Masuk Surga dan Neraka karena Hewan

Islam merupakan agama rahmatan lil ‘alamin (kasih sayang untuk seluruh alam). Tidak hanya untuk manusia, tetapi juga untuk makhluk lain termasuk dengan hewan-hewan.

Ketika para sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Apakah jika berbuat baik kepada hewan mendapatkan pahala?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,

فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ

“Di setiap yang memiliki jantung yang basah (hewan) terdapat pahala.” (HR. Abu Dawud no. 2550, lihat juga HR. Bukhari no. 2363)

Dalam sabda beliau hallallahu ‘alaihi wasallam yang lain,

ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

“Kasihanilah siapa yang ada di bumi ini, niscaya kalian akan dikasihani oleh yang ada di langit.” (HR. At-Tirmidzi no. 1924)

Jika hati manusia itu lembut, maka dia akan menyayangi segala sesuatu yang memiliki roh. Dan jika dia menyayangi segala sesuatu yang memiliki roh, maka Allah akan menyayanginya. (Lihat Syarah Riyadhus Shalihin, 2: 555)

Dalam suatu riwayat, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melarang para sahabatnya menjadikan burung sebagai sasaran memanah,

لَعَنَ مَنِ اتَّخَذَ شَيْئًا فِيهِ الرُّوحُ غَرَضًا

“Allah melaknat orang yang menjadikan sesuatu yang bernyawa sebagai sasaran.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Demikian pula, tatkala beliau melihat seekor burung berputar-putar mencari anak-anaknya yang mana sarangnya diambil oleh salah seorang sahabat,

مَنْ فَجَعَ هَذِهِ بِوَلَدِهَا رُدُّوا وَلَدَهَا إِلَيْهَا

“Siapa gerangan yang telah menyakiti perasaan burung ini karena anaknya? Kembalikanlah kepadanya anak-anaknya.” (HR. Abu Daud no. 2675)

Riwayat-riwayat di atas menunjukkan bahwa dianjurkan untuk berbuat baik kepada hewan.

Masuk surga karena menolong anjing

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

غُفِرَ لِامْرَأَةٍ مُومِسَةٍ مَرَّتْ بِكَلْبٍ عَلَى رَأْسِ رَكِيٍّ يَلْهَثُ قَالَ كَادَ يَقْتُلُهُ الْعَطَشُ فَنَزَعَتْ خُفَّهَا فَأَوْثَقَتْهُ بِخِمَارِهَا فَنَزَعَتْ لَهُ مِنْ الْمَاءِ فَغُفِرَ لَهَا بِذَلِكَ

“Seorang wanita pezina diampuni oleh Allah. Dia melewati seekor anjing yang menjulurkan lidahnya di sisi sebuah sumur. Anjing ini hampir saja mati kehausan. Si wanita pelacur tersebut lalu melepas sepatunya, dan dengan penutup kepalanya. Lalu dia mengambilkan air untuk anjing tersebut. Dengan sebab perbuatannya ini, dia mendapatkan ampunan dari Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيْقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ، فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيْهَا فَشَرِبَ، ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ، فَقَالَ الرَّجُلُ: لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبُ مِنَ الْعَطَشِ مِثْلَ الَّذِي كَانَ قَدْ بَلَغَ مِنِّي، فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَأَ خُفَّهُ مَاءً ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيْهِ، حَتَّى رَقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ، فَشَكَرَ اللهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ. قَالُوا: يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِم أَجْرًا؟ فَقَالَ: فِي كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ

“Pada suatu ketika ada seorang lelaki sedang berjalan dan ia merasa sangat kehausan, lalu dia turun ke sumur dan minum. Ketika dia keluar, ternyata ada seekor anjing sedang menjulurkan lidahnya menjilati tanah basah karena kehausan. Dia berkata, ‘Anjing ini kehausan seperti diriku.’ Maka, dia mengisi sepatunya dan memegangnya dengan mulutnya. Kemudian dia naik dan memberi minum anjing itu. Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuninya.”

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah menolong binatang juga memperoleh pahala?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Menolong setiap makhluk yang bernyawa itu ada pahala (sebagai balasan atas perbuatan baik padanya).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dapat kita ketahui dari hadis di atas bahwa orang yang mati membawa dosa besar tanpa membawa dosa syirik, maka ia tidak kekal di neraka untuk diazab (dibersihkan dosanya). Allah dapat memberikan rahmat-Nya dengan memasukkannya ke dalam surga setelah bersih dosanya. Bahkan, ada pelaku maksiat yang mati dalam keadaan belum bertobat (tanpa membawa dosa syirik). Jika Allah berkendak, ia bisa langsung Allah masukkan ke dalam surga. Maka, perkaranya adalah bergantung pada kehendak Allah. (Lihat Ushulus Sunnah, no. 26)

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang Allah kehendaki.” (QS. An Nisa: 4)

Para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan hewan yang ditolong adalah hewan yang tidak mengganggu dan tidak diperintahkan untuk dibunuh.

Masuk neraka karena menyiksa kucing dan membunuh lalat

Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

عُذِّبت امرأة في هِرَّة سَجَنَتْها حتى ماتت، فدخلت فيها النار، لا هي أطعمتها ولا سَقتها، إذ حبستها، ولا هي تَركتْها تأكل مِن خَشَاشِ الأرض

“Ada seorang wanita diazab karena seekor kucing yang dia kurung hingga mati kelaparan, lalu dengan sebab itu dia masuk neraka. Dia tidak memberinya makan dan minum ketika mengurungnya, dan dia juga tidak melepaskannya supaya ia bisa memakan serangga tanah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis tersebut memberikan dorongan untuk memberikan kasih sayang kepada setiap makhluk, tercakup di dalamnya orang beriman dan orang kafir, serta binatang yang dimilikinya maupun binatang yang bukan miliknya.” (Lihat Syarh Shahih Al-Adab Al-Mufrad, 1: 490)

Dikisahkan juga bahwa ada seorang laki-laki yang masuk neraka disebabkan karena membunuh lalat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻓِﻲْ ﺫُﺑَﺎﺏٍ , ﻭَﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻓِﻲْ ﺫُﺑَﺎﺏٍ، ﻗَﺎﻟُﻮْﺍ : ﻭَﻛَﻴْﻒَ ﺫَﻟِﻚَ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﻣَﺮَّ ﺭَﺟُﻼَﻥِ ﻋَﻠَﻰ ﻗَﻮْﻡٍ ﻟَﻬُﻢْ ﺻَﻨَﻢٌ ﻻَ ﻳَﺠُﻮْﺯُﻩُ ﺃَﺣَﺪٌ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻘَﺮِّﺏَ ﻟَﻪُ ﺷَﻴْﺌًﺎ، ﻓَﻘَﺎﻟُﻮْﺍ ﻷَﺣَﺪِﻫِﻤَﺎ : ﻗَﺮِّﺏْ، ﻗَﺎﻝَ : ﻟَﻴْﺲَ ﻋِﻨْﺪِﻱْ ﺷَﻲْﺀٌ ﺃُﻗَﺮِّﺏُ، ﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﻟَﻪُ : ﻗَﺮِّﺏْ ﻭَﻟَﻮْ ﺫُﺑَﺎﺑًﺎ، ﻓَﻘَﺮَّﺏَ ﺫُﺑَﺎﺑًﺎ ﻓَﺨَﻠُّﻮْﺍ ﺳَﺒِﻴْﻠَﻪُ ﻓَﺪَﺧَﻞَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ، ﻭَﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﻟِﻶﺧَﺮِ : ﻗَﺮِّﺏْ، ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﻣَﺎ ﻛُﻨْﺖُ ﻷُﻗَﺮِّﺏَ ﻷﺣَﺪٍ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﺩُﻭْﻥَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓَﻀَﺮَﺑُﻮْﺍ ﻋُﻨُﻘَﻪُ ﻓَﺪَﺧَﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ

“Ada seseorang yang masuk surga karena seekor lalat dan ada yang masuk neraka karena seekor lalat pula.”

