Kisah Mualaf Dewa Putu Adhi: Teguh Diterpa Berbagai Ujian

Mantan gitaris asal Bali, Dewa Putu Adhi, menceritakan kisah perjuangannya setelah menjadi mualaf. Pria bertato ini memeluk Islam dari sebelumnya Hindu pada 2017.

Dewa berpindah keyakinan setelah dia mempelajari Islam dan menemukan ciri-ciri Nabi Muhammad SAW dalam kitab Weda Hindu. Dalam tayangan di saluran Youtube Refly Harun, Dewa menuturkan berbagai ujian yang diterimanya setelah memeluk agama barunya, Islam.

Dewa mengaku ia masuk Islam bukan karena menikah dengan istrinya yang berasal dari keluarga Muslim. Ia mengaku justru dirinya yang membawa istri pada Islam. Sebab meskipun keluarganya Muslim, tetapi ia tidak menjalankan agamanya.

Berbagai cobaan menguji keteguhan iman Dewa Putu Adhi. Di awal hijrah, ia masih menjalani karier bermusik di kafe-kafe sebagai musisi bayaran.

Saat itu, Dewa mengaku menerima banyak godaan yang mengajaknya untuk memeluk agama mereka dengan imbalan uang, bahkan ada yang menawarkan hingga setengah miliar rupiah. Namun, Dewa kemudian menjelaskan ia telah memeluk Islam dan balik mendakwahi orang tersebut.

Tidak berhenti di situ, Allah juga memberinya ujian lain. Dewa mengutip ayat Alquran yang menyatakan mereka yang mengaku beriman akan Allah uji.

Salah satu cobaan yang terberat adalah saat kelahiran anak keduanya pada 2017. Saat tengah malam, istrinya mengeluh sakit. Hingga waktu sholat Subuh, istrinya menangis karena merasakan sakit di perutnya dan mulai mengeluarkan cairan dari rahimnya. Dewa kemudian membawanya ke rumah sakit.

Sesampainya di UGD, Dewa terpaksa meninggalkan istrinya karena ia harus mencari uang untuk membayar biaya perawatan istrinya di rumah sakit tersebut.

“Karena hari itu uang yang saya pegang hanya Rp 26 ribu. Dahulu, saya beli apa pun, motor Harley, jajan gitar, kayaknya uang nggak habis-habis, jalan-jalan ke luar negeri dan sebagainya. Begitu Islam, Allah ambil semuanya,” ungkap Dewa.

“Kalau kata guru saya Ustadz Adi Hidayat (UAH), jadi kayak nguras bak air mandi, jadi benar-benar sampai airnya habis, kemudian sakit, harus disikat kerak-keraknya. Benar-benar habis, kosong, sakit, sakit badan, pikiran dan semuanya,” ujarnya.

Di tengah kebingungan seperti itu, Dewa terpikir meminta bantuan kepada teman-teman artisnya. Ia lantas mendatangi satu per satu teman artis, sekitar 11 orang, tetapi tidak ada satu pun yang memberinya pinjaman uang. Bahkan, ia mengaku ada salah satu rekan artis yang enggan menemuinya dan hanya diwakili asisten.

Sampai akhirnya, rumah sakit menghubungi dan memintanya kembali ke rumah sakit untuk mengisi sebuah surat pernyataan. Isinya menyatakan tidak menuntut jika terjadi sesuatu dengan kandungan istrinya karena ia tidak membayar uang muka untuk mengambil tindakan medis.

Saat itu, Dewa merasa bingung lantaran ia masih belum mendapatkan pinjaman uang sepeser pun. Dewa hanya melihat istrinya menahan sakit. Dalam benak Dewa saat itu, ia tidak ingin mencoreng nama baik mualaf dengan mengemis atau meminta bantuan kepada orang lain.

Karena itulah, ia juga kerap mengingatkan para mualaf agar tidak menjual kemualafannya untuk minta dikasihani atau dibantu. Dewa akhirnya menghubungi Ustadz Khalid Basalamah dan hanya mengatakan ia tengah dalam kesulitan. Dewa meminta Ustadz Khalid memberitahunya doa dan amalan apa supaya ia bisa keluar dari masalah tersebut.

“Saat itu, dia bilang, sejak kapan manusia diciptakan Allah untuk mencari jalan keluar, Allah menciptakan manusia untuk beribadah. Jadi kalau antum punya kesulitan, ibadah, minta sama Allah,” ujarnya.

Ucapan Ustadz Khalid itu menjadi tamparan baginya. Pasalnya, yang biasanya ia melakukan sholat dhuha, hari itu ia melewatkannya.

Bahkan, waktu sholat zhuhur nyaris dilewatkannya karena ia sibuk di rumah sakit. Dewa kemudian mencari mushala di rumah sakit tersebut dan kemudian memanjatkan doa kepada Tuhannya.

“Karena baru memeluk Islam, jadi tidak banyak doa yang saya ketahui. Saya cuma berdoa gini, ya Allah selamatkan istri dan anak saya,” katanya.

Dewa lantas kembali pada istrinya dan ketika itu pula perawat mengatakan janin di dalam kandungan istrinya harus dikeluarkan lantaran detak jantung bayi sudah tidak ada. Perasaan Dewa kala itu begitu berat.

