Cara Cerdik Utsman Bin Affan Beli Sumur Milik Yahudi yang Dikenal Pelit  

Utsman bin Affan adalah sosok khalifah yang berintegritas

Utsman bin Affan merupakan seorang khalifah ketiga, setelah Abu Bakar Ash Shiddiq dan Umar bin Khattab. Utsman juga termasuk kelompok Assabiqunal Awwalun (orang-orang pertama masuk Islam).

Utsman lahir dari keluarga kaya dan terhormat, tetapi hal itu tidak menjadikan sahabat Rasulullah SAW itu menjadi pribadi yang sombong dan angkuh. Utsman justru terkenal dengan sikapnya yang rendah hati, sederhana dan dermawan.

Hal ini terbukti dalam suatu kisah yang terdapat dalam buku The Great Figure of Utsman bin Affan, Kisah Teladan Sang Ahli Sedekah yang Menjalani Sifat Zuhud, karya Shohibul Ulum.

Utsman bin Affan bersama istrinya, Ruqayah, hijrah ke Madinah al-Munawwarah bersama kaum Muslimin. Pascahijrah ke Madinah, Rasulullah SAW bersama para sahabat memulai babak baru perjuangan meninggikan panji-panji Islam.

Kini, Rasulullah SAW beserta kaum Muhajirin berada di Madinah. Tidak berselang lama, Madinah dilanda musim paceklik. Masyarakatnya sulit mendapatkan air bersih, baik untuk minum maupun berwudhu.

Keadaan ini tentu saja sangat menyulitkan kaum Muhajirin, termasuk Utsman dan para sahabat lainnya. Karena mereka terbiasa hidup dengan air zam-zam melimpah di Kota Makkah. Di Madinah, mereka tidak mendapati air yang jernih dan segar.

Tak jauh dari Masjid Nabawi, tinggallah seorang Yahudi yang terkenal dengan sifat culasnya. Dia memiliki sumur yang cukup besar, dengan air yang segar dan jernih. Namun, dia tidak mau berbagi air tersebut kepada penduduk Madinah meskipun hanya setetes. Dia menjadikan sumurnya sebagai ladang bisnis, dengan menjual air pada orang-orang Madinah.

Mata air (sumur) tersebut diberi nama Bi’r Rumah (sumur Rumah). Orang Yahudi tersebut menjual satu ember dengan harga satu mudd (setengah gantang) biji padi. Tentunya, harga itu cukup memberatkan kaum Muslimin. 

Namun, kaum Muslimin dan penduduk Madinah tak punya pilihan lain. Mereka terpaksa harus antre dan membeli air bersih dari Yahudi. Akhirnya, para sahabat kemudian menyampaikan hal ini kepada Rasulullah SAW.

Prihatin atas kondisi umatnya, Rasulullah SAW mengharapkan di antara para sahabatnya ada yang bersedia membeli mata air itu, hingga airnya dapat dialirkan kepada Muslimin tanpa memungut biaya.

“Wahai sahabatku, siapa saja di antara kalian yang membeli sumur Rumah, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka kelak dia di surga,” Rasulullah SAW menyerukan tawaran.

Mendengar itu, berdirilah Utsman. Tampillah Utsman untuk memenuhi harapan Rasulullah itu. Utsman bergegas ingin mendapatkan surga. Maka, dia segera mendatangi Yahudi pemilik sumur dan memberikan penawaran untuk membeli Sumur Rumah dengan harga yang tinggi. Walau sudah diberi penawaran yang tertinggi sekalipun, Yahudi pemilik sumur tetap menolak menjualnya.

“Seandainya sumur ini aku jual kepadamu wahai Utsman, maka aku tidak memiliki penghasilan yang bisa aku peroleh setiap hari,” ujar Yahudi tersebut menjelaskan alasan penolakannya.

Utsman bin Affan yang ingin sekali mendapatkan balasan pahala berupa surga Allah SWT tidak kehilangan cara mengatasi penolakan Yahudi ini. “Bagaimana kalau aku beli setengahnya saja dari sumurmu,” kata Utsman, melancarkan negosiasinya.

“Maksudmu?” tanya Yahudi keheranan.

“Begini, jika engkau setuju, kita akan memiliki sumur ini bergantian. Satu hari sumur ini milikku, esoknya kembali menjadi milikmu, kemudian lusa menjadi milikku lagi, demikian selanjutnya berganti satu-satu hari. Bagaimana?” kata Utsman menawarkan.

Yahudi itu pun berpikir cepat. “Aku mendapatkan uang besar dari Utsman tanpa harus kehilangan sumur milikku,” katanya membatin.

Akhirnya Yahudi itu setuju menerima tawaran Utsman tadi dan disepakati pula hari ini Sumur Rumah adalah milik Utsman bin Affan. Utsman membeli separuh dari mata air itu dengan harga 12 ribu dirham.