Para sahabat bertanya, “Bagaimana itu bisa terjadi, wahai Rasulullah?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Ada dua orang berjalan melewati sebuah kaum yang memiliki berhala. Tidak boleh seorang pun melewatinya, kecuali dengan mempersembahkan sesuatu untuknya terlebih dahulu. Maka, mereka berkata kepada salah satu di antara kedua orang tadi, ‘Persembahkanlah sesuatu untuknya!’

Ia menjawab, ‘Saya tidak mempunyai apapun yang akan saya persembahkan.’ Mereka berkata lagi, ‘Persembahkan untuknya walaupun seekor lalat!’ Maka, ia pun mempersembahkan untuknya seekor lalat. Maka, mereka membiarkan ia untuk meneruskan perjalanannya, dan ia pun masuk ke dalam neraka.

Kemudian mereka berkata lagi kepada seseorang yang lain, ‘Persembahkalah untuknya sesuatu!’ Ia menjawab, ‘Aku tidak akan mempersembahkan sesuatu apapun untuk selain Allah.’ Maka mereka pun memenggal lehernya, dan ia pun masuk ke dalam surga.” (HR. Ahmad dalam Az-Zuhud, hal. 15)

Dari hadis di atas terdapat peringatan keras agar tidak terjerumus dalam kesyirikan. (Lihat Fathul Majid, hal. 200). Hendaknya seseorang belajar agama agar mengenal macam-macam kesyirikan dan terhindar dari bahaya perbuatan syirik.

Semoga kita dapat mengamalkan ajaran yang diperintahkan oleh syariat Islam tersebut, yaitu syariat yang penuh rahmat, syariat yang penuh dengan kebaikan dan kelembutan bagi segenap makhluk.

***

Penulis: Arif Muhammad Nurwijaya, S.Pd.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/88604-masuk-surga-dan-neraka-karena-hewan.html

Tidak Boleh Memastikan Individu Tertentu Masuk Surga atau Neraka, kecuali Jika Ada Dalil

Ahlussunnah waljama’ah membedakan antara hukum umum bahwa orang mukmin itu di surga dan orang kafir itu di neraka, dengan hukum spesifik bahwa individu tertentu itu di surga atau di neraka.

Adapun hukum secara umum, maka ahlussunnah meyakini bahwa orang mukmin itu di surga dan orang kafir itu di neraka. Banyak sekali dalil yang berbicara tentang hal ini. Bahkan, ini termasuk perkara al-ma’lum minad-din bidh-dharurah, yaitu perkara yang diketahui secara terang benderang baik oleh para ulama ataupun oleh masyarakat awam.

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمْ خَيْرُ ٱلْبَرِيَّةِ جَزَآؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۖ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِىَ رَبَّهُۥ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Rabb mereka adalah surga ‘Adn yang sungai-sungai mengalir di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Yang demikian itu adalah balasan bagi orang yang takut kepada Rabb-nya.” (QS. Al-Bayyinah: 7-8)

Demikian pula, tentang orang kafir itu di neraka, Allah subhanahu wata’ala berfirman,

إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ وَٱلْمُشْرِكِينَ فِى نَارِ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمْ شَرُّ ٱلْبَرِيَّةِ

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dari ahli kitab dan orang-orang yang musyrik itu di neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al-Bayyinah: 6)

Adapun meyakini atau mengatakan bahwa individu tertentu itu di surga atau neraka, maka hal ini tidak boleh kita lakukan, kecuali jika memang ada dalilnya bahwa dia masuk surga atau masuk neraka. Ini karena hanya Allah subhanahu wata’ala yang mengetahui perkara yang batin dan tersembunyi. Bahkan, walaupun orang tersebut adalah orang mukmin asli atau orang kafir asli, maka tidak boleh bagi kita untuk mengatakan semisal “Si Fulan di surga”, atau “Si Fulan di neraka”.

Yang bisa kita lakukan adalah mengharapkan dan mendoakan seseorang untuk masuk surga, jika zahirnya selama ini di dunia dia adalah orang yang beriman. Atau, kita juga bisa mengatakan, “Si Fulan adalah muslim, dan jika dia meninggal di atas keimanannya, maka dia akan masuk surga.” Atau mengatakan,  “Si Fulan adalah kafir, dan jika dia mati di atas kekufurannya, maka dia akan masuk neraka.” Dengan kata lain, kita mengembalikan kepada hukum umum. Jika seseorang itu memang adalah orang yang beriman, maka dia masuk surga. Akan tetapi, jika dia adalah orang yang kafir, maka dia masuk neraka.

Adapun jika ada dalil yang menetapkan bahwa individu tertentu itu masuk surga, maka kita harus meyakini bahwa individu tersebut masuk surga. Misalnya, sepuluh sahabat yang dijanjikan masuk surga dalam hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

أبو بكر في الجنة، وعمر في الجنة، وعثمان في الجنة، وعلي في الجنة، وطلحة في الجنة، والزبير في الجنة، وعبد الرحمن بن عوف في الجنة، وسعد بن أبي وقاص في الجنة، وسعيد بن زيد في الجنة، وأبو عبيدة بن الجراح في الجنة.

Abu Bakr di surga, ‘Umar (ibn al-Khaththab) di surga, ‘Utsman (ibn ‘Affan) di surga, ‘Ali (ibn Abi Thalib) di surga, Thalhah (ibn ‘Ubaidillah) di surga, Az-Zubair (ibn Al-’Awwam) di surga, ‘Abdurrahman ibn ‘Auf di surga, Sa’id ibn Abi Waqqash di surga, Sa’id ibn Zaid di surga, dan Abu ‘Ubaidah ibn Al-Jarrah di surga.

Demikian pula, jika ada dalil yang menetapkan bahwa individu tertentu itu masuk neraka, maka kita harus meyakini bahwa individu tersebut masuk neraka. Misalnya, Abu Lahab dan istrinya. Allah subhanahu wata’ala berfirman,

تَبَّتْ يَدَآ أَبِى لَهَبٍ وَتَبَّ * مَآ أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُۥ وَمَا كَسَبَ * سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ * وَٱمْرَأَتُهُۥ حَمَّالَةَ ٱلْحَطَبِ * فِى جِيدِهَا حَبْلٌ مِّن مَّسَدِۭ

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah bermanfaat kepadanya harta bendanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan begitu pula istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.” (QS. al-Masad: 1-5)

***

@ Dago, Bandung, 19 Jumada al-Ula 1443 H

Penulis: Dr. Andy Octavian Latief, M.Sc

Sumber: https://muslim.or.id/71404-tidak-boleh-memastikan-individu-tertentu-masuk-surga-atau-neraka-kecuali-jika-ada-dalil.html

Alquran Ungkap Alasan Neraka Banyak Dihuni Jin dan Manusia

Surah Al-A’raf Ayat 179 dan tafsirnya menjelaskan alasan neraka jahanam akan banyak dihuni oleh jin dan manusia.

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ

بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ

Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah. (QS Al-A’raf: 179).

