Hakikat Maulid Nabi Muhammad

Beberapa hari lagi umat Islam akan menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awal yang jatuh pada 18 Oktober ini. Lantas mengapa setiap Muslim perlu merayakannya?

Hari Kelahiran Nabi SAW adalah hari kehormatan dan merupakan peristiwa besar bagi umat Muslim serta dapat pula diambil hikmahnya. Setiap Muslim perlu mengambil pelajaran maupun hikmah dari peringatan Maulid Nabi SAW ini.

Anggota Pusat Fatwa Internasional Al-Azhar, Syekh Abdul Qadir al-Tawil, menjelaskan, pertanyaan mengenai hukum merayakan Maulid Nabi selalu diulang. Padahal sebetulnya sudah ada dalil yang menunjukkan bolehnya memperingati Maulid Nabi SAW.

Dari Abu Qatadah al-Anshari, dia berkata, Nabi ditanya tentang puasa di hari Senin. Beliau SAW menjawab, “Itu adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus menjadi Rasul, atau diturunkan kepadaku (wahyu).” (HR Muslim)

Terlepas dari hal itu, al-Taweel menambahkan, hal yang tepat dalam memperingati Maulid Nabi SAW adalah menghidupkan malam dengan Alquran dan berzikir. Dia mengatakan, Rasulullah SAW biasa merayakan hari lahirnya dengan berpuasa setiap Senin. Selain itu Nabi SAW juga merayakan puasa Asyura untuk merayakan pembebasan Musa AS dari Firaun.

Dalam rangka menyambut Maulid Nabi SAW, mungkin ada baiknya jika kita mengingat kembali tentang sisi kehidupan Nabi SAW. Nabi Muhammad juga manusia biasa yang sebetulnya juga memiliki sisi yang humoris. Ini sebagaimana sebuah kisah yang memuat sisi humor Nabi Muhammad, yang diriwayatkan oleh Tirmidzi.

Suatu ketika, seorang nenek mendatangi Nabi dan berkata, “Wahai Nabi, mohonkanlah kepada Allah SWT supaya aku dimasukkan ke surga.” Lalu Nabi menjawab,” Wahai ibunya si fulan, di surga tidak ada orang tua renta seperti engkau.” Lalu nenek tersebut berpaling sambil menangis.

Kemudian Nabi SAW berkata kepada sahabat, “Sampaikanlah (kepada nenek tersebut) bahwa dia tidak akan masuk surga dalam keadaan tua renta. Karena Allah SWT berfirman, ‘Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) secara langsung, lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan’ (QS Al-Waqi’ah ayat 35-36). Artinya, ketika dia masuk surga, Allah akan mengembalikan kemudaan dan kecantikannya.” (HR Tirmidzi)

Sumber: https://www.elbalad.news/4987153

IHRAM

Peringati Maulid Nabi, MUI Ajak Berbuat Kebaikan

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menyatakan bahwa peringatan Maulid Nabi bisa menjadi momentum untuk berbuat kebaikan.

“Memperingati Maulid Nabi bisa dijadikan momentum untuk berbuat kebaikan meneladani Nabi sebagai model kehidupan,” kata Sekretaris MUI Banyumas, Ridwan, di Purwokerto, Kamis (30/11).

Memperingati Maulid Nabi, kata dia, juga menjadi momentum untuk mengobarkan semangat kenabian. “Momentum untuk mewarisi semangat dan visi kenabian yaitu semangat pembebasan dari ketertindasan ekonomi, sosial, dan budaya,” katanya.

Selain itu, kata dia, Maulid Nabi bisa menjadi momentum bagi seseorang dalam membela mereka yang tertindas. “Pembelaan terhadap kaum tertindas merupakan pesan moral yang harus selalu digelorakan,” katanya.

Memperingati Maulid Nabi, tambah dia, merupakan momentum untuk menjalankan Sunnah Nabi. “Selain itu ini juga bisa menjadi momentum untuk mengedukasi anak-anak kita agar menjadikan Nabi sebagai tauladan,” katanya.

Orang tua, kata dia, bisa mendorong anak-anak mereka untuk mencintai Nabi. “Selain itu orang tua barus memupuk kebaikan pada diri anak mereka dan menjadikan Nabi Muhammad sebagai model hidupnya,” katanya.

—————————————————————-
Artikel keislaman di atas bisa Anda nikmati setiap hari melalui smartphone Android Anda. Download aplikasinya, di sini!