Kemudian, cara pemanfaatannya ialah dengan bergiliran. Untuk Yahudi satu hari dan untuk Utsman satu hari. Jatah Utsman bin Affan disedekahkan kepada orang-orang Muslim.

Utsman pun segera mengumumkan kepada penduduk Madinah yang mau mengambil air di sumur Rumah, silakan mengambil air untuk kebutuhan mereka gratis (tidak dipungut biaya), karena hari ini sumur Rumah adalah miliknya. Seraya dia mengingatkan agar penduduk Madinah mengambil air dalam jumlah yang cukup untuk dua hari, karena esok hari sumur itu bukan lagi milik Utsman.

Keesokan hari, Yahudi mendapati sumur miliknya sepi pembeli, karena penduduk Madinah masih memiliki persediaan air di rumah. Yahudi merasa terpukul karena dengan demikian dia kehilangan pendapatannya.

Setelah itu, Yahudi itu pun mendatangi utsman dan berkata, “Wahai Utsman belilah setengah lagi sumurku ini dengan harga sama seperti engkau membeli setengahnya kemarin.”

Utsman setuju, lalu dibelilah setengah bagian sumur itu olehnya dengan harga 8.000 dirham, maka sumur Rumah pun menjadi milik Utsman secara penuh. Kemudian, Utsman bin Affan mewakafkan sumur Rumah.

Sejak itu sumur Rumah dapat dimanfaatkan oleh siapa saja, termasuk Yahudi pemilik lamanya. Dia membebaskan siapa saja untuk memanfaatkan air itu, baik yang kaya, miskin, maupun orang yang sedang menempuh perjalanan.    

ISLAMDIGEST

Ayat Alquran yang Disentuh Utsman bin Affan Ketika Dibunuh

Sejarah mencatat terbunuhnya Utsman bin Affan oleh tangan-tangan orang-orang keras dan kasar.  

Utsman bin Affan dikepung terlebih dahulu sebelum terbunuh. Para pembunuh memanjati rumahnya, dan membunuhnya ketika dia sedang meletakkan mushaf di depannya. Mereka adalah orang-orang yang keras dan kasar.

Dikutip dari buku Inilah Faktanya karya Utsman bin Muhammad al-Khamis, seseorang bertanya kepada al-Hasan al-Bashri, ketika itu dia sudah lahir, karena dia termasuk Tabiin senior, “Apakah ada di antara mereka yang membunuh Utsman itu seorang dari kalangan Muhajirin dan Anshar?” 

Al-Hasan menjawab, “Para pembunuh Utsman adalah orang-orang keras dan kasar dan berasal dari penduduk Mesir.” (Tarikh Khalifah).

Meski demikian, orang-orangnya bisa dikenali. Mereka adalah, Kinanah bin Bisyr, Ruman al-Yamani, seorang yang mempunyai panggilan Jabalah, Sudan bin Humran, dan seorang yang dijuluki kematian hitam dari Bani Sadus. Ada yang mengatakan, di antara mereka juga adalah, Malik bin al-Asytar an-Nakha’i.

Mereka itulah tokoh penggerak fitnah yang menimpa Utsman bin Affan. Adapun orang yang membunuhnya secara langsung, menurut pendapat yang masyhur, dia adalah orang Mesir yang bernama Jabalah.

Dari Amrah binti Arthah, dia menuturkan, “Aku keluar bersama Aisyah menuju Makkah pada tahun Utsman terbunuh. Kami kemudian melewati Madinah. Saat itu, kami sempat melihat mushaf yang berada di pangkuannya saat dia dibunuh. Kami melihat juga bahwa tetesan darah pertama yang menimpa mushaf itu adalah pada awal ayat:

فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا ۖ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ ۖ فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al- Baqarah: 137).

Amrah melanjutkan, “Maka, tidak seorang pun di antara para pembunuh itu yang mati secara wajar.” (Riwayat Ahmad).

KHAZANAH REPUBLIKA

Jumlah Harta yang Ditinggalkan Utsman bin Affan

Berapa banyak harta peninggalan Utsman bin Affan?

Utsman adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW. Ia terkenal kaya dan rajin derma untuk dakwah.

Soal harta Utsman bin ‘Affan, para ulama menyebutkan bahwa harta yang ditinggalkannya sekitar tiga puluh juta dirham, seratus lima puluh ribu dinar.

Utsman juga meninggalkan seribu ekor unta dan tiga ribu ekor kambing serta meninggalkan perkebunan yang diwasiatkan untuk istri-istri Nabi Muhammad SAW.

Utsman adalah seorang yang suka berinfak dan dengan infaknya ternyata justru menambah harta yang ia punya.