Tafsir Kementerian Agama menerangkan, Allah dalam ayat ini menguraikan apa yang tidak terperinci pada ayat-ayat yang sebelumnya tentang hal-hal yang menyebabkan terjerumusnya manusia ke dalam kesesatan. Allah menjelaskan banyak manusia menjadi isi neraka jahanam seperti halnya mereka yang masuk surga, sesuai dengan amalan mereka masing-masing.

Hal-hal yang menyebabkan manusia itu diazab di neraka jahanam adalah akal dan perasaan mereka tidak dipergunakan untuk memahami keesaan dan kebesaran Allah. Padahal kepercayaan pada keesaan Allah itu membersihkan jiwa mereka dari segala macam was-was dan dari sifat hina serta rendah diri, lagi menanamkan pada diri mereka rasa percaya terhadap dirinya sendiri.

Mereka juga tidak menggunakan akal pikiran mereka untuk kehidupan rohani dan kebahagiaan abadi. Jiwa mereka terikat kepada kehidupan duniawi, sebagaimana difirmankan Allah ini.

“Mereka mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia, sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai.” (QS Ar-Rum: 7)

Mereka tidak memahami bahwa tujuan mereka diperintahkan menjauhi kemaksiatan, dan berbuat kebajikan, adalah untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Mereka tidak memahami hukum-hukum masyarakat dan pengaruh kepercayaan agama Islam dalam mempersatukan umat. Mereka tidak memahami tanda-tanda keesaan Allah, baik dalam diri manusia maupun yang ada di permukaan bumi. Mereka tidak memahami dan merenungkan wahyu Tuhan yang disampaikan kepada Rasul-Nya.

Mereka mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakan untuk melihat bukti kebenaran dan keesaan Allah. Segala kejadian dalam sejarah manusia, segala peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia setiap hari, yang dilihat dan yang didengar, tidak menjadi bahan pemikiran dan renungan untuk dianalisa dan hal ini disimpulkan Allah dalam firman-Nya.

“Dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan, dan hati mereka itu tidak berguna sedikit pun bagi mereka, karena mereka (selalu) mengingkari ayat-ayat Allah dan (ancaman) azab yang dahulu mereka memperolok-olokkannya telah mengepung mereka.” (QS Al-Ahqaf: 26)

Mereka tidak dapat memanfaatkan mata, telinga, dan akal sehingga mereka tidak memperoleh hidayat Allah yang membawa mereka kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Keadaan mereka seperti binatang bahkan lebih buruk dari binatang, sebab binatang tidak mempunyai daya-pikir untuk mengolah hasil penglihatan dan pendengarannya.

Binatang bereaksi dengan dunia luar berdasarkan naluri dan bertujuan hanyalah untuk mempertahankan hidup. Dia makan dan minum, serta memenuhi kebutuhannya, tidaklah melampaui dari batas kebutuhan biologis hewani.

Tetapi bagaimana dengan manusia, bila sudah menjadi budak hawa-nafsu. Akal mereka tidak bermanfaat lagi. Mereka berlebihan dalam memenuhi kebutuhan jasmani mereka sendiri, berlebihan dalam mengurangi hak orang lain. Diperasnya hak orang lain bahkan kadang-kadang di luar perikemanusiaan.

Bila sifat demikian menimpa satu bangsa dan negara, maka negara itu akan menjadi serakah dan penindas bangsa dan negara lain. Mereka mempunyai hati (perasaan dan pikiran), tetapi tidak digunakan untuk memahami ayat-ayat (Allah).

Mereka lupa dan melalaikan bukti-bukti kebenaran Allah pada diri pribadi, pada kemanusiaan dan alam semesta ini, mereka melupakan penggunaan perasaan dan pikiran untuk tujuan-tujuan yang luhur dan meninggalkan kepentingan yang pokok dari kehidupan manusia sebagai pribadi dan bangsa.

IHRAM

Memperingatkan Neraka, tapi Malah Masuk Neraka

“Ada duta anti-korupsi, malah dia korupsi. Ada duta anti-narkoba, malah pengguna dan pengedar narkoba. Semoga kita yang memperingatkan dari masuk neraka, tidak masuk neraka kelak. Terlihat alim di depan manusia, tapi banyak bermaksiat saat sendiri. Wal ‘iyadzu billah.”

Kaum muslimin dan para aktivis dakwah yang semoga dimuliakan oleh Allah. Semoga kita tidak termasuk yang sering memperingatkan manusia akan neraka, akan tetapi kita sendiri yang masuk neraka. Kita banyak menasihati orang lain, tetapi malah kita sendiri yang melanggarnya. Wal ‘iyadzu billah.

Allah Ta’ala berfirman,

أَتَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ ٱلْكِتَٰبَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Al-Quran)?  Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. al-Baqarah: 43)

Adakah yang demikian? Jawabannya, ada. Sebagaimana hadis tentang orang yang selalu melakukan amal ahli surga, tetapi di akhir hayatnya justru ia masuk neraka dengan su-ul khatimah.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞَ ﻟَﻴَﻌْﻤَﻞُ ﻋَﻤَﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻓِﻴْﻤَﺎ ﻳَﺒْﺪُﻭ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻭَﻫُﻮَ ﻣِﻦْ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭ

“Sesungguhnya seseorang benar-benar melakukan amalan surga – menurut yang tampak bagi masyarakat – padahal ia termasuk penduduk neraka.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Mengapa bisa demikian? Ibnul Qayyim Rahimahullah menjelaskan alasannya dikarenakan hal buruk  yang tersembunyi dalam hatinya. Dia selama ini menyembunyikan keburukan dan ia tidak sabar beramal sampai sempurna. Beliau Rahimahullah berkata,

قال ابن القيم رحمه الله في “الفوائد” ص 163: لما كان العمل بآخره وخاتمته ، لم يصبر هذا العامل على عمله حتى يتم له ، بل كان فيه آفة كامنة ونكتة خُذل بها في آخر عمره

“Karena amal itu dilihat dari penutupnya. Dia tidak sabar mengamalkan sampai sempurna, bahkan ada yang tersembunyi berupa penyakit hati dan noda yang nampak pada akhit hayatnya.” (al-Fawaid, hal. 163)

Semoga Allah menjaga kita dari hal seperti ini karena ancamannya sangat keras. Dalam hadis disebutkan bahwa manusia yang pertama kali diadili oleh Allah pada hari kiamat salah satunya adalah orang yang mengajarkan agama dan Al-Quran, tetapi tidak ikhlas. Akhirnya ia termasuk yang pertama kali masuk neraka.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ

“Dan didatangkan pula seseorang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas. Allah bertanya, ‘Apa yang telah kamu perbuat? ‘ Dia menjawab, ‘Saya telah belajar ilmu dan mengajarkannya, saya juga membaca Al Qur’an demi Engkau.’ Allah berfirman, ‘Kamu dusta, akan tetapi kamu belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al Qur’an agar dikatakan seorang yang mahir dalam membaca. Dan kini kamu telah dikatakan seperti itu. Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim no. 3527)

Ada beberapa sebab mengapa hal ini bisa terjadi. Akan kami sebutkan beberapa saja dan semoga Allah menjaga kita dari hal ini. Beberapa sebabnya antara lain sebagai berikut:

1. Berdakwah tanpa ilmu

2. Tidak ikhlas dan menginginkan dunia

3. Ingin ketenaran dan pujian manusia

4. Banyak bermaksiat tatkala sendiri

Berikut ini penjelasannya.