Secara mengejutkan seorang teman mualaf China menemuinya ke rumah sakit dan langsung membayar lunas biaya rumah sakit. Ia merasa senang bercampur haru.

Hal itu membuatnya merenung dan berkata bahwa manusia kerap lupa pada Allah. Ketika punya kesulitan dan masalah, manusia baru mencari Allah. Sedangkan ketika tengah dibuai kesenangan, mereka enggan menemui Allah.

“Ternyata orang yang kayak saya, minta sama Allah, Allah kasih. Saya beribadah saja belum sempurna, tapi masih Engkau (Allah) bantu,” katanya.

Dewa merasa bersyukur karena bayi yang dinantinya itu lahir dengan sehat dan selamat dan tumbuh kembang dengan baik hingga saat ini. Belajar dari kisahnya ini, Dewa mengungkapkan ia kerap menyampaikan kepada jamaahnya agar jangan lupa kepada Allah dan harus lebih memperbanyak ibadah, terutama di masa pandemi seperti ini.

Saat ini, Dewa mengaku lebih banyak menghabiskan waktu berdakwah. Menurutnya, istrinya juga sudah mengikhlaskan suaminya melakukan safari dakwah hingga harus meninggalkan rumah berhari-hari.

Selain berdakwah, Dewa juga menggarap film dan memiliki penghasilan dari itu. Ia mengungkapkan berencana membuat film tentang Pangeran Diponegoro.

Selama masa pandemi ini, ia juga masih menjalankan aktivitas dakwahnya. Dewa mengungkap ia kerap diberi amplop dari dakwahnya.

Bahkan, ia mengaku pernah mendapat hingga Rp 60 juta dalam satu kali dakwah. Kala itu, ia mengaku terkejut hingga ia menghubungi panitia acara. Menurutnya, saat itu ia berdakwah di suatu majelis taklim yang isinya para pengusaha Muslim.

Namun, ia tidak ingin rasa ikhlasnya hilang, di sisi lain ia juga masih memiliki bisnis. Karena itu, Dewa mengaku ingin berdakwah karena ikhlas, bukan karena tarif.

Dewa juga berpikir, guru agama seperti ‘ustadz kampung’ bahkan lebih berhak mendapat bayaran tinggi. Sebab, menurutnya, orang-orang lebih bersedia membayar mahal untuk sekolah dan les pelajaran lain, sementara guru ngaji kerap dibayar murah. Apalagi, rata-rata guru ngaji tidak menarifkan bayaran, dan wali murid membayar seikhlasnya.

“Saya ingin orang lebih sadar dan bangga pada Islam. Orang tua kita yang sudah almarhum hanya selamat berkat doa anak-anak, dan bagaimana bisa selamat kalau anak-anaknya tidak paham agama, tidak bisa mengaji,” kata Dewa.

Dewa juga mengungkapkan satu-satunya kitab suci agama di dunia yang bisa dihafal hanya Alquran. Selain itu, ia menyeru agar umat Islam bersatu karena Islam konsepnya adalah jamaah.

Dewa menceritakan kisah perjuangan umat Islam dalam perang di masa Rasulullah, jumlah pasukan Islam kala itu tidak pernah berimbang dengan pasukan lawan. Namun, pasukan Muslim bisa memenangkan peperangan. Kecuali pada perang Uhud, di mana umat Islam yang awalnya menang, kemudian menjadi kalah setelah sebagian pasukan Muslim tidak mengikuti perintah pimpinan dan tergiur dengan ghanimah (harta rampasan perang).

Kisahnya di Youtube

KHAZANAH

Jeritan Ibu Muslim yang Semua Anaknya Katholik

Inilah sisi negatif nikah beda agama. Sulasih tinggal di Surabaya. Ia dikaruniai dua anak. Semuanya beragama Katholik. Padahal Sulasih Muslim. Semua anaknya mengikuti agama suaminya.

Sulasih menikah dalam usia muda. “Umur saya waktu itu 20 tahun,” katanya ditemui di rumahnya (29/11 2022). Ia bertemu suaminya di Surabaya. “Orangnya sabar. Jadi saya seperti menemukan sosok ayah,” katanya. Selisih umur mereka 17 tahun. Sejak kecil, Sulasih sudah tidak didampingi ayah karena meninggal.

Belasan tahun mengarungi bahtera rumah tanggal, Sulasih merasa baik-baik saja, meski beda agama. Masing-masing bebas menjalankan agamanya. Tidak ada usaha untuk saling menarik. “Saya tak pernah mengajak suami masuk Islam. Dia juga tidak pernah mengajak saya masuk agamanya,” kata Sulasih yang lahir di Tuban ini.

Namun belakangan Sulasih dilanda kegelisahan yang luar biasa. Ini menyangkut nasibnya kelak setelah meninggal. Suaminya sudah duluan meninggal 5 tahun lalu. Ia merasa sendiri. Ia sudah merengek-rengek kepada anak-anaknya. Tapi tak digubris?

Apa yang membuat Sulasih gelisah dan mengapa anaknya tak bisa menolongnya? Jawabannya ada di video di sini

HIDAYATULLAH

Kapan Waktu yang Tepat untuk Masuk Islam?

Keraguan untuk masuk Islam datang dari Setan.