Dalam sebuah kisah Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa membeli sumur Roumah. Ialu menjadikan gayungnya bersama-sama dengan gayung kaum muslimin untuk sebuah kebaikan, maka darinya ia akan mendapat pahala di surga.” Sumur Roumah adalah nama sebuah sumur yang airnya bersih yang dimiliki oleh seorang Yahudi, dan Yahudi tersebut tidak memberikan air dengan bebas tetapi orang-orang yang ingin mengambil airnya harus membayar kepadanya.

Maka sebagian muslimin merasa keberatan jika terus-menerus membelinya, karena di antara mereka merupakan orang-orang yang lemah. Setelah itu, Ustman pun menemui Yahudi tersebut dan dia berkata, “Aku akan membeli sumur ini.”

Yahudi menjawab, “Aku tidak menjualnya.”

Utsman pun terus meminta hingga Yahudi itu bersedia menjual setengah sumur itu. Lalu dia berkata, “Bagaimana kalau kita membagi aimya setiap hari; misalkan untukmu 100 ember dan untukku 100 ember atau untukmu 200 ember dan untukku 200 ember. Apa kamu sepakat jika membagi air perhari? Untukmu satu hari dan untukku hari berikutnya?”

Yahudi itu menjawab, “Untukmu satu hari dan untukku hari berikutnya agar aku menentukan dan menjual muai keinginanku pada hari yang khusus untukku.”

Maka Utsman pun akhimya membeli setengah sumur darinya dengan harga dua belas ribu dirham. Maka setelah itu, ketika datang hari giliran Utsman, siapa saja bebas mengambil air, mereka datang dan mengambil air untuk persediaan dua bari.

Sementara itu jika tiba harinya Yahudi tersebut tidak ada seorang pun yang datang membeli, kecuali sekelompok yahudi saja. Beberapa hari kemudian Yahudi itu datang kepada Utsman dan berkata, “Engkau telah menghancurkan perdaganganku.”

Utsman menjawab, “Demi Allah, itu perjanjian yang kamu buat sendiri.”

Akhirnya Yahudi itu mengatakan, “Jika begitu, belilah bagianku.”

Maka Utsman pun membeli setengah bagiannya lagi seharga delapan ribu dirham. Kemudian Utsman memberikan seluruh sumur tersebut di jalan Allah.

Kemudian kisah pada Perang Tabuk. Pada saat itu situasi sedang sulit dan Rasulullah SAW sangat membutuhkan bantuan untuk keperluan para tentara. Nabi SAW berkata. ‘Siapakah yang sanggup mempersiapkan pasukan di saat sulit seperti ini?”

Maka Utsman pun berdiri lalu berkata. ‘Wahai
Rasulullah, aku akan memberikan 100 unta lengkap dengan muatan dan pelananya.”

Lalu Nabi memujinya dan beliau berkata, “Siapa Iagi yang sanggup menyiapkan pasukan di saat sulit seperti ini?”

Maka Utsman kembali berdiri dan berkata, “Aku akan memberikan 100 unta lainnya.”

Lalu dia berdiri untuk ketiga kali dan berkata, “Aku akan memberi 100 unta lainnya.”

Nabi SAW berkata, “Tidak ada sesuatu pun yang akan membahayakan Utsman setelah ini.”

Lihatlah, harta itu bukan harta yang terletak dalam hatinya, melainkan harta dalam tangannya saja, sehingga tidak ada rasa berat dalam hatinya saat tangannya melepaskan hartanya. Tetapi ketika Utsman wafat, dia tidak membiarkan keluarganya dalam keadaan fakir. Padahal kita tahu, Utsman telah menyebar hartanya dari sisi kanan dan kiri, depan juga belakangnya, tetapi bersamaan dengan infak yang banyak ini dia meninggalkan tiga puluh juta dirham sebagai warisan dan juga meninggalkan 150 ribu dinar untuk keluarganya. Artinya, dia tidak meninggalkan keluarganya dalam keadaan fakir, dan inilah cara yang benar dalam bersikap terhadap harta.

BERSAMA DAKWAH

Khalifah Utsman, Sang Pemilik Dua Cahaya Nabi SAW

KHALIFAH Utsman bin Affan r.a termasuk orang yang paling kaya, meski bukan seorang tokoh berpengaruh di kalangan Quraisy. Ia memiliki akhlak yang baik, sehingga para ibu-ibu mendoakan putra mereka dengannya.

Mereka berkata, “Semoga Zat Yang Maha Pengasih menyayangimu seperti cintanya kaum Quraisy terhadap Utsman.” Hal itu lantaran kebaikan akhlaknya dan kemudian sifat-sifatnya sehingga ia menjadi orang yang paling dicintai oleh orang-orang Quraisy.

Utsman bin Affan dilahirkan enam tahun sesudah tahun gajah. Dia pergi berhijrah tatkala berusia 47 tahun dan diangkat menjadi Khalifah ketika berusia 70 tahun. Dia menjabat sebagai khalifah selama 12 tahun. Meninggal tatkala berusia 82 tahun, tepatnya ketika ia mati syahid pada tanggal 18 Dzulhijjah tahun 35 Hijriah.