Pertama, berdakwah tanpa ilmu

Berdakwah tanpa ilmu sangat berbahaya karena mendahului Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ سَمِيعٌ عَلِيمُُ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Hujuraat: 1)

Sebagian ulama menjelaskan bahwa ada dosa yang lebih besar dari dosa kesyirikan, yaitu berkata-kata atas nama Allah tanpa ilmu. Hal ini didasarkan pada firman Allah Ta’ala,

قُلْ إنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Katakanlah, ‘Rabbku hanya mengharamkan: (1) perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi; (2) perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan); (3) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan); (4) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu).” (QS. Al A’raf: 33)

Mengapa dosanya di atas dosa kesyirikan? Karena dosa syirik sumbernya adalah berkata-kata atas nama Allah tanpa ilmu.

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata menjelaskan ayat ini,

فرتب المحرمات أربع مراتب، وبدأ بأسهلها وهو الفواحش، ثم ثنى بما هو أشد تحريما منه وهو الإثم والظلم، ثم ثلث بما هو أعظم تحريما منهما وهو الشرك به سبحانه، ثم ربع بما هو أشد تحريما من ذلك كله وهو القول عليه بلا علم، وهذا يعم القول عليه سبحانه بلا علم في أسمائه وصفاته وأفعاله وفي دينه وشرعه

“Allah mengurutkan keharaman menjadi empat tingkatan. Allah memulai dengan menyebutkan tingkatan dosa yang lebih ringan yaitu al fawaahisy (perbuatan keji). Kemudian Allah menyebutkan keharaman yang lebih dari itu, yaitu melanggar hak manusia tanpa jalan yang benar. Kemudian Allah beralih lagi menyebutkan dosa yang lebih besar lagi, yaitu berbuat syirik kepada Allah. Lalu terakhir Allah menyebutkan dosa yang lebih besar dari itu semua, yaitu berbicara tentang Allah tanpa ilmu. Larangan berbicara tentang Allah tanpa ilmu ini mencakup berbicara tentang nama dan shifat Allah, perbuatan-Nya, agama, dan syari’at-Nya.” (I’lamul Muwaqqi’in, hal. 31, Dar Kutubil ‘Ilmiyah)

Kedua, tidak ikhlas dan menginginkan dunia

Sebagaimana hadis yang kita bawakan sebelumnya, ia menjadi orang pertama yang dicampakkan ke dalam neraka karena tidak ikhlas kepada Allah.

Rasa ikhlas harus senantiasa kita perhatikan. Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullah mengatakan,

ما عالجت شيئا أشد علي من نيتي ؛ لأنها تتقلب علي

“Tidaklah aku berusaha untuk mengobati sesuatu yang lebih berat daripada meluruskan niatku, karena niat itu senantiasa berbolak-balik.” (Jami’ Al-‘ulum wal hikam, hal. 18, Darul Aqidah)

Ketiga, ingin ketenaran dan pujian manusia

Para aktivis dakwah dan dai bisa jadi terjerumus dalam hal ini.

Asy-Syathibi Rahimahullah berkata,

آخر الأشياء نزولا من قلوب الصالحين : حب السلطة والتصدر

“Hal yang paling terakhir luntur dari hati orang-orang salih adalah cinta kekuasaan dan cinta eksistensi (popularitas).” (Al-I’tisham, karya Asy-Syatibiy)

Keempat, banyak bermaksiat tatkala sendiri

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ﺃَﻣَﺎ ﺇِﻧَّﻬُﻢْ ﺇِﺧْﻮَﺍﻧُﻜُﻢْ ﻭَﻣِﻦْ ﺟِﻠْﺪَﺗِﻜُﻢْ ﻭَﻳَﺄْﺧُﺬُﻭﻥَ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ ﻛَﻤَﺎ ﺗَﺄْﺧُﺬُﻭﻥَ ﻭَﻟَﻜِﻨَّﻬُﻢْ ﺃَﻗْﻮَﺍﻡٌ ﺇِﺫَﺍ ﺧَﻠَﻮْﺍ ﺑِﻤَﺤَﺎﺭِﻡِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻧْﺘَﻬَﻜُﻮﻫَﺎ

“Sesungguhnya mereka adalah saudara kalian dan dari golongan kalian. Mereka salat malam sebagaimana kalian. Akan tetapi, mereka adalah kaum yang jika bersendirian, mereka menerjang hal yang diharamkan Allah.” (HR. Ibnu Majah, sahih)

Semoga Allah menjaga ketakwaan kita di saat sendiri. Tidak lupa kita juga memperbanyak melakukan amal kebaikan saat sendiri, seperti sedekah sembunyi-sembunyi, salat sunnah, salat malam, dan lain-lainnya.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِىَّ الْغَنِىَّ الْخَفِىَّ

“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, hamba yang hatinya selalu merasa cukup, dan yang suka menyembunyikan amalannya.” (HR. Muslim)

Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَكُوْنَ لَهُ خَبْءٌ مِنْ عَمَلٍ صَالِحٍ فَلْيَفْعَلْ

“Barang siapa di antara kalian yang mampu untuk memiliki amal salih yang tersembunyi, maka lakukanlah.” (Lihat As-Shahihah, no. 2313)

Seorang ulama, Salamah bin Dinar Rahimahullah berkata,

اُكْتُمْ مِنْ حَسَنَاتِكَ كَمَا تَكْتُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكَ

“Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu, sebagaimana Engkau menyembunyikan keburukan-keburukanmu.” (Hilyah auliya, no. 12938)

Demikian, semoga bemanfaat.

***

Penulis: Raehanul Bahraen

Sumber: https://muslim.or.id/68893-memperingatkan-neraka-tapi-malah-masuk-neraka.html

Semua Manusia Akan Singgah ke Neraka?

SALAH satu jemaah pengajian bertanya kepada Ustaz Ammi Nur Baits terkait Surat Maryam 71-72 yang disebutkan bahwa semua akan mendatangi Neraka. Apakah kita akan masuk kedalamnya? Atau menghampirinya lalu setelah itu apa? Apakah hanya melewati jurang Asshirat?

Atas pertanyaan itu, Ustaz Ammi menjelaskan sebagai berikut: Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, wa badu.

Kita simak firman Allah, “Tidak ada seorangpun dari kamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (QS. Maryam: 71 72)

Selanjutnya kita akan lihat, bagaimana respons para ulama ketika membaca ayat ini. Pertama, riwayat dari Qais bin Abu Hazim bahwa Abdullah bin Rawahah pernah sakit dan kepalanya diletakkan di pangkuan istrinya. Lalu beliau menangis dan istrinya pun ikut menangis.

“Mengapa kamu nangis” tanya Abdullah.

“Aku lihat kamu nangis, jadi aku ikutan nangis.” Jawab istrinya.

Lalu Abdullah mengatakan, “Aku teringat firman Allah Taala, Tidak ada seorangpun dari kamu, melainkan mendatangi neraka itu. Dan aku tidak tahu, apakah aku bisa selamat ataukah tidak?.” (Tafsir Abdurrazaq, 2/11)

Kedua, riwayat dari Abu Ishaq, bahwa Abu Maisarah jika hendak tidur, beliau mengatakan, “Andai aku tidak dilahirkan ibuku.” Lalu beliau menangis. “Apa yang membuat anda menangis, hai Abu Maisarah?” tanya kawannya.

Kata Abu Maisarah, Aku mendapat kabar di Alquran bahwa aku akan mampir ke Neraka. Sementara aku tidak mendapat kabar dari Alquran bahwa aku akan selamat darinya.” (Tafsir at-Thabari, 16/82)

Ketiga, Hasan al-Bashri menceritakan, ada dua orang bersaudara yang ngobrol.

Si A: “Bukankah ada ayat yang mengabarkan bahwa kita akan mampir ke Neraka?”

