Berbuat baik tak pandang suku, agama, dan ras. Bahkan yang tak bergama pun bisa makan di sini.” Kalimat itu keluar dari mulut seorang mualaf Tionghoa yang memberikan dana pribadinya untuk membangun warung makan dengan harga luar biasa murah bagi satu porsi makanan.
Muhammad Jusuf Hamka (60) dimualafkan oleh Buya Hamka pada 1981 silam, berbagi dengan cara lain yang tak hanya memberikan uang atau barang, ia mencetuskan ide menjual makanan murah untuk membantu orang-orang yang kekurangan. Hasil penjualan nantinya akan diputar kembali untuk berbagi.
Warung Nasi Kuning Podjok Halal di Jalan Yos Sudarso Kav 28 Jakarta Utara ia buka tepat di samping kantor ia bekerja di PT Citra Marga Nusa Pala (CMNP) sebagai Penasihat Utama.
Warung seukuran 5 meter dengan beratapkan tenda setiap Senin sampai Jumat menjual nasi, sayur dan lauk pauk seharga Rp 3 RIbu untuk satu porsi berisi nasi kuning, lauk dan sayur. Disediakan pula gelas dan dispenser untuk mengambil air minum sendiri yang disediakan Jusuf.
Warung untuk dhuafa dan masyarakat tidak mampu ini dibuka sejak pukul 11 siang sampai jam satu siang. “Persiapan jam 11, dibuka sampai jam satu. Sebab kan, ini yang layani juga dari karywan PT CMNP, kita kembali kerja lagi. Jadi setiap harinya bergantian juga,” kata salah seorang Karywan PT CMNP sambil melayani pembeli.
Satu persatu berbagai macam orang datang bergantian, mulai dari pekerja pabrik, pemulung, masyarakat yang melewati kantor CMNP, sampai ojek online ingin mencicipi makanan porsi seharga Rp 3 ribu itu. Dari pantauan Republika.co.id, menu hari ini terdiri dari nasi kuning, sayur kacang, telur bulat dan telur ceplok cabe dan ikan tongkol pedas serta sambal.
Republika.co.id juga mencicipi makanan murah tersebut, dan hasilnya makanan itu terasa lezat dan pas di lidah. Setiap harinya menu bergantian, antara lain, ayam, ikan, daging syur berkuah, tumis dan lain sebagainya.
Begitupun kata Yana (52) yang bekerja sebagai kuli pengangkat alat-alat berat. Ia mengatakan, beruntung bisa makan makanan murah, higienis, dan lezat dengan harga yang benar tak menguras kantong.
“Saya tau dari temen, nih ada makanan murah di samping. Saya langsung ke sini. Alhamdulilah enak. Besok saya ke sini lagi makan siang. menghematkan dan menyehatkan,” kata Yana, Selasa (13/2).
Meskipun begitu, Jusuf tak memaksa jika ada yang benar tidak ada uang untuk makan, siapapun bisa makan di warungnya. “Andai kata orang itu dateng naik mobil, keliatan mampu. gapapa, tetep di tolong. kita kan gatau di kantongnya ada duit apa ngga,” kata Jusuf.
Sikap mulia Jusuf ia persembahkan atas rasa kebersyukurannya dan juga demi tabungan di akhirat nanti. Sebab, anugerah syukur dari Tuhan telah melimpah ruah diberikan Tuhan kepadanya, untuk itu, kata dia, mengapa tak dibagikan bagi orang yang kekurangan.
Berbuat kebaikan, kata dia, juga tidak perlu pilih-pilih orang. Siapapun, jika membutuhkan dan kekurangan harus ditolong. “Warung ini merupakan pola pertama untuk membentuk suatu sistem. Siapa tahu dari pengusaha bisa membantu sesama dengan cara ini,” ujar Jusuf.
Dari perilakunya tersebut, mengundang berbagai orang menyumbangkan uang untuk warung yang didirkannya. Ia takmemaksa, tapi seperti ia bercerita, ada seorang yang memakan membayar sebesar Rp. 50 ribu dan tidak meminta kembalian, kata orang tersebut, “saya juga mau ikut sedekah,” cerita Jusuf.
Selain itu, ada pula pengusaha yang menyumbangkan Rp 5 juta untuk sedekah di warung podjok nasi kuning halal.
Dalam seminggu, Warung Nasi Kuningg Podjok Halal memeroleh makanan dengan memberdayakan warung makan sekitar. Seperti hari ini warung makan asal Padmangan Jakarta Utara ditugaskan untuk memasak.
“Saya ngga mau ada kompetisi, saya juga ngga mau mematikan warung makan setempat, jadi saya berdayakan dengan kerja sama memberikan subsidi ke mereka untuk menyediakan makanan. Tetep harga dari mereka semisal satu porsi 10 ribu. Yang dijual 3 ribu, jadi subsidi yang saya kasih dari dana saya ya 7 ribu,” kata dia.
Gagasan awal mendirikan warung ini, dimulai dari puasa Ramadhan setiap tahunnya. Ia kerap memberikan buka puasa geratis selama satu bulan di kantornya untuk para kaum dhuafa dan kekurangan. Kemudian, ia berpikir, untuk menolong orang yang tak hanya satu kali dala setiap tahunnya, ia berpikir mengapa tak setiap hari saja. Untuk itu, ia mencetuskan pola ini untuk berbagi
“Kalau ditanya cari untung, mana ada untungnya ini. Tapi saya mendapatkan untung buat bekal di akhirat. Uang yang kita simpan bukan uang kita, tapi uang yang kita sedehkahkan itu uang kita,” ujarnya.
Rencana ke depan, pada beberapa bulan lagi, ia akan mencoba membuka di lima titik wilayah Jakarta. Pertama Jakarta Uatara yang telah dimulai sejak (6/2). Selanjutnya Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Ia juga berharap, pemerintah dan pengusaha dapat melihat ini sebagai jalan kebaikan menolong sesama. Sebab, di Jakarta sendiri masih banyak orang yang kekurangan menyoal perut.
Secara agama, dia tak merasa dirinya sebagai ustaz atau yang oaling baik beragama. Namun, menurutnya perlakunya itu dapat menyontohkan orang lain agar bisa bermanfaat bagi sesama manusia apalagi orang-orang yang berkebutuhan dan kekurangan.
Kisah Mualaf lainny bisa ditemukan denganmemasukan kata Mualaf di kolom pencarian.