Istri pertama Utsman adalah Ruqayyah, putri Nabi Muhammad SAW yang telah meninggal terlebih dahulu. Kemudian setelah itu, ia menikahi saudarinya, yaitu Ummu Kaltsum. Sebenarnya, kedua putri Nabi SAW itu telah dikhitbah oleh kedua putra Abu Lahab. Namun, sesudah Nabi SAW diutus sebagai Nabi dan Rasul, Abu Lahab mulai memerangi dakwah dan menyakiti Rasulullah SAW dan memerintahkan kedua putranya untuk menceraikan kedua putri Nabi SAW. Keduanya pun menceraikannya.

Dua tahun sebelum hijrah, Utsman r.a menikah dengan Ruqayyah binti Muhammad SAW, yang kemudian mempunyai anak yang bernama Abdullah. Kemudian Ruqayyah meninggal pada hari kemenangan, yaitu setelah perang Badar. Setelah itu, Utsman menikah dengan saudarinya yang bernama Ummu Kaltsum yang meninggal pada tahun sembilan Hijriyyah.

Oleh karena itu, Utsman dijuluki dengan sebutan “Pemilik Dua Cahaya”, karena ia telah menikahi dua putri Nabi SAW. Dikatakan bahwa orang Arab tidak mengenal sepasang suami istri yang saling mencintai antara keduanya sebagaimana Ruqayyah dan Utsman.

Sesudah kematian Ummu Kaltsum, Utsman menikah lagi dengan Sakhithah binti Ghazwan, Fatimah binti Walid dan Ummul Banin binti Uyainah bin Hishan. Adapun istri terakhirnya adalah Nailah binti Al-Farafishah, wanita Nasrani yang kemudian masuk Islam setelah menikah dengan Utsman bin Affan.[]

 

Sumber : Jejak Para Khalifaholeh Amru Khalid

MOZAIK INILAHcom

Rekening dan Hotel dari Waqaf Khalifah Utsman bin Affan

WAQAF SHADAQAH JARIYAH MILIK UTSMAN BIN AFFAN DI MADINAH

Waqaf ini berupa bangunan hotel yang disewakan..

Apakah Anda tahu kalau sahabat nabi khalifah Utsman bin Affan adalah seorang  pebisnis yang kaya raya, namun mempunyai sifat murah hati dan dermawan. Dan ternyata beliau radhiallahu ‘anhu sampai saat ini memiliki rekening di salah satu bank di Saudi, bahkan rekening dan tagihan listriknya juga masih atas nama beliau.

Bagaimana ceritanya sehingga beliau memiliki hotel atas namanya di dekat Masjid Nabawi..??

Diriwayatkan di masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kota Madinah pernah mengalami panceklik hingga kesulitan air bersih. Karena mereka (kaum muhajirin) sudah terbiasa minum dari air zamzam diMekah. Satu-satunya sumber air yang tersisa adalah sebuah sumur milik seorang Yahudi, SUMUR RAUMAH namanya. Rasanya pun mirip dengan sumur zam-zam. Kaum muslimin dan penduduk Madinah terpaksa harus rela antri dan membeli air bersih dari Yahudi tersebut.

Prihatin atas kondisi umatnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda : “Wahai Sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapat surgaNya Allah Ta’ala” (HR. Muslim).

Adalah Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu yang kemudian segera bergerak untuk membebaskan sumur Raumah itu. Utsman segera mendatangi Yahudi pemilik sumur dan menawar untuk membeli sumur Raumah dengan harga yang tinggi. Walau sudah diberi penawaran yang tertinggi sekalipun Yahudi pemilik sumur tetap menolak menjualnya, “Seandainya sumur ini saya jual kepadamu wahai Utsman, maka aku tidak memiliki penghasilan yang bisa aku peroleh setiap hari” demikian Yahudi tersebut menjelaskan alasan penolakannya.

Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu yang ingin sekali mendapatkan balasan pahala berupa Surga AllahTa’ala, tidak kehilangan cara mengatasi penolakan Yahudi ini.

“Bagaimana kalau aku beli setengahnya saja dari sumurmu” Utsman, melancarkan jurus negosiasinya.
“Maksudmu?” tanya Yahudi keheranan.
“Begini, jika engkau setuju maka kita akan memiliki sumur ini bergantian. Satu hari sumur ini milikku, esoknya kembali menjadi milikmu kemudian lusa menjadi milikku lagi demikian selanjutnya berganti satu-satu hari. Bagaimana?” jelas Utsman.

Yahudi itupun berfikir cepat,”… saya mendapatkan uang besar dari Utsman tanpa harus kehilangan sumur milikku”. Akhirnya si Yahudi setuju menerima tawaran Utsman tadi dan disepakati pula hari ini sumur Raumah adalah milik Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu.