Si B: “Benar.”

Si A: “Lalu apakah ada ayat yang mengabarkan bahwa kamu akan dikeluarkan dari Neraka?”

Si B: “Tidak ada.”

Si A: “Lalu mengapa kita banyak ketawa.”

Setelah itu, tidak pernah terlihat keduanya tertawa sampai bertemu Allah (wafat). (Tafsir Ibnu Katsir, 5/252).

Keempat, riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma. Ketika beliau membaca ayat di atas, beliau mengatakan, Demi Allah, sungguh doa orang di masa silam: “Ya Allah, keluarkanlah aku dari Neraka dengan selamat, dan masukkanlah aku ke dalam Surga dengan sukses.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5/253)

Dari keteragan di atas, para ulama memahami bahwa sasaran dari ayat ini adalah semua manusia. Hingga orang-orang soleh di masa silam, mereka khawatir, termasuk di dalamnya.

Imam as-Sadi mengatakan, ayat itu diarahkan kepada seluruh makhluk. Yang baik maupun yang jahat. Mukmin maupun kafir, bahwa mereka semua pasti akan menghampiri Neraka. Sebagai bentuk ketetapan dari Allah dan ancaman bagi para hamba-Nya. Dan itu pasti terjadi, tidak bisa dielakkan.

Selanjutnya, beliau menyebutkan beberapa perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang makna menghampiri neraka itu,

Pertama, yang dimaksud menghampiri neraka adalah memasukinya. Namun bagi orang mukmin, itu menjadi dingin dan mereka selamat. Kedua, bahwa semua makhluk akan mendatanginya, sehingga mereka semua mengalami ketakutan, kemudian setelah itu, Allah selamatkan orang yang bertakwa.

Ketiga, maknanya adalah melewati jembatan, yang berada di punggung jahannam. Manusia melewatinya sesuai bekal amal yang mereka miliki. Ada yang seperti kilat, ada yang seperti angin berhembus, atau ada yang seperti kuda cepat, ada juga seperti onta cepat. Ada yang berlari, ada yang berjalan, ada yang tersandung-sandung, dan ada yang tersambar hingga masuk neraka. Semua sesuai kadar takwanya.

Karena itulah, Allah berfirman di lanjutan ayat, “Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam Neraka dalam keadaan berlutut.” (QS. Maryam: 71 72). Karena yang kekal di neraka, hanyalah orang kafir. (Tafsir as-Sadi, hlm. 498).

Dan keterangan ini, sesuai tafsir Ibnu Abbas, sebagaimana yang diriwayatkan at-Thayalisy, dari Syubah, dari Abdullah bin Saib, dari orang yang pernah mendengar Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, beliau mengatakan, “Tidak ada seorangpun dari kamu, melainkan mendatangi neraka itu.” Maksudnya adalah orang kafir. (Ibnu Katsir, 5/283). Allahu alam. [konsultasisyariah]

INILAH MOZAIK

Memiliki Rasa Takut dan Khawatir dengan Siksa Neraka

Sahabat, muslim dalam artikel kali ini akan dibahas bagaimana seorang muslim hendaknya menjadi hamba Allah yang sejati

Karakter Hamba Allah yang Sejati

Seorang ‘ibadurrahman (hamba Allah yang sejati) harus memiliki rasa takut dan khawatir dengan siksa neraka. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱصۡرِفۡ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَۖ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا  إِنَّهَا سَآءَتۡ مُسۡتَقَرّٗا وَمُقَامٗا

“Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.” Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.” (QS. Al-Furqan: 65-66)

Memperhatikan Kualitas Amal dan Khawatir Tidak Diterima

Seorang hamba Allah Ta’ala selain memiliki kualitas yang baik dalam beramal dan beribadah, mereka juga harus memiliki rasa takut akan siksa-Nya dan murka-Nya. Inilah salah satu sifat seorang mukmin yang sempurna. Allah Ta’ala berfirman,

وَٱلَّذِينَ يُؤۡتُونَ مَآ ءَاتَواْ وَّقُلُوبُهُمۡ وَجِلَةٌ أَنَّهُمۡ إِلَىٰ رَبِّهِمۡ رَٰجِعُونَ

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al-Mukminuun: 60)

Lihatlah bagaimana Allah membuat perumpamaan bagi mereka, yaitu seorang ‘ibadurrahman yang beribadah dan taat kepada Allah Ta’ala, sedangkan hati mereka khawatir kalau amal mereka ditolak dan tertimpa azab dari Allah Ta’ala.

Maka ini adalah di antara sifat ‘ibadurrahman yang agung. Mereka adalah orang yang baik dan konsisten dalam beramal, dan di waktu yang sama mereka adalah orang-orang yang khawatir kalau amalnya tidak diterima.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ’anha, ‘Aisyah mengatakan, “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang makna ayat,

وَٱلَّذِينَ يُؤۡتُونَ مَآ ءَاتَواْ وَّقُلُوبُهُمۡ وَجِلَةٌ

“Aku mengira bahwasannya mereka adalah orang-orang yang meminum khamr dan mencuri.”

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

لا يا بنت الصديق، و لكنّهم الذين يـصومون ويصلّون ويتصدّقون، وهُم يخافون أن لا تُقبَلَ منهم

“Bukan itu, wahai bintu Shiddiq. Namun mereka adalah orang-orang yang (rajin) berpuasa, (rajin) shalat, dan (rajin) sedekah, namun mereka khawatir amal mereka tidak diterima.” (HR. Tirmidzi no. 3175, dinilai shahih oleh Al-Albani dalam As-Silsilatu Ash-Shahihah no. 162)

Sebagaimana perkataan Hasan Al-Bashri rahimahullah,

المؤمنُ جَمَعَ إِحسانًا وشَفَقَـةً، والمنافقُ جَمَعَ إساءةً وأمنًا، ثم تلا الحسن:  إِنَّ ٱلَّذِينَ هُم مِّنۡ خَشۡيَةِ رَبِّهِم مُّشۡفِقُونَ

“Seorang mukmin (adalah orang) yang mengumpulkan (dua hal dalam dirinya, yaitu): beramal yang berkualitas, dan (di sisi lain) khawatir (amalnya tidak diterima). (Sedangkan) orang munafik menggabungkan (dua hal pada dirinya, yaitu): buruk (amalannya) dan merasa aman (dari siksa Allah). Kemudian Hasan Al-Bashri membacakan (ayat), “Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka.” (Tafsir Ath-Athabari, 68: 17)

Perbedaan Orang Mukmin dengan Munafik

Allah menjelaskan tentang orang-orang munafik (Kita memohon perlindungan kepada Allah dari sifat seperti ini). Mereka memiliki karakter buruk amalannya, namun merasa dirinya aman dari siksaan Allah Ta’ala dan tidak merasa takut dengan siksaan Allah Ta’ala. Berbeda dengan kondisi orang yang beriman, rasa takut dengan azab Allah Ta’ala mencegah mereka untuk melakukan maksiat. Sebagaimana kasih sayang Allah Ta’ala adalah sesuatu yang menggiring orang beriman untuk menambah hal-hal yang bermanfaat dan amal-amal yang mendekatkannya pada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,

أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ يَبۡتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ ٱلۡوَسِيلَةَ أَيُّهُمۡ أَقۡرَبُ وَيَرۡجُونَ رَحۡمَتَهُۥ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُۥٓۚ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحۡذُورٗا 

“Orang-orang (shalih) yang mereka  seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (QS. Al-Isra’: 57)

Maka seorang ‘ibadurrahman memanjatkan doa dalam diri mereka,

رَبَّنَا ٱصۡرِفۡ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَۖ

“Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami.”