 Jika bertanya kapan waktu yang tepat bagi seseorang untuk masuk Islam, maka jawabannya adalah saat ini juga. Karena jika terus menunda menerima Islam sampai merasa benar-benar siap maka Anda tidak akan pernah merasa siap.

Keragu-raguan itu datang dari syaitan, sehingga dengan menunda-nunda sampai siap, ini hanyalah salah satu trik setan untuk menjauhkan kita dari Islam. Karena kita tidak pernah tahu, kapan ajal kita akan tiba dan akan kah kita masih hidup sampai besok?

“Jadi jangan ragu jika Anda yakin bahwa Islam adalah Kebenaran. Juga, jangan berharap iman Anda sempurna dan kuat sebelum Anda masuk Islam. Karena iman kita akan naik turun secara bergantian,” kata Akademisi AS, Aelfwine Mischler, dilansir dari About Islam, Jumat (28/10/2022).

Menurut Mischler, masuk Islam dan kemudian secara bertahap belajar mengamalkan iman. Di saat yang sama, juga akan melihat bagaimana melihat reaksi orang-orang di sekitar. Lebih baik, jika memiliki tempat tinggal di dekat masjid atau mencoba mengunjungi masjid dan bergabung dengan komunitas muslim. Berada di lingkungan sesama muslim akan memberikan dukungan dan bimbingan di awal-awal masuk Islam.

Namun jika tinggal di daerah di mana Muslim kulit putih dapat menjadi sasaran kebencian dari komunitas Muslim dan non-Muslim, “Saya ingin menjelaskan bahwa perilaku satu kelompok Muslim terhadap kelompok Muslim lain seperti itu sama sekali bertentangan dengan ajaran Islam. Setiap perilaku diskriminatif atau berbasis kebencian berdasarkan ras, asal etnis, atau sejenisnya, dilarang oleh Islam,” ujarnya.

Ujian selanjutnya yang mungkin akan dihadapi oleh muslim wanita saat ini adalah Hijab. Sehingga jika belum benar-benar siap maka dapat dimulai dengan menggunakan pakaian tertutup lebih dulu, misalnya menutupi kaki dengan mengenakan rok atau celana panjang longgar dan mengenakan atasan berlengan panjang.

“Cobalah untuk menemukan gaya yang terasa pas untuk Anda dan tidak terlalu drastis perubahannya dari cara Anda berpakaian sekarang,” kata dia yang juga seorang mualaf.

Dengan bersyahadat atau mengucapkan kalimat “Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah; saya bersaksi bahwa Muhammad adalah Hamba dan Utusan Allah”  maka saat itu juga seseorang menjadi seorang muslim. Setelah itu, kita akan terus belajar tentang Islam selama berbulan-bulan, bertahun-tahun, bahkan mungkin seumur hidup untuk menjadi muslim kuat dan beriman.

KHAZANAH REPUBLIKA

Cara Agar Masjid Lebih Ramah untuk Mualaf

Penting menyediakan mentor di masjid untuk mengembangkan hubungan dengan mualaf.

Institute for Social Policy & Understanding (ISPU) melakukan penelitian penting terkait masjid di Amerika. Reimagining Muslim Spaces membahas bagaimana membuat masjid lebih ramah bagi wanita, pemuda, dan mualaf.

Peneliti ISPU bertanya kepada Muslim Amerika seperti apa masjid yang dinamis, inklusif, dan ramah. Selain itu, ketika pintu masjid kembali dibuka setelah aturan karantina, mereka bertanya bagaimana cara membuat masjid yang lebih ramah untuk mualaf.

Dalam webinar yang mereka lakukan, ISPU mendiskusikan temuan dari para mualaf dan mewawancarai tiga pembicara dari Amerika Serikat. Mereka adalah Ihsan Bagby, Tamara Gary dan Sheikh Abdullah Oduro, yang memberikan wawasan dan ide kreatif tentang bagaimana membuat masjid nyaman dan inklusif untuk mualaf.

Dilansir di About Islam, Jumat (4/11/2022), disampaikan pula terkait keluhan dari para pemimpin masjid atas kurangnya relawan untuk mengorganisir acara dan program khusus untuk mualaf. Mereka juga melihat kurangnya komitmen dari jamaah ke masjid.

Tak hanya itu, jamaah masjid mengeluhkan kurangnya persatuan dan kurangnya rasa memiliki terhadap masjid. Jadi bagaimana kita memperbaiki situasi saat ini?

Salah satu penolakan terbesar bagi mualaf adalah saat mereka mengunjungi masjid, mereka malah menerima kritikan, cemooh, atau koreksi dengan cara yang kasar. Sementara, lingkungan yang ramah, inklusif dan mendukung sangat diperlukan, untuk membangun persahabatan yang langgeng dan membantu mereka merasa benar-benar terhubung.

Ihsan Bagby, sebagai pembicara pertama, berupaya membagikan apa yang dia anggap sebagai faktor paling penting bagi mualaf agar merasa diterima dan terlibat dalam masjid. Pertama adalah menyediakan seorang mentor di masjid yang akan mengembangkan hubungan dengan mualaf baru.

“Sosialisasi adalah aspek terpenting dalam kehidupan seorang mualaf. Tugas seorang mentor adalah bersama seorang mualaf selama setahun, menghubungi mereka, bertemu dan berteman, lalu mendidik mereka. Kembangkan kelompok pendukung untuk orang yang insyaf, baik formal maupun informal,” ucap dia.