Utsman pun segera mengumumkan kepada penduduk Madinah yang mau mengambil air di sumur Raumah, silahkan mengambil air untuk kebutuhan mereka GRATIS karena hari ini sumur Raumah adalah miliknya. Seraya ia mengingatkan agar penduduk Madinah mengambil air dalam jumlah yang cukup untuk 2 hari, karena esok hari sumur itu bukan lagi milik Utsman.

Keesokan hari Yahudi mendapati sumur miliknya sepi pembeli, karena penduduk Madinah masih memiliki persedian air di rumah. Yahudi itupun mendatangi Utsman dan berkata “Wahai Utsman belilah setengah lagi sumurku ini dengan harga sama seperti engkau membeli setengahnya kemarin”. Utsman setuju, lalu dibelinya seharga 20.000 dirham, maka sumur Raumahpun menjadi milik Utsman secara penuh.

Kemudian Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu mewakafkan sumur Raumah, sejak itu sumur Raumah dapat dimanfaatkan oleh siapa saja, termasuk Yahudi pemilik lamanya.

Setelah sumur itu diwakafkan untuk kaum muslimin… dan setelah beberapa waktu kemudian, tumbuhlah di sekitar sumur itu beberapa pohon kurma dan terus bertambah. Lalu Daulah Utsmaniyah memeliharanya hingga semakin berkembang, lalu disusul juga dipelihara oleh Pemerintah Saudi, hingga berjumlah 1550 pohon.

Selanjutnya pemerintah, dalam hal ini Departemen Pertanian Saudi menjual hasil kebun kurma ini ke pasar-pasar, setengah dari keuntungan itu disalurkan untuk anak-anak yatim dan fakir miskin, sedang setengahnya ditabung dan disimpan dalam bentuk rekening khusus milik beliau di salah satu bank atas nama Utsman bin Affan, di bawah pengawasan Departeman Pertanian.

wakaf sahabat usman

Begitulah seterusnya, hingga uang yang ada di bank itu cukup untuk membeli sebidang tanah dan membangun hotel yang cukup besar di salah satu tempat yang strategis dekat Masjid Nabawi.

Bangunan hotel itu sudah pada tahap penyelesaian dan akan disewakan sebagai hotel bintang 5. Diperkirakan omsetnya sekitar RS 50 juta per tahun. Setengahnya untuk anak2 yatim dan fakir miskin, dan setengahnya lagi tetap disimpan dan ditabung di bank atas nama Utsman bin Affan radhiyallahu anhu.

Subhanallah,… Ternyata berdagang dengan Allah selalu menguntungkan dan tidak akan merugi..

Ini adalah salah satu bentuk sadakah jariyah, yang pahalanya selalu mengalir, walaupun orangnya sudah lama meninggal..

Disebutkan di dalam hadits shahih dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakannya”. [HR. Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i]

Dan disebutkan pada hadits yang lain riwayat Ibnu Majah dan Baihaqi dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لاِبْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ

“Sesungguhnya di antara amalan dan kebaikan seorang mukmin yang akan menemuinya setelah kematiannya adalah: ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak shalih yang ditinggalkannya, mush-haf yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah untuk ibnu sabil yang dibangunnya, sungai (air) yang dialirkannya untuk umum, atau shadaqah yang dikeluarkannya dari hartanya diwaktu sehat dan semasa hidupnya, semua ini akan menemuinya setelah dia meninggal dunia”.

Like dan sebarkan, agar manfaat dari informasi ini tidak hanya berhenti pada anda, tapi juga bisa dirasakan oleh orang lain, sekaligus merangkai jaring pahala

 

 

Oleh : Ustadz Shalahuddin AR Daeng Nya’la (Diedit dengan penyesuaian bahasa oleh tim KisahMuslim.com)

sumber: Kisah Muslim

Keutamaan Utsman bin Affan

 

“Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah Abu Bakar, yang paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling mengetahui tentang halal dan haram adalah Muadz bin Jabal, yang paling hafal tentang Alquran adalah Ubay (bin Ka’ab), dan yang paling mengetahui ilmu waris adalah Zaid bin Tsabit. Setiap umat mempunyai seorang yang terpercaya, dan orang yang terpercaya di kalangan umatku adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” (HR. Ahmad dalamMusnad-nya 3:184)
———————————————————————————–

Utsman bin Affan, khalifah rasyid yang ketiga. Ia dianggap sosok paling kontroversial dibanding tiga khalifah rasyid yang lain. Mengapa dianggap kontroversial? Karena ia dituduh seorang yang nepotisme, mengedepankan nasab dalam politiknya bukan kapasitas dan kapabilitas. Tentu saja hal itu tuduhan yang keji terhadap dzu nurain, pemiliki dua cahaya, orang yang dinikahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan dua orang putrinya.