Doa ini secara tidak langsung mengandung makna agar kita diselamatkan dari sebab-sebab yang mengantarkan kepada siksaan neraka, yakni diberikan taufik agar jauh darinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berdoa, 

اللّهمّ إٍني أَسْأَلُكَ الْجَنَّـةَ، وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِن قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ النَّارِ، وَمَا قَـرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قولٍ أَوْ عَمَلٍ

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu surga, dan apa-apa yang mendekatkan aku kepadanya (surga) baik berupa perkataan maupun perbuatan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka, dan apa-apa yang mendekatkan kepadanya (neraka), baik berupa perkataan maupun perbuatan.” (HR. Ibnu Majah no. 3846, dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Silsilatu Ash-Shahiihah no. 1542)

Dan firman Allah Ta’ala,

إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا

“Sesungguhnya azab-Nya itu adalah kebinasaan yang kekal.” (QS. Al-Furqan: 65)

Artinya, azab Allah Ta’ala adalah siksaan yang terus menerus, berulang-ulang, dan siksaan yang keras.

إِنَّهَا سَآءَتۡ مُسۡتَقَرّٗا وَمُقَامٗا

“Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.” (QS. Al-Furqan: 66)

Artinya, neraka Jahannam adalah seburuk-buruk tempat tinggal yang abadi.

[Selesai]

***

Penulis: Azka Hariz

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/53653-memiliki-rasa-takut-dan-khawatir-dengan-siksa-neraka.html

Mengerikan, Ini Ciri Fisik Malaikat Penjaga Neraka

NERAKA dijaga oleh para malaikat yang besar fisiknya, kuat dan berperangai kasar. Mereka tidak pernah menyalahi dari perintah Sang Pencipta. Senantiasa patuh dan tunduk melaksanakan perintahNya.

Allah azzawajalla berfirman,

“Wahai orang-orang beriman, peliharalah diri dan keluarga kalian dari siksa neraka. Neraka itu bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kekar lagi kasar. Para malaikat tidak pernah menyalahi Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka. Mereka yang senantiasa mengerjakan apa yang diperintahNya” (QS. At-Tahrim: 6).

Jumlah penjaga neraka ada sembilan belas Malaikat. Sebagaimana dijelaskan dalam firmanNya,

“Akan Aku lemparkan orang kafir itu ke dalam neraka Saqar. Tahukah kamu apakah neraka Saqar itu? Engkau tidak akan bertahan hidup di neraka Saqor, dan penghuninya tidak akan dibiarkan lepas tanpa siksa. Neraka Saqor menjadikan kulit penghuninya berganti baru, setiap kali hangus terbakar. Neraka Saqor dijaga oleh sembilan belas malaikat” (QS. Al-Muddatsir: 26-30).

Ternyata, Malaikat penjaga neraka yang hanya berjumlah sembilan belas ini, membuat orang-orang kafir terpedaya. Mereka mengira, bahwa sembilan belas adalah jumlah yang ringan. Sehingga dengan sombongnya mereka merasa mampu untuk melawan penjaga neraka tersebut.

Karenanya, setelah Allah mengabarkan jumlah malaikat penjaga neraka, dalam surat Al Muddatsir di atas, pada ayat selanjutnya Allah mengabarkan,

“Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat. Dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan sebagai fitnah bagi orang-orang kafir” (QS. Al Muddatsir: 31).

Lihat kebodohan yang amat mengherankan ini. Sangkaan konyol yang semakin membuatnya merasa nyaman dalam gelapnya kekufuran. Demikian bila seorang tidak lagi dikehendaki kebaikan oleh Allah azzawajalla Nas-alullah al-aafiyah-. Orang-orang kafir itu jahil dan lalai, kalau malaikat adalah makhluk yang besar dan kuat. Satu malaikat penjaga neraka saja, bisa mengalahkan kekuatan yang dimiliki seluruh manusia di muka bumi.

Ibnu Rojab Al Hambali rahimahullah menerangkan, “Sudah masyhur di kalangan para ulama salaf dan khalaf, bahwa fitnah yang dimaksud dalam ayat, adalah fitnah berupa jumlah malaikat penjaga Neraka, yang telah membuat orang-orang kafir terpedaya. Mereka kira mampu melawan penjaga neraka (yang hanya berjumlah sembilan belas) itu. Orang-orang kafir itu tidak tahu, kalau satu malaikat saja, tidak mungkin terkalahkan oleh kekuatan seluruh manusia.” (Lihat: At-Takhwiif Minan Naar, hal. 174).

Allah subhanahu wataala menamai para malaikat penjaga neraka, sebagai “Khozanati Jahannam” (Artinya: Para penjaga Jahannam). Dalam surat Ghofir Allah Taala berfirman,

“Para penghuni Neraka berkata kepada Khozanati Jahannam (malaikat penjaga neraka Jahannam), “Mohonkanlah kepada Tuhan kalian supaya Tuhan meringankan azab bagi kami barang sehari saja”” (QS. Ghofir: 49). [muslimorid]

Referensi: Al Jannatu wan Naar, karya Prof. Dr. Umar Sulaiman Abdullah Al Asy-qar. Terbitan: Dar An Nafais. Cet. Th 1432 H.

INILAH MOZAIK

Perkara yang Banyak Memasukkan Seseorang ke Surga atau Neraka

Dua tempat yang menjadi tujuan seluruh manusia di Kampung Akhirat kelak adalah surga dan neraka. Namun tentu saja surga menjadi tempat paling favorit, meski ada juga yang menghendaki neraka sebagai persinggahannya.

Hanya tak banyak diketahui bahwa ada dua perkara yang paling banyak menyebabkan seseorang masuk surga. Pun demikian ada dua perkara yang paling banyak menyebabkan seseorang masuk neraka. Apa sajakah itu?

Jawabannya dapat diketahui dari sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini.

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang perkara yang menyebabkan banyak memasukkan seseorang ke dalam surga. Beliau menjawab, ‘Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik’. Beliau ditanya juga mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam neraka. Beliau menjawab, ‘Perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan’,” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Takwa kepada Allah Ta’ala, secara umum dimaknai sebagai upaya seorang hanba untuk menjalankan semua perkara yang diperintahkan oleh Allah dan meninggalkan semua larangan yang dilarang oleh-Nya.

Inilah makna umum takwa, karena takwa diambil dari kata ‘wiqoyah’, yang berarti bahwa semua manusia meminta perlindungan dari adzab Allah dan tidak ada sesuatupun yang dapat melindungi dari adzab Allah kecuali menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Sementara perkara kedua yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga adalah akhlak yang baik. Akhlak dimaknai sebagai tolok ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana disabdakan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.”

Adapun dua perkara yang banyak menyebabkan manusia masuk ke dalam neraka adalah mulut dan kemaluan. Makna dari mulut di sini adalah lisan atau ucapan yang sesungguhnya manusia seringkali berbicara tanpa peduli kalau hal tersebut akan menyebabkan ia masuk ke dalam neraka.

Aktifitas lidah itu tidak melelahkan, maka sering didapatkan orang banyak bicara sesuatu yang membahayakan dirinya, seperti ghibah, namimah, melaknat, mencela, dan mencaci, akan tetapi ia tidak menyadari hal itu, sehingga ia memperoleh dosa yang banyak karena perbuatannya itu.

Adapun farj (kemaluan) maksudnya di sini adalah zina, dan lebih keji dari itu adalah liwath (homo seksual). Hal yang demikian itu banyak menjerumuskan manusia karena seringkali embuat mereka terbuai, sedikit demi sedikit hingga mereka terjerumus pada kemaksiatan dan mereka tidak menyadarinya.