Selanjutnya, mentor disebut harus mengidentifikasi mualaf yang tertarik untuk membantu mereka. Kelompok ini lantas menyediakan dukungan dan bertemu setidaknya sebulan sekali.

Langkah ketiga adalah memastikan setiap masjid memiliki materi pendidikan yang tepat, situs web yang direkomendasikan, maupun fasilitas yang baik untuk pengalaman pendidikan para mualaf. Terakhir, ia menyebut masjid bisa mengadakan acara sosial untuk mualaf, terutama di sekitar hari libur besar yang dapat memberi mereka rasa memiliki kelompok.

Pembicara kedua, Tamara Gary, kemudian menyarankan tiga faktor kunci untuk membuat masjid lebih ramah bagi mualaf. Hal pertama adalah merefleksikan seperti apa konsep yang dimiliki tentang ruang suci dan apa tujuan masjid.

“Tujuan utama dari aula atau tempat ibadah adalah doa, ibadah dan khutbah. Kita harus memastikan orang yang bertobat memiliki akses ke ruang utama itu,” katanya.

Kedua, ia menyebut keakraban budaya dan pemicu nostalgia positif bisa menjadi langkah lain yang ditempuh. Mualaf datang ke masjid dengan harapan menemukan budaya tertentu, yang sangat sering tidak terpenuhi.

Ia pun mengajak setiap pihak, utamanya pengurus masjid, untuk memikirkan hal-hal apa saja yang bisa memicu nostalgia dan mualaf bisa merasakan perasaan yang baik selama di masjid. Hal ini bisa dilakukan dengan makanan atau aroma yang enak.

“Ingat bahwa masjid adalah pusat sosial. Sangat penting untuk memasukkan kegiatan dan acara yang membahas kebutuhan sosial dan emosional para mualaf,” kata dia.

Pembicara terakhir, Syekh Abdullah Oduro, mengenang pengalamannya dengan masjid selama belajar di Madinah, Arab Saudi. Ia merekomendasikan untuk menyediakan video, seminar dan presentasi bagi mereka yang masih dalam tahap awal belajar dan mengamalkan dasar-dasar Islam. Juga, relevansi budaya sangat penting karena itulah lensa di mana orang melihat untuk menerima sesuatu secara umum. 

KHAZANAH REPUBLIKA

Kisah Mualaf Tiktokers Cantik Margareta Wiyanda Handoyo

SAHABAT Islampos, kenal dengan TikTokers cantik bernama Margareta Wiyanda Handoyo. Wanita yang akrab disapa Aga itu adalah seorang mualaf yang memeluk Islam pada 2018. Bagaimana kisah yang dilaluinya hingga memperoleh hidayah dan dapat memeluk Islam?

Dikutip dari Okezone, sejak kecil sampai dewasa, Aga dibesarkan dalam lingkungan keluarga non-Muslim. Bahkan, orangtuanya sangat fanatik, tidak membiarkan anak-anaknya mempelajari agama lain. Aga pun sudah diwanti-wanti untuk tidak pernah berpindah agama.

Namun, wanita asal Pekalongan, Jawa Tengah, berdarah Tionghoa ini mendapat hidayah Islam setelah bertemu seorang pria bernama Jati Pratama yang kini menjadi suaminya.

Ketika berteman dengan Jati, Aga tidak pernah bertanya tentang agama. Pasalnya, Jati juga keturunan Tionghoa yang biasanya memiliki adat serta agama serupa.

Setelah berkenalan dua bulan, Jati meminta dipertemukan dengan kedua orangtua Aga dengan maksud serius mengajak Aga menikah. Sampai detik itu, keduanya masih belum membahas agama satu sama lain.

“Saya tidak curiga karena kenal orangtua Mas Jati. Papanya menggunakan nama Mandarin,” kata Aga, dikutip dari kanal YouTube Penduduk Langit, Senin (25/7/2022).

Empat bulan kemudian barulah Jati menjelaskan bahwa dia seorang Muslim sejak lahir. Aga pun terkejut, tapi tidak marah ataupun memutuskan hubungan. Dia justru merasa penasaran dengan ajaran agama Islam.

Aga ingin tahu lebih dalam tentang perjalanan spiritual sang calon suami beserta keluarganya yang menjadi Muslim taat, berbeda dengan keluarga Tionghoa lain yang umumnya non-Muslim. Meski calon suaminya itu ingin menikahinya, Jati tidak memaksa Aga untuk memeluk Islam. Tetapi, Jati juga tidak mau berpindah agama.

Walau berbeda agama, hubungan mereka terus berlanjut hingga Aga lulus kuliah. Suatu saat ibu Aga membahas soal pernikahan dan agama Islam. Ibu Aga yang fanatik itu tiba-tiba berubah, dia jadi netral, tidak melarang ataupun mendukung hubungannya dengan Jati.

Rupanya ibu Aga menilai Jati adalah sosok calon suami yang baik dan taat agama. Jika Aga memang mau menikah dengannya, sang ibu tidak mempermasalahkan, asalkan Aga menjadi istri yang taat. Bahkan, jika memang harus pindah agama, ibunya pun memperbolehkan. Hal yang penting, Aga harus mengimani agamanya dengan sebaik-baiknya.