Pada kesempatan kali ini penulis tidak sedang menanggapi tuduhan-tuduhan terhadap beliau. Penulis akan memaparkan keutamaan-keutamaan beliau yang bersumber dari ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tujuannya agar kita berhati-hati dan mawas diri ketika mendengar hal-hal negatif tentang Utsman, kita lebih bisa mengontrol lisan kita dan berprasangka baik di hati kita.

Nasab dan Sifat Fisikinya

Beliau adalah Utsman bin Affan bin Abi al-Ash bin Umayyah bin Abdu asy-Syam bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luwai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin Adnan (ath-Thabaqat al-Kubra, 3: 53).

Amirul mukminin, dzu nurain, telah berhijrah dua kali, dan suami dari dua orang putri Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin Hubaib bin Abdu asy-Syams dan neneknya bernama Ummu Hakim, Bidha binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah. Dari sisi nasab, orang Quraisy satu ini memiliki kekerabatan yang sangat dekat dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain sebagai keponakan Rasulullah, Utsman juga menjadi menantu Rasulullah dengan menikahi dua orang putri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan keutamaan ini saja, sulit bagi seseorang untuk mencelanya, kecuali bagi mereka yang memiliki kedengkian di hatinya. Seorang tokoh di masyarakat kita saja akan mencarikan orang yang terbaik menjadi suami anaknya, apalagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentulah beliau akan memilih orang yang terbaik untuk menjadi suami putrinya.

Utsman bin Affan termasuk di antara sepuluh orang sahabat yang dijamin masuk surga, beliau juga menjadi enam orang anggota syura, dan salah seorang khalifah al-mahdiyin, yang diperintahkan untuk mengikuti sunahnya.

Utsman adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai janggut yang lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang persendirian yang besar, berbahu bidang, rambutnya lebat, dan bentuk mulutnya bagus.

Az-Zuhri mengatakan, “Beliau berwajah rupawan, bentuk mulut bagus, berbahu bidang, berdahi lebar, dan mempunyai telapak kaki yang lebar.”

Amirul mukminin Utsman bin Affan terkenal dengan akhlaknya yang mulia, sangat pemalu, dermawan, dan terhormat. Terlalu panjang untuk mengisahkan kedermawanan beliau pada kesempatan yang sempit ini. Untuk kehidupan akhirat, menolong orang lain, dan berderma seolah-olah hartanya seringan buah-buah kapuk yang terpecah lalu kapuknya terhembus angin yang kencang.

– Penduduk Surga Yang Hidup di Bumi

Dari Abu Musa al-Asy’ari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke sebuah kebun dan memerintahkanku untuk menjaga pintu kebun tersebut. Kemudian datang seorang lelaki untuk masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata laki-laki tersebut adalah Abu Bakar. Setelah itu datang laki-laki lain meminta diizinkan masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata lelaki itu adalah Umar bin al-Khattab. Lalu datang lagi seorang lelaki meminta diizinkan masuk, beliau terdiam sejenak lalu bersabda, “Izinkan ia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga disertai dengan cobaan yang menimpanya.” Ternyata lelaki tersebut adalah Utsman bin Affan.

– Kedudukan Utsman Dibanding Umat Islam Lainnya

Muadz bin Jabal radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku melihat bahwa aku di letakkan di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi daun timbangan lainnya, ternyata aku lebih berat dari mereka. Kemudian diletakkan Abu Bakar di satu daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya, ternyata Abu Bakar lebih berat dari umatku. Setelah itu diletakkan Umar di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya, ternyata dia lebih berat dari mereka. Lalu diletakkan Utsman di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi lainnya, ternyata dia lebih berat dari mereka.” (al-Ma’rifatu wa at-Tarikh, 3: 357).

Hadis yang serupa juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari jalur Umar bin al-Khattab.

Hadis ini menunjukkan kedudukan Abu Bakar, Umar, dan Utsman dibandingkan seluruh umat Nabi Muhammad yang lain. Seandainya orang-orang terbaik dari umat ini dikumpulkan, lalu ditimbang dengan salah seorang dari tiga orang sahabat Nabi ini, niscaya timbangan mereka lebih berat dibanding seluruh orang-orang terbaik tersebut.

– Kabar Tentang Kekhalifahan dan Orang-orang Yang Akan Memberontaknya

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah pernah mengutus seseorang untuk memanggil Utsman. Ketika Utsman sudah datang, Rasulullah menyambut kedatangannya. Setelah kami melihat Rasulullah menyambutnya, maka salah seorang dari kami menyambut kedatangan yang lain. Dan ucapan terakhir yang disampaikan Rasulullah sambil menepuk pundak Utsman adalah

“Wahai Utsman, mudah-mudahan Allah akan memakaikanmu sebuah pakaian (mengamanahimu jabatan khalifah), dan jika orang-orang munafik ingin melepaskan pakaian tersebut, jangalah engkau lepaskan sampai engkau bertemu denganku (meninggal).” Beliau mengulangi ucapan ini tiga kali. (HR. Ahmad).