Ketika telah mengetahui hal-hal yang banyak menyebabkan seseorang masuk ke dalam surga yaitu takwa dan berbuat baik, maka seorang muslim yang baik tentu akan berusaha mendapatkannya.

Begitu juga sebaliknya, ketika mengetahui hal-hal yang menyebabkan seseorang masuk ke dalam neraka yaitu, mulut dan kemaluan, maka seorang muslim yang baik akan berusaha untuk menjauhinya.

Lantas, bagaimana caranya?

Allah ‘Azza wa Jalla menganjurkan hamba-hamba-Nya agar segera bertaubat ketika berbuat dosa dan mengerjakan kebajikan dan berlomba untuk memperoleh derajat muttaqin.

Firman Allah, “Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhan kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (QS. Ali Imran: 133).

Sementara akhlak, maka tolok ukur akhlak yang agung, tentu saja ahlak Nabi Saw., dimana beliau merupakan teladan paripurna bagi seluruh manusia.

Dari manusia agung ini setiap manusia dapat belajar bagaimana menjaga mulut, anggota tubuhnya, termasuk kemaluan agar tidak mendatangkan murka Allah Ta’ala.

Wallahu A’lam.

MUSLIM OBSESSION

Waspada Terhadap Neraka

Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, dan sahabatnya. Wa ba’du.
Allah telah menyebutkan deskripsi neraka Jahannam wal ‘iyadzu billah. Ia merupakan kampung yang Allah persiapkan untuk musuh-musuh-Nya dari kalangan orang-orang kafir, munafik, ahli maksiat, dan orang-orang fasiq. Itulah negeri bagi golongan orang-orang yang buruk. Allah telah sediakan berbagai jenis adzab yang mana tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia Subhanahu wa Ta’ala semata. Meskipun demikian, Dia jelaskan beberapa macam siksa neraka di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Neraka memiliki banyak tingkatan ke bawah, sebagiannya lebih rendah daripada yang lain. Sedangkan surga memiliki banyak tingkatan ke atas, sebagiannya lebih tinggi daripada yang lain. Tingkatan neraka tersebut menjadi tempat tinggal bagi penghuninya sesuai dengan amalnya. Sebagiannya lebih keras siksaannya dibandingkan yang lain. Adapun orang munafik merekalah penduduk kerak neraka.

إِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ فِيْ الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيْرًا

Sesungguhnya orang-orang munafik itu berada di tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan engkau tidak akan menjumpai seorang penolong pun bagi mereka.” (QS. An-Nisa’: 145)
Orang munafik ialah orang yang menampakkan keislaman dalam rangka mengelabui dan berbuat tipu daya. Hati mereka kafir dan ingkar. Mereka mengingkari Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan syariat yang beliau bawa. Akan tetapi mereka memperlihatkan keislaman untuk kemaslahatan mereka. Oleh karenanya, adzab mereka lebih pedih daripada orang-orang kafir yang terang-terangan menunjukkan kekafiran dan permusuhan mereka. Karena orang-orang kafir yang terang-terangan dapat dikenali oleh kaum muslimin sehingga kaum muslimin bisa menyiapkan perlengkapan untuk menjaga diri dari keburukan mereka. Adapun orang-orang munafik, mereka menampakkan keislaman.

يُخَادِعُوْنَ اللهَ وَالَّذِيْنَ ءَامَنُوْا وَمَا يَخْدَعُوْنَ إِلاَّ أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَ

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman. Padahal tidaklah mereka menipu kecuali diri mereka sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah: 9).

Akan tetapi kaum mukminin husnuzhan (baik sangka) kepada mereka dan tidak berhati-hati terhadap mereka. Mereka adalah mata-mata orang-orang kafir dan Yahudi. Mereka tunjukkan kelemahan-kelemahan kaum muslimin kepada orang-orang kafir. Mereka senantiasa merasa gembira dengan kemenangan orang-orang kafir dan senantiasa merasa marah dengan kebangkitan dan kemuliaan Islam. Inilah sifat-sifat orang munafik. Oleh karena itu, mereka berada di kerak paling dasar dari neraka. Sedangkan orang-orang kafir yang lain berada di atas mereka.
Neraka memiliki beberapa nama yaitu an-nar, jahannam, as-sa’ir, saqar, al-jahim, al-hawiyah, dan nama-nama yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa neraka mempunyai banyak tingkatan dan penghuninya berbeda-beda dalam adzab dan tempat tinggalnya. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamkabarkan,

إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا مَنْ يُوْضَعُ فِيْ أَخْمَصِ قَدَمِهِ جَمْرَةٌ يَغْلِيْ مِنْهَا دِمَاغُهُ

Penduduk neraka yang paling ringan siksanya adalah seseorang yang kedua telapak kakinya dipakaikan sandal lantas mendidihlah otaknya.” (HR. Bukhari no. 6561 dan Muslim no. 213).
Dalam riwayat lain,

يَلْبَسُ نَعْلَيْنِ مِنْ نَارٍ يَغْلِيْ مِنْهَا دِمَاغُهُ، مَا يَرَى أَنَّ أَحَدًا أَشَدُّ عَذَابًا مِنْهُ مَعَ أَنَّهُ أَهْوَنُ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا

Dia mengenakan dua sandal dari api yang membuat otaknya mendidih. Dia tidak melihat ada seorang pun yang lebih keras adzabnya dibandingkan dirinya. Padahal dia adalah penghuni neraka yang paling ringan siksanya.” (HR. Muslim no. 213/364) [1]
Ini hanyalah adzab yang paling ringan. Lantas bagaimana dengan adzab yang paling keras? Wal ‘iyadzu billah.
Minuman mereka adalah mahl yaitu air yang sangat panas atau shadid yaitu nanah yang mengalir dari tubuh penghuni neraka. Makanan mereka zaqqum yang tumbuh di neraka.

إِنَّ شَجَرَتَ الزَّقُّوْمِ طَعَامُ الْأَثِيْمِ

Sesungguhnya pohon zaqqum itu adalah makanan orang yang banyak dosa.” (QS. Ad-Dukhan: 43-44).
Di ayat yang lain,

إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِيْ أَصْلِ الْجَحِيْمِ طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُءُوْسُ الشَيَاطِيْنِ فَإِنَّهُمْ لَأَكِلُوْنَ مِنْهَا فَمَالِئُوْنَ مِنْهَا الْبُطُوْنَ ثُمَّ إِنَّ لَهُمْ عَلَيْهَا لَشَوْبًا مِنْ حَمِيْمٍ ثُمَّ غِنَّ مَرْجِعَهُمْ لَإِلَى الْجَحِيْمِ

Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka yang menyala. Mayangnya seperti kepala setan. Sesungguhnya mereka memakan sebagian dari buah pohon itu maka mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum itu. Kemudian mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas. Lalu sesungguhnya tempat kembali mereka adalah neraka Jahim.” (QS. Ash-Shaffat: 64-68).
Minuman mereka –wal ‘iyadzu billah– adalah minuman yang paling jelek dan paling panas yang memanggang wajah. Jika minuman tersebut dihidangkan ke wajah peminumnya, maka terkelupas wajahnya dan lepas kulit wajahnya karena panas yang sangat dahsyat. Makanan mereka adalah zaqqum dan pohon yang berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar. Mereka senantiasa dalam kelaparan. Mereka makan tetapi makanan tersebut tidak dapat mengusir lapar. Demikian pula mereka minum, tetapi minuman tersebut tidak mampu membuang dahaga. Tiap kali mereka minum, akan bertambahlah rasa haus mereka.