Pada 2017–2018, Aga pun mengutarakan niat untuk menjadi mualaf kepada sang calon suami. Jati dan calon ibu mertuanya dengan terbuka membimbingnya untuk belajar agama Islam, bahkan Aga dihadiahi mukena untuk sholat.

Setelah mantap masuk agama Islam, Aga pun memberanikan diri bersyahadat. Dia datang ke sebuah gedung dan dihadiri seorang kiai di Pekalongan. Dengan begitu, Aga resmi memeluk Islam, beberapa bulan sebelum Ramadhan 2018.

Sejak bersyahadat, Aga tidak lagi mengonsumsi makanan dan minuman haram. Hal itu diakui tidak terlalu sulit, namun harus beradaptasi dengan kebiasaan keluarganya yang kerap mengadakan acara dengan sajian makanan dan minuman haram.

Selain makanan dan minuman, ibadah yang baru dirasakannya adalah berpuasa. Ibunya yang tidak lagi fanatik justru menyiapkan sahur untuk Aga. Namun karena di rumah tidak ada yang berpuasa, Aga merasa sungkan dan memilih berbuka puasa di rumah calon suaminya.

Aga mengaku bersyukur melalui jalan yang mulus dan mendapat dukungan penuh dari keluarga untuk masuk Islam. Namun, tantangan itu justru datang dari luar. Kedua orangtuanya kerap mendapat cemoohan yang tidak mengenakkan dari luar tentang dirinya.

Beruntungnya, mental kedua orangtua Aga sangat kuat. Bahkan, sang ibu dengan lantang membalas cemoohan orang-orang tersebut dengan alasan-alasan yang bijak, sehingga mereka terdiam dan tidak lagi mengusiknya.

Aga dan Jati menikah sejak 2019. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai anak kembar yang menggemaskan. Aga pun sampai saat ini masih terus memperdalam ajaran agama Islam. Bahkan, dia mengubah penampilannya menjadi lebih tertutup dan memakai hijab. []

SUMBER: OKEZONE

Mualaf Maxi Deeng, Eks Misionaris di Papua yang Bergelimang Harta dan Kini Memilih Islam

Mualaf Maxi Deeng merupakan mantan misionaris di Papua yang tergugah ajarah Islam

Perjalanan Maxi Christian Ludewig Deen Deeng menemukan hidayah tidaklah sebentar. 

Pria asal Manado ini memfokuskan untuk belajar ilmu agamanya di pendidikan tinggi memiliki banyak pertanyaan yang membuatnya ragu.

Pertanyaan ini adalah tentang Ketuhanan. Namun jawaban yang dia dapatkan tidak bisa menghilangkan keraguan dengan keyakinannya.

Hingga akhirnya Maxi menempuh pendidikan pascasarjana untuk memperdalam teologinya di Manila. Dia pun kembali mempertanyakan tentang Ketuhanan kepada profesornya di Filipina.

Maxi pun mendapat jawaban yang memuaskan karena selama ini ajaran yang didapatkan di Indonesia ada kekeliruan. Seperti Isa merupakan Nabi atau utusan Allah, dibenarkan oleh profesornya di Filipina.

“Profesor saya mengatakan bahwa ucapan itu benar. Jadi ucapan saya yang memberikan penjelasan bahwa Isa itu memang bukan sama dengan Allah, dia hanyalah sebagai yang diutus oleh Allah,” jelas pria yang memiliki nama mualaf Abu Bakar ini dalam youtube Mualaf Center Aya Sofya, dikutip Republika.co.id, Sabtu (22/20/2022).     

Sebagaimana sejarah mencatat bahwa bani Israil atau yang kita kenal saat ini adalah bangsa Israil memang sudah sangat jelas dikenal sebagai bangsa yang suka memberontak dan gampang melupakan suatu ajaran sehingga karena itulah mereka melupakan Tuhan yang mereka sembah dalam hal ini adalah Allah SWT. 

Saat mendapatkan studi lanjut di Manila ternyata Abu Bakar tersadar selama ini ada kekeliruan.

“Tapi pada waktu itu saya masih berfikir ya sudah saya jalani dulu. Saya bekerja dulu sebagai pendakwah, saya waktu itu tamat S1 mendapatkan cumlaude, dan nilai IPK saya adalah tiga koma sekian,” ujar pria kelahiran Ngawi, 19 Juni 1969 ini.  

Setelah menyelesaikan gelar S2 di Filipina Abu Bakar mulai direkrut oleh organisasi agamanya dan menyebarluaskan ajaran.

Bak artis, kedatangannya selalu disambut dengan riuh dan tangis. Pernah suatu ketika beliau berkhutbah di Jayapura yang penduduknya dikenal sebagai orang keras, dalam artian karena statusnya para pejabat yang biasa membawa banyak uang dan banyak ibu-ibunya saling memamerkan perhiasan atau segala macam.

Tetapi waktu beliau berkhutbah di tengah-tengah mereka, membuat mereka menangis dan menanggalkan semua kekayaannya.

“Saya bikin itu tidak ada artinya perhiasan itu yang ada di tangan kalian. Jadi saya menjadi salah satu misionaris yang memang bisa dikatakan laris, selalu dipanggil kemana-mana. Dan memang saya sendiri merasa bahwa ada kharisma. Jadi misonaris itu jika punya kharisma akan lebih mudah dicintai umatnya,” ujar dia.