Dan akhirnya perjumpaan yang disabdakan Rasulullah pun terjadi. Dari Abdullah bin Umar bahwa Utsman bin Affan berbicara di hadapan khalayak, “Aku berjumpa dengan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam di dalam mimpi, lalu beliau mengatakan, ‘Wahai Utsman, berbukalah bersama kami’.” Maka pada pagi harinya beliau berpuasa dan di hari itulah beliau terbunuh. (HR. Hakim dalam Mustadrak, 3: 103).

Katsir bin ash-Shalat mendatangi Utsman bin Affan dan berkata, “Amirul mukminin, keluarlah dan duduklah di teras depan agar masyarakat melihatmu. Jika engkau lakukan itu masyarakat akan membelamu. Utsman tertawa lalu berkata, ‘Wahai Katsir, semalam aku bermimpi seakan-akan aku berjumpa dengan Nabi Allah, Abu Bakar, dan Umar, lalu beliau bersabda, ‘Kembalilah, karena besok engkau akan berbuka bersama kami’. Kemudian Utsman berkata, ‘Demi Allah, tidaklah matahari terbenam esok hari, kecuali aku sudah menjadi penghuni akhirat’.” (Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat, 3: 75).

Demikianlah sedikit cuplikkan tentang keutamaan Utsman bin Affan yang mungkin tertutupi oleh orang-orang yang lebih senang memperhatikan aib-aibnya. Padahal aib itu sendiri adalah fitnah yang dituduhkan kepadanya. Semoga Allah meridhai Utsman bin Affan dan memasukkannya ke dalam surga yang penuh kedamaian.

Sumber: al-Bidayah wa an-Nihayah

 

 

Ditulis oleh Nurfitri Hadi
Artikel Kisah Muslim

Keutamaan Utsman bin Affan

“Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah Abu Bakar, yang paling tegas dalam menegakkan agama Allahadalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling mengetahui tentang halal dan haram adalah Muadz bin Jabal, yang paling hafal tentang Alquran adalah Ubay (bin Ka’ab), dan yang paling mengetahui ilmu waris adalah Zaid bin Tsabit. Setiap umat mempunyai seorang yang terpercaya, dan orang yang terpercaya di kalangan umatku adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya 3:184)
Utsman bin Affan, khalifah rasyid yang ketiga. Ia dianggap sosok paling kontroversial dibanding tiga khalifah rasyid yang lain. Mengapa dianggap kontroversial? Karena ia dituduh seorang yang nepotisme, mengedepankan nasab dalam politiknya bukan kapasitas dan kapabilitas. Tentu saja hal itu tuduhan yang keji terhadap dzu nurain, pemiliki dua cahaya, orang yang dinikahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan dua orang putrinya.

Pada kesempatan kali ini penulis tidak sedang menanggapi tuduhan-tuduhan terhadap beliau. Penulis akan memaparkan keutamaan-keutamaan beliau yang bersumber dari ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tujuannya agar kita berhati-hati dan mawas diri ketika mendengar hal-hal negatif tentang Utsman, kita lebih bisa mengontrol lisan kita dan berprasangka baik di hati kita.

Nasab dan Sifat Fisikinya

Beliau adalah Utsman bin Affan bin Abi al-Ash bin Umayyah bin Abdu asy-Syam bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luwai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin Adnan (ath-Thabaqat al-Kubra, 3: 53).

Amirul mukminin, dzu nurain, telah berhijrah dua kali, dan suami dari dua orang putri Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin Hubaib bin Abdu asy-Syams dan neneknya bernama Ummu Hakim, Bidha binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah. Dari sisi nasab, orang Quraisy satu ini memiliki kekerabatan yang sangat dekat dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain sebagai keponakan Rasulullah, Utsman juga menjadi menantu Rasulullah dengan menikahi dua orang putri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan keutamaan ini saja, sulit bagi seseorang untuk mencelanya, kecuali bagi mereka yang memiliki kedengkian di hatinya. Seorang tokoh di masyarakat kita saja akan mencarikan orang yang terbaik menjadi suami anaknya, apalagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentulah beliau akan memilih orang yang terbaik untuk menjadi suami putrinya.

Utsman bin Affan termasuk di antara sepuluh orang sahabat yang dijamin masuk surga, beliau juga menjadi enam orang anggota syura, dan salah seorang khalifah al-mahdiyin, yang diperintahkan untuk mengikuti sunahnya.

Utsman adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai janggut yang lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang persendirian yang besar, berbahu bidang, rambutnya lebat, dan bentuk mulutnya bagus.

Az-Zuhri mengatakan, “Beliau berwajah rupawan, bentuk mulut bagus, berbahu bidang, berdahi lebar, dan mempunyai telapak kaki yang lebar.”

