taufiq yang lebih dari delapan tahun berdakwah tanpa pamrih itu, yang awalnya puluhan orang ikut mengaji, kini hanya tersisa beberapa gelintir orang saja.

Meski demikian, Ustadz Taufiq luar biasa istiqomah, tetap mengajar di perkampungan yang rawan dengan tindak kriminal dan kristenisasi tersebut.

Neneng Nurhayati (40) atau yang akrab disapa Ibu Neng, tinggal di kawasan Padat Penduduk yang Kumuh dan Miskin (PAK KUMIS) pinggir rel kereta, di Kampung Dao, Pademangan, Jakarta Utara. Penderitaannya kian bertambah-tambah, ketika bencana kebakaran hebat pada Selasa (26/1/2016) itu menghanguskan rumah kontrakannya. Dalam musibah tersebut, sebanyak 700 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah kurang lebih 1.500 jiwa kehilangan tempat tinggal, Ibu Neng salah satunya. Tak ada yang tersisa, kecuali nyawanya dan baju yang menempel di badan.

Pasca musibah kebakaran, Ibu Neng kini menjadi pemulung. Sedangkan suaminya, Ade Rahman (38) hanya juru parkir. Penghasilnnya tak tetap, bahkan jauh dari cukup untuk menghidupi enam orang anaknya.

“Saya kemarin tinggal di Kampung Dao yang kena musibah kebarakan. Usaha saya dagang gado-gado sama nasi uduk, semua alat-alat saya dagang habis terbakar,” kata Ibu Neng kepada relawan IDC di rumahnya, Sabtu (14/5/2016).

Kampung Dao Kebakaran

Kebakaran di Kampung Dao

Ibu Neng, kini tinggal di kontrakan petak yang luasnya hanya 3 x 4 meter bersama anak-anaknya. Padahal, ia sangat ingin hidup normal, tinggal di tempat yang layak, memiliki mata pencaharian yang jelas, serta menghidupi anak-anaknya yang masih sekolah.

Namun, bukan hal mudah bagi Ibu Neng untuk bangkit pasca musibah kebakaran, tapi ia terus berusaha. Dirinya sadar, meski hidup miskin tak menjadikannya lemah mental, menjadi pemulung lebih terhormat baginya, ketimbang jadi pengemis.

الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى وَالْيَدُ الْعُلْيَا الْمُنْفِقَةُ وَالسُّفْلَى السَّائِلَةُ

Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang dibawah. Tangan di atas adalah tangan pemberi sementara tangan yang di bawah adalah tangan peminta-minta. [HR. Muslim No.1715].

Di sisi lain meski butuh modal usaha, rentenir berkedok bank keliling yang kerap menawarkan pinjaman mudah dan menggiurkan, tak berani ia sentuh.

“Saya mau pinjam rentenir saya takut tidak bisa bayar, sementara kerjaan saya sehari-hari cuma pemulung,” ujarnya.

Sebagai Muslimah yang taat, hidup menderita di dunia tak seberapa daripada harus mendapat siksa di akhirat kelak lantaran dosa riba. Pemahaman itu didapat Ibu Neng karena selama ini rutin mengikuti pengajian Ustadz Taufiq.

Begitu pedih siksa bagi pelaku riba sebagaimana dikisahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أَتَيْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي عَلَى قَوْمٍ بُطُونُهُمْ كَالْبُيُوتِ فِيهَا الْحَيَّاتُ تُرَى مِنْ خَارِجِ بُطُونِهِمْ، فَقُلْتُ: “مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرَائِيلُ؟” قَالَ: “هَؤُلَاءِ أَكَلَةُ الرِّبَا

“Pada malam Isra’ aku mendatangi suatu kaum yang perutnya sebesar rumah, dan dipenuhi dengan ular-ular. Ular tersebut terlihat dari luar. Akupun bertanya, “Siapakah mereka wahai Jibril?”. “Mereka adalah para pemakan riba” jawab beliau”. [HR. Ibnu Majah].

Kini, Ibu Neng berharap ada para muhsinin yang membantu memberikan modal usaha agar bisa bangkit dari kesulitan yang dihadapinya.

“Saya mau minta bantuan untuk modal usaha, mudah-mudahan saya bisa dibantu untuk menghidupi anak-anak saya yang masih sekolah,” tuturnya.

Untuk mudal usaha berjualan gado-gado dan nasi uduk, Ibu Neng memperkirakan anggaran sebagai berikut:

  1. Kompor, dandang, cobek, piring dan lain-lain:      Rp  2. 000.000,-
  2. Pembelian bahan baku gado-gado dan nasi uduk: Rp. 1.000.000,-    +

Total modal usaha yang dibutuhkan Ibu Neng adalah :  Rp. 3.000.000,-

Kampung Dao

Suasana Kampung Dao

PEDULI KASIH SESAMA MUSLIM

Uang sebesar Rp 3.000.000,- (tiga juta rupiah) bagi orang kaya, mungkin terlihat kecil dan sepele, tetapi bagi Ibu Neng yang hidupnya susah sangat berharga  untuk modal usaha.

Mari berbagi kasih, ulurkan kepedulian untuk membantu Ibu Neng. Dengan membantu meringankan kesulitan saudara sesama Muslim, insya Allah akan mendatangkan barakah, pertolongan dan kemudahan  di dunia dan akhirat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَمَنْ كَانَ فِـيْ حَاجَةِ أَخِيْهِ ، كَانَ اللهُ فِيْ حَاجَتِهِ ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ ، فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya, maka Allâh Azza wa Jalla senantiasa akan menolongnya. Barangsiapa melapangkan kesulitan orang Muslim, maka Allâh akan melapangkan baginya dari salah satu kesempitan di hari Kiamat dan barangsiapa menutupi (aib) orang Muslim, maka Allâh menutupi (aib)nya pada hari Kiamat. [HR Bukhari – Muslim].

Donasi untuk membantu modal usaha Ibu Neng bisa disalurkan dalam program INFAQ PRODUKTIF ke rekening IDC:

  1. Bank Muamalat, No.Rek: 34 7000 3005 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  2. Bank BNI Syari’ah, No.Rek: 293 985 605 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  3. Bank Syariah Mandiri (BSM), No.Rek: 7050 888 422 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  4. Bank Mandiri, No.Rek: 156 000 696 4037 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  5. Bank BRI, No.Rek: 0139 0100 1736 302 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  6. Bank CIMB Niaga, No.Rek: 675.0100.407.006 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
  7. Bank BCA, no.rek: 631 0230 497 a/n Budi Haryanto (Bendahara IDC).

CATATAN:

  1. Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 5.000 (lima ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.005.000,- Rp 505.000,- Rp 205.000,- Rp 105.000,- 55.000,- dan seterusnya.
  2. Bila dana terpenuhi maka donasi akan dialihkan untuk program IDC lainnya.
  3. Info dan konfirmasi: 08567.700020, 704050. PIN BB: 2AF8061E; BBM CHANNEL: C001F2BF0

 

sumber: Panji Mas