Puncaknya setelah banyak pengalaman. Allah SWT kembali datang dengan hidayah memberikan banyak petunjuk dan jalan keluar, tetapi saat itu kondisinya dia masih lebih condong ke dunia.

“Dan saya berpikir, saya sudah cukup tahu ilmu itu tetapi untuk mengambil suatu keputusan masih harus menunggu dulu. Saat itu saya masih berfikir, nanti dulu, saya bekerja dulu, dan itu membuat saya semakin terlena dalam pekerjaan itu,” jelas dia.

Singkatnya waktu itu, organisasi memutuskan untuk ditugaskan di Papua. Selama di Papua beliau menjalankan tugas di Kabupaten Biak Numfor dan Jayapura.

“Waktu itu saya ditugaskan dengan misionari penerbangan aviation yang ada di Jayapura menjadi co-pilot. Membawa pesawat kecil untuk memasuki pedalaman dan mengantarkan berbagai macam obatan, makanan, pakaian, dan kebutuhan lainnya,” kata dia.

Kelebihan dari misi organisasinya adalah memiliki aviation yang sebenarnya juga harus diimbangin oleh umat Islam karena untuk dakwah di daerah-daerah terpencil sangat sulit jika hanya mengandalkan kendaraan darat. Terlebih lagi jika menjangkau lokasi yang berada diatas gunung.

Abu Bakar sudah cukup lama ditugaskan di Biak Numfor, Jayapura, Manokwari, dan bahkan sampai ke Timika. Dia merupakan misionaris yang sangat dikenal hingga seluruh Papua sudah pasti kenal dengan nama pendeta Maxi Deeng.

Hidayah semakin kuat

Allah SWT akan memilih hamba-Nya yang mendapat hidayah. Hidayah pun datang dari jalan yang berbeda, salah satunya melalui mimpi.

“Salah satu yang pasti Allah sayang kepada saya adalah ketika diberikan mimpi,” ujar dia.

Dalam mimpi itu, Maxi masuk dalam lubang yang sangat dalam dan gelap, mendengar suara-suara mengerikan dan menakutkan. Dia berusaha mencari jalan keluar dan melihat ada titik kecil seperti cahaya jadi saya mengikutinya.

Semakin dekat membuat cahaya itu semakin besar, dia mengejarnya dan terus mengajar. Dan semakin dia mengejar cahaya itu, suara yang diluar semakin dahsyat dan menakutkan. Cahaya itu semakin besar dan dia kejar terus, hingga akhirnya dia masuk kelubang cahaya dan melihat begitu terang, sejuk, dan indah pemandangan.  

“Saya hanya mendengar waktu itu nama saya disebutkan, Maxi, La ilaha illallah sebanyak tiga kali. Setelah saya mendengar suara itu, membuat saya terbangun dan seperti habis mandi karena badan saya begitu basah semuanya,” ujar dia.

Jadi setelah kejadian itu dia berkesimpulan bahwa tidak ada lagi alasan apapun yang membuatnya untuk tidak segera berhijrah dan memeluk agama Islam. Kemudian dia meminta bantuan sahabatnya yang merupakan seorang pejabat imigrasi untuk membantunya mengurus proses pensyahadatannya.

“Saya telepon dia, datang ke kantornya, dan saya mengatakan kalau ingin masuk Islam. Dia akhirnya menolong saya untuk mencarikan tempat yang netral agar tidak terjadi keributan. Jadi dia memberi petunjuk di Balikpapan tepatnya d Masjid Istiqomah,” ujar dia.

Pada 2014, Maxi belajar dan mengucapkan kalimat syahadat. Kemudian melalui departemen agama, sehingga mendapatkan sertifikat yang secara resmi masuk Islam.

Menurut dia sejatinya agama yang benar adalah yang berpedoman pada kitab-kitab Allah SWT yaitu Taurat, Zabur, Injil, dan yang terakhir ditutup Alquran. Kita ketahui bahwa kitab suci Alquran itu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan hingga kini menjadi kitab suci umat Islam. Jadi itulah, orang yang tidak masuk Islam pasti tidak akan selamat.

Tidak ada lagi petunjuk yang diberikan karena semuanya sudah lewat. Sebagaimana Taurat, Zabur, dan Injil itu sudah lewat. Allah sudah mengutus nabi dan rasulnya sesuai dengan zaman-zamannya.

Saat ini kita berada di zaman penghujung yang tidak akan ada nabi lainnya dan tidak ada wahyu lain yang yang diberikan selain wahyu yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.

“Jadi kalau dikatakan sekarang ini siapa yang benar? maka yang benar adalah yang membawa kitab suci Alquran dan saat ini umatnya disebut umat Islam,” kata dia. 

Sesuai dengan bahasa artinya Islam itu adalah orang yang patuh dan juga taat yang memegang kitab suci Alquran dan ajaran yang diberikan nabi dan rasul Allah SWT yang terakhir dan tidak ada lagi nabi dan rasul Allah SWT selain dia yaitu Nabi Muhammad SAW.