وَأَصْحَابُ الشِّمَالِ مَا أَصْحَابُ الشِّمَالِ فِيْ سَمُوْمٍ وَحَمِيمٍ وَظِلٍّ مِنْ يَحْمُوْمٍ لاَ بَارِدٍ وَلاَ كَرِيْمٍ إِنَّهُمْ كَانُوْا قَبْلَ ذَلِكَ مُتْرَفِيْنَ وَكَانُوْا يُصِرُّوْنَ عَلَى الْحِنْثِ الْعَظِيْمِ

Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu? Dalam siksaan angin yang amat panas, air panas yang mendidih, dan naungan asap yang hitam, tidak sejuk dan tidak menyenangkan. Sesungguhnya mereka itu sebelumnya hidup bermewahan. Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa besar.” Yaitu berbuat syirik.

وَكَانُوْا يَقُوْلُوْنَ أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَءِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَ

Dan mereka selalu mengatakan: Apakah bila kami mati dan menjadi tanah dan belulang, apakah sesungguhnya kami akan dibangkitkan kembali?” Mereka mengingkari kebangkitan.
Lantas Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya,

قُلْ إِنَّ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ لَمَجْمُوْعُوْنَ إِلَى مِيْقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُوْمٍ ثُمَّ إِنَّكُمْ أَيُّهَا الضَّالُّوْنَ الْمُكَذِّبُوْنَ لَأَكِلُوْنَ مِنْ شَجَرٍ مِنْ زَقُّوْمٍ فَمَالِئُوْنَ مِنْهَا الْبُطُوْنَ فَشَارِبُوْنَ عَلَيْهِ مِنَ الْحَمِيْمِ فَشَارِبُوْنَ شُرْبَ الْهِيْمِ

“Katakanlah: Sesungguhnya orang-orang terdahulu dan orang-orang belakangan akan dikumpulkan di waktu yang tertentu pada hari yang dikenal. Kemudian sesungguhnya kalian wahai orang-orang yang sesat lagi mendustakan akan memakan pohon zaqqum dan akan memenuhi perut kalian dengannya. Lalu kalian akan meminum air yang sangat panas. Maka kalian minum seperti unta yang sangat haus.” (QS. Al-Waqi’ah: 41-55).
Al-him adalah unta yang kehausan, karena apabila unta sangat dahaga, maka ia akan sangat semangat minum. Demikian pula penduduk neraka. Mereka meminum air yang sangat panas sebagaimana minumnya unta yang kehausan.

هَذَا نُزُلُهُمْ يَوْمَ الدِّيْنِ

Itulah hidangan untuk mereka pada hari pembalasan.” (QS. Al-Waqi’ah: 56) Nuzuluhum yakni jamuan mereka –wal ‘iyadzu billah-. Itulah jamuan yang paling buruk.

Demikianlah neraka beserta penghuninya. Neraka tidaklah khusus bagi orang-orang kafir semata, tetapi ia juga dimasuki oleh orang-orang beriman pelaku maksiat, pelaku dosa kecil, dan pelaku dosa besar. Mereka memasuki neraka, disiksa di dalamnya, dan tinggal disana dalam waktu yang lama hingga mereka menjadi arang. Mereka hangus dan tubuh mereka berubah menjadi arang. Kemudian mereka keluar dari nereka setelah diadzab. Lalu mereka dilempar ke sungai kehidupan. Lantas tumbuhlah jasad mereka. Selanjutnya mereka dimasukkan ke dalam surga.
Kesimpulannya, seorang beriman tetapi hobi maksiat berada dalam bahaya yang besar. Selayaknya seseorang tidak terkecoh dan mengatakan bahwa dirinya beriman. Lantas ia kerjakan berbagai jenis maksiat dan meremehkannya. Ia menyangka bahwa maksiat tersebut tidak akan mencelakainya. Padahal maksiat –wal ‘iyadzu billah– bahayanya sangatlah dahsyat. Ia akan menyeret pelakunya ke dalam neraka dan menyiksanya di dalamnya. Boleh jadi ia tinggal di dalamnya beratus-ratus tahun. Barulah ia keluar dari neraka setelah itu. Dengan demikian, bahaya maksiat sangatlah mengerikan. Tidak ada yang mengetahui sifat neraka kecuali Allah ‘Azza wa Jalla. Akan tetapi Dia jelaskan sebagian deskripsi neraka supaya orang-orang beriman waspada terhadap amal-amal yang mengantarkan mereka ke neraka. Semua hawa nafsu yang haram dan maksiat dengan berbagai macam bentuknya akan menyeret seseorang ke dalam neraka.
Bahaya maksiat sangatlah besar. Sepatutnya bagi seseorang menjauhi maksiat baik itu dosa besar maupun dosa kecil. Karena dosa kecil yang diremehkan oleh seseorang akan berubah menjadi dosa besar. Di samping itu, dosa kecil akan bertumpuk-tumpuk pada diri seseorang lantas dosa itu pun akan membinasakannya sebagaimana lembah itu mengalir dari tetesan air hujan. Demikian pula maksiat akan berkumpul pada diri seseorang lalu maksiat itu akan mencelakakannya.
Wajib bagi seorang muslim untuk berhati-hati dengan maksiat. Apabila ia terjerumus dalam salah satu maksiat, hendaknya ia segera bertaubat. Karena Allah Jalla wa ‘Ala menerima taubat yang bertaubat kepada-Nya. Di samping itu, hendaknya ia tidak meremehkan maksiat dan terkecoh dengan penundaan adzab dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Janganlah ia takjub dengan dirinya sendiri lantas larut dalam maksiat dan mengandalkan harapan yang baik dan rahmat Allah. Benar, rahmat Allah sangatlah luas. Namun, adzab dan hukumannya juga sangatlah keras. Maka, hendaknya seseorang tidak merasa aman dari makar Allah dan tidak menggampangkan maksiat. Boleh jadi ia meremehkan dosa kecil, lalu dosa kecil itu akan menyeretnya menuju dosa besar. Boleh jadi ia menganggap enteng dosa kecil, lantas dosa kecil itu akan membesar dan membinasakan pelakunya sedang ia tidak menyadarinya. Wajib bagi seseorang untuk waspada terhadap semua bentuk maksiat dan dosa, bersegera bertaubat, memperbanyak istighfar, memperbanyak kebaikan dan amal shalih, dan mengharap rahmat Allah, serta takut dengan siksa Allah. Hendaknya ia gabungkan antara rasa takut dan rasa harap.
Kami memohon kepada Allah agar memberikan taufiq kepada kita semua untuk mengerjakan amal shalih yang Dia cintai dan ridhai. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi kita Muhammad dan keluarganya serta sahabatnya.
***
Diterjemahkan dari Majalis Syahri Ramadhan Al-Mubarak, karya Shalih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al-Fauzan, cetakan Darul ‘Ashimah, cetakan kedua, tahun 1422 H, Riyadh, hal. 51-54.
[1] Dari Ibnu ‘Abbas bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَهْوَنُ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا أَبُوْ طَالِبٍ، وَهُوَ مُتَنَعِّلٌ بِنَعْلَيْنِ يَغْلِيْ مِنْهُمَا دِمَاغُهُ
Penduduk neraka yang paling ringan adzabnya adalah Abu Thalib. Dia memakai dua sandal yang membuat otaknya mendidih.” (HR. Muslim no. 212)

Penerjemah: Ummu Fathimah

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/11593-waspada-terhadap-neraka.html