Amirul mukminin Utsman bin Affan terkenal dengan akhlaknya yang mulia, sangat pemalu, dermawan, dan terhormat. Terlalu panjang untuk mengisahkan kedermawanan beliau pada kesempatan yang sempit ini. Untuk kehidupan akhirat, menolong orang lain, dan berderma seolah-olah hartanya seringan buah-buah kapuk yang terpecah lalu kapuknya terhembus angin yang kencang.

  • Penduduk Surga Yang Hidup di Bumi

Dari Abu Musa al-Asy’ari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke sebuah kebun dan memerintahkanku untuk menjaga pintu kebun tersebut. Kemudian datang seorang lelaki untuk masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata laki-laki tersebut adalah Abu Bakar. Setelah itu datang laki-laki lain meminta diizinkan masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata lelaki itu adalah Umar bin al-Khattab. Lalu datang lagi seorang lelaki meminta diizinkan masuk, beliau terdiam sejenak lalu bersabda, “Izinkan ia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga disertai dengan cobaan yang menimpanya.” Ternyata lelaki tersebut adalah Utsman bin Affan.

  • Kedudukan Utsman Dibanding Umat Islam Lainnya

Muadz bin Jabal radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku melihat bahwa aku di letakkan di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi daun timbangan lainnya, ternyata aku lebih berat dari mereka. Kemudian diletakkan Abu Bakar di satu daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya, ternyata Abu Bakar lebih berat dari umatku. Setelah itu diletakkan Umar di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya, ternyata dia lebih berat dari mereka. Lalu diletakkan Utsman di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi lainnya, ternyata dia lebih berat dari mereka.” (al-Ma’rifatu wa at-Tarikh, 3: 357).

Hadis yang serupa juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari jalur Umar bin al-Khattab.

Hadis ini menunjukkan kedudukan Abu Bakar, Umar, dan Utsman dibandingkan seluruh umat Nabi Muhammad yang lain. Seandainya orang-orang terbaik dari umat ini dikumpulkan, lalu ditimbang dengan salah seorang dari tiga orang sahabat Nabi ini, niscaya timbangan mereka lebih berat dibanding seluruh orang-orang terbaik tersebut.

  • Kabar Tentang Kekhalifahan dan Orang-orang Yang Akan Memberontaknya

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah pernah mengutus seseorang untuk memanggil Utsman. Ketika Utsman sudah datang, Rasulullah menyambut kedatangannya. Setelah kami melihat Rasulullah menyambutnya, maka salah seorang dari kami menyambut kedatangan yang lain. Dan ucapan terakhir yang disampaikan Rasulullah sambil menepuk pundak Utsman adalah

“Wahai Utsman, mudah-mudahan Allah akan memakaikanmu sebuah pakaian (mengamanahimu jabatan khalifah), dan jika orang-orang munafik ingin melepaskan pakaian tersebut, jangalah engkau lepaskan sampai engkau bertemu denganku (meninggal).” Beliau mengulangi ucapan ini tiga kali. (HR. Ahmad).

Dan akhirnya perjumpaan yang disabdakan Rasulullah pun terjadi. Dari Abdullah bin Umar bahwa Utsman bin Affan berbicara di hadapan khalayak, “Aku berjumpa dengan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam di dalam mimpi, lalu beliau mengatakan, ‘Wahai Utsman, berbukalah bersama kami’.” Maka pada pagi harinya beliau berpuasa dan di hari itulah beliau terbunuh. (HR. Hakim dalam Mustadrak, 3: 103).

Katsir bin ash-Shalat mendatangi Utsman bin Affan dan berkata, “Amirul mukminin, keluarlah dan duduklah di teras depan agar masyarakat melihatmu. Jika engkau lakukan itu masyarakat akan membelamu. Utsman tertawa lalu berkata, ‘Wahai Katsir, semalam aku bermimpi seakan-akan aku berjumpa dengan Nabi Allah, Abu Bakar, dan Umar, lalu beliau bersabda, ‘Kembalilah, karena besok engkau akan berbuka bersama kami’. Kemudian Utsman berkata, ‘Demi Allah, tidaklah matahari terbenam esok hari, kecuali aku sudah menjadi penghuni akhirat’.” (Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat, 3: 75).

Demikianlah sedikit cuplikkan tentang keutamaan Utsman bin Affan yang mungkin tertutupi oleh orang-orang yang lebih senang memperhatikan aib-aibnya. Padahal aib itu sendiri adalah fitnah yang dituduhkan kepadanya. Semoga Allah meridhai Utsman bin Affan dan memasukkannya ke dalam surga yang penuh kedamaian.

 

 

 

al-Bidayah wa an-Nihayah

Ditulis oleh Nurfitri Hadi
sumber: KisahMuslim