Karena keislamannya, dia kehilangan pekerjan dan tak mampu lagi memberikan nafkah kemudian dia berpisah dengan istri dan anak-anaknya.

Kini dia telah menikah dan memiliki satu anak dari pernikahannya dengan wanita muslim. Karena ijazah S1 dan S2 tidak dapat digunakan untuk mendapatkan pekerjaan, dia mencari pekerjaan sesuai keahliannya.

Kini dia bekerja sebagai sopir di sebuah kantor di Jakarta. Dan telah menempati rumah yang nyaman meski sederhana. Abu Bakar pun diberikan tanggung jawab untuk membangun mushalla bagi warga di lingkungan rumahnya dan berdakwah mengenai kristologi dan Islam.     

KHAZANAH REPUBLIKA

Terungkap, Jejak Kebaikan Koh Steven Indra Wibowo: Salah Satunya Sumbang 14 Milyar untuk Bantu Sesama saat Covid-19!

JUMAT, 14 Oktober 2022, bada Isya, kabar duka menyelimuti Indonesia. Koh Steven Indra Wibowo dipanggil Allah SWT. Koh Steven wafat di Bandung.

Jenazah Koh Steven akan dimakamkan di Firdaus Memorial Park, Ujung Berung, Bandung, Jawa Barat.

Kabar meninggalnya Koh Steven Indra Wibowo mengundang banyak rasa duka dari para selebriti. Di antaranya adalah Arie Untung, Mulan Jameela, Taqy Malik, Teuku Wishnu hingga Zaskia Sungkar.

Koh Steven Indra Wibowo merupakan sosok pendiri Mualaf Center Indonesia (MCI) dan dikenal setelah menjadi mualaf.

Koh Steven Indra Wibowo semasa hidupnya juga sering melakukan aksi-kasi sosial untuk membantu masyarakat.

Semasa hidupnya, Koh Steven banyak sekali melakukan amal shaleh.

Koh Steven Indra Wibowo pernah menjual tanah hanya untuk membantu bagi-bagi baju APD saat pandemic Covid-19. Koh Steven menguras habis harta bendanya senilai Rp14 miliar yang terdiri dari rumah hingga motor gede untuk disumbangkan membantu sesama yang terdampak virus Corona.

Saat itu Koh Steven  memproduksi 48 ribu pakaian hazmat untuk diberikan secara cuma-cuma kepada 4.781 fasilitas kesehatan yang ada di seluruh wilayah Indonesia.

Tidak hanya itu dia juga memasang surgical gown ke 43 ribu pakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang diterima banyak rumah sakit. Ini dilakukan karena APD yang ada belum berstandar WHO.

Sebelum itu pula, Koh Steven telah memproduksi ribuan masker yang juga dibagikan secara gratis. Adapun jenisnya N95 masker tujuh lapis dan masker medis 3 lapis.

Saat di Mekkah, Koh Steven Indra Wibowo juga dikenal suka membagi-bagikan Al Quran dan bangku untuk sholat. []

ISLAMPOS

Kisah 3 Crazy Rich Masuk Islam

Kisah perpindahan keyakinan seseorang menjadi mualaf selalu menarik disimak. Sebab, proses mereka sebelum akhirnya mantap berhijrah selalu tak mudah. Banyak pertentangan dalam diri sendiri, keluarga dan lingkungan hingga akhirnya mereka bersyahadat.

Apalagi jika berhijrah ke Islam itu dialami para pengusaha crazy rich (super kaya), tentu akan menjadi sorotan media dan masyarakat seperti yang dialami Johar Zein, Herman Wijaya dan Fitria Yusuf.

Johar lahir di Medan, Sumatera Utara pada 1954 dari keluarga pedagang Tionghoa. Meski berasal dari keluarga yang menganut agama Budha, Johari pernah disekolahkan di sekolah Katolik.

Setelah masuk Islam, Johar berobsesi membangun 99 masjid. Untuk itu ia mendirikan lembaga Johari Zein Foundation. Dari 99 masjid, Johari Zein Foundation telah membangun masjid Zeinurrahim di desa Medana Lombok Utara.

Herman Wijaya. Dia adalah pengusaha terkenal di Palembang, Sumatera Selatan. Herman yang keturunan Tionghoa ini bersyahadat di Masjid Raya Citra Grand City,3 tahun lalu.

Namanya kemudian berubah menjadi Muhammad Hermanto Wijaya.

Prosesi syahadat Herman dihadiri tokoh besar seperti Gubernur Sumsel Herman Deru dan Gubernur periode 2003-2008 Syahrial Oesman. Juga dihadiri tokoh masyarakat Kemas H Halim, Ketua MUI Sumsel Aflatun Muchtar, Ustad Sodikun dan lainnya.

Fitria Yusuf. Sama dengan herman Wijaya, Fitria juga keturunan Tionghoa. Dia putri pengusaha yang dikenal sebagai raja jalan tol, Jusuf Hamka.

Fitria mengucap dua kalimat syahadat pada 12 Maret 2020 pukul 10.00 WIB. Bertempat di Masjid Lautze, Jakarta Pusat dibimbing langsung oleh Wasekjen MUI Pusat, KH Zaitun Rasmin.

Selain pengusaha jalan tol, Yusuf Hamka dikenal sebagai tokoh Muslim Tionghoa Indonesia. Juga dikenal sebagai pengusaha yang banyak melakukan kegiatan sosial.

Dia bikin Pojok Halal, warung murah meriah. Dia juga membangun 1000 masjid di mana-mana. “Semua itu yang ngurus dia,” kata Yusuf menunjuk Fitria, dikutip dari Instagram @jusufhamka, (24/4/2020).

Mengapa para crazy rich itu memilih masuk Islam? Jawabannya ada di sini

HIDAYATULLAH

Kisah Mualaf Gadis Tunanetra Cerdas, Pernah Dianggap Anak Terkutuk

Galuh dilahirkan dari keluarga Hindu. Ayahnya seorang pedande di Bali, seperti kiai dalam Islam. Sayangnya, ayahnya sempat tidak mengakui keberadaan putrinya itu. Bahkan ayahnya sempat bilang Galuh kena kutukan dewa.

Itu karena keadaan Galuh. Matanya mengalami low vision, akibatnya pandangannya jadi kabur. Itu terjadi sejak anak-anak. “Waktu lulus SMP dan hendak masuk SMA sudah total,” katanya. Maksudnya tidak bisa melihat lagi.

Galuh tak menyerah. Apalagi ia dikarunia otak yang cerdas, hingga ia bisa masuk dan menyelesaikan pendidikan di sekolah yang baik. Ia berhasil masuk SMA Negeri favorit di Sidoarjo Jawa Timur.

Sekarang kuliah di Universitas Negeri Malang jurusan Bimbingan Kenseling dengan IP 3,9. Sebuah prestasi yang tak semua orang mampu meraihnya, termasuk anak ‘normal’ sekalipun, apalagi tunanetra. Butuh perjuangan, tekad, keteguhan dan kesabaran. Persisnya seperti apa?

Di sisi lain, dalam perjalanannya, Galuh pernah protes kepada Tuhan atas keadaan dirinya. “Tuhan tidak ada. Kalau ada mengapa nasib saya begini,” begitu katanya menggugat.

Karena tak percaya Tuhan, Galuh kemudian berbuat seenaknya. “Semua pernah saya lakukan kecuali nge-drug dan seks bebas,” katanya.

Hingga pada satu titik ia mendapat pencerahan.

Tonton kisah perjuangan hijrah Galuh di Kisah Mualaf Gadis Tunanetra Cerdas, Pernah Dianggap Anak Terkutuk.

link video: https://www.youtube.com/watch?v=TUUU18ugPD0

HIDAYATULLAH

Kacaunya Bibel Sebabkan Anak Putri Aktivis LSM Kristen Ini Masuk Islam

Natalia Iriani lahir dan besar dalam keluarga Nasrani yang taat. Ayahnya adalah sarjana teologi yang kemudian aktif di LSM Kristen. Ibadah di gereja dan doa pagi sore sudah menjadi rutinitas. Setiap hari juga dibiasakan membaca Bibel, kita suci agama Kristen. Tidak itu saja, keluarga Natalia juga aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial yang digelar gereja.

Tentu saja semua itu berpengaruh pada tumbuh dan kembangkan Natalia. Ia juga menjadi umat Kristiani yang taat. Tertanam kuat di dalam dirinya bahwa Yesus adalah Tuhan. Demikianlah yang didoktrinkan gereja dan juga di dalam keluarganya.

Meski Kristen taat, Natalia tidak eksklusif. Ia tetap bergaul dengan teman-teman lain yang beda agama. Termasuk dengan teman-temannya yang Muslim. Nah, di antara teman Muslim itu ada yang ‘jahil’. Tiba-tiba saja dia bilang, “Natali, kitab sucimu bermasalah lo. Coba cari ayat yang mengatakan Yesus itu Tuhan. Jika ada saya siap masuk Kristen.”

Natali mengaku kaget juga dengan pernyataan temannya itu. Selama ini ia tak pernah mempermasalahkan Bibel. Dia anggap apa yang terkandung di dalam Bibel benar semua. Tak mungkin kitab suci ada kesalahan.

Namun anehnya diam-diam dia penasaran. Masak sih Bibel bermasalah. Dia kemudian mencoba menilisik pasal demi pasal di dalam Bibel. Betapa terkejutnya dia saat berjumpa dengan salah satu ayat yang mengatakan bahwa Tuhan Allah itu esa. Benarkah tuhannya itu Allah? Bukankah doktrin yang diterimanya mengatakan bahwa Tuhan itu Yesus? “Kalau Tuhan itu Allah, berarti sama dong dengan Tuhannya orang Islam,” katanya.

Atas kebingungannya itu, dia mencoba bertanya kepada guru agamanya. Gurunya menjawab, “Tuhan kamu ya Yesus.” Natali tak puas. “Tapi di Bibel dikatakan Tuhan kita Allah,” katanya. “Kalau tidak percaya Yesus itu Tuhan, kamu dosa,” tukasnya gurunya. Natili diam meski di dalam hatinya masih menyimpan penasaran: mana yang benar.

Dalam kegalaunnya itu, ayahnya datang membawa ayat yang secara jelas mengatakan bahwa Yesus itu Tuhan. Natali pun lega. Dia akan menagih janji temannya. Bagaimana nasib temannya, akankah dia masuk Kristen?

Jawabannya ada dalam video di sini

HIDAYATULLAH